Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

DENGAN REUMATIK

KELAS 3B EKSTENSI

DISUSUN OLEH: KELOMPOK: IV

1. ASEP NURDIANSYAH (08170100162)


2. BARTOLOMEUS BARTO (08170100154)
3. DEWI ASTUTI (08170100159)
4. EKA FRANA (08170100164)
5. EKA MERIANI (08170100157)
6. INDRA (08170100163)
7. MOH. IRHAM (08170100161)
8. MONIKA MIAWATI (08170100160)
9. SARI PRATIWI (08170100155)
10. WINDA HAIRANI P (08170100156)
11. YULIANA SISCA (08170100158)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU


JAKARTA 2018
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN REMATIK

A. PENGERTIAN
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris
(Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165).
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses
inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut.
Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo,
1999).
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui
penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang
mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut (Susan Martin
Tucker, 1998).
Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai membran
sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku
sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan (Diane C. Baughman, 2000).
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama
poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh (Arif Mansjour, 2001).
Osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana terjadi kerusakan
tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dnegan usia lanjut,
terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban.

B. JENIS REMATIK
Menurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis reumatik yaitu:
1. Reumatik Sendi (Artikuler). Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama
reumatik sendi (reumatik artikuler). Penyakit ini ada beberapa macam yang
paling sering ditemukan yaitu:
a. Artritis Reumatoid. Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan
menahun yang tersebar diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan sendi
dan berbagai organ di luar persendian.Peradangan kronis
dipersendian menyebabkan kerusakan struktur sendi yang terkena.
Peradangan sendi biasanya mengenai beberapa persendian sekaligus.Peradangan
terjadi akibat proses sinovitis (radang selaput sendi) serta pembentukan pannus
yang mengakibatkan kerusakan pada rawan sendi dan tulang di sekitarnya,
terutama di persendian tangan dan kaki yang sifatnya simetris (terjadi pada kedua
sisi).Penyebab Artritis Rematoid belum diketahui dengan pasti. Ada yang
mengatakan karena mikoplasma, virus, dan sebagainya. Namun semuanya belum
terbukti. Berbagai faktor termasuk kecenderungan genetik, bisa mempengaruhi
reaksi autoimun. Bahkan beberapa kasus Artritis Rematoid telah
ditemukan berhubungan dengan keadaan stres yang berat, seperti tiba-
tiba kehilangan suami atau istri, kehilangan satu¬-satunya anak yang disayangi,
hancurnya perusahaan yang dimiliknya dan sebagainya. Peradangan kronis
membran sinovial mengalami pembesaran (Hipertrofi) dan menebal sehingga
terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan kematian (nekrosis) sel dan
respon peradanganpun berlanjut. Sinovial yang menebal kemudian dilapisi oleh
jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar keseluruh sendi
sehingga semakin merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut.
Proses ini secara perlahan akan merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta
deformitas (kelainan bentuk).
b. Osteoatritis. Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyebab
yang belum diketahui, namun mengakibatkan kelainan biologis, morfologis, dan
kelainan klinis yang sama.Proses penyakitnya berawal dari masalah rawan sendi
(kartilago), dan akhirnya mengenai seluruh persendian termasuk tulang
subkondrial, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial, serta jaringan ikat sekitar
persendian (periartikular). Pada stadium lanjut, rawan sendi mengalami kerusakan
yang ditandai dengan adanya fibrilasi, fisur, dan ulserasi yang dalam pada
permukaan sendi. Etiologi penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Ada
beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, yaitu :
Usia lebih dari 40 tahun, Jenis kelamin wanita lebih sering, Suku bangsa, genetik,
kegemukan dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan, dan olah raga,
kelainan pertumbuhan, kepadatan tulang, dan lain-lain.
c. Atritis Gout. Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat
darah (hiperurisemia) . Reumatik gout merupakan jenis penyakit yang
pengobatannya mudah dan efektif. Namun bila diabaikan, gout juga dapat
menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini timbul akibat kristal monosodium
urat di persendian meningkat. Timbunan kristal ini menimbulkan peradangan
jaringan yang memicu timbulnya reumatik gout akut. Pada penyakit gout primer,
99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik). Diduga berkaitan dengan
kombinasi faktor genetic dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan
metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau
bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.
Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya produksi
asam urat karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan kadar purin yang
tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organic yang menyusun asam
nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok asam amino, unsur
pembentuk protein. Produksi asam urat meningkat juga bisa karena penyakit
darah (penyakit sumsum tulang, polisitemia), obat-obatan (alkohol, obatobat
kanker, vitamin B12). Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit
kulit (psoriasis), kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak
terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-benda keton (hasil buangan
metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-benda keton yang meninggi akan
menyebabkan asam urat juga ikut meninggi.
2. Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler). Merupakan golongan penyakit reumatik
yang mengenai jaringan lunak di luar sendi (soft tissue rheumatism) sehingga disebut
juga reumatik luar sendi (ekstra artikuler rheumatism). Jenis – jenis reumatik
yang sering ditemukan yaitu:
a. Fibrosis. Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh dan
anggota gerak. Fibrosis lebih sering ditemukan oleh perempuan usia lanjut,
penyebabnya adalah faktor kejiwaan.
b. Tendonitis dan tenosivitis. Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang
menimbulkan nyeri lokal di tempat perlekatannya. Tenosivitis adalah peradangan
pada sarung pembungkus tendon.
c. Entesopati. Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang.
Entesis ini dapat mengalami peradangan yang disebut entesopati. Kejadian ini
bisa timbul akibat menggunakan lengannya secara berlebihan, degenerasi, atau
radang sendi.
d. Bursitis. Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon atau
otot ke tulang. Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik gout dan
pseudogout
e. Back Pain. Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan proses
degenerarif diskus intervertebralis, bertambahnya usia dan pekerjaan fisik yang
berat, atau sikap postur tubuh yang salah sewaktu berjalan, berdiri maupun duduk.
Penyebab lainnya bisa akibat proses peradangan sendi, tumor, kelainan metabolik
dan fraktur.
f. Nyeri pinggang. Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang
pernah mengalaminya. Nyeri terdapat kedaerah pinggang kebawah (lumbosakral
dan sakroiliaka) Yang dapat menjalar ke tungkai dan kaki.
g. Frozen shoulder syndrome. Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah
persendian di pangkal lengan atas yang bisa menjalar ke lengan atas bagian
depan, lengan bawah dan belikat, terutama bila lengan diangkat keatas atau
digerakkan kesamping. Akibat pergerakan sendi bahu menjadi terbatas.

C. TANDA DAN GEJALA


Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama
waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku,
kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada
pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih
lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin
dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat
yang merata dan warna kemerahan, antara lain;
1. Nyeri sendi. Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan
gerakandan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-
kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.
2. Hambatan gerakan sendi. Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan
pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi. Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi,
seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
4. Krepitasi. Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
5. Pembesaran sendi (deformitas). Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu
sendinya (lutut atau tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.
6. Perubahan gaya berjalan. Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit,
lutut atau panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan
fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien
yang umumnya tua (lansia).

D. ETIOLOGI
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko yang
diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;
1. Usia lebih dari 40 tahun. Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis,
faktor penuaan adalah yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis
bukan akibat penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda
dengan eprubahan pada osteoartritis.
2. Jenis kelamin wanita lebih sering. Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan
sendi. Sedangkan laki-laki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan
dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih
sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50 tahunh (setelah menopause)
frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini menunjukkan
adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Suku bangsa. Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku
bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan
pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.
4. Genetik. Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks
histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR seropositif.
Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relative 4 : 1 untuk menderita penyakit ini.
5.. Kegemukan dan penyakit metabolic. Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan
dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun
pria. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan oateoartritis pada sendi yang
menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis sendi lain (tangan atau
sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor mekanis yang berperan (karena
meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang berpperan
pada timbulnya kaitan tersebut.
6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga. Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian
satu sendi yang terus menerus berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis
tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi yang berkaitan dengan
resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
7. Kepadatan tulang. Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko
timbulnya osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras)
tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi.
Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.

E. PATHWAY

F. PATOFISIOLOGI
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,
eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi
menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi
membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi
kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan
kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan
fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan
tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari
persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya
serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan
pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai
faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang
progresif.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi
sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang
menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
2. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
3. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi.
4. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal:
buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi, produk-produk
pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan
komplemen (C3 dan C4).
5. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.
6. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang
kental dibanding cairan sendi yang normal.
7. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris
yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-
kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi
peri-artikuler pada foto rontgen

H. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi
inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuan
mobilisasi penderita (Lemone & Burke, 2001). Adapun penatalaksanaan umum pada
rheumatoid arthritis antara lain :
1. Pemberian terapi. Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin
untuk mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi,
pemberian corticosteroid sistemik untuk memperlambat destruksi sendi dan
imunosupressive terapi untuk menghambat proses autoimun.
2. Pengaturan aktivitas dan istirahat. Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur
merupakan hal penting untuk mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang
terkena dan pembatasan gerak yang tidak perlu akan sangat membantu dalam
mengurangi progresivitas inflamasi. Namun istirahat harus diseimbangkan dengan
latihan gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot dan pergerakan sendi.
3. Kompres panas dan dingin. Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan
efek analgesic dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada
kompres dingin.
4. Diet. Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet
yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.
5. Pembedahan. Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai
tahap akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi,
arthoplasty atau total join replacement untuk mengganti sendi.

I. PENCEGAHAN
1. Kurangi berat badan : ini akan mengurangi tekanan pada sendi
2. Melakukan senam : senam akan membantu melancarkan aliran darah, memastikan
tulang dan otot kita kuat.
3. Makan makanan yang seimbang
4. Pelihara sendi, kurangi tekanan pada sendi
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ
lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut
atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
1. Aktivitas/ istirahat. Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk
dengan stres pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan
simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,
pekerjaan, keletihan. Tanda : Malaise, Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit,
kontraktor/ kelaianan pada sendi.
2. Kardiovaskuler : Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat
intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
3. Integritas ego : Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.Keputusan dan ketidakberdayaan ( situasi
ketidakmampuan). Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya
ketergantungan pada orang lain).
4. Makanan/ cairan : Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia,Kesulitan untuk mengunyah. Tanda :
Penurunan berat badan, Kekeringan pada membran mukosa.
5. Hygiene : Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi. Ketergantungan.
6. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan. Gejala : Pembengkakan sendi simetris
7. Nyeri/ kenyamanan : Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi ).
8. Keamanan. Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki.
Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam
ringan menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
9. Interaksi social: Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain;
perubahan peran; isolasi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : distensi jaringan oleh akumulasi cairan/
proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal
Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan kurangnya pengetahuan dan kurangnya
informasi tentang penyakit.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : distensi jaringan oleh akumulasi cairan/
proses inflamasi, destruksi sendi.
Kriteria Hasil:
 Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol,
 Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
kemampuan.
 Mengikuti program farmakologis yang diresepkan,
 Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program
kontrol nyeri.

Intervensi dan Rasional:.

1). Kaji nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang
mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
R/ Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan
program
2). Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat,
brace.
(R/ Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral.
Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada
sendi)
3). Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur,
sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang keras.
(R/ Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan
sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi)
4). Anjurkan pasien untuk mandi air hangat. Sediakan waslap hangat untuk
mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air
kompres, air mandi, dan sebagainya.
(R/ Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan
luka dermal dapat disembuhkan)
2. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal
Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
Kriteria Hasil :
 Mempertahankan fungsi posisi tulang, pembatasan kontraktur.
 Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi tulang dan/ atau
konpensasi bagian tubuh.
 Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas

Intervensi dan Rasional:.


1). Evaluasi pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi
(R/ Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari peoses
inflamasi)
2). Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk, jika diperlukan jadwal aktivitas untuk
memberikan periode istirahat, dan tidur malam hari yang tidak terganmggu.
(R/ Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase
penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan, mempertahankan kekuatan)
3). Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikian juga latihan resistif dan
isometris jika memungkinkan
(R/ Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina
umum. Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karena
aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi)
4). Ubah posisi sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/ bantu tehnik
pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze
(R/ Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi.
Memepermudah perawatan diri dan kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang
tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit)
5). Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace
(R/ Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko cidera ) dan memerptahankan
posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor)
3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.
Kriteria Hasil :
 Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan
keterbatasan.
 Menyusun rencana realistis untuk masa depan.

Intervensi dan Rasional:


1). Dorong pengungkapan masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan.
(R/Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan konsep dan
menghadapinya secara langsung)
2). Diskeusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat.
Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan gaya
hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual.
(R/Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan
interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi/
konseling lebih lanjut)
3). Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana orang terdekat menerima
keterbatasan.
(R/ Isyarat verbal/non verbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh besar
pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri)
Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.
(R/ Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan bermusuhan umum
terjadi)
4). Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu
memperhatikan perubahan.
(R/ Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptive,
membutuhkan intervensi lebih lanjut)
5). Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
perilaku positif yang dapat membantu koping.
(R/ Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat
meningkatkan perasaan harga diri)
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Kriteria Hasil :
 Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan
kemampuan individual.
 Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri.
 Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi
kebutuhan perawatan diri.

Intervensi dan Rasional:


1). Diskusikan tingkat fungsi umum sebelum timbul eksaserbasi penyakit dan
potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.
(R/ Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang
diperlukan pada keterbatasan saat ini).
2). Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
(R/ Mendukung kemandirian fisik/emosional)
3). Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi /rencana
untuk modifikasi lingkungan.
(R/ Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan
harga diri)
4). Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi.
(R/ Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual.
Mis; memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu,
menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran).
5). Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan
evaluasi setelahnya.
(R/ Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat
kemampuan aktual).
6). Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan perawatan
rumah, ahli nutrisi.
(R/ Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan situasi di
rumah)
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan kurangnya pengetahuan dan kurangnya
informasi tentang penyakit

Kriteria Hasil :
 Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.
 Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup
yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.

Intervensi dan Rasional:


1). Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan.
(R/ Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan
informasi)
2). Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui
diet,obat-obatan, dan program diet seimbang, l;atihan dan istirahat.
(R/ Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendiri/ jaringan lain
untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas)
3). Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis,istirahat,
perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stres.
(R/ Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses
penyakit kronis kompleks).
4). Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik.
(R/ Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis)
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. D
DENGAN REUMATIK DI SUB UNIT PERLINDUNGAN SOSIAL
TRESNA WERDHA SUKMA RAHARJA

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien
a. Nama : Ny. D
b. Umur : 80 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Suku : Sunda
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : SPR
g. Status Perkawinan : Menikah (Janda)
h. Tanggal Pengkajian : Oktober 2018
i. Alamat : Kota Bogor

2. Status Kesehatan Saat ini


Ny. I mengatakan kaki kanannya merasa pegal, linu dan kesemutan. Hal itu dirasakan
oleh Ny. I sejak 6 bulan terakhir. Rasa kesemutan dan linu bertambah ketika Ny. I
selesai mencuci pakaian atau mencuci piring, serta terlalu lama melakukan aktivitas.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu


Ny. I mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit apapun.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ny. I mengatakan sebelumnya tidak memilki riwayat penyakit apapun.

5. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital


a. Tekanan darah : 130/80 mmHg
b. Nadi : 86 kali/menit
c. Suhu : 36.0 oC
d. Respirasi : 20 kali/menit
e. Berat badan : 50kg

6. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Keadaan Ny. I tampak sehat dan tampak memegangi kaki kanannya.
2. Kepala, wajah, mata, leher
 Bentuk kepala tampak bulat, tidak ada lesi dan benjolan, rambut tampak beruban,
rambut lurus
 Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, pupil isokhor, mata kanan tampak
sering berair, pergerakan bola mata simetris
 Tidak teraba ada pembesaran kelenjar getah bening
 Hidung tampak simetris, tidak tampak ada cairan berlebih
3. Sistem pernapasan
Bentuk thorax simetris, tidak tampak ada retraksi intercostal, vocal premitus merata
di semua lapang paru, perkusi terdengar resonance, auskultasi terdengar vesikular
4. Sistem kardiovaskuler
Perkusi jantung terdengar pekak, irama jantung terdengar regular.
5. Sistem Gastrointestinal
Tampak tidak ada lesi dan tidak ada benjolan, bising usus terdengar 10x/menit,
perkusi terdengar tymphani.
6. Sistem urinaria
Ny. I BAK 5-6 kali sehari, tidak sakit saat BAK dan lancar.
7. Sistem muskulosceletal
Kedua kaki dan tangan Ny. I tampak sejajar dan sama besar dan panjang, tampak
adanya scoliosis. Kemampuan mengubah posisi baik, pergerakan kedua tangan dan
kaik baik, kekuatan otot baik, tetapi kaki kanan sering merasa linu dan kesemutan.
8. Sistem syaraf pusat
Tidak ada cedera kepala, tidak ada peningkatan TIK, tidak memiliki riwayat kejang
9. Sistem endokrin
Ny. I mengatakan tidak mempunyai penyakit gula dan gondok.
10. Sistem reproduksi
Ny. I mengatakan pernah menikah 2 kali dan dikaruniai 2 anak tetapi sudah
meninggal sejak kecil.
11. Sistem integument
Kulit tampak keriput, warna kulit sawo matang, tampak ada lesi, elastisitas kulit
berkuang.
12. Sistem hemopoetik

7. Pengkajian Psikososial & Spiritual


a. Psikososial
Ny. I mengatakan dapat bersosialisasi dengan penghuni panti yang lainnya. Status
emosi Ny. I stabil dan kooperatif saat diajak bicara, sikap klien terhadap keluarga
pasien lainnya baik.
b. Spiritual
Ny. I beragama Islam, dan mengatakan selalu menjalankan ibadah sholat lima
waktu. Selain itu juga mengikuti pengajian minggguan yang diadakan di
kampungnya.
8. Pengkajian Fungsional Klien

1. Katz index

No. Kegiatan Mandiri Bantuan Bantuan Penuh


Sebagian
1. Mandi a
2. Berpakaian a
3. Ke Kamar Kecil a
4. Berpindah Tempat a
5. BAK/BAB a
6. Makan/Minum a

Ny. I dapat beraktivitas secara mandiri tanpa pengawasan, pengarahan, atau


bantuan aktif dari orang lain.

2. Barthel index
No. Kegiatan Dengan Mandiri
Bantuan
1. Makan/Minum 0 10
2. Berpindah dari kursi roda ke tempat
0 15
tidur/sebaliknya
3. Kebersihan diri (cuci muka, gosok gigi,
0 5
menyisir rambut)
4 Keluara masuk kamar mandi (menyeka
0 10
tubuh, menyiram, mencuci baju)
5. Mandi 0 15
6. Jalan-jalan di permukaan datar 0 5
7. Naik turun tangga 0 10
8. Memakai baju 0 10
9. Kontrol BAK 0 10
10. Kontrol BAB 0 10
Jumlah 0 100

Kesimpulan:
Jumlah skor 100 = mandiri
9. Pengkajian Status Mental
Short Portable Mental Status Questioner (SPSMQ)

Benar Salah No. Pertanyaan


A 1. Tanggal berapa hari ini?
A 2. Hari apa sekarang?
A 3. Apa nama tempat ini?
A 4. Dimana alamat anda?
a 5. Berapa umur anda?
a 6. Kapan anda lahir?
a 7. Siapa presiden Indonesia sekarang?
a 8. Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
A 9. Siapa nama ibu anda?
A 10. Kurangi 3 dari 20 & tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru, semua secara berurutan
10 Jumlah

Total Skor:
Salah: 4 Benar: 6
Hasil:
Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan

10. Pengkajian Aspek Kognitif Dari Fungsi Mental

No. Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif Mhs Klien
1. Orientasi 5 1 Menyebutkan dengan benar
þ Tahun
þ Musim
þ Tanggal
þ Hari
þ Bulan
2. Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar
ý Negara Indonesia
þ Propinsi Jabar
þ Kota Bogor
ý Panti
3. Registrasi 5 5 Pemeriksa mengatakan nama
3 objek selama 1 detik
kemudian klien mengulang
nama objek tersebut
þ Objek gelas
þ Objek piring
þ Objek garpu
4. Perhatian & 5 Minta klien untuk memulai
Kalkulasi dari angka 100 kemudian
dikurangi 7 sampai 5 tahap
þ 100
þ 93
ý 86
ý 79
ý 72
5. Mengingat 5 Minta klien untuk
menyebutkan atau
mengulang ketiga objek pada
no.2
þ Objek pohon
þ Objek motor
þ Objek kipas
6. Bahasa 9 Tunjukkan pada klien suatu
benda (2 objek) tanyakan
namanya!
þ Objek sepatu
þ Objek sandal
Minta klien untuk mengulang
kata berikut:
þ Tak ada jika
þ Dan atau
þ Tetapi
(bila benar nilai 1)
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut:
þ Ambil kertas di tangan
anda
þ Lipat dua
þ Taruh di lantai
Perintahkan pada klien untuk
hal berikut (bila aktifitas
sesuai perintah nilai 1)
þ Tutup mata anda
Perintahkan pada klien
menilai satu kalimat dan
menyalin gambar:
ý Tulis satu kalimat
ý Menyalin gambar
Total Nilai 23
Interpretasi hasil :
Nilai 8-22 = kerusakan aspek fungsi mental ringan

A. ANALISA DATA

Kemungkinan
No. Data Senjang Masalah
Penyebab
1. DS: Proses menua Nyeri
 Ny T mengatakan ± ê
sudah dua tahun Perubahan hormonal
merasa kesemutan ê
dan linu pada Permukaan tulang dan
kakinya sendi tidak lagi licin
 Ny T mengatakan ê
rasa kesemutan dan Tulang mengalami
linu bertambah jika gesekan
terkena dingin dan ê
berkurang setelah Nyeri
minum obat.
DO:
 TD :130/90 mmHg
 Nadi : 80 x/menit
 Suhu : 36 C
 Respirasi : 24
x/menit
 Ny T tampak
memegangi kakinya
2. DS: Proses menua Kurang
Ny T mengatakan ê pengetahuan
tidak mengerti Penurunan daya ingat tentang rematik
tentang penyakit ê
rematik, makanan Kurang terpapar
pantangan dan cara informasi
pengobatan untuk ê
rematik Kurang pengetahuan
DO: tentang rematik
Ny T tampak
bertanya tentang
rematik, makanan
pantangan dan cara
pengobatan rematik
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nyeri akut akibat proses inflamasi pada daerah kaki b.d kesemutan dan rasa ngilu pada
persendian.

C. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Rencana tindakan Rasional


D
X Tujuan Kriteria intervensi
hasil
Nyeri akut akibat proses Tupan: Setelah  anjurkan  Membantu dalam
1. inflamasi pada daerah Nyeri dilakukan klien menentukan
kaki b.d kesemutan dan hilang intervensi untuk kebutuhan
rasa ngilu pada dan hasil mandi air manajemen nyeri
persendian proses yang hangat, dan keefektifan
DS: inflamas diharapka kompres program.
 Ny I mengatakan sudah i dapat n: sendi-  Panas
± dua tahun merasa diatasi  Ny I sendi yang meningkatkan
kesemutan dan linu pada Tupen : melapork sakit relaksasi otot dan
kakinya Rasa an rasa dengan mobilitas,
 Ny I mengatakan rasa kesemut kesemuta kompres menurunkan rasa
kesemutan dan linu an dan n dan hangat sakit.
bertambah jika terkena ngilu ngilu  berikan  Meningkatkan
dingin dan berkurang berkuran berkuran masase relaksasi/
setelah minum obat g/ g yang mengurangi
DO: teratasi  Ny I lembut tegangan otot
 TD :130/80 mmHg dapat  ajarkan  Meningkatkan
 Nadi : 86 x/menit beraktifit teknik relaksasi,
 Suhu : 36,0 C as tanpa relaksasi memberikan rasa
 Respirasi : 20 x/menit rasa ngilu dan kontrol dan
Ny D tampak dan distraksi mungkin
memegangi kakinya kesemuta kolaborasi meningkatkan
n. pemberian kemampuan
kaji obat koping.
keluhan sesuai Memudahkan
yang indikasi untuk ikut serta
dirasakan yang dalam terapi dan
klien, diberikan mengurangi
catat tegangan otot /
faktor spasme.
yang
memperc
epat dan
tanda-
tanda
rasa sakit
non
verbal.
2. Kurang pengetahuan Tupan : Setelah  Kaji  Menambah
tentang rematik b.d Pengeta dilakukan tingkat pengetahuan
keterbatasan kognitif huan Ny intervensi pengetahu pasien tentang
DS: I tentang diharapka an klien penyakit yang
NyI mengatakan tidak rematik n:  Berikan dideritanya
mengerti tentang adekuat Ny I pendidika Mengetahui sejauh
penyakit rematik, Tupen : mengatak n mana klien
makanan pantangan dan Pengeta an paham kesehatan memahami tentang
cara pengobatan untuk huan Ny mengenai tentang penyakit yang
rematik I penyakitn cara dideritanya
DO: bertamb ya mencegah
Ny I tampak bertanya ah dan
tentang rematik, mengatasi
makanan pantangan dan rematik
cara pengobatan  Evaluasi
tradisional untuk tingkat
rematik pengetahu
an klien
 Memudah
kan dalam
menentuk
an
intervensi
selajutnya

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tanggal No. Implementasi Evaluasi Paraf

06 Mei 1  Membina hubungan S:


2010 saling percaya dengan Ny I mengatakan sudah ±
klien satu tahun merasa
 Mengkaji keluhan yang kesemutan dan linu pada
dirasakan klien, catat kakinya
faktor yang  Ny I mengatakan rasa
mempercepat dan kesemutan dan linu
tanda-tanda rasa sakit bertambah jika terkena
non verbal. dingin dan berkurang
 Menganjurkan klien setelah minum obat
untuk mandi air hangat, O :
kompres sendi- sendi TD :130/80 mmHg
yang sakit dengan  Nadi : 86 x/menit
kompres hangat  Suhu : 36,0 C
 Mengajarkan teknik  Respirasi : 20 x/menit
 Ny I tampak memegangi
relaksasi dan distraksi
 Berkolaborasi kakinya
pemberian obat sesuai Ny I tampak mempraktekan
indikasi yang diberikan teknik relaksasi dengan tarik
nafas dalam
A:
Masalah teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
 Kaji pengeahuan klien
tentang penyakit rematik
 Berikan penkes tentang
penyakit rematik
DAFTAR PUSTAKA
Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC
Kalim, Handono. 1996. Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta kedokteran, Jakarta : Media Aesculaapius FKUI
Prince, Sylvia Anderson. 1999. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta
: EGC
Smeltzer, Suzzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC
Ganong. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta : EGC
Azizah,Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1, Yogyakarta : Garaha Ilmu
Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia, Jakarta : Salemba Medika
Tamher, S. Noorkasiani. 2011. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai