Anda di halaman 1dari 29

A S U H A N K E P E R A W A TA N A N A K D E N G A N L E U K E M I A

PENDAHULUAN

Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000 kasus/tahun


dengan angka kematian mencapai 83,6 % (Herningtyas, 2004).
Data dari International Cancer Parent Organization (ICPO)
menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat 120 anak
yang mengidap kanker dan 60 % diantaranya disebabkan oleh
leukemia (Sindo, 2007).
Istilah leukemia pertama kali
dijelaskan oleh Virchow sebagai “darah
putih” pada tahun 1874, adalah
penyakit neoplastik yang ditandai
dengan diferensiasi dan proliferasi sel
induk hematopoetik.
LANJUTAN………
Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang
abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit
yang lain daripada normal dengan jumlah yang
berlebihan, dapat menyebabkan kegagalan sumsum
tulang dan sel darah putih sirkulasinya meninggi.
2. ETIOLOGI
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini.
Menurut hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih
meningkatkan risiko timbulnya penyakit leukemia.

a. Host

 Umur , jenis kelamin, ras

 Faktor genetik b. Agent


 Virus
 Sinar radioaktif
 Zat kimia
 Merokok
c. Lingkungan (pekerjaan)
MANIFESTASI KLINIK
a. Leukemia Limfositik Akut (LLA)

Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya


menggambarkan kegagalan sumsum tulang. Gejala klinis
berhubungan dengan anemia (mudah lelah, letargi, pusing,
sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu juga
ditemukan anoreksi, nyeri tulang dan sendi,
hipermetabolisme, Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada
sternum, tibia dan femur
b. Leukemia Mielositik Akut (LMA)
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi
yang disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang,
perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura atau
petekia. Penderita LMA dengan leukosit yang sangat tinggi
(lebih dari 100 ribu/mm3) biasanya mengalami gangguan
kesadaran, napas sesak, nyeri dada dan priapismus. Selain itu
juga menimbulkan gangguan metabolisme yaitu hiperurisemia
dan hipoglikemia.
c. Leukemia Limfositik Kronik (LLK)

Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala.


Penderita LLK yang mengalami gejala biasanya
ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan berat
badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu
makan dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga.
Demam, keringat malam dan infeksi semakin parah
sejalan dengan perjalanan penyakitnya.
d . Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik (LGK)
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi
dan fase krisis blas. Pada fase kronik ditemukan
hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat
desakan limpa dan lambung. Penurunan berat badan
terjadi setelah penyakit berlangsung lama. Pada fase
akselerasi ditemukan keluhan anemia yang bertambah
berat, petekie, ekimosis dan demam yang disertai
infeksi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Darah Tepi
Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis
(60%) dan kadang-kadang leukopenia (25%). Pada
penderita LMA ditemukan penurunan eritrosit dan
trombosit. Pada penderita LLK ditemukan limfositosis
lebih dari 50.000/mm3, sedangkan pada penderita
LGK/LMK ditemukan leukositosis lebih dari
50.000/mm3.
b. Pemeriksaan sumsum tulang belakang

Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut


ditemukan keadaan hiperselular. Jumlah blast minimal 30% dari sel
berinti dalam sumsum tulang. Pada penderita LLK ditemukan adanya
infiltrasi merata oleh limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total sel
yang berinti. Kurang lebih 95% pasien LLK disebabkan oleh
peningkatan limfosit B. Sedangkan pada penderita LGK/LMK
ditemukan keadaan hiperselular dengan peningkatan jumlah
megakariosit dan aktivitas granulopoeisis. Jumlah granulosit lebih dari
30.000/mm3.
PENATALAKSANAAN
a. Kemoterapi
1. Kemoterapi Penderita LLA
Tahap 1 (terapi induksi)
Tahap 2 (terapi konsolidasi/intensifikasi)
Tahap 3 (profilaksis SSP)
Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)
2. Kemoterapi penderita LMA

Fase induksi

Fase konsolidasi
3. Kemoterapi pada penderita LLK
Salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah klasifikasi Rai:
Stadium 0 :limfositosis darah tepi dan sumsum tulang
Stadium I : limfositosis dan limfadenopati.
Stadium II :limfositosis dan splenomegali/ hepatomegali.
Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb < 11 gr/dl).
Stadium IV :limfositosis dan trombositopenia
<100.000/mm3 dengan / tanpa gejala pembesaran hati,
limpa,kelenjar.
Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena
tujuan terapi bersifat konvensional, terutama untuk
mengendalikan gejala. Pengobatan tidak diberikan kepada
penderita tanpa gejala karena tidak memperpanjang hidup.
Pada stadium I atau II, pengamatan atau kemoterapi
adalah pengobatan biasa. Pada stadium III atau IV
diberikan kemoterapi intensif.
Angka ketahanan hidup rata-rata adalah sekitar 6
tahun dan 25% pasien dapat hidup lebih dari 10
tahun. Pasien dengan sradium 0 atau 1 dapat
bertahan hidup rata-rata 10 tahun. Sedangkan pada
pasien dengan stadium III atau IV rata-rata dapat
bertahan hidup kurang dari 2 tahun.
4. Kemoterapi pada penderita LGK/LMK
a. Fase kronik
Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yag mampu
menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama.
Regimen dengan bermacam obat yang intensif merupakan terapi
pilihan fase kronis LMK yang tidak diarahkan pada tindakan
transplantasi sumsum tulang.
b. Fase akselerasi
Sama dengan terapi leukemia akut,tetapi respon sangat rendah
b. Radioterapi

Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk


membunuh sel-sel leukemia. Sinar berenergi tinggi ini
ditujukan terhadap limpa atau bagian lain dalam tubuh
tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa
menjadi gelombang atau partikel seperti proton, elektron,
x-ray dan sinar gamma. Pengobatan dengan cara ini dapat
diberikan jika terdapat keluhan pendesakan karena
pembengkakan kelenjar getah bening setempat.
c. Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang
rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat
disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu,
transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang
rusak karena kanker. Pada penderita LMK, hasil terbaik (70-80% angka
keberhasilan) dicapai jika menjalani transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah
terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen(HLA) yang sesuai. Pada
penderita LMA transplantasi bisa dilakukan pada penderita yang tidak
memberikan respon terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda yang
pada awalnya memberikan respon terhadap pengobatan.
d. Terapi suportif

Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-


akibat yag ditimbulkan penyakit leukemia dan
mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi
darah untuk penderita leukemia dengan keluhan
anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi
perdarahan dan antibiotik untuk mengatasi infeksi.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Riwayat penyakit
 Kaji adanya tanda-tanda anemia (pucat,kelemahan,sesak,nafas
cepat)
 Kaji adanya tanda-tanda leukopenia (demam,infeksi)
 Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia
(ptechiae,purpura,perdarahan membran mukosa)
 Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola
(limfadenopati,hepatomegali,splenomegali)
2. Analisa data
a. Data subyektif
Data subyektif yang mungkin timbul adalah:
 Lelah
 Letargi
 Pusing
 Sesak
 Nyeri dada
 Priapismus
 Hilang nafsu makan
 Demam
 Nyeri tulang belakang
b. Data obyektif
Data obyektif yang mungkin timbul:
Pembengkakan kelenjar limfa
Anemia
Perdarahan
Adanya benjolan tiap lipatan
Ditemukan sel-sel muda
3. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya
sistem pertahanan tubuh
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
akibat anemia
c. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang
berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan
berhubungan dengan mual dan muntah
e. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang
berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan
muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari
leukemia
h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia
atau perubahan cepat pada penampilan
j. Perubahan proses keluarga berhubungan
dengan mempunyai anak yang menderita
leukemia

k. Antisipasi berduka berhubungan dengan


perasaan potensial kehilangan anak
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai