Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN &

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA


DENGAN NY. N DENGAN GOUT ARTRITIS

OLEH :
NAMA : AL SYAFARINOOR
NIM : 1914314901002

STIKES MAHARANI MALANG


PROGRAM STUDI NERS
2019/2020

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


A. KONSEP LANSIA
1. Pengertian
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua bukanlah
suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan
kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan
dari dalam dan luar tubuh, seperti didalam Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang isinya
menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945, telah
menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup
makin meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak diantara lanjut
usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada
hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa. Menua atau
menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua
merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi
dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2014).

2. Teori – Teori Tentang Penuaan


a. Teori – teori biologi
1) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies – spesies
tertentu Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang deprogram oleh
molekul – molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan
kemampuan fungsional sel)
2) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)
3) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan
tubuh menjadi lemah dan sakit.
4) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus
kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
5) Teori stres

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan
usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
6) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat
regenerasi.
b. Teori kejiwaan sosial
1) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat dilakukannya. Teori
ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan sosial.
2) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lansia.
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil
dari usia pertengahan ke lanjut usia.
3) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan
yang terjadi pada seseorang yang lansia sangat dipengaruhi oleh tipe personality
yang dimiliki.
4) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :
a) Kehilangan peran
b) Hambatan kontak sosial
c) Berkurangnya kontak komitmen

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


3. Pembagian Lansia
WHO dalam Kunaifi (2009) membagi lansia menurut usia ke dalam empat
kategori, yaitu:
1. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
2. Lansia (elderly) : 60-74 tahun
3. Usia tua (old) : 75-89 tahun
4. Usia sangat lanjut (very old) : lebih dari 90 tahun

4. Perubahan Akibat Penuaan


1) Perubahan Fisik pada Lansia
Menurut Maryam (2008), perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lanjut
usia adalah :
1. Sel
Perubahan sel pada lanjut usia meliputi: terjadinya penurunan jumlah sel, terjadi
perubahan ukuran sel, berkurangnya jumlah cairan dalam tubuh dan berkurangnya
cairan intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati,
penurunan jumlah sel pada otak, terganggunya mekanisme perbaikan sel, serta otak
menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.
2. Sistem Persyarafan
Perubahan persyarafan meliputi : berat otak yang menurun 10-20% (setiap orang
berkurang sel syaraf otaknya dalam setiap harinya), cepat menurunnya hubungan
persyarafan, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan
stress, mengecilnya syaraf panca indra, berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan ketahanan terhadap sentuhan, serta kurang sensitif terhadap
sentuan.
3. Sistem Pendengaran
Perubahan pada sistem pendengaran meliputi: terjadinya presbiakusis (gangguan
dalam pendengaran) yaitu gangguan dalam pendengaran pada telinga dalam terutama
terhadap bunyi suara, nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti
kata-kta,50% terjadi pada umur diatas 65 tahun. Terjadinya otosklerosis akibat atropi

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


membran timpani. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena
meningkatnya keratinin. Terjadinya perubahan penurunan pendengaran pada lansia
yang mengalami ketegangan jiwa atau stress.
4. Sistem Penglihatan
Perubahan pada sistem penglihatan meliputi: timbulnya sklerosis dan hilangnya
respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk sferis (bola), terjadi kekeruhan pada
lensa yang menyebabkan katarak, meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya
adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat pada cahaya gelap,
hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang, serta menurunnya daya
untuk membedakan warna biru atau hijau. Pada mata bagian dalam, perubahan yang
terjadi adalah ukuran pupil menurun dan reaksi terhadap cahaya berkurang dan juga
terhadap akomodasi, lensa menguning dan berangsur-angsur menjadi lebih buram
mengakibatkan katarak, sehingga memengaruhi kemampuan untuk menerima dan
membedakan warna-warna. Kadang warna gelap seperti coklat, hitam, dan marun
tampak sama. Pandangan dalam area yang suram dan adaptasi terhadap kegelapan
berkurang (sulit melihat dalam cahaya gelap) menempatkan lansia pada risiko
cedera. Sementara cahaya menyilaukan dapat menyebabkan nyeri dan membatasi
kemampuan untuk membedakan objek-objek dengan jelas, semua hal itu dapat
mempengaruhi kemampuan fungsional para lansia sehingga dapat menyebabkan
lansi terjatuh
5. Sistem Kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler meliputi: terjadinya penurunan elastisitas
dinding aorta, katup jantung menebal dan menjadi kaku, menurunnya kemampuan
jantung untuk memompa darah yang menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya, kehilangan
elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi, perubahan posisi yang dapat mengakibatkan tekanan darah menurun (dari
tidur ke duduk dan dari duduk ke berdiri) yang mengakibatkan resistensi pembuluh
darah perifer.

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


6. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Perubahan pada sistem pengaturan tempertur tubuh meliputi: pada pengaturan
sistem tubuh, hipotalamus dianggap bekerja sebagai thermostat, yaitu menetapkan
suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor yang mempengaruhinya,
perubahan yang sering ditemui antara lain temperatur suhu tubuh menurun
(hipotermia) secara fisiologik kurang lebih 35°C, ini akan mengakibatkan
metabolisme yang menurun. Keterbatasan refleks mengigil dan tidak dapat
memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.
7. Sistem Respirasi
Perubahan sistem respirasi meliputi: otot pernapasan mengalami kelemahan
akibat atropi, aktivitas silia menurun, paru kehilangan elastisitas, berkurangnya
elastisitas bronkus, oksigen pada arteri menurun, karbon dioksida pada arteri tidak
berganti, reflek dan kemampuan batuk berkurang, sensitivitas terhadap hipoksia dan
hiperkarbia menurun, sering terjadi emfisema senilis, kemampuan pegas dinding
dada dan kekuatan otot pernapasan menurun seiring pertambahan usia.
8. Sistem Pencernaan
Perubahan pada sistem pecernaan, meliputi: kehilangan gigi, penyebab utama
periodontal disease yang bisa terjadi setelah umur 30 tahun, indra pengecap
menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa asin, asam dan pahit,
esofagus melebar, rasa lapar nenurun, asam lambung menurun, motilitas dan waktu
pengosongan lambung menurun, peristaltic lemah dan biasanya timbul konstipasi,
fungsi absorpsi melemah, hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun,
aliran darah berkurang.
9. Sistem Perkemihan
Perubahan pada sistem perkemihan antara lain ginjal yang merupakan alat untuk
mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urine, darah masuk keginjal disaring
oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tempatnya di glomerulus),
kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai
50% sehingga fungsi tubulus berkurang, akibatnya, kemampuan mengkonsentrasi
urine menurun, berat jenis urine menurun. Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah,
sehingga kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan buang air seni

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


meningkat. Vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga terkadang menyebabkan
retensi urine.
10. Sistem Endokrin
Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin meliputi: produksi semua hormon
turun, aktivitas tiroid, BMR (basal metabolic rate), dan daya pertukaran zat menurun.
Produksi aldosteron menurun, Sekresi hormone kelamin, misalnya progesterone,
estrogen, dan testoteron menurun.
11. Sistem Integumen
Perubahan pada sistem integumen, meliputi: kulit mengerut atau keriput akibat
kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisi.
Timbul bercak pigmentasi, kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu,
berkurangnya elestisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi, kuku jari
menjadi keras dan rapuh, jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang.
12. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan pada sistem muskuloskeletal meliputi: tulang kehilangan densitas
(cairan) dan semakin rapuh, kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terjadi kifosis,
gangguan gaya berjalan, tendon mengerut dan mengalami sklerosis, atrofi serabut
otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan menjadi lamban, otot kram, dan
menjadi tremor, aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses menua. Semua
perubahan tersebut dapat mengakibatkan kelambanan dalam gerak, langkah kaki
yang pendek, penurunan irama. Kaki yang tidak dapat menapak dengan kuat dan
lebih cenderung gampang goyah, perlambatan reaksi mengakibatkan seorang lansia
susah atau terlambatmengantisipasi bila terjadi gangguan terpeleset, tersandung,
kejadian tiba-tiba sehingga memudahkan jatuh.
2) Perubahan Psikososial pada Lansia
Berdasarkan beberapa evidence based yang telah dilakukan terdapat perubahan
psikososial yang dapat terjadi pada lansia antara lain:
1. Kesepian
Septiningsih dan Na’imah (2012) menjelaskan dalam studinya bahwa lansia
rentan sekali mengalami kesepian. Kesepian yang dialami dapat berupa kesepian
emosional, situasional, kesepian sosial atau gabungan ketiga-tiganya. Berdasarkan

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


penelitian tersebut beberapa hal yang dapat memengaruhi perasaan kesepian pada
lansia diantaranya:
a) merasa tidak adanya figur kasih sayang yang diterima seperti dari suami atau istri,
danatau anaknya;
b) kehilangan integrasi secara sosial atau tidak terintegrasi dalam suatu komunikasi
seperti yang dapat diberikan oleh sekumpulan teman, atau masyarakat di lingkungan
sekitar. Hal itu disebabkan karena tidak mengikuti pertemuan-pertemuan yang
dilakukan di kompleks
hidupnya;
c) mengalami perubahan situasi, yaitu ditinggal wafat pasangan hidup (suami dan
atau istri), dan hidup sendirian karena anaknya tidak tinggal satu rumah.

2. Kecemasan Menghadapi Kematian Ermawati dan Sudarji (2013) menyimpulkan


dalam hasil penelitiannya bahwa terdapat 2 tipe lansia memandang kematian. Tipe
pertama lansia yang cemas ringan hingga sedang dalam menghadapi kematian
ternyata memiliki tingkat religiusitas yang cukup tinggi. Sementara tipe yang kedua
adalah lansia yang cemas berat menghadapi kematian dikarenakan takut akan
kematian itu sendiri, takut mati karena banyak tujuan hidup yang belum tercapai,
juga merasa cemas karena sendirian dan tidak akan ada yang menolong saat sekarat
nantinya.
3. Depresi
Lansia merupakan agregat yang cenderung depresi. Menurut Jayanti,
Sedyowinarso, dan Madyaningrum (2008) beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya depresi lansia adalah:
a) jenis kelamin, dimana angka lansia perempuan lebih tinggi terjadi depresi
dibandingkan lansia laki-laki, hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan
hormonal, perbedaan stressor psikososial bagi wanita dan laki-laki, serta model
perilaku tentang keputusasaan yang dipelajari;
b) status perkawinan, dimana lansia yang tidak menikah/tidak pernah menikah lebih
tinggi berisiko mengalami depresi, hal tersebut dikarenakan orang lanjut usia yang
berstatus tidak kawin sering kehilangan dukungan yang cukup besar (dalam hal ini

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


dari orang terdekat yaitu pasangan) yang menyebabkan suatu keadaan yang tidak
menyenangkan dan kesendirian; dan
c) rendahnya dukungan sosial.
Berdasarkan konsep lansia dan proses penuaan yang telah dijabarkan, maka
lansia rentan sekali menghadapi berbagai permasalahan baik secara fisik maupun
psikologis. Kane, Ouslander, dan Abrass (1999) menjabarkan permasalahan yang
sering dihadapi lansia ke dalam 14 masalah atau yang sering disebut Sindrom
Geriatri (Geriatric Syndrome). Keempat belas masalah tersebut adalah:
1)Immobility (penurunan/ketidakmampuan mobilisasi); 2)
Instability(ketidakseimbangan, risiko jatuh); 3) Incontinence (inkontinensia
urin/alvi, tidak mampu menahan buang air kecil/besar); 4) Intelectual Impairment
(penurunan fungsi kognitif, demensia); 5) Infection (rentan mengalami infeksi); 6)
Impairment of Sensory/Vision (penurunan penglihatan, pendengaran); 7)
Impaction (sulit buang air besar); 8) Isolation (rentan depresi/stres sehingga lebih
sering menyendiri); 9) Inanition (kurang gizi); 10) Impecunity (penurunan
penghasilan); 11) Iatrogenesis (efek samping obat-obatan); 12) Insomnia (sulit
tidur); 13) Immunedeficiency (penurunan daya tahan tubu); 14) Impotence
(impotensi).

5. Faktor – Faktor Yg Mempengaruhi Penuaan Dan Penyakit Yang Sering Di Jumpai


Menurut Siti Bandiyah (2009) dalam Muhith dan Siyoto (2016) penuaan dapat terjadi
secara fisiologis dan patologis. Penuaan yang terjadi sesuai dengan kronologis usia. Fakor
yang mempengaruhi yaitu hereditas atau genetik, nutrisi atau makanan, status kesehatan,
pengalaman hidup,lingkungan, dan stres.
1. Hereditas atau genetik
Kematian sel merupakan seluruh program kehidupan yang dikaitkan dengan peran
DNA yang penting dalam mekanisme pengendalian fungsi sel. Secara genetik,
perempuan ditentukan oleh sepasang kromosom X sedangkan laki-laki oleh satu
kromosom X. Kromosom X ini ternyata membawa unsur kehidupan sehingga
perempuan berumur lebih panjang daripada laki-laki.

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


2. Nutrisi/makanan
Berlebihan atau kekurangan mengganggu keseimbangan reaksi kekebalan.
3. Status kesehatan
Penyakit yang selama ini selalu dikaitkan dengan proses penuaan,sebenarnya
bukan disebabkan oleh proses menuanya sendiri, tetapi lebih disebabkan oleh faktor
luas yang merugikan yang berlangsung tetap dan berkepanjangan.
4. Pengalaman hidup
a. Terpapar sinar matahari: kulit yang tidak terlindungi sinar matahari akan mudah
ternoda oleh flek, kerutan, dan menjadi kusam.
b. Kurang olahrga: olahraga membantu pembentukan otot dan melancarkan sirkulasi
darah.
c. Mengkonsumsi alkohol: alkohol mengakibatkan pembesaran pembuluh darah kecil
pada kulit dan meningkatkan aliran darah dekat permukaan kulit.
5. Lingkungan
Proses menua secara biologik berlangsung secara alami da tidak dapat dihindari,
tetapi seharusnya dapat tetap dipertahankan dalam status sehat.
6. Stres
Tekanan kehidupan sehari-hari dalam lingkungan rumah, pekerjaan, ataupun
masyarakat yang tercemin dalam bentuk gaya hidup akan berpengaruh terhadap poses
penuaan
Berikut ini merupakan penyakit yang paling banyak menyerang lansia di Indonesia,
menurut Riskesdas 2013:
1. Hipertensi.
2. Artritis (radang sendi)
3. Stroke.
4. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
5. Diabetes mellitus.

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


B. KONSEP PENYAKIT PENYERTA LANSIA
1. PENGERTIAN
Artritis pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal
asam urat pada jaringan sekitar sendi. gout terjadi sebagai akibat dari hyperuricemia yang
berlangsung lama (asam urat serum meningkat) disebabkn karena penumpukan purin
atauekresi asam urat yang kurang dari ginjal. Artritis gout adalah suatu sindrom klinis
yangmempunyai gambaran khusus,yaitu artritis akut. Artritis akut disebabkan karena
reaksiinflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal monosodium urat monohidra
2. KLASIFIKASI
Menurut (Ahmad, 2011) jenis asam urat yaitu :
a. Gout primer
Pada gout primer, 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik).
b. Gout sekunder
Pada gout sekunder disebabkan antara antara lain karena meningkatnya produksi
asam urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan kadar purin tinggi.
3. ETIOLOGI

1. Gout primer: pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau akibat penurunan
ekskresi asam urat (defisiensi enzim PPRP amido transferase dan HGPRT, peningkatan
jumlah PPRP yang tidak dipergunakan).
2. Gout sekunder: pembentukan asam urat yang berlebihan atau ekskresi asam urat yang
berkurang akibat proses penyakit lain / obat-obatan (penurunan massa dan filtrasi
ginjal).
3. Gout idiopatik: hiperurisemia yang tidak jelas penyebabnya

4. MANIFESTASI KLINIS
Terdapat empat stadium perjalanan klinis gout yang tidak diobati: (Silvi A. price)
a. Stadium pertama adalah hiperurisemia asimtomatik. Pada stadium ini asam urat serum
laki-laki meningkat dan tanpa gejala selain dari peningkatan asam urat serum.
b. Stadium kedua arthritis gout akut terjadi awitan mendadak pembengkakan dan nyeri
yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi metatarsophalangeal.
c. Stadium tiga setelah serangan gout akut adalah tahap interkritis. Tidak terdapat gelaja-
gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari beberapa bulan sampai tahun.
Kebanyakan orang mengalami serangan gout berulang dalam waktu kurang dari 1
tahun jika tidak diobati.

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


d. Stadium keempat adalah tahap gout kronik, dengan timbunan asam urat yang terus
meluas selama beberapa tahun jika pengobatantidak dimulai. Peradangan kronik akibat
Kristal-kristal asam urat mengakibatkan nyeri, sakit, dan kaku, juga pembesaran dan
penonjolan sendi bengkak.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG / DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Laboratorium Ditemukan kadar asam urat meningkat dalam darah (> 6
mg %)
2. Pemeriksaan kadar asam urat yang enzimatik.
3. Didapatkan leukositosis ringan
4. LED meninggi sedikit
5. Pemeriksaan Ditemukan kadar asam urat tinggi (500 mg % / liter per 24 jam)
6. Pemeriksaan cairan tofi
7. Melihat respon dari gejala-gejala pada sendi terhadap pemberian Cholasin. Cholasin
adalah obat yang menghambat aktifitas fagositik dari leukosit sehingga memberikan
perubahan sehingga memberikan perubahan yang dramatis dan cepat meredakan
gejala-gejala.

6. PATOFISIOLOGI
Peningkatan kadar asam urat serum dapat disebabkan oleh pembentukan berlebihan
atau penurunan sekresi asam urat, ataupun keduanya. Asam urat adalah produk akhir
metabolisme purin. Secara normal, metabolisme purin menjadi asam urat dapat
diterangkan sebagai berikut : sintesis purin melibatkan dua jalur, yaitu
a. Jalur de novo melibatkan sintesis purin dan kemudian asam urat melalui serangkaian
precursor nonpurin. Subtrat awalnya adalah ribose-5-fosfat, yang diubah melalui
serangkaian zat antara menjadi nukleotida purin (asam inositat,asam guanilat, asam
adenilat). Jalur ini dikendalikan oleh serangkaian mekanisme kompleks, dan terdapat
beberapa enzim yang mempercepat reaksi yaitu : 5-fosforibosilpirofosfat (PRPP)
sintetase dan amidofossoribosiltransferase (amido-PRT). Terdapat suatu mekanisme
inhibisi umpan balik oleh nukleotida purin yang terbentuk, yang fungsinya untuk
mencegah pembentukan yang berlebihan.
b. Jalur penghematan adalah jalur pembentukan nukleotida purin melalui basa purin
bebasnya, pemecahan asam nukleat, atau asupan makanan. Jalur ini tidak melalui zat-

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


zat perantara seperti pada jalur de novo. Basa purin bebas (adenine, guanine, hioxatin).
Berkondensasi dengan PRPP untuk membentuk prekusor nukleotida purin dari asam
urat. Reaksi ini dikatalisis oleh dua enzim: hipoxantin guanain fosforibosiltransferase
(HGPTR) dan adenine fosforibosiltransferase (APRT). Asam urat yang terbentuk dari
hasil metabolisme purin akan difiltrasi secara bebas oleh glomerulus dan diresorpsi di
tubulus proksimal ginjal. Sebagian kecil asam urat yang diresorpsi kemudian
dieksresikan di nefron distal dan dikeluarkan melalui urin.
Pada penyakit gout arthritis, terdapat gangguan keseimbangan metabolisme
(pembentukan dan ekskresi) dari asam urat tersebut meliputi :
1. Penurunan asam urat eksresi asam urat secara idiopatik
2. Penurunan eksresi asam urat sekunder, misalnya karena gagal ginjal
3. Peningkatan produksi asam urat, misalnya disebabkan oleh tumor atau
peningkatan sintesis purin
4. Peningkatan asupan makanan yang mengandung purin
5. Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan meningkatkan kadar asam urat
dalam tubuh (Ode, 2012).

7. PENATALAKSANAAN
Penanganan gout biasanya dibagi menjadi penanganan serangan akut dan kronik. Ada 3
tahapan dalam terapi penyakit ini:
1. Mengatasi serangan akut
2. Mengurangi kadar asam urat untuk mnecegah penimbunan kristal urat pada jaringan,
terutama persendian
3. Terapi pencegahan menggunakan terapi hipouresemik
Terapi non farmakologi
Terapi non farmakologi merupakan strategi esensial dalam penanganan gout. Intervensi
seperti istirahat yang cukup, penggunaan kompres dingin, modifikasi diet, mengurangi
asupan alkohol dan menurunkan berat badan pada pasien yang kelebihan berat badan
terbukti efektif.
Terapi farmakologi
Serangan akut

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


Istirahat dan terapi cepat dnegan pemberian NSAID, misalnya indometasin 200 mg/hari
atau diklofenak 159 mg/hari, merupakan terapi lini pertama dalam menangani serangan
akut gout, asalkan tidak ada kontraindikasi terhadap NSAID. Aspirin harus dihindari
karena ekskresi aspirin berkompetesi dengan asam urat dan dapat memperparah serangan
gout akut. Obat yang menurunkan kadar asam urat serum (allopurinol dan obat urikosurik
seperti probenesid dan sulfinpirazon) tidak boleh digunakan pada serangan akut.
Penanganan NSAID, inhibitor cyclooxigenase-2 (COX 2), kolkisin dan kortikosteroid
untuk serangan akut dibicarakan berikut ini :
1. NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk pasien yang mengalami
serangan gout akut. NSAID harus diberikan dengan dosis sepenuhnya pada 24-48 jam
pertama atau sampai rasa nyeri hilang. NSAID yang umum digunakan untuk
mengatasi episode gout akut adalah :
 Naproxen- awal 750 mg, kemudian 250 mg 3 kali/hari
 Piroxicam- awal 40 mg, kemudian 10-20 mg/hari
 Diclofenac- awal 100 ,g, kemudian 50 mg 3x/hari
2. COX-2 inhibitor; Etoricoxib merupakan satu-satunya COX-2 yang dilisensikan untuk
mengatasi serangan akut gout. Obat ini efektif tapi cukup mahal, dan bermanfaat
terutama bagi pasien yang tidak tahan terhadap efek gastrointestinal NSAID non
selektif. COX-2 inhibitor mempunyai resiko efek samping gastrointestinal bagian atas
lebih rendah dibanding NSAID non selektif.
3. Colchicine merupaka terapi spesifik dan efektif untuk serangan gout akut. Namun
dibanding NSAID kurang populer karena kerjanya lebih lambat dan efek samping
lebih sering dijumpai.
4. Steroid adalah strategi alternatif selain NSAID dan kolkisin. Cara ini dapat meredakan
serangan dengan cepat ketika hanya 1 atau 2 sendi yang terkena. Namun, harus
dipertimbangkan dengan cermat diferensial diagnosis antara atrithis sepsis dan gout
akut.

8. KOMPLIKASI
Tidak jarang, penderita menjadi depresi karena kualitas dan produktivitasnya
menurun drastis. Yang harus diwaspadai adalah komplikasi di kemudian hari, seperti

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


benjolan pada bagian tubuh tertentu, kerusakan tulang dan sendi sehingga dapat
pincang,peradangan tulang,kerusakan ligamen dan tendon (otot ), batu ginjal, kerusakan
ginjal, dan tekanan darah tinggi (hipertensi)
9. PROGNOSIS
Prognosis GOUT ARTRITIS baik apabila ditangani dengan tepat. Diagnosis
GOUT ARTRITIS secara dini, terapi memungkinkan sebagian besar pasien menjalani
kehidupan normal. Bagi banyak pasien dengan penyakit lanjut, penurunan level urat
serum yang agresif dapat mengatasi tophi dan memperbaiki fungsi sendi. GOUT
ARTRITIS umumnya lebih parah pada pasien yang gejala awalnya muncul sebelum usia
30 tahun. Prevalensi tinggi sindrom metabolik dan penyakit kardiovaskular mungkin
meningkatkan angka kematian pada pasien dengan asam urat. Beberapa pasien bahkan
tidak membaik dengan pengobatan. Alasan yang biasa termasuk ketidakpatuhan,
alkoholisme, dan perawatan oleh dokter.

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


DAFTARA PUSTAKA

Sylvia a price & Lorraine M Wilson. 1994. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.

Persatuan Ahli Penyakit dalam Indonesia.1996.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I edisi III.
Jakarta: Balai Penerbit.

Doengoes, Marilynn E , dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Fakultas Kedokteran UI.2000. Kapita Selekta Kedokteran. edisi 3, Jilid I. Jakarta: Media Aescul

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data umum klien
Nama : NY. N
Usia : 70 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Bereingin Gg Buntu Kota Muara Teweh Kalimantan Tengah
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Dayak Bakumpai
Pendidikan : SMP
TB/BB : 153 Cm, 55 Kg
Penampilan umum : Bersih, dan Rapi
Orang terdekat yg bisa dihubungi : Keluarga
Hubungan dengan usila : Sebagai Anak
Tanggal Masuk panti :-
Dx medis : Gout (Asam Urat)
Tgl pengkajian : 05 mei 2020
Reg :-

2. Keluhan utama
Saat Masuk panti : Tidak terkaji

Saat pengkajian : Pasien mengatakan kaki kiri dan kanan terasa sakit dan nyeri di
persendian saat bergerak, dan kepala terasa pusing. Dan tidak dapat berjalan sendiri di
damping keluarga saat melakukan aktivitas sehari-hari

Riwayat penyakit sekarang


Pasien mengatkan penyakitnya kambuh ± 2 bulan yang lalu. ± 1 bulan yang lalu pasien
mengalami kejang dang di bawa ke RSUD Muara teweh dan di rawat selama ± 4 hari,

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


pasien di rujuk Ke RS Doris Palangkaraya dan di rawat selama ± 1 minggu. Pasien pulang
karna dinyatakan sembuh.
3. Riwayat penyakit dahulu
1 tahun yang lalu
5 tahun yang lalu
Memiliki riwayat asam urat, dan darah tinggi sejak dulu

Riwayat penyakit keluarga


Pasien mengatsksn tidak mempunyai riwayat keturunan

GENOGRAM :

Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis keturunan
: Hubungan pernikahan
: Klien
Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020
: Tinggal dalam satu rumah
: Meninggal dunia
Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : tidak bekerja
Alamat pekerjaan :-
Jarak dari rumah :-
Alat transportasi :-

Pekerjaan sebelumnya : -

Berapa jarak dari rumah :-


Sumber –sumber pendapatan dan kecukupan thdp kebutuhan : Kebutuhan klien di penuhi
oleh anak nya.
4. Riwayat Lingkungan hidup di panti
Tipe tempat tinggal : Rumah milik sendiri
Jumlah kamar : Tiga (3) kamar
Kondisi tempat tinggal : pencahayaan cukup terang, ventilasi cukup , bersih tidak
pengap dan rapi
(pencahayaan cukup terang, ventilasi baik tidak lembab, bersih tidak pengap)
Jumlah org yg tinggal dirumah :laki laki:3 orang/ perempuan : 2 orang
Derajat privasi : Tidak terkaji
Tetangga terdekat : Ijai
(sarana penghuni panti di wisma sendiri dan wisma lainnya)
Alamat / telpon : Tidak terkaji
5. Sistem Pendukung
Perawat/Bidan/Dokter/ Fisioterapi : Tidak terkaji
Jarak dari rumah/ panti :-
Rumah Sakit/klinik : RSUD Muara Teweh. Jarak: ± 500 km

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


Pelayanan kesehatan di rumah : Mantri
Perawatan yang dilakukan keluarga/petugas panti sehari-hari : Tidak terkaji
Lain-lain: Tidak terkaji
6. Riwayat Rekreasi
Hobby/minat : Tidak ada
Keanggotaan organisasi: Tidak ada
Liburan perjalanan : Klien jarang berpergian jauh
Sistem pendukung : Pasien kalau sakit berobat ke RSUD Muara Teweh
7. Diskripsi Kekhususan
Kebiasaan ritual : Sholat 5 waktu
Hal lainnya : Tidak Terkaji
8. Obat-obatan
NO Nama Obat Dosis Keterangan
1 Amlodipine 5 mg Obat TD
2 Ricolfar 0,5 mg Obat Asam Urat
3 Ranitidine Tab 150 mg Asam Lambung

9. Status Imunisasi (catat tanggal terbaru)


Tetanus, difteri: Tidak ada Influenza: TidakAda
Lain-lain: Tidak ada
Alergi : (catat agen dan rekasi spesifik)
Obat obatan : Pasien mengatakan Tidak ada riwayat alergi
Makanan : Pasien mengatakan Tidak ada riwayat alergi
Faktor lingkungan : Pasien mengatakan Tidak ada riwayat alergi

10. Kebutuhan ADL


ADL Sebelum di Panti Saat di Panti

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


Nutrisi Makan sehari 3x Tidak terkaji
Minum 4-5 gelas / hari klien
mengatakan suka minum teh

Pola dan Tidur siang pukul 12.00-22.00 Tidak terkaji


kebutuhan Tidur malam pukul 20.00- 05.00
tidur Pasien mengatakan sering
terbangun pada malam hari
Eliminasi BAK 4-5 kali/ hari Tidak terkaji
BAB 1 kali/ hari

Aktivitas Pasien dalam melakukan aktivitas Tidak terkaji


dibantu oleh keluargannya

Personal Mandiri, Mandi 2x/ hari Tidak terkaji


hygiene mengunakan sabun mandi
Gosok gigi 2x/hari mengunakan
pasta gigi
Keramas seminggu sekali
menggunkan shampoo

11. Pengkajian fisik


a. Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Composmetis
b. Head to toe
 Kepala dan leher: Bentuk kepala Sepalo , distribusi rambut tidak merata ,
beruban, tidak nyeri tekan , tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada nyeri
tekan

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


 Mata : Bentuk simetris , kongjungtiva tidak anemis, skelera tidak
ikhterik , paplebra tidak ada nyeri tekan , pandangan kabur klien mengatakan tidak
dapat membaca tulisan apabila tidak menggunakan kacamata

 Hidung : Bentuk simetris , nyeri tekan tidak ada, peradangan tidak


ada
 Mulut : Mukosa lembab , bersih , tidak terdapat stomatitis
 Telinga : Bentuk simestris kanan kiri , terdapat serumen , tidak ada
nyeri tekan , pendengaran terganggu.
 Wajah : Bentuk simetris , keriput tidak ada nyeri tekan di area
wajah
 Dada / Thorax : Bentuk simetris Normal chest , tidak terdapat retraksis
dinding dada
- Jantung
I = Bentuk simetris
P = Tidak ada nyeri tekan
P = Ictus cordis tidak ada pelebaran
A = Tidak ada suara tambahan
- Paru
I = Bentuk simetris , terdapat retraksi dinding dada
P = Tidak ada nyeri tekan
P = Pekak
A = Tidak terdapat suara tambahan
 Abdomen : Bentuk disten, tidak terdapat nyeri tekan, auskultasi tympany ,
bising usus 20x/ menit
 Genetalia : Tidak Terkaji
 Integumen : Kulit teraba halus , akral hangat
 Punggung : Tidak ada nyeri tekan, lordosis membungkuk

 Ekstrimitas : 5 5
3 3

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


c. Pemeriksaan TTV
 Nadi : 90 x/mnt  RR : 22 x/mnt
 TD : 130/ 90 mmHg  S : 36 ºC

12. Pengkajian Status Fungsional, Kognitif Dan Afektif


a. Pengkajian Status Fungsional
INDEKZ KATZ
Skor Kriteria
A. Kemandirian dalam hal makan, berpindah tempat, kekamar kecil,
berpakaian dan mandi
B. Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari, kecuali satu dari
fungsi tersebut.
C. Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari, kecuali mandi dan
satu fungsi tersebut.
D. Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan
E. Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan
F. Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.
G. Ketergantungan pada ke lima fungsi tersebut.
Lain – Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan
Lain sebagai C, D, E atau F

Analisa G (ketergantungan pada lima fungsi tersebut , klien dalam melakukan


klien aktivitas sehari hari di damping oleh keluarga)

b. PengkajianStatus Kognitif dan Afektif


Short Portable Mental Status Questionnaire
Skor No Pertanyaan Jawaban
+ - 1. Jam berapa sekarang? Jam 10.00
2. Tahun berapa sekarang? 2020
3. Kapan Anda lahir? 1950
4. Berapa umur Anda sekarang? 70 th
5 Dimana Alamat anda sekarang? Jn. Beringin
Gg Buntu
6 Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal 5 orang dengan
bersama Anda? saya
Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020
7. Siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama 1 : Endanng
Anda 2 : Hendra
3 : Saprudin
4 : Jubaidah
8. Thun berapa kemerdekaan RI? Th 1945
9. Siapa Presiden Indonesia sekarang ? Pak
Jokowidodo
10. Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1? 20,19,18,17,16
,15,14,13,12,1
1,10,9,8,7,6,5,
4,3,2,1
Jumlah Kesalahan Total : Benar semua Fungsi
Inteletual Utuh
Keterangan :
1. Kesalahan 0 -2 : Fungsi Inteletual Utuh
2. Kesalahan 3-4 : Kerusakan Inteletual Ringan
3. Kesalahan 5-7 : Kerusakan Inteletual Sedang
4. Kesalahan 8-10 : Kerusakan Intelektual Berat
Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan bila subyek hanya berpendidikan
sekolah dasar.

c. MMSE (Mini Mental State Exam)


No Item Penilaian Benar Salah
1 ORIENTASI 1
1. Tahun berapa sekarang ? 2020 1
2. Musim apa sekarang ? musim hujan, corona 1
3. Tanggal berapa sekarang ? 5 1
4. Hari apa sekarang ? selasa 1
5. Bulan apa sekarang ? mei 1
6. Dinegara mana anda tinggal ? Indonesia 1
7. Di Provinsi mana anda tinggal ? Kalimantan Tengah 1
8. Di kabupaten mana anda tinggal ? Barito Utara 1
9. Di kecamatan mana anda tinggal ? Teweh Tengah 1
10. Di desa mana anda tinggal ? Muara Teweh 1
2 REGISTRASI
Minta klien menyebutkan tiga obyek
11. Bola bentuknya bulat 1
12. Porselen itu berbentuk segi empat 1
13. Didalam kamar saya ada almari 2 1
3 PERHATIAN DAN KALKULASI
Minta klien mengeja 5 kata dari

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


belakang, misal” BAPAK “
14. K 1
15. A 1
16. P 1
17. A 1
18. B 1
4 MENGINGAT
Minta klien untuk mengulang 3 obyek
diatas 1
19. Bola bentuknya bulat 1
20. Porselen itu berbentuk segi empat 1
21. Didalam kamar saya ada almari 2
5 BAHASA
a. Penamaan
Tunjukkan 2 benda minta klien
menyebutkan :
22. Jam tangan 1
23. Pensil 1
b. Pengulangan
Minta klien mengulangi tiga kalimat
berikut
24. “Tak ada jika, dan, atau tetapi “ 1
c. Perintah tiga langkah 1
25. Ambil kertas ! 1
26. Lipat dua !
27. Taruh dilantai ! 1
d. Turuti hal berikut 1
28. Tutup mata 1
29. Tulis satu kalimat 1
30. Salin gambar 1

JUMLAH 24 0
Analisis hasil : Baik ( tidak ada kerusakan kognitif)
Nilai < 21 : Kerusakan kognitif

d. Inventaris Depresi Beck


Inventaris Depresi Beck
Skor Uraian
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih atau tidak bahagia dimana saya tak dapat menghadapinya
2 Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih.
B. Pesimisme

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


3 Saya merasa bahwa masa depan saya sia – sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa – apa untuk masa depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan.
C. Rasa kegagalan
3 Saya merasa saya benar – benar gagal sebagai seseorang (orang tua, suami,
istri)
2 Seperti melihat ke belakang hidup saya, semua yang dapat saya lihat hanya
kegagalan
1 Saya merasa saya telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apa pun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa Bersalah
3 Saya merasa seolah – olah saya sangat buruk atau tidak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk atau tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar benar bersalah
F. Tidak Menyukai Diri Sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
G. Membahayakan Diri Sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran – pikiran mengenai membahyakan diri sendiri
H. Menarik Diri Dari Lingkungan Social
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli pada
mereka semuanya
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu – raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan Gambaran Diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikkan

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


2 Saya merasa bahwa ada perubahan – perubahan yang permanen dalam
penampilan saya dan ini membuat saya tak menarik
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya
K. Kesulitan Kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri sya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Ini memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira – kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya lelah lebih dari yang biasanya
0 Saya tidak lebih lelah dari biasanya
M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak lebih buruk dari yang biasanya.
Nilai total
Keterangan :
0–4 : Depresi Tidak Ada Atau Minimal
5–7 : Depresi Ringan
8 – 15 : Depresi Sedang
> 16 : Depresi Berat

e. Skala Depresi Geriatrik


Skala Depresi Geriatric Yesavage
Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan anda? Ya Tidak
Sudahkah anda mengeluarkan aktivitas dan minat anda? Ya Tidak
Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong? Ya Tidak
Apakah anda sering bosan? Ya Tidak
Apakah anda sering bosan? Ya Tidak
Apakah anda takut sesuatu akan terjadi pada anda? Ya Tidak
Apakah anda merasa bahagia di setiap waktu? Ya Tidak
Apakah anda lebih suka tinggal di rumah pada malam hari, Ya Tidak
dari pada pergi dan melakukan sesuatu yang baru?
Apakah anda merasa bahwa anda mempunyai lebih banyak Ya Tidak
masalah dengan ingatan anda daripada yang lainnya?
10. Apakah anda berpikir sangat menyenangkan hidup Ya Tidak
sekarang ini?
11. Apakah anda merasa saya sangat tidak berguna dengan Ya Tidak
keadaan anda sekarang?
12. Apakah anda merasa penuh energy? Ya Tidak

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


13. Apakah anda berpikir bahwa situasi anda tak ada harapan? Ya Tidak
14. Apakah anda berpikir bahwa banyak orang yang lebih baik Ya Tidak
dari pada anda?
Keterangan : penilaian jika jawaban pertanyaan sesuai indikasi dinilai poin 1
(nilai 1 poin untuk setiap respon yang cocok dengan jawaban “YA” atau
“TIDAK” setelah pertanyaan). Nilai 5 atau lebih dapat menandakan depresi
Analisa klien :

f. Apgar Keluarga
APGAR KELUARGA
No Fungsi Uraian Skor
1. Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga
(teman - teman) saya untuk membantu pada saat 2
saya sedang mengalami kesusahan.
2. Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman - teman)
saya membicarakan sesuatu dengan saya dan 2
mengungkapkan masalah dengan saya.
3. Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman - teman) saya
menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau kegiatan baru.
4. Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman - teman) 2
saya mengekpresikan afek, dan berespon terhadap
emosi – emosi saya, seperti marah, sedih, atau
mencintai.
5. Pemecahan Saya puas dengan cara teman – teman saya dan saya 2
menyediakan waktu bersama – sama.
Keterangan : jika pertanyaan – pertanyaan yang dijawab dengan kata selalu (poin
2), kadang – kadang (poin 1), hampir tidak pernah (poin 0)
Analisa klien :

g. Penilaian Resiko Jatuh Pada Geriatric


Skor Hari Perawatan Ke
No Resiko Skor
1 2 3 4 5 6 7
1 Gangguan gaya berjalan (diseret, 4 4 4 4
menghentak, berayun)
2 Pusing/pingsan pada posisi tegak 3 0 0 0
3 Kebingungan setiap saat 3 0 0 0

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


4 Nokturia/inkontinen 3 0 0 0
5 Kebingungan interm itten 2 0 0 0
6 Kelemahan umum 2 0 0 0
7 Obat-obat beresiko tinggi (diuretic, 2 0 0 0
nakrotik, sedative, antipsikotik,
laksatif, vasodilator, antiangina,
antihipertensi, obat hipoglikemik, anti
depressant, neuroleptic, NSAID)
8 Riwayat jatuh dalam waktu 12 bulan 2 0 0 0
sebelumnya
9 Osteoporosis 1 0 0 0
10 Gangguan pendengaran dan atau 1 1 1 1
penglihatan
11 Usia >70 tahun 1 1 1 1
TOTAL SKOR 6 6 6

Keterangan:
Tingkat resiko:
1. Resiko rendah bila skor 1-3 : lakukan intervensi resiko rendah
2. Resiko tinggi bila skor > 4 : lakukan intervensi resiko tinggi

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah

DS:
Klien mengatakan nyeri di GOUT Nyeri Akut
bagian persendian
P: bergerak Penimbunan Kristal urat
Domain 12: Kenyamanan
Q: ditusuk tusuk Pengendapan Kristal urat
Kelas 1: Kenyamanan
R: bagian persendian kaki Fisik
kanan dan kiri Perangsangan respon
fagosistosis leukosit 00132
S: 6
T: sering Leukosit memakan Kristal
urat
DO:
Klien terlihat kesakitan Mekanisme peradangan
dan memijat mijat kaki
nya
Vasodilatasi dari kapiler

Eritema , panas

DS: Klien mengatakan Pembentukan tukak pada Hambatan Mobilitas


tidak dapat berjalan sendiri sendi Fisik
di damping keluarga saat
melakukan aktivitas Domain 4:
sehari-hari Aktivitas/Istirahat
tonus otot mengering
DO: Kelas 2 Aktivitas/Olaraga
kekuatan otot ekstrimitas 00085
atas 5 5, ekstrimitas bawah
33 kekakuan pada sendi
Klien dibantu keluarga
saat aktivitas sehari hari ,
gaya berjalan klien lambat
membatasi pergerakan

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


sendi

DS: Klien mengatakan GOUT


pandangan kabur klien
mengatakan tidak dapat Resiko Cidera
membaca tulisan apabila
Domain 11:
tidak menggunakan
Peradangan Keamanan/Perlindungan
kacamata
Kelas 2 Infeksi
00035
DO:
Atritis akut
Terlihat klien
menggunakan kacamata Destruksi sendi dan
jaringan lunak

Disfungsi persendian

Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis


2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kaku sendi
3. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi persendian

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Umur : No.Reg: Dx Medis:

No Dx NOC NIC
keperawatan
1 Nyeri akut  Tingkat nyeri Manajemen nyeri
b.d agen  Kontrol nyeri  Lakukan pengkajian nyeri secara
cidera komprehensif yang meliputi lokasi,
biologis Batasan karakterisitik, onset/durasi, frekuensi,
karakteristik kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri,
 Nyeri yang di dan faktor pencetus
laporkan (3-4)  Observasi adanya petunuj non verbal
 Panjang episode mengenai ketidaknyamanan terutama pada
nyeri (3-4) mereka yang tidak bisa berkomunikasi
 Menggosok area secara efektif
yang terkena  Pastikan perawatan analgesik bagi pasien
dampak (3-4) dilakukan dengan pemantaun yang ketat
 Mengerang dan  Gunakan strategi komunukasi teraupetik
menangis (3-4) untuk mengetahui pengalaman nyeri dan
 Ekspresi nyeri sampaikan penerimaan pasien terhadap
wajah (3-4) nyeri
 Ketegangan otot  Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
(3-4) terhadap kualitas hidup pasien (misalnya,
tidur, nafsu makan, pengertian, perasaan,
hubungan, performa kerja, tanggung
jawab, dan peran).
 Gali bersaama pasien faktor-faktor yang
dapat menurunkan atau memperberat
nyeri.
 Berikan informasi mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


dirasakan, dan antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat prosedur
 Kendalikan faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan (misalnya, suhu
ruangan, pencahayaan, suara bising)
 Pilih dan implementasikan tindakan yang
beragam (misalnya, farmakologi,
nonfarmakologi, interpersonal) untuk
memfasilitasi penurunan nyeri
 Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
(misalnya, relaksasi, distraksi, terapi
musik)
 Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
untuk membantu penurunan nyeri
 Dorong pasien untuk mendiskusikan
pengalaman nyerinya sesuai kebutuhan
 Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya
untuk memilih dan mengimplementasi
tindakan penurunan nyeri

2 Hambatan  Pergerakan Manajemen aktivitas dan latihan, terapi


mobilitas Batasan latihan : mobilitas (pergerakan) sendi
fisik b.d karakteristik  Tentukan batasan pergerakan sendi
kekakuan  keseimbangan dan efek terhadap fungsi sendi
sendi (Dipertahankan  Kolaborasi dengan ahli terapi fisik
pada skala 4, dalam mengembangkan da
ditingkatkan ke menerapkan program latihan
skala 5)  Tentukan level motivasi pasien
 cara berjalan untuk meningkatkan atau
(Dipertahankan memeliharan pergerakan sendi
pada skala 3,  Jelakan pada pasien atau keluarga
ditingkatkan ke manfaat dan tujuan melakukan

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


skala 5) latihan sendi
 gerakan otot  Monitor lokasi dan kecendrungan
(Dipertahankan adanya nyeri dan ketidaknyamanan
pada skala 4, selam pergerakan/aktivitas
ditingkatkan ke  Inisiasi pengukuran control nyeri
skala 5) sebelum memulai latihan sendi
 gerakan sendi  Bantu pasien mendapatkan posisi
(Dipertahankan tubuh yang optimal untuk
pada skala 4, pergerakan sendi pasif amupun aktif
ditingkatkan ke  Lakukan latihan ROM pasif atau
skala 5) ROM dengan bantuan sesuai
 kinerja indikasi
pengaturan  Bantu untuk melakukan sendi ritmis
tubuh dan teraturs sesuai kadar nyeri yang
(Dipertahankan bsa ditoleransi, ketahanan
pada skala 4, pertahanan nyeri
ditingkatkan ke  Dukung ambulasi jika
skala 5) memungkinkan.

3 Resiko  Mengontrol Manajemen lingkungan


cedera b.d resiko  Sediakan lingkungan yang aman dan
nyaman
Batasan  Menghindarkan lingkungan yang
karakteristik: berbahaya
 Klien terbebas  Memasang side rail tempat tidur
dari cidera (3-4)  Menepatkan saklar lampu ditempat
 Klien mampu yang mudah dijangkau
menjelaskan  Menyediakan tempat tidur yang
cara untuk nyaman dan bersih
mencegah

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


cidera(3-4)  Menganjurkan keluarga untuk
 Klien mampu menemani pasien.
menjelaskan
factor resiko
dari
lingkungan (3-
4)
 Mampu
memodifikasi
gaya hidup
untuk
mencegah
injury (3-4)

Rahmawati Maulidia Form ASKEP Gerontik 2020


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
HARI/
DX JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL
Jum’at / 1 09.00 - 1. Melakukan pengkajian S:
08-05-2020 09.15 terhadap pengetahuan klien - Setelah melakukan
WIB mengenai tanda dan gejala kegiatan implementasi
asam urat dan cara pasien mengatakan
mengurangi nyerinya dirinya merasa senang
09.15 - 2. Memberikan pendidikan karena beliau
10.00 kesehatan mengenai asam mengetahui apa yang
WIB urat dan cara mengurangi bisa ia lakukan untuk
nyeri mencegah kambuhnya
3. Mendisiskusikan cara nyeri asam urat
melatih pergerakan pada - Persendian terasa rileks
klien (memberikan saran setelah digerakan
10.00 - melakukan senam sebagai O:
10.30 olahraga rutin yang - TD = 90/80 mmhg
WIB dilakukan nenek ) - Nadi = 102 x/m
4. Mendmostrasikan cara - RR = 20x/m
melatih pergerakan pada A : masalah nyeri dan kaku
klien dan keluarga persendian belim teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan
- Evaluasi kadar asam
urat pasien
Jum’at, DX 10.30 – 1. Mengali pengetahuan klien S:
08-05-2020 2 11.00 dan keluarga mengenai - Pasien mengatakan
WIB upaya pencegahan agar senang diajarkan
klien tidak jatuh. tentang pencegahan
2. Mendiskusikan cara-cara jatuh
pencegahan jatuh pada O:
klien dengan modifikasi - Klien dapat
lingkungan (menggunakan menyebutkan kembali
pencahayaan yang baik, cara cara pencegahan
memasang penghalang jatuh
tempat tidur, menempatkan A: resiko jatuh tinggi sudah
benda berbahaya ditempat dilakukan intervensi
yang aman) P:
3. Memberikani motivasi - Melakukan teknik
klien dan keluarga untuk latihan keseimbangan
mempraktekkan cara
pencegahan jatuh
4. Memberi pujian atas usaha
yang telah dilakukan.

HARI/
DX JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL
Sabtu / 1 09.00 - 1. Melatih pergerakan pada S:
09-05-2020 09.15 klien , untuk menggerakan jari- - Klien mengatakan
WIB jari tangan dan kaki Persendian terasa rileks
setelah digerakan
O:
09.15 - 2.Melakukan pengecakan asam - TD = 120/90
10.00 urat dan mengengecek Tanda – - Nadi = 85 x/m
WIB tanda vital - RR = 20x/m
A : masalah nyeri dan kaku
persendian membaik.
P:
- Intervensi dilanjutkan
10.00 - 3.Mendampingi klien makan - Evaluasi senam
10.30 dan menonton TV - Evaluasi kadar asam
WIB urat pasien
Sabtu, DX 10.30 – . S:
09-05-2020 2 11.00 4.Mendiskusikan cara-cara - Pasien mengatakan
WIB pencegahan jatuh pada klien senang diajarkan
dengan modifikasi lingkungan tentang pencegahan
(menggunakan pencahayaan jatuh
yang baik, memasang O:
penghalang tempat tidur, - Klien dapat
menempatkan benda berbahaya menyebutkan kembali
ditempat yang aman) cara cara pencegahan
5. Memberikani motivasi jatuh
klien dan keluarga untuk A: resiko jatuh tinggi sudah
mempraktekkan cara dilakukan intervensi
pencegahan jatuh P:
6. Memberi pujian atas usaha - Melakukan teknik
yang telah dilakukan. latihan keseimbangan
HARI/
DX JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL
Minggu, 1 09.00 - 1. Melatih pergerakan pada S:
10-05-2020 09.15 klien , untuk menggerakan jari- - Klien mengatakan
WIB jari tangan dan kaki Persendian terasa rileks
setelah digerakan
O:
09.15 - 2.Melakukan pengecakan asam - TD = 130/90
10.00 urat dan mengengecek Tanda – - Nadi = 90 x/m
WIB tanda vital - RR = 18x/m
A : masalah nyeri dan kaku
persendian membaik.
P:
- Intervensi dilanjutkan
10.00 - 3.Mendampingi klien makan - Evaluasi senam
10.30 dan menonton TV - Evaluasi kadar asam
WIB urat pasien
Minggu, DX 10.30 – . S:
10-05-2020 2 11.00 4.Mendiskusikan cara-cara - Pasien mengatakan
WIB pencegahan jatuh pada klien senang diajarkan
dengan modifikasi lingkungan tentang pencegahan
(menggunakan pencahayaan jatuh
yang baik, memasang O:
penghalang tempat tidur, - Klien dapat
menempatkan benda berbahaya menyebutkan kembali
ditempat yang aman) cara cara pencegahan
7. Memberikani motivasi jatuh
klien dan keluarga untuk A: resiko jatuh tinggi sudah
mempraktekkan cara dilakukan intervensi
pencegahan jatuh P:
8. Memberi pujian atas usaha - Melakukan teknik
yang telah dilakukan. latihan keseimbangan

Pembahasan Jurnal
Pada bab ini akan disajikan pembahasan jurnal yang berjudul
“PENGARUH KOMBINASI TERAPI AKUPRESUR DAN PEMBERIAN
JUS SIRSAK TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT
PADA PENDERITA GOUT ARTHRITIS”

Penyakit gout atau gout arthritis merupakan penyakit yang disebabkan oleh penumpukan
asam urat atau kristal monosodium urat (MSU) di jaringan, terutama jaringan sendi
(Junaidi, 2012). Asam urat dihasilkan dari pemecahan dan sisa-sisa pembuangan dari
bahan makanan tertentu yang mengandung nukleotida purin atau berasal dari nukleotida
purin yang diproduksi oleh tubuh (Yenrina, 2014). Endapan kristal monosodium urat
(MSU) di jaringan bisa menimbulkan berbagai macam penyakit seperti rematik gout atau
arthritis gout, timbulnya tofi (benjolan), tulang rawan atau jaringan lunak, terganggunya
fungsi ginjal yang disebut nefropati gout, dan terbentuknya batu asam urat di ginjal atau
kandung kemih (Dalimartha, 2014). World Health Organization (WHO) memperkirakan
sekitar 335 juta orang di dunia menderita penyakit gout arthritis (Bobaya, 2016).
Prevalensi penderita penyakit gout di negara maju seperti di USA diperkirakan sebanyak
13,6% per 100.000 penduduk (Sukarmin, 2015). Prevalensi penderita penyakit gout di
negara berkembang seperti di Cina dan Taiwan setiap tahunnya semakin berkembang,
sedangkan di Indonesia diperkirakan hampir 80% penduduk yang berusia 40 tahun atau
lebih (Misnadiarly, 2007; Junaidi, 2012). Menurut Riskesdas (2013), Prevalensi penyakit
sendi berdasarkan diagnosa tenaga kesehatan di Indonesia sebesar 11,9% dan berdasarkan
diagnosa atau gejala sebesar 24,7%. Dilihat dari karakteristik umur, prevalensi tertinggi
pada umur e”75 tahun sebesar 54,8%. Di Jawa Tengah atas kerja sama dengan WHO-
COPCORD terhadap 4.683 sampel berusia antara 15-45 tahun didapatkan angka kejadian
asam urat pada pria 24,3% dan wanita 11,7% (Simamora, 2016). Penderita asam urat lebih
banyak terjadi pada kaum laki-laki dibandingkan dengan perempuan (Kertia, 2009).
Pengobatan penyakit gout arthritis bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan
pembengkakan sendi serta menurunkan kadar asam urat darah. Penatalaksanaan penyakit
gout arthritis terbagi menjadi dua yaitu secara farmakologi dan non farmakologi.
Penatalaksanaan secara farmakologis dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan
kimia seperti allupurinol yang biasanya di dapat dengan resep dokter. Penatalaksanaan
secara non farmakologi yang biasanya sering disarankan yaitu dengan terapi herbal dan
terapi komplementer. Terapi herbal merupakan bentuk penyembuhan atau pengurangan
rasa sakit menggunakan tanaman atau buah buahan yang berkhasiat sebagai obat. Salah
satu buah yang berkhasiat dalam penurunan kadar asam urat yaitu buah sirsak. Terapi
komplementer yang digunakan untuk penatalaksaan gout arthritis adalah menggunakan
terapi akupresur dengan pemberian penekanan pada titik meredian ginjal yang bertujuan
untuk memperbaiki atau mengoptimalkan fungsi sekresi ginjal sehingga ginjal akan
mengekresi asam urat dengan baik dan terjadi penurunan kadar asam urat darah. Salah satu
titik pada meredian ginjal adalah titik Ki.3 (Taixi) (Rakhman, 2015). Beberapa penelitian
membuktikan bahwa vitamin C memiliki efek meningkatkan pengeluaran asam urat dari
dalam tubuh sehingga dapat menurunkan resiko terjadinya gout. Vitamin C memiliki sifat
urikosurik, yang bisa menghambat absorbsi asam urat melalui urin di tubulus ginjal
sehingga kerja ginjal dalam pengeluaran asam urat melalui urin akan meningkat (Choi et
al, 2009). Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan memiliki kemampuan untuk
menghambat produksi enzim xantin oksidase sehingga dapat menghambat proses
pembentukan asam urat dalam tubuh (Lalage, 2013).
METODE
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Banyudono I pada bulan Maret –
April 2018. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, dengan rancangan
penelitian yang digunakan adalah quasy-experimental dengan pendekatan Pre Test and
Post Test with Control Group. Teknik Pengumpulan data menggunakan lembar observasi
untuk pengamatan dalam pengukuran nilai kadar asam urat pada responden. Saat kadar
asam urat responden normal, peneliti menghentikan pemberian tindakan pada kelompok
perlakuan dan kontrol serta akan dilakukan pengecekan kadar asam urat selama 7 hari.
Jumlah responden pada penelitian ini berdasarkan pada Roscoe dalam Sugiyono (2012)
menyebutkan bahwa untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-masing
antara 10 s/d 20. Sehingga peneliti mengambil jumlah responden sebanyak 20 responden,
10 responden sebagai kelompok perlakuan dan 10 responden sebagai kelompok kontrol.

HASIL ANALISIS
Pada analisis uji Independent t test diperoleh hasil sig. (2-tailed) 0,149 > 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol. Walaupun tidak ada perbedaan yang bermakna, tetapi kombinasi terapi
akupresur dan pemberian jus sirsak dapat menurunkan kadar asam urat dengan p value
0,000. Rata-rata pada kelompok perlakuan terjadi penurunan kadar asam urat hingga ke
kadar asam urat normal pada hari ke-5. Hal ini disebabkan karena terapi akupresur dan jus
sirsak memiliki manfaat untuk meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal. Menurut
teori Fengge (2012), akupresur juga dapat bermanfaat sebagai rehabilitasi (pemulihan)
dengan cara meningkatkan kondisi kesehatan sesudah sakit. Selain itu, akupresur juga
bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh atau promotif walaupun tidak sedang
dalam keadaan sakit dan Damayanti (2012) kandungan vitamin yang paling dominan pada
buah sirsak adalah vitamin C, yaitu sekitar 20 mg/100g daging buah. Kandungan vitamin C
yang cukup tinggi pada sirsak merupakan antioksidan yang sangat baik untuk
meningkatkan daya tahan tubuh. Terapi akupresur pada titik Ki.3 (Taixi) bertujuan untuk
memperbaiki atau mengoptimalkan fungsi ginjal (Rahkman, 2015). Terapi akupresur pada
titik Sp.6 (Sanyinjiao), Sp.9 (Yin Linquan) dan Sp.10 (Xuehai) dapat meningkatkan
ekskresi asam urat terutama dengan meningkatkan volume urine (Sun, 2014). Akupresur
dapat mengaktifkan neuron pada sistem saraf, dimana hal ini merangsang kelenjar-kelenjar
endokrin serta mengaktifkan organ yang bermasalah. Titik meridian terletak mulai dari
ujung jari kaki dan terhubung ke otak, kemudian ke organ yang terkait dengan titik
meridian (Sustrani dkk, 2007). Pemijatan pada titik meridian dapat menyeimbangkan
sistem sirkulasi darah dan sistem saraf yang ada didalam tubuh (Saktiawan, 2007).
Memberikan pemijatan pada meridian ginjal dapat merangsang saraf perifer dan
meneruskan rangsangannya ke ginjal sehingga dapat mengefektifkan fungsi ginjal untuk
membuang asam urat berlebih (Rahma, 2017). Vitamin C merupakan mikronutrien yang
berperan dalam berbagai reaksi enzimatik dan non enzimatik. Peningkatan konsentrasi
vitamin C dapat menghambat reabsorbsi asam urat (Pusriningsih, 2015). Vitamin C
bersifat urikosurik yang menghambat reabsorbsi asam urat oleh ginjal, sehingga
meningkatkan kecepatan kerja ginjal mengekskresikan asam urat melalui urine (Fury,
2014).

PENUTUP
KESIMPULAN
Penelitian ini adalah terdapat pengaruh kombinasi terapi akupresur dan pemberian jus
sirsak terhadap penurunan kadar asam urat dan tidak ada perbedaan bermakna pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol terhadap penurunan kadar asam urat

SARAN
Terapi akupresur dan pemberian jus sirsak dapat diterapkan sebagai alternative dalam
pengobatan pada pasien dengan gouth artithis , cukup efektife dalam penurunan kadar
asam urat.

DAFTAR PUSTAKA
Aminah, MS. (2012). Tumpas penyakit asam urat lebih aman. Jakarta: Dunia Sehat.
Anjelin, R, Arifin, H, Darwin, D & Raveinal. (2012).
Analisa drug related problems pada pasien hiperurisemia di bangsal rawat inap dan rawat
jalan penyakit dalam rsup dr. M. Djamil padang. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol.
17, No. 1: 52-59. ISSN : 1410-0177. Bobaya. (2016).

Hubungan tingkat stres dengan kejadian gout artritis di puskesmas tobelo kecamatan tobelo
kabupaten halmahera utara. E-Jurnal Keperawatan (eKp). Vol. 4, No. 1. Choi, HK, Gao, X
& Curhan, G. (2009).

Vitamin C Intake and the Risk of Gout in Men – A Prospective Study. 169(5): 502-507.
Dalimartha, S & Felix, A. (2014).

Tumbuhan sakti atasi asam urat. Jakarta: Penebar Swadaya. Damayanti, D. (2012).
Panduan Lengkap Mencegah & Mengobati Asam Urat. Yogyakarta: Araska. Depkes RI.
(2013).

Riset Kesehatan Dasar: Riskesdas. Jakrata: Balitbang Depkes RI. Diantari, E. (2013).
Pengaruh asupan purin dan cairan terhadap kadar asam urat wanita usia 50-60 tahun di
kecamatan gajah mungkur semarang. Journal of nutrition college, Vol 2, No 1: 44- 49.
Fengge, A. (2012).

Terapi Akupresur: Manfaat dan Teknik Pengobatan. Yogyakarta: Crop Cirle Corp. Fury,
DE. (2014).

Kadar asam urat darah pada mencit (mus musculus) dengan pemberian minuman
berkarbonasi. Diakses 28 juni 2017, http:// eprints.ums.ac.id/29654/. IP. Suiraoka. 2012.
Penyakit Degeneratif: Mengenal, Mencegah, dan Faktor Risiko 9 Penyakit Degeneratif.
Yogyakarta: Nuha Medika. Junaidi, I. (2012).

Anda mungkin juga menyukai