Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

ARTHRITIS

Laporan Ini Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Dalam Praktik Program Profesi Ners Stase Keperawatan Gerontik

Disusun Oleh :
Elia Firdaus, S.Kep.
NIM: 4012230017

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XVIII


STIKES BINA PUTERA BANJAR
TAHUN 2022/2023
A. KONSEP DASAR REUMATIK

1. Pengertian

Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang

bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta

jaringan ikat sendi secara simetris (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu

Bedah Orthopedi, hal. 165).

Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak

sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya

umur (Felson dalam Budi Darmojo, 1999).

Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang

tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi

dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi

dan deformitas lebih lanjut (Susan Martin Tucker, 1998).

Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama

mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai

dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan

keletihan (Diane C. Baughman, 2000).

2. Etiologi

Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa

faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;

a. Usia lebih dari 40 tahun

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan

adalah yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan
akibat penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda

dengan perubahan pada osteoartritis.

b. Jenis kelamin wanita lebih sering

Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-

laki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher.

Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang

lebih sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50 tahunh

(setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita

daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada

patogenesis osteoartritis.

c. Suku bangsa

Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku

bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun

perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.

d. Genetik

Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks

histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR

seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relative 4 : 1 untuk

menderita penyakit ini.

e. Kegemukan dan penyakit metabolik

Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko

untuk timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan

ternyata tidak hanya berkaitan dengan oateoartritis pada sendi yang

menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis sendi lain


(tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor mekanis

yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat

faktor lain (metabolit) yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.

f. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga

Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus

menerus berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu.

Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi yang berkaitan dengan

resiko osteoartritis yang lebih tinggi.

g. Kelainan pertumbuhan

Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan

timbulnya oateoartritis paha pada usia mudah

h. Kepadatan tulang

Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko

timbulnya osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih

padat (keras) tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima

oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih

mudah robek.

3. Jenis Reumatik

Menurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis reumatik yaitu:

a. Reumatik Sendi (Artikuler)

Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik

sendi (reumatik artikuler).
b. Artritis Reumatoid

Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan menahun yang

tersebar diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan berbagai organ

di luar persendian.Peradangan kronis dipersendian menyebabkan

kerusakan struktur sendi yang terkena. Peradangan sendi biasanya

mengenai beberapa persendian sekaligus.Peradangan terjadi akibat proses

sinovitis (radang selaput sendi) serta pembentukan pannus yang

mengakibatkan kerusakan pada rawan sendi dan tulang di sekitarnya,

terutama di persendian tangan dan kaki yang sifatnya simetris (terjadi pada

kedua sisi).Penyebab Artritis Rematoid belum diketahui dengan pasti.

Ada yang mengatakan karena mikoplasma, virus, dan sebagainya. Namun

semuanya belum terbukti. Berbagai faktor termasuk kecenderungan

genetik, bisa mempengaruhi reaksi autoimun. Bahkan beberapa kasus

Artritis Rematoid telah ditemukan berhubungan dengan keadaan stres

yang berat, seperti tiba-tiba kehilangan suami atau istri, kehilangan satu¬-

satunya anak yang disayangi, hancurnya perusahaan yang dimiliknya dan

sebagainya. Peradangan kronis membran sinovial mengalami pembesaran

(Hipertrofi) dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang

menyebabkan kematian (nekrosis) sel dan respon peradanganpun

berlanjut. Sinovial yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan granular

yang disebut panus. Panus dapat menyebar keseluruh sendi sehingga

semakin merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut. Proses

ini secara perlahan akan merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta

deformitas (kelainan bentuk).


c. Osteoatritis

Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyebab yang

belum diketahui, namun mengakibatkan kelainan biologis, morfologis, dan

keluaran klinis yang sama.Proses penyakitnya berawal dari masalah rawan

sendi (kartilago), dan akhirnya mengenai seluruh persendian termasuk

tulang subkondrial, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial, serta

jaringan ikat sekitar persendian (periartikular). Pada stadium lanjut, rawan

sendi mengalami kerusakan yang ditandai dengan adanya fibrilasi, fisur,

dan ulserasi yang dalam pada permukaan sendi. Etiologi penyakit ini tidak

diketahui dengan pasti. Ada beberapa faktor risiko yang diketahui

berhubungan dengan penyakit ini, yaitu : Usia lebih dari 40 tahun, Jenis

kelamin wanita lebih sering, Suku bangsa, genetik, kegemukan dan

penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan, dan olah raga, kelainan

pertumbuhan, kepadatan tulang, dan lain-lain.

d. Atritis Gout

Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat

darah (hiperurisemia) . Reumatik gout merupakan jenis penyakit yang

pengobatannya mudah dan efektif. Namun bila diabaikan, gout juga dapat

menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini timbul akibat kristal

monosodium urat di persendian meningkat. Timbunan kristal ini

menimbulkan peradangan jaringan yang memicu timbulnya reumatik gout

akut. Pada penyakit gout primer, 99% penyebabnya belum

diketahui (idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetic


dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang

dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga

diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.

Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya

produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan

kadar purin yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organic

yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam

kelompok asam amino, unsur pembentuk protein. Produksi asam urat

meningkat juga bisa karena penyakit darah (penyakit sumsum tulang,

polisitemia), obat-obatan (alkohol, obatobat kanker, vitamin B12).

Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis),

kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak

terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-benda keton (hasil

buangan metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-benda keton yang

meninggi akan menyebabkan asam urat juga ikut meninggi.

e. Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)

Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan lunak di

luar sendi (soft tissue rheumatism) sehingga disebut juga reumatik luar

sendi (ekstra artikuler rheumatism). Jenis – jenis reumatik yang sering

ditemukan yaitu:

1) Fibrosis

Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh dan

anggota gerak. Fibrosis lebih sering ditemukan oleh perempuan usia

lanjut, penyebabnya adalah faktor kejiwaan


2) Tendonitis dan tenosivitis

Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri

lokal di tempat perlekatannya. Tenosivitis adalah peradangan pada

sarung pembungkus tendon.

3) Entesopati

Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang.

Entesis ini dapat mengalami peradangan yang disebut entesopati.

Kejadian ini bisa timbul akibat menggunakan lengannya secara

berlebihan, degenerasi, atau radang sendi.

4) Bursitis

Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon atau

otot ke tulang. Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik

gout dan pseudogout.

5) Back Pain

Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan proses

degenerarif diskus intervertebralis, bertambahnya usia dan pekerjaan

fisik yang berat, atau sikap postur tubuh yang salah sewaktu berjalan,

berdiri maupun duduk. Penyebab lainnya bisa akibat proses

peradangan sendi, tumor, kelainan metabolik dan fraktur.

6) Nyeri pinggang

Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang pernah

mengalaminya. Nyeri terdapat kedaerah pinggang kebawah


(lumbosakral dan sakroiliaka) Yang dapat menjalar ke tungkai dan

kaki.

7) Frozen shoulder syndrome

Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di pangkal

lengan atas yang bisa menjalar ke lengan atas bagian depan, lengan

bawah dan belikat, terutama bila lengan diangkat keatas atau

digerakkan kesamping. Akibat pergerakan sendi bahu menjadi

terbatas.

4. Manifestasi klinis

Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang

terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan.

Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan

istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi,

pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat

pembesaran sendi dan krepitasi.

Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul

belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri

tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan, antara

lain :

a. Nyeri sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah

dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan

tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan

gerakan yang lain.


b. Hambatan gerakan sendi

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan

sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.

c. Kaku pagi

Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi,

seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.

d. Krepitasi

Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.

e. Pembesaran sendi (deformitas)

Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau

tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar

f. Perubahan gaya berjalan

Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau

panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan

fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk

kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).

5. Patofisiologi

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,

kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang

berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular

kartilago dari sendi.  Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau

penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke tulang sub chondria.


Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada

nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. 

Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan

sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).  Kerusakan

kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa

menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.  Invasi dari tulang sub

chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.

Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan

masa adanya serangan dan tidak adanya serangan.  Sementara ada orang yang

sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.  Yang lain.

terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid)

gangguan akan menjadi kronis yang progresif.


6. Pathway

Reaksi Faktor Rematik dengan antibodi,


faktor metabolik, infeksi dengan
kecenderunan virus

Kurang informasi Reaksi peradangan Nyeri Akut


tentang proses penyakit

Sinovial menebal
Defisit Pengetahuan
Pannus Deformitas sendi Gangguan Citra Tubuh

Kerusakan kartilago dan tulang Hambatan nutrisi pada


kartilago artikularis

Hilangnya kekuatan otot


Adhesi pada permukaan sendi

Risiko Cedera
Kekuatan sendi Terbatasnya gerakan sendi Defisit Perawatan Diri

Gangguan mobilitas
fisik
7. Pemeriksaan penunjang

a. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan

lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan

(perubahan awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil

jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara

bersamaan.

b. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium

c. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan

irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi

d. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar

dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi,

produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit,

penurunan viskositas dan komplemen (C3 dan C4).

e. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan

perkembangan panas.

f. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration)

atau atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak

leukosit dan kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.

g. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang

simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta

menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul

subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen


8. Penatalaksanaan

a. Medikamentosa

Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat

simtomatik. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai

analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses

patologis

b. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada

sendi yang sakit.

c. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri

d. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera

e. Dukungan psikososial

f. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan

yang tepat

g. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan

h. Kompres dengan es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat nyeri

i. Konsumsi makanan yang mengandung protein dan Vitamin

j. Diet rendah purin

Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan asam

urat dan menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan

mempertahankannya dalam batas normal. Bahan makanan yang boleh dan

yang tidak boleh diberikan pada penderita osteoartritis.

9. Komplikasi

a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya

prosesgranulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.


b. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.

c. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.

Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang

disebabkan oleh adanya darah yang membeku.

d. Terjadi splenomegali.

Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar

kemampuannya untuk  menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih

dan trombosit dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah

akan meningkat.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Biodata

Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan, penanggung

jawab.Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan

keterlibatan organ-organ lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru,

ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan

bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.

2. Riwayat Kesehatan

a. Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.

b. Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien

mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.

3. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral),

amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.

b. Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial

1) Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)

2) Catat bila ada krepitasi

3) Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan

4) Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral

c. Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang

d. Ukur kekuatan otot

e. Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya

f. Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari

4. Aktivitas/istirahat

Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres

pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan

simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu

senggang, pekerjaan, keletihan. Tanda : Malaise. Keterbatasan rentang

gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.

5. Kardiovaskuler

Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten,

sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).

6. Integritas ego

Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,

ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan


ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan). Ancaman pada konsep diri,

citra tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan pada orang lain).

7. Makanan/ cairan

Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/

cairan adekuat: mual, anoreksia, kesulitan untuk mengunyah.

Tanda : Penurunan berat bada, Kekeringan pada membran mukosa.

8. Hygiene

Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan

pribadi. Ketergantungan

9. Neurosensori

Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari

tangan, pembengkakan sendi simetris

10. Nyeri/ kenyamanan

Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan

jaringan lunak pada sendi).

11. Keamanan

Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki.

Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah

tangga.Demam ringan menetap Kekeringan pada mata dan membran

mukosa.

12. Interaksi social

Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan

peran; isolasi.
13. Riwayat Psiko Sosial

Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup

tinggi apalagi pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi

karena ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan

merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat

melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body

image dan harga diri klien.

14. Data Penunjang

Berisi informasi yang menunjang pemeriksaan pada penyakit pasien

seperti data laboratorium, radiologi, EKG, USG, CT Scan, dll.


C. ANALISA DATA

No. Data Etiologi Masalah


1. Gejala dan Tanda Mayor Reaksi faktor rematik dengan Defisit pengetahuan
Subjektif antibodi, faktor metabolik, infeksi
 (tidak tersedia) dengan kecenderungan virus
Objektif
1. Menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran Reaksi peradangan
2. Menunjikan presepsi yang keliru terhadap masalah
Gejala dan Tanda Minor Kurang informasi tentang proses
1. Menjalani pemeriksaan yang tepat penyakit
2. Menunjikan perilaku berlebihan (mis. apatis, bermusuhan,
agitasi,histeria) Defisit pengetahuan
2. Faktor Risiko Reaksi faktor rematik dengan Risiko cedera
Eksternal antibodi, faktor metabolik, infeksi
1. Terpapar patogen dengan kecenderungan virus
2. Terpapar zat kimia toksik
3. Terpapar agen nosokomial Reaksi peradangan
4. Ketidaknyamanan Transportasi
Internal Sinovial menebal
1. Ketidaknormalan profil darah
2. Perubahan orientasi afektif Pannus
3. Perubahan sensasi
4. Disfungsi autoimun Hambatan nutrisi pada kartilago
5. Disfungsi biokimia artikularis
6. Hipoksia jaringan
7. Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh Kerusakan kartilago dan tulang
8. Malnutrisi
9. Perubahan fungsi psikomotor Hilangnya kekuatan otot
10. Perubahan fungsi kognitif
Risiko Cedera
3. Gejala dan Tanda Mayor Reaksi faktor rematik dengan Gangguan mobilitas fisik
Subjektif antibodi, faktor metabolik, infeksi
1. Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas dengan kecenderungan virus
Objektif
1. Kekuatan otot menurun Reaksi peradangan
2. Rentang gerak (ROM) menurun
Gejala dan Tanda Minor Sinovial menebal
Subjektif
1. Nyeri saat bergerak Pannus
2. Enggan melakukan pergerakan
3. Merasa cemas saat bergerak  Hambatan nutrisi pada kartilago
Objektif artikularis
1. Sendi kaku
2. Gerakan tidak terkoordinasi Adhesi pada permukaan sendi
3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah Kekuatan sendi

Gangguan mobilitas fisik


4. Tanda dan gejala mayor Reaksi faktor rematik dengan Nyeri akut
Subjektif : antibodi, faktor metabolik, infeksi
Mengeluh nyeri dengan kecenderungan virus
Objektif :
1. Tampak meringis Reaksi peradangan
2. Bersikap protektif (mis. waspada, posisi mengihndari nyeri)
3. Gelisah Nyeri Akut
4. Frekuensi nada meningkat
5. Sulit tidur
Tanda dan gejala minor
Subjektif :
(tidak tersedia)
Objektif :
1. Tekanan darah meningkat
2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaphoresis
5. Gejala dan Tanda Mayor Reaksi faktor rematik dengan Gangguan citra tubuh
Subjektif antibodi, faktor metabolik, infeksi
1. Mengungkapkan kekacauan/kehilangan bagian tubuh  dengan kecenderungan virus
Objektif
1. Kehilangan bagian tubuh Reaksi peradangan
2. Fungsi/struktur tubuh berubah/hilang
Gejala dan Tanda Minor Sinovial menebal
Subjektif
1. Tidak mau mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian Pannus
tubuh
2. Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh Deformitas sendi
3. Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan/reaksi
orang lain Gangguan citra tubuh
4. Mengungkapkan perubahan gaya hidup
Objektif
1. Menyembunyikan/menunjukan bagian tubuh secara
berlebihan
2. Menghindari melihat dan/atau menyentuh bagian tubuh
3. Fokus berlebihan perubahan tubuh
4. Respon nonverbal pada perubahan dan presepsi tubuh
5. Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu
6. Hubungan sosial berubah
6. Gejala dan Tanda Mayor Reaksi faktor rematik dengan Defisit perawatan diri
Subjektif antibodi, faktor metabolik, infeksi
1. Menolak melakukan perawatan diri dengan kecenderungan virus
Objektif
1. Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke Reaksi peradangan
toilet/berhias secara mandiri
2. Minat melakukan perawatan diri kurang Sinovial menebal
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Pannus
1. (tidak tersedia)
Objektif Hambatan nutrisi pada kartilago
1. (tidak tersedia) artikularis

Adhesi pada permukaan sendi

Kekuatan sendi
Terbatasnya gerakan sendi

Defisit perawatan diri

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit Pengetahuan (D.0111)
2. Risiko Cedera (D.0136)
3. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)
4. Nyeri Akut (D.0077)
5. Gangguan Citra Tubuh (D.0083)
6. Defisit Perawatan Diri (D.0109)

E. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi
.
1. Defisit pengetahuan Tingkat Pengetahuan (L12111) Edukasi Kesehatan (I.12383)
(D.0111) Setelah dilakukan tindakan Observasi:
keperawatan 3x24 jam diharapkan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
tingkat pengetahuan membaik 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
Kriteria hasil : menurunkan motivasi perilaku perilaku hidup bersih dan
1. Perilaku sesuai anjuran sehat
Terapeutik:
meningkat 1. Sediaakan materi dan media pendidikan kesehatan
2. Kemampuan menjelaskan 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
pengetahuan suatu topik 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
meningkat Edukasi :
3. Pertanyaan tentang masalah 1. Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
yang dihadapi menurun 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
4. Persepsi yang keliru terhadap 3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
masalah menurun perilaku hidup bersih dan sehat
5. Menjalani pemeriksaan yang
tidak tepat menurun
2. Risiko cedera Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Keselamatan Lingkungan (I.14513)
(D.0136) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan Observasi:
keperawatan 3x24 jamkeparahan  Identifikasi kebutuhan keselamatan
dan cedera yang diamati atau  Monitor perubahan status keselamatan lingkungan
dilaporkan menurun. Terapeutik:
Kriteria hasil :  Hilangkan bahaya keselamatan, Jika memungkinkan
1. Kejadian cedera menurun  Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan risiko
2. Luka/lecet menurun  Sediakan alat bantu kemanan linkungan (mis. Pegangan
3. Pendarahan menurun tangan)
4. Fraktur menurun  Gunakan perangkat pelindung (mis. Rel samping, pintu
terkunci, pagar)
Edukasi
 Ajarkan individu, keluarga dan kelompok risiko tinggi
bahaya lingkungan

Pencegahan Cedera (I.14537)


Observasi:
 Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan cidera
 Identifikasi kesesuaian alas kaki atau stoking elastis pada
ekstremitas bawah
Terapeutik:
 Sediakan pencahayaan yang memadai
 Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan lingkungan
rawat inap
 Sediakan alas kaki antislip
 Sediakan urinal atau urinal untk eliminasi di dekat tempat
tidur, Jika perlu
 Pastikan barang-barang pribadi mudah dijangkau
 Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan pasien,
sesuai kebutuhan
Edukasi
 Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien dan
keluarga
 Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk
beberapa menit sebelum berdiri
3. Gangguan mobilitas Mobilitas fisik (L.05042) Dukungan Ambulasi (I.06171)
fisik (D.0054) Setelah dilakukan tindakan Tindakan
keperawatan selama 3x24 jam Observasi
mobilitas fisik meningkat 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
Kritreria Hasil : 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
- Pergerakan ekstremitas memulai ambulasi
meningkat 4. Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
- Kekuatan otot meningkat Terapeutik
Rentang gerak (ROM) meningkat 1. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis: tongkat,
kruk)
2. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
2. Anjurkan melakukan ambulasi dini
3. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis:
berjalan dari tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi)
4. Nyeri akut (D.0077) Kontrol Nyeri : L: 08063 Manajemen Nyeri (I. 08238)
Setelah di lakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
masalah nyeri akut dapat teratasi. kualitas, intensitas nyeri
Ekspetasi : meningkat 2. Identifikasi skala hyeri
Kriteria hasil : 3. Identifikasi respons nyeri nonverbal
1. Melaporkan nyeri terkontrol 4. Identifikasi factor yang memperberat nyeri
2. Kemampuan mengenali 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
penyebab nyeri 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respons nyeri
3. Kemampuan menggunakan 7. Monitor keberhasilan terapi komplomenter yang sudah
teknik non-farmakologis diberikan
4. Keluhan nyeri menurun 8. Monitor efek samping pengginaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. Terapi musik, terapi pijat, aromaterapi,dll)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborassi pemberian analgetik, jika perlu

5. Gangguan citra Citra Tubuh (L.09067) Promosi Citra Tubuh (I.09305)


tubuh (D.0083) Tujuan: Setelah dilakukan Observasi:
tindakan keperawatan 3x24 jam  Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap
diharapkan citra tubuh meningkat. perkembangan
Kriteria hasil :  Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan
1. Verbalisasi perasaan negatif isolasi sosial
tentang perubahan tubuh  Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
menurun Edukasi
2. Verbalisasi kekhawatiran pada  Jelaskan pada keluarga tentang perawatan perubahan citra
reaksi orang lain menurun tubuh
3. Melihat bagian tubuh membaik  Anjurkan menggunakan alat bantu (mis.wig,kosmetik)
4. Menyentuh bagian tubuh  Anjurkan mengikuti kelompok pendukung
membaik  Latih fungsi tubuh yang dimiliki
Terapeutik:
 Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
 Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga
diri
 Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh
secara realistis
6. Defisit perawatan Perawatan Diri (L.11103) Dukungan Perawatan Diri (I.11348)
diri (D.0109) Tujuan: Setelah dilakukan Observasi:
tindakan keperawatan 3x24 jam  Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
diharapkan perawatan diri  Monitor tingkat kemandirian
meningkat  Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri,
Kriteria hasil : berpakaian, berhias, dan makan
1. Kemampuan mandi meningkat Terapeutik:
2. Kemampuan mengenakan  Sediakan lingkungan yang teraupetik
pakaian meningkat  Siapkan keperluan pribadi
3. Kemampuan makan meningkat  Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
4. Kemampuan ke toilet  Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
(BAB/BAK) meningkat  Jadwalkan rutinitas perawatan diri
5. Verbalisasi keinginan Edukasi
melakukan perawatan diri  Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten
meningkat sesuai kemampuan
6. Mempertahankan kebersihan
mulut meningkat
DAFTAR PUSTAKA

Azizah,Lilik Ma’rifatul.  Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Garaha Ilmu.

Yogyakarta. 2011

Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta

Kushariyadi. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika.

Jakarta. 2010

Mubaraq, Chayatin, Santoso. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi.

Salemba Medika. Jakarta. 2011

Stanley, Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Alih Bahasa; Nety Juniarti,

Sari Kurnianingsih. Editor; Eny Meiliya, Monica Ester. Edisi 2. EGC.

Jakarta. 2006

Tamher, S. Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan

Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. 2011

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia

(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai