Anda di halaman 1dari 9

KOMUNIKASI TERAPEUTIK I & II

(Elvie T.Ns. SKp.,M.Psi.T)

Komunikasi Terapeutik :
 Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Indrawati, 2003 48).
 Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling
memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi in
adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan
ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien
menerima bantuan (Indrawati, 2003 : 48).
 Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus
direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan sampai
karena terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan beragam
latar belakang dan masalahnya (Arwani, 2003 50).
 Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi terapeutik : Sebagai kemampuan atau
keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan
psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain.
 Stuart G.W (1998) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan hubungan
interpersonal antara perawat dan klien, dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh
pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien.
 S.Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik : hubungan kerjasama yang
ditandai tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina
hubungan intim yang terapeutik.

Karakteristik Perawat dalam Komunikasi Terapeutik


(8) (Roger dalam Stuart G.W (1998)
1. Kejujuran
Respons yang tidak dibuat-buat, berhati-hati pada lawan bicara yang terlalu halus sehingga
sering menyembunyikan isi hatinya yang sebenarnya dengan kata-kata atau sikapnya yang
tidak jujur (Rahmat, J.,1996 dalam Suryani,2005).)

1
2. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
Dalam menggunakan kata-kata sebaiknya mudah dipahami oleh klien dan tidak menggunakan
kalimat yang berbelit-belit. Komunikasi nonverbal perawat harus cukup ekspresif dan sesuai
dengan verbalnya karena ketidaksesuaian akan menimbulkan kebingungan bagi klien.
3. Bersikap positif
Bersikap positif ditunjukkan dengan bersikap hangat, penuh perhatian dan penghargaan
terhadap klien. Menciptakan suasana yang dapat membuat klien merasa aman dan diterima
dalam mengungkapkan perasaan dan pikirannya (Burnard,P dan Morrison P,1991 dalam
Suryani,2005).
4. Empati bukan simpati
Dengan bersikap empati perawat dapat memberikan alternative pemecahan masalah karena
perawat tidak hanya merasakan permasalahan klien tetapi juga tidak berlarut-larut dalam
perasaaan tersebut dan turut berupaya mencari penyelesaian masalah secara objektif.
(Brammer,1993 dalam Suryani,2005).
5. Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berorientasi pada klien (Taylor, Lilis
dan Le Mone, 1993). Untuk mampu melakukan hal ini perawat harus memahami dan
memiliki kemampuan mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian.
6. Menerima klien apa adanya
Jika seseorang merasa diterima maka dia akan merasa aman dalam menjalin hubungan
interpersonal (Sullivan, 1971 dalam Antai Ontong, 1995 dalam Suryani, 2005).
7. Sensitif terhadap perasaan klien
Dengan bersikap sensitive terhadap perasaan klien perawat dapat terhindar dari berkata atau
melakukan hal-hal yang menyinggung privasi ataupun perasaan klien.
8. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri
Perawat harus mampu memandang dan menghargai klien sebagai individu yang ada pada saat
ini, bukan atas masa lalunya, demikian pula terhadap dirinya sendiri.

2
Karakteristik Perawat dalam Komunikasi Terapeutik (3) (Arwani, 2003 : 54).
1. Ikhlas (Genuiness)
Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien baru bisa diterima dan pendekatan individu
dengan verbal maupun non verbal akan memberikan bantuan kepada pasien untuk
mengkomunikasikan kondisinya secara tepat.
2. Empati (Empathy)
Merupakan sikap jujur dlm menerima kondisi pasien. Obyektif dlm memberikan penilaian
terhadap kondisi pasien & tidak berlebihan.
3. Hangat (Warmth)
Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat memberikan dan
mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan perasaannya
lebih mendalam.
Helping Relationship
Helping relationship adalah hubungan yang terjadi diantara dua (atau lebih) individu maupun
kelompok yang saling memberikan dan menerima bantuan atau dukungan untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya sepanjang kehidupan.
Helping Relationship dlm keperawatan
Cara untuk membina hubungan yang terapeutik dengan di pengaruhi o/ kualitas hub perawat
klien.
Tujuan :
Diarahkan pd pertumbuhan klien, meliputi :
↗ Kesadaran,penerimaan,penghargaan diri
↗ Pengertian identitas diri dan integritas diri
↗Mampu u/ membina hubungan intim interdependen, pribadi dengan kecakapan menerima
dan memberi kasih sayang.
↗ Fungsi & kemampuan memenuhi kebutuhan & tujuan & pemecahan masalah

Sikap Perawat dlm Komunikasi


“Perawat hadir secara utuh (fisik & psikologis) pd waktu berkomunikasi dgn klien. Perawat tdk
cukup mengetahui tekhnik komunikasi & isi komunikasi, tetapi yg sangat penting adl
sikap/penampilan dlm berkomunikasi.”
3
Sikap Perawat dalam komunikasi terapeutik (Egan {1975} di kutip o/ Kozier dan Erb
{1983})
1. Berhadapan
Arti dari petisi ini: saya siap utk membantu ANDA
2. Mempertahankan kontak mata
Kontak mata pd level yg sama berarti menghargai klien, & tetap ingin berkomunikasi
3. Membungkuk ke arah klien
Menunjukkan keinginan utk mengatakan/mendengar sesuatu
4. Mempertahankan sikap terbuka
Tdk melipat kaki/tangan menunjukkan keterbukaan utk berkomunikasi
5. Tetap relaks
Tetap dpt mengontrol keseimbangan antara ketegangan & relaksasi dlm memberi respon
pd klien
Sikap Perawat dlm Komunikasi, Menurut Stuart & Sundeen (1998)
1. Isyarat vokal : termasuk kualitas bicara non verbal (tekanan suara, kualitas suara, irama
& kecepatan
2. Isyarat tindakan : semua gerakan tubuh (ekspresi wajah & sikap tubuh)
3. Isyarat obyek : yang di gunakan (pakaian & benda pribadi lainnya)
4. Ruang : kedekatan hubungan sesuai dg norma sosial budaya yg dimiliki
5. Sentuhan : dipengaruhi o/ tatanan & latar belakang budaya, jenis hubungan, jenis
kelamin, usia dan harapan.

Teknik Komunikasi Terapeutik


Ada 2 persyaratan dasar u/ komunikasi yg efektif (Stuart & Sundeen, 1998) yaitu :
 Semua komunikasi harus dutujukan untuk menjaga harga diri pemberi maupun
penerimaan pesan
 Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus dilakukan sebelum
memberikan saran, informasi maupun masukan.

4
Teknik Komunikasi Terapeutik
(Shives (1994), Stuart & Sundeen (1950) dan Wilson & Kneisl (1920)
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal bahwa perawat perhatian
terhadap kebutuhan dan masalah klien.
Ketrampilan mendengarkan sepenuh perhatian, dengan:
a. Pandang klien ketika sedang bicara
b. Pertahankan kontak mata yg memancarkan keinginan untuk mendengarkan.
c. Sikap tubuh yg menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau tangan.
d. Hindarkan gerakan yang tidak perlu.
e. Anggukan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan balik.
f. Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.
2. Menunjukkan penerimaan
Menerima tdk berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain
tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Perawat sebaiknya menghindarkan ekspresi
wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau
menggelengkan kepala seakan tidak percaya.
Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang
a. Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.
b. Memberikan umpan balik verbal yang menapakkan pengertian
c. Memastikan bhw isyarat non-verbal cocok dg komunikasi verbal
d. Menghindarkan untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk
mengubah pikiran klien.
Perawat dapat menganggukan kepalanya atau berkata “ya”, “saya mengikuti apa yang anda
ucapkan.”
3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.
Tujuan adalah u/ mendapatkan informasi yg spesifik mengenai klien. Paling baik jika
pertanyaan dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata dalam
konteks sosial budaya klien.

5
4. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien
mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut.
Contoh:
K : “saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga”
P : “ Saudara mengalami kesulitan untuk tidur….”
5. Klarifikasi
Apabila terjadi kesalah pahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan u/mengklarifikasi
dg menyamakan pengertian, karena informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan
keperawatan.
Contoh:
“ Apa yang katakan tadi adalah…….”
6. Memfokuskan
Metode ini dilakukan dg tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik dan
dimengerti.
Contoh:
“ Hal ini nampaknya penting, nanti kita bicarakan lebih dalam lagi ”.
7. Menyampaikan hasil observasi
Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil
pengamatannya, sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar.
Contoh:
“ Anda tampak cemas”.
“ Apakah anda merasa tdk tenang apabila anda..”
8. Menawarkan informasi
Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan kesehatan bagi klien. Selain ini akan
menambah rasa percaya klien terhadap perawat
Perawat tidak boleh memberikan nasehat kepada klien ketika memberikan informasi, tetapi
memfasilitasi klien untuk membuat keputusan.
9. Diam
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir pikirannya.
Penggunaan metode diam memerlukan ketrampilan dan ketetapan waktu, jika tidak maka

6
akan menimbulkan perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi
terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi. Diam terutama
berguna pada saat klien harus mengambil keputusan .
10. Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat.
Meringkas pembicaraan membantu perawat mengulang aspek penting dalam interaksinya,
sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan.
Contoh: - “Selama beberapa jam, anda dan saya telah membicarakan…”
11. Memberikan penghargaan
Memberi salam pd klien dg menyebut namanya, menunjukkan kesadaran tentang perubahan
yang terjadi menghargai klien sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan tanggung
jawab atas dirinya sendiri sebagai individu.
Perlu mengatakan “Apabila klien mencapai sesuatu yang nyata, maka perawat dapat
mengatakan demikian.”
Contoh:
“Selamat pagi Ibu Sri.” Atau “Assalmualaikum”
“Saya perhatikan Ibu sudah menyisir rambut ibu”.
12. Menawarkan diri
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain atau klien
tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti. Seringkali perawat hanya menawarkan
kehadirannya, rasa tertarik, tehnik komunikasi ini harus dilakukan tanpa pamrih.
Contoh:
“Saya ingin anda merasa tenang dan nyaman”
13. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan.
Memberi kesempatan pd klien u/ berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan.
Contoh:
“ Adakah sesuatu yang ingin anda bicarakan?”
“ Apakah yang sedang saudara pikirkan?”
“ Darimana anda ingin mulai pembicaraan ini?”

7
14. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Tehnik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan yang
mengindikasikan bahwa klien sedang mengikuti apa yang sedang dibicarakan dan tertarik
dengan apa yang akan dibicarakan selanjutnya
Contoh:
“…..teruskan…..!”
“…..dan kemudian….?
“ Ceritakan kepada saya tentang itu….”
15. Menempatkan kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihatnya
dalam suatu perspektif.
Kelanjutan dari suatu kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk
melihat kejadian berikutnya sebagai akibat kejadian yang pertama.
Contoh:
“Apakah yang terjadi sebelum dan sesudahnya”.
“Kapan kejadian tersebut terjadi”.
16. Menganjurkan klien unutk menguraikan persepsinya
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala sesungguhnya dari
perspektif klien.
Contoh:
“Ceritakan kepada saya bagaimana perasaan saudara ketika akan dioperasi”
“Apa yang sedang terjadi”.
17. Refleksi
“Refleksi menganjurkan klien u/ mengemukakan dan menerima ide dan perasaanya sebagai
bagian dari dirinya sendiri. Apabila klien bertanya apa yang harus ia pikirkan dan kerjakan
atau rasakan maka perawat dapat menjawab: “Bagaimana menurutmu?” atau
“Bagaimana perasaanmu?”. Dengan demikian perawat mengindikasikan bahwa pendapat
klien adalah berharga dan klien mempunyai hak untuk mampu melakukan hal tersebut, maka
iapun akan berpikir bahwa dirinya adalah manusia yang mempunyai kapasitas dan
kemampuan sebagai individu yang terintegrasi dan bukan sebagai bagian dari orang lain.

8
Contoh:
K: “Apakah menurutmu saya harus mengatakannya kepada dokter?”
P: “Apakah menurut anda, anda harus mengatakannya?”
K: “Suami saya sudah lama tidak datang mengunjungi saya, bahwa tidak menelpon saya,
kalau dia datang saya tidak ingin berbicara dengannya.
P: “Ini menyebabkan anda marah”.

Dimensi Hubungan (Stuart & sundeen, 1998)


Dimensi responsif
 Kesejatian / Keiklasan (sikap perawat :terbuka,jujur,tulus &berperan aktif dlm
berhubungan dg klien tanpa rasa pura-pura
 Hormat / menghargai (sikap menerima klien apa adanya, tdk menghakimi,tdk mengkritik,
tdk menghina)
 Empati (kemampuan untuk masuk dalam pikiran dan perasaan klien)
 Konkrit (memberikan penjelasan secara akurat u/ menghindari keraguan dan ketidak
jelasan)
Dimensi Tindakan
 Konfrontasi (pengekspresian perawat thd perbedaan prilaku klien)
 Kesegeraan (perawat berkeinginan membantu dg segera)
 Keterbukaan perawat (memberikan informasi)
 Katarsis emosional (mendorong klien u/ mengemukakan masalah2 negatif)
 Bermain peran (meningkatkan penghayatan klien ke dalam hubungan antar manusia)

----- 00000 -----

Anda mungkin juga menyukai