Anda di halaman 1dari 38

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

DIAGNOSA MEDIK OSTEOARTHRITIS GENUE


DI RUANG KEMUNING RSUD DR. KANUJOSO JATIWIBOWO
BALIKPAPAN

Disusun Oleh :

Eka Risky Amelia, S.Kep


Nim : P2205122

PROGRAM PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
2023
LAPORAN PENDAHULUAN

Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Diagnosa Medik:


Osteoarthritis Genue Tindakan TKR (Total Knee Replacement)

A. Konsep Osteoarthritis
1. Definisi
Osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana
terjadi kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan
berhubungan dnegan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan
sendi besar yang menanggung beban
Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri, deformitas,
pembesaran sendi dan hambatangerak pada sendi-sendi tangan dan sendi
besar. Seringkali berhubungan dengan trauma maupun mikrotrauma yang
berulang-ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh dan penyakit-penyakit
sendi lainnya.
Menurut Adelia (2011), ada beberapa jenis osteoartritis yaitu:
a. Reumatik Sendi ( Artikuler )
Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik sendi
(reumatik artikuler). Penyakit ini ada beberapa macam yang paling
sering ditemukan yaitu:
1) Artritis Reumatoid
Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan
menahun yang tersebar diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan
sendi dan berbagai organ di luar persendian.Peradangan kronis
dipersendian menyebabkan kerusakan struktur sendi yang
terkena.Peradangan sendi biasanya mengenai beberapa persendian
sekaligus. Peradangan terjadi akibat proses sinovitis (radang
selaput sendi) serta pembentukan pannus yang mengakibatkan
kerusakan pada rawan sendi dan tulang di sekitarnya, terutama di
persendian tangan dan kaki yang sifatnya simetris (terjadi pada
kedua sisi). Penyebab Artritis Rematoid belum diketahui dengan
pasti. Ada yang mengatakan karena mikoplasma, virus, dan
sebagainya. Namun semuanya belum terbukti. Berbagai faktor
termasuk kecenderungan genetik, bisa mempengaruhi reaksi
autoimun. Bahkan beberapa kasus Artritis Rematoid telah
ditemukan berhubungan dengan keadaan stres yang berat, seperti
tiba-tiba kehilangan suami atau istri, kehilangan satu¬-satunya
anak yang disayangi, hancurnya perusahaan yang dimiliknya dan
sebagainya. Peradangan kronis membran sinovial mengalami
pembesaran (Hipertrofi) dan menebal sehingga terjadi hambatan
aliran darah yang menyebabkan kematian (nekrosis) sel dan
respon peradanganpun berlanjut. Sinovial yang menebal
kemudian dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus.
Panus dapat menyebar keseluruh sendi sehingga semakin
merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut. Proses
ini secara perlahan akan merusak sendi dan menimbulkan nyeri
hebat serta deformitas (kelainan bentuk).
2) Osteoatritis
Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan
penyebab yang belum diketahui, namun mengakibatkan kelainan
biologis, morfologis, dan keluaran klinis yang sama.Proses
penyakitnya berawal dari masalah rawan sendi (kartilago), dan
akhirnya mengenai seluruh persendian termasuk tulang
subkondrial, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial, serta
jaringan ikat sekitar persendian (periartikular). Pada stadium
lanjut, rawan sendi mengalami kerusakan yang ditandai dengan
adanya fibrilasi, fisur, dan ulserasi yang dalam pada permukaan
sendi. Etiologi penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Ada
beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit ini, yaitu : Usia lebih dari 40 tahun, Jenis kelamin wanita
lebih sering, Suku bangsa, genetik, kegemukan dan penyakit
metabolik, cedera sendi, pekerjaan, dan olah raga, kelainan
pertumbuhan, kepadatan tulang, dan lain-lain.
3) Atritis Gout
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat darah
(hiperurisemia) . Reumatik gout merupakan jenis penyakit yang
pengobatannya mudah dan efektif. Namun bila diabaikan, gout
juga dapat menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini timbul
akibat kristal monosodium urat di persendian meningkat.
Timbunan kristal ini menimbulkan peradangan jaringan yang
memicu timbulnya reumatik gout akut. Pada penyakit gout
primer, 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik). Diduga
berkaitan dengan kombinasi faktor genetic dan faktor hormonal
yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat
mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga
diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari
tubuh. Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena
meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi, yaitu
mengkonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi. Purin
adalah salah satu senyawa basa organic yang menyusun asam
nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok asam
amino, unsur pembentuk protein. Produksi asam urat meningkat
juga bisa karena penyakit darah (penyakit sumsum tulang,
polisitemia), obat-obatan (alkohol, obatobat kanker, vitamin B12).
Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit kulit
(psoriasis), kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes
yang tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-
benda keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang meninggi.
Benda-benda keton yang meninggi akan menyebabkan asam urat
juga ikut meninggi.
b. Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)
Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan
lunak di luar sendi (soft tissue rheumatism) sehingga disebut juga
reumatik luar sendi (ekstra artikuler rheumatism). Jenis – jenis
reumatik yang sering ditemukan yaitu:
1) Fibrosis
Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh
dan anggota gerak. Fibrosis lebih sering ditemukan oleh
perempuan usia lanjut, penyebabnya adalah faktor kejiwaan.
2) Tendonitis dan tenosivitis
Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan
nyeri lokal di tempat perlekatannya. Tenosivitis adalah
peradangan pada sarung pembungkus tendon.
3) Entesopati
Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang.
Entesis ini dapat mengalami peradangan yang disebut entesopati.
Kejadian ini bisa timbul akibat menggunakan lengannya secara
berlebihan, degenerasi, atau radang sendi.
4) Bursitis
Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon
atau otot ke tulang. Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh
reumatik gout dan pseudogout.
5) Back Pain
Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan proses
degenerarif diskus intervertebralis, bertambahnya usia dan
pekerjaan fisik yang berat, atau sikap postur tubuh yang salah
sewaktu berjalan, berdiri maupun duduk. Penyebab lainnya bisa
akibat proses peradangan sendi, tumor, kelainan metabolik dan
fraktur.
6) Nyeri pinggang
Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang
pernah mengalaminya. Nyeri terdapat kedaerah pinggang
kebawah (lumbosakral dan sakroiliaka) Yng dapat menjalar ke
tungkai dan kaki.
7) Frozen shoulder syndrome
Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di
pangkal lengan atas yang bisa menjalar ke lengan atas bagian
depan, lengan bawah dan belikat, terutama bila lengan diangkat
keatas atau digerakkan kesamping. Akibat pergerakan sendi bahu
menjadi terbatas.
2. Etiologi
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa
faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;
a. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan
adalah yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis
bukan akibat penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada
penuaan berbeda dengan eprubahan pada osteoartritis.
b. Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan
laki-laki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan
dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi
psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi
diats usia 50 tahunh (setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih
banyak pada wanita daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis osteoartritis.
c. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku
bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup
maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan
pertumbuhan tulang.
d. Genetik
e. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya
resiko untuk timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria.
Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan oateoartritis pada
sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan
osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu
disamping faktor mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban
mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang berpperan pada
timbulnya kaitan tersebut.
f. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus
menerus berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu.
Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi yang berkaitan
dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
g. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan
timbulnya oateoartritis paha pada usia muda.
h. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko
timbulnya osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang
lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi benturan beban yang
diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi
menjadi lebih mudah robek.
3. Manifestasi Klinik
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang
terkena, etrutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-
lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang
dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi,
krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi
terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak emnonjol dan timbul
belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri
tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan,
antara lain;
a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa
gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih
dibandingkan gerakan yang lain.
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan
sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
c. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi,
seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
d. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadqang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang
sakit.
e. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau
tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.
f. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau
panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan
gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk
kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).
4. Komplikasi
Berikut adalah komplikasi yang dapat timbul akibat penyakit
Osteoarthritis :
a. Asam urat
Asam urat atau Gout adalah salah satu jenis penyakit yang terjadi pada
persendian. Penyakit ini dapat menyebabkan timbulnnya peradangan
sendi karena tingginya tingkat asam urat yang menyebabkan kristal
natrium urat membentuk di dalam dan sekitar sendi. Perubahan-
perubahan yang terjadi pada tulang rawan  akibat penyakit
osteoartritis dapat mendorong pemembentukan kristal dalam sendi.
Jika Anda memiliki osteoarthritis yang disertai penyakit asam urat,
maka tingkat penyakit sendi anda akan terus meningkat dan bahkan
dpat menyebabkan kelumpuhan.
b. Kondrokalsinosis
Osteoarthritis juga dapat mendorong kristal kalsium pirofosfat
terbentuk di tulang rawan Anda. Ini disebut kalsifikasi atau
kondrokalsinosis. Hal ini dapat terjadi di setiap sendi, dengan atau
tanpa osteoarthritis, tapi itu kemungkinan besar terjadi di lutut sudah
terkena osteoartritis, terutama pada orang tua. Kristal akan muncul di
sinar-x dan sampel cairan yang diambil dari sendi Anda.
Osteoarthritis cenderung menjadi lebih parah lebih cepat ketika kristal
kalsium yang hadir. Kadang-kadang kristal dapat mengguncang lepas
dari tulang rawan, menyebabkan serangan tiba-tiba bengkak sangat
menyakitkan disebut arthritis kalsium pirofosfat kristal akut (akut CPP
kristal arthritis), sejenis penyakit kalsium kristal.
5. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus,
atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan
gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan
sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara
permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi
lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.
Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan
masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang
yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.
Sedangkan yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid
(seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang
progresif.
6. Penatalaksanaan
a. Medis
1) Farmakologi / Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya
bersifat simtomatik. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
bekerja hanya sebagai analgesik dan mengurangi peradangan,
tidak mampu menghentikan proses patologis
2) Irigasi tidal (pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen
artroscopik,
3) Pembedahan; artroplasti
b. Keperawatan
1) Istirahatkan sendi yang sakit dihindari aktivitas yang berlebihan
pada sendi yang sakit.
2) Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
3) Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
4) Tindakan preventif
a) Penurunan berat badan
b) Pencegahan cedera
c) Screening sendi paha
d) Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja
5) Terapi konservatif; kompres hangat, mengistirahatkan sendi,
pemakaian alat- alat ortotik untuk menyangga sendi yang
mengalami inflamasi
6) Dukungan psikososial
7) Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program
latihan yang tepat
8) Diet untuk emnurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya
keluhan
9) Diet rendah purin; Tujuan pemberian diet ini adalah untuk
mengurangi pembentukan asam urat dan menurunkan berat badan,
bila terlalu gemuk dan mempertahankannya dalam batas normal.
Bahan makanan yang boleh dan yang tidak boleh diberikan pada
penderita osteoartritis:
Golongan bahan Makanan yang boleh Makanan yang tidak
makanan diberikan boleh diberikan
Karbohidrat Semua --
Protein hewani Daging atau ayam, ikan Sardin, kerang, jantung,
tongkol, bandeng 50 gr/hari, hati, usus, limpa, paru-paru,
telur, susu, keju otak, ekstrak daging/ kaldu,
bebek, angsa, burung.
Protein nabati Kacang-kacangan kering 25 --
gr atau tahu, tempe, oncom
Lemak Minyak dalam jumlah
terbatas. --
Sayuran Semua sayuran sekehendak Asparagus, kacang polong,
kecuali: asparagus, kacang kacang buncis, kembang
polong, kacang buncis, kol, bayam, jamur
kembang kol, bayam, jamur maksimum 50 gr sehari
maksimum 50 gr sehari
Buah-buahan Semua macam buah --
Minuman Teh, kopi, minuman yang Alkohol
mengandung soda
Bumbu, dll Semua macam bumbu Ragi
7. WOC (Web of Causation)

Faktor Faktor kimiawi Faktor mekanik Fak. Metabolik Trauma Obesitas Faktor Genetik Deformitas kongenital
resiko: Ex: CTEV, polio
usia
Obat Tekanan Gangguan fungsi Olahraga dan Sendi Defek genetik pada gen
(manopo
penstimuli berulang endokrin, ex: pekerjaan yg tubuh/ekstremit pengkode kartilago Malformasi sendi
use pada
enzim pada sendi hiperparatiroidis memberikan as bawah terlalu sendi, ex: displasia
wanita),
pencerna me tekanan pd berat kongenital sendi paha.
riwayat
kolagen di sendi menyangga
trauma
sinovial ex: Kondrosit rusak tertentu ex: beban tubuh
sebelumn PTH ↑
colchicine, menjahit,
ya,
endometachine angkat besi
pekerjaan
, kortikosteroid
, & jenis Merangsang Menghamba
kelamin osteoklas t osteoblas Tekanan berulang pada sendi

Kondrosit rusak

Sintesa kolagen

Osteoarthritis

Erosi kartilago sendi

Tulang di bawahnya Kartilago melepas fragmen proteoglikan


tidak terlindungi dan kolagen ke dalam cairan sinovial

Kompensasi tubuh= sklerosis


subkondral (pengerasan & krepitasi Cairan sinovial Memproduksi sitokin makrofag
penebalan tulang) merembes sinovial ex: IL1, TNFα
keluar
Tulang pada sendi Masuk kembali
membesar Kartilago melunak Masuk ke defek tulang dalam kartilago

Merusak kondrosit
MK: resiko cedera MK: Nyeri Terbentuk
kista dalam
rongga dan Kompensasi tubuh= membentuk
tepi sendi tulang baru/osteofit/bone spurs
di tepi sendi

Perubahan kontur
tulang sendi

Terus menerus Kompensasi


tubuh=
pertumbuhan
Perubahan sendi Stress mekanis berlebih pada
irreversible dan & inflamasi tulang
baal terus beranjut Perbesaran
dipermukaan tulang (Nodus
sendi Herberden’s)

MK: Gangguan
Nyeri sendi Keterbatasan Citra Diri
gerak

Pd stadium lanjut MK: Gangguan MK: Nyeri


menyebabkan disabilitas Pola Tidur MK: Gangguan MK: Defisit
Mobilitas fisik Perawatan Diri

Penatalaksanaan
Non Operatif Operatif (dilakukan pada keadaan
disabilitas berat dan nyeri yg tidak
terkontrol)
Menjaga Melakuk Kompres Terapi Ultrasound Diet:
keseimba an hangat farmako (diatermi) pemberian Artroplasti, artrodesis, osteoplasti,
ngan latihan dan suplemen osteotomi, implantasi kondrosit,
istirahat rentang akupunt kondrotin & terapi gen
dan kerja gerak ur Melemaska proteoglikan,
sendi pasif n otot dan asam lemak
mengurangi omega 3,
nyeri peningktanan Kurang pengetahuan Barier kulit
Obat-obat Injeksi Pemberian tentang proses terbuka
asupan vit.C,
golongan steroid atau derivat pembedahan (adanya luka)
dan kunyit
NSAID asam tetrasiklin oral
untuk
hialuronidase mengatasi
nyeri MK: MK: Resiko
Penggunaan dalam Berdasar hasil
Ansietas Infeksi
jangka waktu lama penelitian
Jika
digunakan dg bersifat
frekuensi > kondroprotektif
Ganggu Ganggu Proses 3-4 kali
an an pd pembe pertahun
pendeng gastroi kuan
aran ntestin darah
al meman Penurunan
jang perbaikan
kartilago
Ulserasi,
perdara MK: PK Anemi
han,
obstruks
i gastrik

Penurunan MK: Nutrisi kurang dari


Mual muntah nafsu makan kebutuhann tubuh
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat penyakit
1) Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada
tungkai.
2) Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum
pasien mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
3) Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang
cukup tinggi apalagi pada pasien yang mengalami deformitas pada
sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan
pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah.
Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien
khususnya aspek body image dan harga diri klien.
b. Aktivitas / Istirahat; Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan
memburuk dengan stress pada sendi, kekakuan pada pagi hari,
biasanya terjadi secara bilateral dan simetris limitimasi fungsional
yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan, malaise. Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit:
kontraktor/kelainan pada sendi dan otot.
c. Kardiovaskuler
Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis)
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
d. Integritas Ego
- Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
- Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
- Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi,
misalnya ketergantungan pada orang lain.
e. Makanan / Cairan
- Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi
makanan atau cairan adekuat mual, anoreksia.
- Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan
pada membran mukosa.
f. Hygiene; Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
diri, ketergantungan pada orang lain.
g. Neurosensori; Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi
h. Nyeri/kenyamanan
Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan
jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama
pagi hari).
i. Keamanan
- Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus
- Lesi kulit, ulkas kaki
- Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
- Demam ringan menetap
- Kekeringan pada mata dan membran mukosa
j. Interaksi Sosial; Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain,
perubahan peran: isolasi.
k. Penyuluhan/Pembelajaran
- Riwayat rematik pada keluarga
- Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan penyakit
tanpa pengujian
- Riwayat perikarditis, lesi tepi katup. Fibrosis pulmonal, pkeuritis.
l. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi
(bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan
pembengkakan.
2) Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi
sinovial
 Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
 Catat bila ada krepitasi
 Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
 Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
3) Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
4) Ukur kekuatan otot
5) Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
6) Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Tes serologi
a) Sedimentasi eritrosit meningkat
b) Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
c) Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita
d) Reaksi aglutinasi: positif
e) LED meningkat pesat
f) protein C reaktif: positif pada masa inkubasi.
g) SDP: meningkat pada proses inflamasi
h) JDL: Menunjukkan ancaman sedang
i) Ig (Igm & Ig G) peningkatan besar menunjukkan proses
autoimun
2) Pemerikasaan radiologi
a) Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi
b) Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan
ankilosis
c) Rontgen menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, erosi
sendi, osteoporosis pada tulang yang berdekatan, formasi kista
tulang, penyempitan ruang sendi.
3) Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan
dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk
tubuh
3. Rencana Keperawatan

Diagnosa Rencana Tindakan


Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri kronis (D.0078) Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08238)
berhubungan dengan Manajemen Nyeri selama ….
1.1 Identifikasi lokasi dan
kondisi jam, diharapkan Tingkat
muskuloskeletal Nyeri menurun dengan karakteristik, durasi,
kronis kriteria hasil: frekuensi, kualitas,
1. Keluhan nyeri menurun
intensitas nyeri.
(5)
2. Perasaan depresi menurun 1.2 Identifikasi skala nyeri.
(5)
1.3 Identifikasi respon nyeri
3. Meringis menurun (5)
4. Gelisah menurun (5) non-verbal
5. Kemampuan menuntaskan 1.4 Kolaborasi pemberian
aktivitas meningkat (5)
analgetik.

Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Dukungan Ambulasi (I.06171)


fisik (D.0054) Dukungan Mobiliasi selama 2.1 Identifikasi adanya nyeri
… jam, diharapkan moilitas atau keluhan fisik lainnya
berhubungan dengan
fisik meningkat dengan 2.2 Identifikasi toleransi fisik
kekakuan sendi kriteria hasil: melakukan ambulasi
1. Pergerakan ekstremitas 2.3 Monitor frekuensi jantung
meningkat (5) dan tekanan darah sebelum
2. Kekuatan otot meningkat memulai ambulasi
(5) 2.4 Fasilitasi aktivitas ambulasi
3. Rentang gerak (ROM) dengan alat bantu
meningkat (5) 2.5 Ajarkan ambulasi sederhana
yang harus dilakukan

Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan Promosi Citra Tubuh (I.09305)
(D.0083) Promosi Citra Tubuh selama 3.1 Identifikasi harapan citra
berhubungan dengan …. jam, diharapkan citra tubuh berdasarkan
perubahan tubuh meningkat dengan kebutuhan saat ini
struktur/bentuk tubuh kriteria hasil: 3.2 Identifikasi perubahan citra
1. Melihat bagian tubuh tubuh yang dialami
membaik 3.3 Diskusikan perubahan
2. Menyentuh bagian tubuh tubuh dan fungsinya
membaik 3.4 Diskusikan kondisi stress
3. Verbalisasi kecacatan yang mempengaruhi citra
bagian tubuh membaik tubuh
4. Verbalisasi kehilangan
bagian tubuh membaik

C. Konsep TKR (Total Knee Replacement)


1. Definisi
Total Knee Replacement (TKR) adalah prosedur operasi
penggantian sendi lutut yang tidak normal dengan material buatan. Pada
TKR, ujung dari tulang femur akan dibuang dan diganti dengan metal
shell dan ujung dari tibia juga akan diganti dengan metal stem dan diantara
keduanya dihubungkan dengan plastik sebagai peredam gerakan.
Tergantung dari kondisi tempurung lutut pasien biasanya di belakang
tempurung lutut juga ditambahkan plastik.

Total knee replacement diberikaan untuk kondisi perkapuran


stadium lanjut atau grade IV, biasanya disertai dengan perubahan bentuk
fisik dari kaki menyerupai huruf ‘O’ atau ‘X’.
2. Tujuan total knee replacement
a. Untuk membebaskan sendi dari rasa nyeri
b. Untuk menggembalikkan rentang gerak (ROM)
c. Untuk menggembalikkan fungsi normal bagi seorang pasien
d. Untuk membangun kembali akrivitas sehari-hari (ADL), dengan
modifikasi yang tetap menjaga ROM pasien.
3. Etiologi
Berikut ini merupakan penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan
tindakan TKR:
a. Rhematoid Arthritis
Rhemathoid Arthritis adalah penyakit peradangan inflamatorik
progresif, sistematik, dan kronis. Penyakit ini menyerang banyak sendi
terutama sendi jari tangan dan kaki yang sifatnya simetrik. Struktur
artikuler dan periartikuler secara progresif akan mengalami kerusakan
karena proliferasi kronis pada synovium dan granulasi jaringan
kartilago menjadi nekrotik. Tingkat erosi pada kartilago artikuler dapat
menimbulkan kecacatan pada artikuler. Kerusakan pada kartilago dan
tendon serta kelemahan tendon dan ligament dapat mengakibatkan
subluksasi atau dislokasi sendi (Risnanto, 2014).
b. Osteoarthritis
Osteoarthritis atau kelainan tulang degenaratif merupakan tipe artritis
yang sering ditemukan. Osteoarthritis sekarang sering dikatakan
dengan proses yang kronis dan progresif dimana jaringan baru
diproduksi sebagai respon kerusakan sendi dan kartilago. Keterlibatan
sistemis dan inflamasi tidak khas pada osteoarthritis, walaupun
perubahan pada ruang sendi dapat mengakibatkan respons inflamasi
lokal yang menyebabkan efusi sendi transien. Penyakit ini ditandai
dengan adanya abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang
baru yang irregular pada permukaan persendian (Black & Hawks,
2009).
c. Osteochondritis Dissecans
Merupakan penyebab utama dari nyeri pada lutut dan disfungsi lutut.
Penyakit ini merupakan perubahan focal, idiopatik tulang subchondral
dengan resiko ketidakstabilan dan gangguan tulang rawan articular
yang berdekatan dan dapat menyebabkan osteoarthritis dini (Nepple,
2016).
4. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi pasien yang membutuhkan tindakan TKR antara lain:
a. Pasien-pasien yang menderita osteoarthritis berat
b. Sakit lutut yang dialami pasien setiap hari, terutama bila berjalan
>100m
c. Sakit sampai membatasi pergerakan untuk aktivitas sehari-hari
d. Kekakuan sendi yang signifikan
e. Ketidakstabilan sendi lutut saat berjalan
f. Kelainan deformitas yang menonjol seperti kaki O atau X
g. Fraktur kolum femoralis
h. Kegagalan pembedahan rekontruksi sebelumnya (kerusakan prostesis,
osteotomi, penggantian kaput femoris)
Kontraindikasi total knee replacement:
a. Infeksi Lutut
b. Obesitas morbid (lebih besar dari 300 pound atau 136 kg)
c. Quadriceps sangat lemah, karena dapat menyebabkan kesulitan
berjalan dan lutut karena kelemahan.
d. Kerusakan atau penyakit pada kulit di sekitar lutut.
e. Cacat mental yang berat.
f. Aliran darah yang buruk di kaki untuk penyakit pembuluh darah
perifer.
g. Sebuah penyakit, jenis kanker terminal, yang telah menyebar.
5. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis yang membutuhkan tindakan TKR biasanya adalah:
a. Rasa nyeri pada sendi; Merupakan gambaran primer pada osteoarthritis
maupun kerusakan sendi lutut dengan penyebab yang lain, nyeri akan
bertambah apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.
b. Kekakuan dan keterbatasan gerak; Biasanya akan berlangsung 15 – 30
menit dan timbul setelah istirahat atau saat memulai kegiatan fisik.
c. Peradangan; Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan
cairan dalam ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan dan
peregangan simpai sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa nyeri.
d. Pembengkakan Sendi; Pembengkakan sendi merupakan reaksi
peradangan karena pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya
teraba panas tanpa adanya pemerahan.
e. Deformitas; Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
f. Gangguan Fungsi; Timbul akibat ketidakserasian antara tulang
pembentuk sendi.
Manifestasi klinis yang membutuhkan tindakan TKR biasanya
terjadi pada penderita yang mengalami nyeri lutut kronis atau kecacatan:
a. Osteoarthtritis:
1) Kerusakan yang terjadi pada tulang sendi
2) Terjadi pada orang yang berusia diatas 50 tahun namun bukan
tidak mungkin terjadi pada usia yang lebih muda.
3) Tulang rawan yang bantal tulangnya melembutkan lutut dan
minipis, kemudian terjadi gesekan antara tulang sehingga
menyebabkan nyeri lutut dan kekakuan.
b. Radang sendi
1) Membran sinovial yang mengelilingi sendi mengalami peradangan
dan menebal.
2) Rusaknya tulang rawan sehingga menyebabkan hilangnya tulang
rawan, nyeri dan kekakuan.
c. Osteochondritis Dissecans
1) Dapat menyebabkan cidera lutut serius.
2) Fraktur tulang sekitar lutut atau air mata ligamen lutut yang lama-
kelamaan dapat merusak tulang rawan artikular.
3) Dapat menyebabkan nyeri lutut dan membatasi fungsi lutut

TKR direkomendasikan ketika nyeri lutut parah atau kekakuan


yang membatasi kegiatan sehari-hari, nyeri lutut sedang atau berat saat
beristirahat baik siang atau malam, peradangan lutut kronis dan
pembengkakan yang tidak membaik dengan istirahat. Kerusakan sendi ini
dapat diatasi dengan TKR namun terdapat beberapa kemungkinan yang
harus diwaspadai seperti, nabloding, thrombosis dan prothese lepas.
Setelah dilakukan TKR terdapat beberapa resiko, sehingga setelah
operasi harus menghindari masalah sebagai berikut:

a. Pembekuan darah.
1) meningkatnya rasa sakit di betis nyeri atau kemerahan di atas atau
bawah lutut
2) meningkatnya pembengkakan pada betis, pergelangan kaki, dan
kaki.
b. Penggumpalan darah telah sampai ke paru-paru
1) akan terjadi sesak nafas secara tiba-tiba dan nyeri dada
2) nyeri dada lokal dengan batuk.
c. Infeksi.
1) Disebabkan oleh bakteri yang memasuki aliran darah.
2) Tandanya adalah demam persisten, menggigil, meningkatnya
kemerahan, nyeri, atau bengkak dari luka lutut, drainase dari luka
lutut
d. Hindari terjatuh karena akan merusak lutut baru sehingga memerlukan
oprasi lebih lanjut
6. Penatalaksanaan
a. Pre-Operasi
1) Antibiotic profilaksis harus diberikan tepat sebelum pembedahan
dimulai atau selama operasi.
2) Biakan cairan sendi selama pembedaan, yang dilakukan sebelum
terapi antibiotic intraoperatif dimulai
b. Tindakan Operatif
1) Prosedur operasi memakan waktu beberapa jam. Ahli bedah
ortopedi akan menghapus tulang rawan yang rusak dan tulang dan
kemudian logam posisi baru, plastik, atau permukaan sendi
keramik untuk mengembalikan keselarasan dan fungsi dari lutut
klien.
2) Banyak jenis desain dan bahan yang saat ini digunakan dalam sendi
lutut buatan. Semua dari mereka terdiri dari dua komponen dasar:
komponen bola (yang terbuat dari logam yang kuat sangat halus
atau bahan keramik) dan komponen soket (secangkir tahan lama
terbuat dari plastik, keramik atau logam, yang mungkin memiliki
shell logam luar).
3) Semen bedah khusus dapat digunakan untuk mengisi kesenjangan
antara tulang alami prostesis dan yang tersisa untuk mengamankan
sendi buatan.
4) Sebuah prostesis noncemented juga telah dikembangkan dan
digunakan paling sering pada yang lebih muda, lebih aktif pasien
dengan tulang yang kuat. Prostesis dapat dilapisi dengan logam
bertekstur atau zat tulang seperti khusus, yang memungkinkan
tulang tumbuh ke dalam prostesis.
5) Kombinasi bola disemen dan soket noncemented dapat digunakan.
6) Klien ahli bedah ortopedi akan memilih jenis prostesis yang paling
sesuai dengan kebutuhan klien.
7) Setelah operasi, Klien akan dipindahkan ke ruang pemulihan di
mana klien akan tetap selama 1 sampai 2 jam sementara pemulihan
Anda dari anestesi dimonitor. Setelah klien terjaga, klien akan
dibawa ke kamar rumah sakit klien
c. Perawatan Pasca Operasi
1) Periksa tanda vital, termasuk suhu dan tingkat kesadaran, setiap 4
jam atau lebih sering seperti yang dibutuhkan. Laporan perubahan
signifikan ke dokter. Pemeriksaan ini memberikan informasi
tentang status kardiovaskular klien dan dapat memberikan indikasi
awal komplikasi seperti perdarahan yang berlebihan, defisit
volume cairan, dan infeksi.
2) Melakukan pemeriksaan neurovaskular pada anggota tubuh yang
dioperasi per jam untuk 12-24 jam pertama, maka setiap 2-4 jam.
Segera melaporkan temuan abnormal ke dokter. Operasi dapat
mengganggu suplai darah atau persarafan pada bagian ekstremitas.
Jika demikian, intervensi cepat adalah penting untuk menjaga
fungsi ekstremitas tersebut.
3) Monitor perdarahan insisional dengan mengosongkan dan
merekam hisap drainase setiap 4 jam dan menilai dressing sering.
kehilangan darah yang signifikan dapat terjadi dengan penggantian
sendi total, terutama penggantian panggul total.
4) Menjaga asupan infus dan akurat dan output catatan selama
periode pasca operasi awal.
5) Mempertahankan istirahat dan posisi yang ditentukan dari
ekstremitas yang terkena menggunakan sling, belat penculikan,
brace, immobilizer, atau perangkat lain yang ditentukan.
6) Bantu klien pergeseran posisi setidaknya setiap 2 jam sementara di
tempat tidur beristirahat. Pergeseran posisi membantu mencegah
luka tekanan dan lainnya komplikasi imobilitas.
7) Mengingatkan klien untuk menggunakan spirometer insentif,
batuk, dan bernapas dalam setidaknya setiap 2 jam. Langkah-
langkah ini penting untuk mencegah komplikasi pernafasan seperti
pneumonia.
8) Menilai tingkat kenyamanan klien sering. Memelihara PCA, infus
epidural, atau analgesia yang diresepkan lainnya untuk
meningkatkan kenyamanan. manajemen nyeri yang memadai
meningkatkan penyembuhan dan mobilitas.
9) Memulai terapi fisik dan latihan seperti yang ditentukan untuk
bersama spesifik diganti, seperti paha depan pengaturan,
menaikkan kaki, dan pasif dan aktif berbagai-latihan-gerak.
Latihan ini membantu mencegah atrofi otot dan tromboemboli dan
memperkuat otot-otot ekstremitas yang terkena sehingga dapat
mendukung sendi prostetik.
10) Gunakan perangkat kompresi berurutan atau stocking
antiembolism seperti yang ditentukan. Ini membantu mencegah
tromboemboli dan pulmonary embolus untuk klien yang harus
tetap bergerak setelah operasi.
11) Menilai klien dengan total penggantian lutut tanda-tanda prosthesis
dislokasi, termasuk rasa sakit di lutut terpengaruh atau shortening
dan internal rotasi kaki yang terkena.
7. Komplikasi
Komplikasi dari penggantian lutut total (TKR):
a. Dislokasi prosthese (akibat infeksi atau tidak kuatnya phrotesa
menanggung beban berat badan penderita serta akibat dari aktivitas
yang dilakukan penderita)
b. Drainase Luka
c. Thrombosis (pembekuan darah di sekitar bidang operasi), thrombosis
Vena Profunda
d. Nabloding (infeksi akibat dari pembalutan yang berlapis-lapis)
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan meliputi:
a. Pemeriksaan radiologi
Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago
sendi sebagai penyempitan rongga sendi.
Gambar a.
Rontgen pada pengkapuran sendi lutut

Gambar b.
Rontgen pada lutut sebelum dan setelah dilakukan TKR

Gambaran radiografik yang menyokong adalah penyempitan


celah sendi yang sering kali asimetris (lebih berat pada bagian yang
menanggung beban), peningkatan densitas (sklerosis) tulang
subkondral, kista tulang, osteofit pada pinggir sendi dan perubahan
struktur anatomi sendi.
b. Laboratorium
Laboratorium pre operatif dapat berbeda-beda tergantung dari
keadaan pasien dan keperluannya, tetapi biasanya meliputi
pemeriksaan darah rutin, kimia dasar dan koagulasi tes (protombine
time, INR dan partial thromboplastine time). Pemeriksaan EKG dan
rontgen toraks dilakukan tergantung pada umur pasien dan kebijakan
anestesi. Urinalisis dan kultur urin juga dilakukan.

D. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas pasien; Identias pasien terdiri dari nama pasien, usia, alamat,
suku, agama
b. Keluhan utama (nyeri, kaki sulit tidak bisa digerakkan) apa yang
dirasakan pasien
c. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat pasien dari masuk rumah sakit sampai opname di
ruangan.Pasien biasanya mempunyai penyakit kronis seperti gagal
nafas, perdarahan dan kaki tidak bisa digerakkan disertai nyeri pada
extremitas bawah.
d. Riwayat penyakit dahulu; Riwayat penyakit ini belum pernah dialami
pasien.
e. Riwayat penyakit keluarga; Apakah ada riwayat penyakit keturunan
seperti penyakit jantung, hipertensi, dan DM.
f. Riwayat psikososial; Keluarga mengatakan selama ini pasien tinggal
bersama istrinya. Pasien aktif dalam kegiatan di masyarakat.
g. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan muskoloskeletal, pemeriksaan yang tepat mengenai
lutut ini meliputi observasi, palpasi, dan penilaian dengan
menggunakan test manual tertentu.
1) Observasi
Observasi gaya berjalan pasien dan bagaimana kulit pasien
merupakan bagian yang penting dari pemeriksaan fisik.
a) Gaya berjalan (Antalgic gait)
Pasien menjadi pincang karena menghindari nyeri karena
menahan beban. Ditandai dengan fase berdiri yang sangat
singkat.
b) Knee thrust
Gerakan abnormal dari lutut ke arah medial atau lateral ketika
berjalan dapat mengindikasikan ketidakstabilan dari
ligamentum.
c) Trendelenburg gait
Gaya berjalan pasien menjadi miring ke arah pinggul yang
menderita sehingga mengurangi beban pada pinggul dan
mengurangi nyeri. Hal ini dapat menunjukkan adanya kelainan
pada sendi pinggul dan kelemahan pada Gluteus medius

d) Kulit
Perhatikan kulit pada kedua ekstremitas bawah apakah terdapat
abrasi, ulserasi, bengkak, merah, perubahan vaskular atau
infeksi yang aktif merupakan kontraindikasi dilakukan bedah
implant. Adanya luka lama atau sikatrik pada lutut perlu
diperhatikan. Adanya deformitas yang kelihatan (contohnya :
varus, valgus, rekuvartum, kontrkatur fleksi) perlu
diperhatikan. Adanya deformitas ini perlu dilakukan penilaian
secara radiografi.
2) Palpasi
Jika terdapat efusi pada lutut maka dilakukan palpasi.
Krepitus patellofemoral dapat dideteksi dengan menaruh tanagan
pada lutut dan secara pasif menggerakkan kaki. Adanya nyeri pada
sendi bagian medial dan lateral sering didapati ada artritis tetapi
juga dapat mengindikasi adanya kelainan meniskus. Pulsasi distal,
termasuk dorsalis pedis dan posterior tibialis harus dinilai.
Penilaian harus dilakukan dengan mengggunkan test manual
tertentu, ada berbagai manuver yang digunakan untuk penilaian
preoperatif yaitu:
a) ROM; Menilai refleksi dan ekstensi maksimal lutut secara aktif
maupun pasif.
b) Pemeriksaan otot; Kekuatan motorik diperiksa pada ekstremitas
bawah secara menyeluruh dengan perhatian khusus pada
mekanisme ekstensor/quadriceps.
c) Periksaan saraf; Dilakukan pemeriksaan pada sensoris dan
refleks deep tendon (patella dan ankle).
d) Pemeriksaan ligamen; Lateral collateral ligament (LCL) dan
medial collateral ligament (MCL) merupakan struktur yang
penting pada total knne replacement.
e) Pemeriksaaan panggul dan tulang belakang; Perangsangan
nyeri pada lutut dengan mengangkat tungkai yang diluruskan
atau dengan menggerakkan panggul (terutama rotasi internal),
dapat meningkatkan kecurigaan adanya keterlibatan tulang
belakang lumbar, panggul atau keduanya, sehingga
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
2. Diagnosa Keperawatan
- Pre Operasi
a. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
b. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis
- Intra Operasi
Resiko hipovolemia dibuktikan dengan kehilangan cairan secara aktif
- Post Operasi
Hipotermia berhubungan dengan efek agen farmakologis
3. Rencana Keperawatan

PRE OPERASI
Diagnosa Rencana Tindakan
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Ansietas (D.0080) Tingkat ansietas (L.09093) Reduksi ansietas (I.09314)
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi
kurang terpapar keperawatan selama … jam, 1.1 Identifikasi saat tingkat
informasi diharapkan tingkat ansietas ansietas berubah (mis,
menurun dengan kriteria hasil: kondisi, waktu, stressor)
1.2 Identifikasi kemampuan
1 2 3 4 5 mengambil keputusan
Verbalisasi 1.3 Monitor tanda-tanda
kebingungan ansietas (verbal dan non-
Verbalisasi verbal)
khawatir Terapeuti
akibat 1.4 Ciptakan suasana
kondisi yang terapeutik untukn
dihadapi menambahkan
Perilaku kepercayaan
gelisah 1.5 Temani pasien untuk
Perilaku mengurangi kecemasan,
tegang jika memungkinkan
1.6 Pahami situasi yang
Skala Indikator: membuat ansietas
1 = Meningkat 1.7 Dengarkan dengan
2 = Cukup Meningkat penuh perhatian
3 = Sedang 1.8 Gunakan pendekatan
4 = Cukup Menurun yang tenang dan
5 = Menurun meyakinkan
1.9 Tempatkan barang
pribadi yang
memberikan
kenyamanan
1.10 Motivasi
mengidentifikasi situasi
yang memicu
kecemasan
Edukasi
1.11 Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
1.12 Informasikan secara
factual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
1.13 Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien,
jika perlu
1.14 Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
1.15 Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
1.16 Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1.17 Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu
Nyeri kronis Tingkat Nyeri (L. 08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
(D.0078) Setelah dilakukan tindakan Observasi
berhubungan dengan
selama …. jam, diharapkan nyeri 2.1 Lokasi, karakteristik,
kondisi
muskuloskeletal menurun dengan kriteria hasil: durasi, frekuensi,
kronis 1 2 3 4 5 kualitas, intensitas nyeri
Keluhan 2.2 Identifikasi skala nyeri
nyeri 2.3 Identifikasi respon nyeri
Gelisah non-verbal
Meringis 2.4 Identifikasi faktor yang
Sikap memperberat dan
Protektif memperingan nyeri
2.5 Monitor keberhasilan
Skala Indikator: terapi komplementer
1 = Meningkat yang sudah diberikan
2 = Cukup Meningkat 2.6 Monitor efek samping
3 = Sedang penggunaan analgetik
4 = Cukup Menurun Terapeutik
5 = Menurun 2.7 Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi nafas dalam
2.8 Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
Edukasi
2.9 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2.10 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
2.11 Anjurkan memonitor
nyri secara mandiri
2.12 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
2.13 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
INTRA OPERASI
Diagnosa Rencana Tindakan
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Resiko hipovolemia Status cairan (L.03028) Manajemen hipovolemia
(D.0034) dibuktikan Setelah dilakukan tindakan (I.03116)
dengan kehilangan keperawatan selama …. jam Observasi
cairan secara aktif diharapkan status cairan Periksa tanda dan gejala
1.1
membaik dengan kriteria hasil: hipovolemia (mis:
frekuensi nadi meningkat,
1 2 3 4 5 nadi teraba lemah, tekanan
darah menurun, tekanan
Kekuatan
nadi menyempit, turgor
nadi
kulit menurun, membran
Turgor mukosa kering, volume
kulit urin menurun, hematokrit
meningkat, haus, lemah)
TTV
1.2 Monitor intake dan output
Membran cairan
mukosa Terapeutik
1.3 Hitung kebutuhan cairan
Output 1.4 Berikan posisi modified
urine Trendelenburg
Skala Indikator: 1.5 Berikan asupan cairan oral
1 = Menurun / memburuk Edukasi
2 = Cukup menurun/ memburuk 1.6 Anjurkan memperbanyak
3 = Sedang asupan cairan oral
4 = Cukup Meningkat /membaik 1.7 Anjurkan menghindari
5 = meningkat /membaik perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
1.8 Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis:
NaCL, RL)
1.9 Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (mis:
glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
1.10 Kolaborasi pemberian
cairan koloid (albumin,
plasmanate)
1.11 Kolaborasi pemberian
produk darah

POST OPERASI
Diagnosa Rencana Tindakan
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Hipotermia (D.0131) Termoregulasi (L. 14134) Manajemen Hipotermia ( I.
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 11353)
efek agen keperawatan selama …. jam, Observasi
diharapkan termoregulasi 1.1 Monitor suhu tubuh
farmakologis
membaikt dengan kriteria hasil: 1.2 Identifikasi penyebab
hipotermi (terpapar suhu
1 2 3 4 5 lingkungan rendah)
Menggigil 1.3 Monitor tanda dan gejala
akibat hipotermi
Skala Indikator: Terapeutik
1 = Meningkat 1.4 Sediakan lingkungan
2 = Cukup Menurun yang hangat
3 = Sedang 1.5 Ganti pakaian/ linen
4 = Cukup Menurun yang basah
5 = Menurun 1.6 Lakukan penghangatan
pasif (selimut)
1.7 Lakukan penghangatan
aktif eksternal (kompres
1 2 3 4 5 hangat, selimut
Suhu penghangat)
Tubuh 1.8 Lakukan penghangatan
Suhu aktif (infus cairan
Kulit hangat)
Pengisian
Kapiler
Ventilasi
Tekanan
Darah

Skala Indikator:
1 = Memburuk
2 = Cukup Memburuk
3 = Sedang
4 = Cukup Membaik
5 = Membaik
DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M. dan J. H. Hawks. 2009. Medical-Surgical Nursing. Eight Edition.


Singapore: Elsevier. Terjemahan oleh R. A. Nampira, Yudhistira, dan S. C.
Eka. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika.

Canata, G. dan V. Casale. 2016. Of a multimodal opiate-free protocol j oints j


oints. 4(10): 222–227.

Diva, Sara R., Alexandra B, Gil., Gustavo J.M, Almeida., Anthony M, Digioia
III., Timothy J, Levison., G. Kelley, Fitzgerald. A Balance Exercise
Program Appears To

Helmi, Z. N. 2012. Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.

Huber EO, de Bie RA, Roos EM, Bischoff-Ferrari HA. 2013. Effect of pre-
operative neuromuscular training on functional outcome after total knee
replacement: a randomized-controlled trial. BMC Musculoskelet Disord

Kuntono Heru, 2011. Nyeri Secara Umum dan Osteo Arthritis Lutut dari Aspek
Fisioterapi; Surakarta. Perpustakaan Nasional RI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai