Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ginjal merupakan salah satu organ yang penting bagi manusia. Menurut

The National Kidney Disease Education Program / NKDEP (2014), ginjal

mempunyai fungsi untuk mengatur mineral dan volume darah dalam tubuh,

membuang hasil limbah metabolisme dalam urin dan menyerap kembali zat- zat

yang masih dibutuhkan oleh tubuh, mengaktifkan vitamin D yang diperlukan

untuk penyerapan kalsium dan menghasilkan enzim yang diperlukan untuk

menghasilkan sel darah merah, dan membantu mengontrol keseimbangan asam

basa dalam tubuh. Penurunan fungsi ginjal menyebabkan metabolisme tubuh

individu terganggu. Gagal ginjal kronis terjadi apabila penurunan fungsi ginjal ini

terjadi dalam jangka waktu yang lama dan progresif (Chang, Daly & Elliot, 2010).

Gagal ginjal kronis ini tentu mempengaruhi kesehatan seseorang, seperti

mengalami kelelahan, kehilangan nafsu makan, dan terjadi kram pada kaki.

Masalah- masalah umum lain yang disebabkan gagal ginjal antara lain adalah

gatal, sulit tidur, bengkak di ekstrimitas, lemah, hingga depresi ( NIDDK, 2014).

Penyakit ginjal merupakan suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal

mengalami penurunan hingga akhirnya tidak mampu bekerja sama sekali dalam

hal penyaringan dan pembuangan elektrolit tubuh, tidak mampu menjaga

keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh, seperti sodium, kalium dalam darah

atau tidak mampu dalam memproduksi urin (Berawi, 2016). Komplikasi -

komplikasi tersebut diatas terjadi pada fase gagal ginjal, dan memerlukan terapi

1
pengganti ginjal dan salah satu terapinya adalah hemodialisis. Tindakan

hemodialisis ini mempunyai fungsi sebagai pengganti ginjal yang rusak. Oleh

karena itu penderita gagal ginjal ini sangatlah tergantung pada terapi tersebut

seumur hidupnya. Apabila tidak, maka sangat membahayakan kondisi tubuhnya

dan bisa sampai terjadi kematian ( Salma, Yayi & Rr. Indahria, 2019).

Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2016

penyakit gagal ginjal kronik 3.018.860 orang dan pada tahun 2017 sebanyak

3.200.000 orang. Dari data tersebut disimpulkan adanya peningkatan angka

kesakitan klien gagal ginjal kronik dalam satu tahun 6%. Menurut data WHO

penyakit gagal ginjal kronik telah menyebabkan kematian pada 850.000 orang

setiap tahunnya. Angka tersebut menunjukkan bahwa penyakit gagal ginjal kronik

menduduki peringkat ke 12 tertinggi sebagai penyebab angka kematian. Sekitar

7,8 % dari klien gagal ginjal kronik di dunia menggunakan terapi hemodialisis

untuk kelangsungan hidupnya.

Prevelansi gagal ginjal di Indonesia tercatat mencapai 31,7% dari populasi

pada usia 18 tahun keatas (Indrasari, 2015). Hasil Riset Kesehatan Dasar (2018)

prevalensi gagal ginjal di Indonesia yaitu sebesar 3,8% sebagian besar penderita

adalah laki-laki yaitu 40%, dari total penderita gagal ginjal tersebut 52.835 total

klien yang aktif menjalani hemodialisis. Di Rumah Sakit Saiful Anwar sendiri

klien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis per tahun 2019 adalah sebanyak

7.494 klien. Penderita gagal ginjal kronik memerlukan terapi hemodialisais jangka

panjang, klien harus menjalani terapi dialisis sepanjang hidupnya (biasanya tiga

kali seminggu selama paling sedikit 4 atau 5 jam perkali terapi) hal ini diperlukan

2
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan untuk mengendalikan gejala

uremia pada tubuhnya (Tansil, 2016).

Penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis mengalami

beberapa penurunan fungsi tubuh, yang dapat mengakibatkan klien merasa tidak

mampu dan tidak berdaya oleh karena keterbatasan fisiknya sehingga klien

menjadi malu/ minder tidak mau berinteraksi dengan orang lain, tidak mau

melakukan kegiatan sosial dan kegiatan keagamaan dilingkungannya (Dhina, Nian

dan Joko, 2018). Menurut Hurlock penerimaan diri merupakan tingkat

kemampuan dan keinginan individu untuk hidup dengan segala karakteristik

dirinya. Individu yang bisa menerima menerima diartikan sebagai individu yang

tidak ada masalah dengan dirinya sendiri, tidak memiliki beban perasaan terhadap

diri sendiri sehingga individu lebih banyak memiliki kesempatan untuk

beradaptasi dengan lingkungan.

Berdasarkan penelitian Alfiatur, Abdul & trimawati 2018 juga menyatakan

bahwa penerimaan diri mempunyai korelasi positif terhadap penyesuaian diri pada

penderita gagal ginjal kronik. Penelitian ini memberikan bukti empiris hubungan

sebab akibat antara penerimaan diri dan penyesuaian diri pada klien, dimana

semakin tinggi penerimaan diri, maka semakin tinggi pula penyesuaian dirinya.

Individu yang memiliki penyakit kronis dan tidak bisa disembuhkan, merasa

dirinya diasingkan, merasa dirinya tidak berharga, merasa tidak dapat diterima

oleh lingkungan, malu dan perasaan negatif lainnya. Berbagai tekanan fisik

maupun psikis dapat mengakibatkan timbulnya penolakan pada klien, dimana

klien tidak dapat menerima kenyataan yang sedang dialaminya.

3
Banyak pasien yang akan mengalami perubahan penampilan yang drastis

disebabkan karena penurunan berat badan, perubahan warna kulit atau kerontokan

rambut, dan stres oleh karena faktor pengobatan sehingga dapat mengalami

ketidakmampuan untuk bersosialisasi. Maka kebutuhan pasien yang berada pada

stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan / pengobatan gejala fisik

saja, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan

spriritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin. Dukungan dari

berbagai fihak sangat diperlukan dan sangat dibutuhkan oleh pasien terminal,

seperti antara lain orang tua, suami, istri, teman dan support group ( Nugroho,

2016).

Dalam Nugroho 2016 support group atau dukungan kelompok merupakan

suatu dukungan oleh kelompok yang memiliki permasalahan yang sama untuk

mengkondisikan dan memberi penguataan pada sekelompok orang atau

perorangan. Suatu kelompok yang mempunyai permasalahan yang relaitf sama

dengan cara sharing informasi terkait permaslahan- permasalahan yang dialami

serta solusi yang perlu dilakukan sekaligus proses saling belajar dan saling

menguatkan, sering disebut kelompok sebaya. Tujuan utama dari intervensi

support group adalah tercapainya kemampuan koping yang efektif terhadap

masalah dan trauma yang pernah dialaminya.

Pasien juga akan memiliki pemahaman yang lebih komprehensif mengenai

penyakit gagal ginjal, sehingga pada akhirnya mampu memaknai penyakitnya dan

memiliki sikap yang lebih optimis yang ditunjukkan dengan memiliki harapan dan

pandangan yang lebih positif mengenai masa depannya (Tabrizi, Radfar, & Taei,

2016). Melalui terapi kelompok suportif, para pasien diharapkan dapat

4
mengembangkan rasa berdaya terhadap diri sendiri, merasa masih dapat

melakukan banyak hal dalam hidupnya, memiliki keinginan untuk bangkit atau

tidak menyerah terhadap penyakitnya dan menumbuhkan perasaan berguna atau

bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain

Terapi suportif dibuat untuk membantu individu penderita gagal ginjal

kronis bertukar pengalaman mengenai masalah yang dihadapi dan koping yang

digunakan. Dukungan kelompok seringkali memberikan tempat yang nyaman

bagi anggotanya untuk mengekspresikan perasaannya, baik yang positif ataupun

negatif serta kemungkinan solusinya (Videbeck, 2014).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan secara wawancara di ruang

hemodialisa A RSUD Dr. Saiful Anwar Malang didapatkan bahwa hampir seluruh

penderita baru yang menjalani terapi hemodialisis, selalu bertanya-tanya kepada

perawat di ruang hemodialisa A tentang kondisinya saat ini seperti perubahan-

perubahan yang ditimbulkan karena tindakan hemodialisis yang dilakukan seumur

hidup (seperti : saat menjalani hemodialisis apakah masih bisa bekerja?, apakah

saya bisa sembuh seperti sedia kala?). Untuk meningkatkan penerimaan diri klien

gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis bisa dengan cara, sering

sharing, bertukar pendapat sesama penderita dan keluarga sehingga klien tidak

merasa sendiri dan mempunyai banyak masukan dan pengalaman terkait penyakit

yang dideritanya sekarang. Masalah ini sangat penting bagi perawat dan tenaga

berpengaruh terhadap penerimaan diri pasien yang menjalani hemodialisis.

Berdasarkan fenomena dan uraian dari Latar belakang diatas maka peneliti

tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Supporting Group Terhadap

5
Penerimaan Diri Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis di

RSUD Dr. Saiful Anwar Malang”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka rumusan masalah

penelitian ini adalah “ Adakah Pengaruh Supporting Group Terhadap

Penerimaan Diri Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis di

Ruang Hemodialisa A RSUD Dr. Saiful Anwar Malang”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh Supporting Group Terhadap Penerimaan

Diri Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis di Ruang

Hemodialisa A RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi penerimaan diri pasien sebelum dilakukan

Supporting Group pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisis.

2. Mengidentifikasi penerimaan diri setelah dilakukan Supporting Group

pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.

3. Menganalisa pengaruh Supporting Group terhadap penerimaan diri

pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.

6
1.4 Manfaat penelitian

1.2.1 Manfaat Teoritis


Hasil penelitian ini di harapkan mampu meningkatkan
pengetahuan terutama bagi masyarakat tentang pengaruh
supporting group terhadap penerimaan diri pada pasien gagal ginjal
yang menjalani hemodialisis.

1.2.2 Manfaat Praktis


1) Bagi Responden
Dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk mengetahui pengaruh
supporting group terhadap penerimaan diri pada pasien gagal ginjal yang
menjalani hemodialisis di RSUD dr. Saiful Anwar sehingga responden
dapat menerima den memperlakukan dirinya dengan baik.
2) Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan
memberikan asuhan keperawatan dengan diagnosa keperawatan gangguan
citra tubuh yang dialami responden selama menjalani terapi hemodialisis.

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 KeaslianPenelitian


Perbedaan
Nama Penulis Metode dan
No Tahun Hasil dengan
/ Judul Variabel
penelitian ini
1 2018 Yulistina,P & Penelitian Hasil Variabel
Prakoso,H/ kuantitatif perhitungan terkait
Hubungan korelasional statistik penerimaan
Penerimaan dengan diri pada
diri dengan menggunakan pasien gagal
kebahagiaan SPSS 20, ginjal kronis,
pada pasien diperoleh experimental
gagal ginjal koefisien dengan metode
kronik korelasi Rank one group
Jurnal Spearman pretest postest
Psikologi ( RS) sebesar design
Vol. 4 No. 1 0,696, maka
Tahun 2018 dapat
dikatakan
pasien yang

7
Perbedaan
Nama Penulis Metode dan
No Tahun Hasil dengan
/ Judul Variabel
penelitian ini
memiliki
penerimaan
diri yang tinggi
akan memiliki
kebahagiaan
yan g tinggi
2 2016 Wahyu Penelitian Hasil analisis Variabel
Purnomo, M, kuantitatif data terkait
Z/ Dukungan metode menunjukkan penerimaan
sosial dengan korelasional koefisien diri pada
penerimaan korelasi pasien gagal
diri pada sebesar 0, 243 ginjal kronis,
penderita menunjukkan experimental
gagal ginjal adanya dengan metode
kronis hubungan yang one group
Psychology positif yang pretest postest
Forum UMM sangat design
Februari signifikan
2016 artinya
semakin tinggi
dukungan
sosial yang
dirasakan
maka semakin
tinggi terhadap
[penerimaan
dirinya

3 2018 Rohmah, A Penelitian Hasil analisa Variabel


& Wachid, A deskriptif data menunjuk terkait
& Trimawati/ korelasi kan dikedua penerimaan
penerimaan rumah sakit, diri pada
diri pada pasien gagal pasien gagal
pasien gagal ginjal kronis ginjal kronis,
ginjal kronois yang menjalani experimental
yang hemodialisa dengan metode
menjalani mempunyai one group
hemodialisa penerimaan pretest postest
Jurnal ilmiah diri yang design
permas Vol.8 kurang
No.2 Oktober
2018
4 2017 Kurniarifin, Korelasional Ada hubungan Variabel
Rosidah & dukungan terkait
Rosjidi, HA keluarga penerimaan

8
Perbedaan
Nama Penulis Metode dan
No Tahun Hasil dengan
/ Judul Variabel
penelitian ini
& Istikomah/ dengan tingkat diri pada
hubungan penerimaan pasien gagal
dukungan diri pasien ginjal kronis,
keluarga gagal ginjal experimental
dengan kronis dengan dengan metode
tingkat ϼ value 0,000 one group
penerimaan ≤ α = 0,05 pretest postest
diri pasien design
gagal ginjal
kronik
5 2019 Saraswati, Kuasi Terapi Variabel
DS & eksperimenta kelompok terkait
Prabandari, l the non suprtif penerimaan
YS & randomized mempunyai diri pada
Sulistyarini, control group pengaruh pasien gagal
RI/ pengaruh pretest- untuk ginjal kronis,
terapi posttets meningkatkan experimental
kelompok design optimisme dengan metode
supportif pada psien one group
untuk gagal ginjal pretest postest
meningkatka yang menjalani design
n optimisme hemodialisis
pasien pasien
gagal ginjal
kronik yang
menjalani
hemodialisis
Jurnal
Intervensi
Psikologi
Vol.11 No.1
Juni 2019

Anda mungkin juga menyukai