PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan
epifisis atau tulang rawan sendi yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa
dan biasanya disertai cedera. Fraktur biasanya terjadi karena benturan tubuh,
jatuh, atau kecelakaan. Patah tulang dapat terjadi pada waktu kegiatan biasa
atau karena benturan ringan, lemah tulang karena penyakit seperti kanker
tingkat primer, adnya metastase kanker atau osteoporosisi. Yang demikian
disebut tulang mengalami colaps. Tulang bisa patas karena otot-ototnya tidak
dapat mengabsorbsi energy, dan hal ini sering terjadi. Fraktur dapat terjadi
pada semua tingkat umur, yang berisiko tinggi untuk patah tulang adalah
orang lanjut usia, orang yang bekerja membutuhkan keseimbangan, masalah
gerakan, pekerja yang berisiko tinggi dan orang-orang yang mengalami
kecelakaan ( Long, 1996). Fraktur dapat dibagi menjadi :
1. Fraktur tertutup (closed), apabila tulang yang patah tidak tampak dari
luar.
2. Patah tulang terbuka (patah tulang majemuk), apabila tulang yang patah
tampak dari luar karena tulang telah menembus kulit atau kelit
mengalami robekan.
3. Patah tulang kompresi (patah tulang karena penekanan), merupakan
akibat dari tenaga yang menggerakkan sebuah tulang yang melawan
tulang lainya atau tenaga yang melawan panjangnya tulang. Sering
terjadi pada wanita lanjut usia yang tulang belakangnyamenjadi rapuh
karena osteoporosis.
4. Patah tulang karena tergilas, tenaga yang sangat hebat menyebabkan
beberapa retakan sehingga menjadi beberapa pecahan tulang. Jika aliran
darah ke bagian tulang yang terkena mengalami gangguan, maka
penyembuhan akan berlangsung lama.
3
5. Patah tulang avulse, disebabkan oleh kontraksi otot yang kuat, sehingga
menarik bagian tulang tempat tendon otot tersebut melekat. Paling
sering terjadi pada lutut dan bahu tetapi juga terjadi pada tungkai dan
tumit.
6. Patah tulang patologis, terjadi jika sebuah tumor telah tumbuh dalam
tulang dan menyebabkan tulang menjadi rapuh. Tulang yang rapuh bisa
mengalami patah tulang meskipun dengan cedera ringan atau bahkan
tanpa cedera sama sekali.
B. Etiologi Fraktur
Menurut Sachdeva (1996, dikutip Hermansyah, 2009), penyebab
fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
1. Cedera Traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur
melintang dan kerusakan pada kulit di atasnya.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan
fraktur klavikula.
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang
kuat.
2. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada
berbagai keadaan berikut :
a. Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas ) : pertumbuhan jaringan baru yang
tidak terkendali dan progresif.
b. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut
4
atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit
nyeri.
c. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi
Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya
disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan
kalsium atau fosfat yang rendah.
3. Secara Spontan
Disesbabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit
polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.
C. Penatalaksanaan
1. Teknik Imobilisasi (Purwanto, 2015)
Tehnik imobilisasi dapat dicapai dengan cara :
1.1 Pembidaian
Bidai adalah benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling
tulang. Bidai menurut Long (1996) suatu cara untuk menstabilkan
atau menunjang persendian dalam menggunakan sendi yang benar
atau melindungi trauma dari luar.
1.1.1 Jenis Pembidaian
a. Tindakan pertolongan sementara
Dilakukan ditempat cedera sebelum kerumah sakit
Bahan untuk bidai bersifat sederhana dan apa adanya
Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan
menghindarkan kerusakan lebih parah
Bisa dilakukan oleh siapapun yang telah menguasai
teknik dasar pembidaian
5
Pembidaian dilakukan untuk proses penyembuhan
fraktur atau dislokasi menggunakan alat atau bahan
khusus sesuai standar pelayanan harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang terlatih.
2. Teknik Reposisi
Teknik reposisi adalah penempatan kembali posisi tulang seperti semula
atau penempatan keposisi yang berbeda atau baru. Teknik reposisi terdiri
dari 2 jenis (Ayu, 2012), yaitu :
2.1 Traksi
Traksi adalah penggunaan kekuatan penarikan pada bagian tubuh
yang dilakukan dengan memberi beban yang cukup untuk mengatasi
penarikan otot
1) Axis traksi
Traksi sepanjang sumbu seperti sumbu pelvis pada obstetric
2) Traksi elastic
6
Traksi dengan tenaga elastic atau dengan menggunakan bahan
elastic.
3) Traksi skeletal
Traksi yang dipasang secara langsung pada tulalang panjang
dengan menggunakan kawat atau pen.
4) Traksi kulit
Penarikan tulang yang patah melalui kulit dengan
menggunakan skin traksi, plester
misal : traksi Buck yaitu traksi yang paling sederhana dan
dipasang untuk jangka waktu yang pendek.
2.2 Gips
7
2.2.2 Bahan-Bahan Gips
a. Plester
Gips pembalut dapat mengikuti kontur tubuh secara halus
b. Nonplester
Secara umum seperti gips fiberglass, bahan poliuretan yang
diaktifasi air ini mempunyai kelebihan yang lebih ringan ,
tahan air dan tidak mudah pecah.
c. Nonplester berpori-pori
Memiliki kelebihan tidak merusak pori-pori kulit, gips tidak
lunak terkena air, jika basah dapat dikeringkan dengan
pengering rambut.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fraktur atau patah tulang adalah keadaan dimana hubungan atau kesatuan
jaringan yang terputus. Tulang memiliki daya lentur dengan kekuatan yang
memadai, apabila trauma melebihi dari daya lentur tersebut maka terjadi fraktur.
Penyebab terjadinya fraktur adalah trauma, stress kronis dan berulang maupun
pelunakan tulang yang abnormal.
B. Saran
9
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Bidai
Tanggal terbit Disahkan oleh
Ka. Prodi PSIK
10
dengan kassa steril
Memilih jenis bidai yang sesuai
Pembindaian meliputi 2 sendi, sendi yan masuk
dalam pembidaian adalah sendi bawah dan siatas
patah tulang. Misalnya jika tungkai bawah
mengalami fraktur maka bidai harus bisa
memobilisasi pergelangan kaki maupun lutut
Luruskan posisi anggota gerak yang mengalami
fraktur secara hati-hati dan jangan memaksa
gerakan, jika sulit diluruskan maka pembidaian
dilakukan seadanya
Beri bantalan yang empuk pada anggota gerak yang
dibidai
Ikatlah bidai diatas atau di bawah daerah fraktur,
jangan mengikat tepat di daerah fraktur dan jangan
terlalu kencang.
11
Tanggal terbit Disahkan oleh
Ka. Prodi
12
Sabun dalam tempatnya.
Handuk.
Krim kulit.
Spons rubs
Padding
13
dengan gerakan bersinambungan agar terjaga
ketumpah tindihan lapisan gips. Dianjurkan
dalam jarak yang tetap. Lakukan dengan gerakan
yang bersinambungan agar terjaga kontak yang
constant dengan bagain tubuh.
Setelah selesai pemasangan, haluskan tepinya,
potong serta bentuk dengan pemotongan gips
atau cutter.
Bersihkan partikel bagian gips dari kulit yang
terpasang.
Sokong gips selama pengerasan dan pengeringan
dengan telapak tangan. Jangan diletakkan pada
permukaan keras atau pada tepi yang tajam dan
hindari tekanan pada gips.
Bersihkan partikel bagian gips dari kulit yang
terpasang.
Sokong gips selama pengerasan dan pengeringan
dengan telapak tangan. Jangan diletakkan pada
permukaan keras atau pada tepi yang tajam dan
hindari tekanan pada gips.
14
Hikayati, S.Kep., Ns.
Pengertian Penarikan dengan tekanan yang dilakukan dengan
tujuan spesifik pada bagian tubuh dengan manual
atau dengan alat mekanik
Mekanisme dimana terjadi penarikan yang tertaur
dan terus menerus di pasang pada anggota badan.
15
Absersi, infeksi serta alergi pada kulit
Nekrosis kulit
Odema distal
Obstrusi vaskuler
Alat dan Bahan traksi Buck atau traksi Bryant
Pisau cukur
Balsam perekat
Alat rawat luka
Latrol atau purley
Bebab
Bantalan conter traksi
Gunting
Marker
Bedak kulit
Kom berisi air putih
Handuk
Sarung tangan bersih
Prosedur Cuci tangan dan pasang sarung tangan
Mengatur posisi tidur pasien supinasi
Bila ada luka dirawat dan ditutup luka
Bila banyak rambut dicukur
Beri tanda batas pemasangan plester menggunakan
bolpoint
Beri balsam perekat
Ambil skin traksi kit lalu rekatkan plester pada
bagian medial dan lateral kaki secara simetris
dengan tetap menjaga immobilitas fraktur
Pasang katrol lurus dengan kaki bagian fraktur
Masukkan tali pada pulley control
16
Sambung tali pada beban (1/7 BB)
Pasang bantalan konter traksi atau bantal penyangga
kaki
Atur posisi pasien nyaman dan rapikan
DAFTAR PUSTAKA
17
Purwanto, Sigit. 2015. Bahan Ajar Keperawatan Medikal Bedah III (PPT). Indralaya.
Universitas Sriwijaya.
18