Anda di halaman 1dari 7

SATUAN ACARA PENYULUHAN

FRACTURE (PATAH TULANG)

Untuk memenuhi tugas praktek Keperawatan Gawat Darurag dan Kritis


Di RS. dr. Soedono Madiun

Oleh Kel.23 :
1. Ananda Candra Waskira Wijaya (P17212215034)
2. Intan Wahyuli (P17212215087)
3. Dyah Sulistyaningtyas (P17212215086)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

FRACTURE (PATAH TULANG) FEMUR

Pokok Bahasan : Fracture (Patah Tulang)


I. Latar Belakang
Fraktur merupakan terputus atau rusaknya kontinuitas jaringan tulang yang
disebabkan oleh tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap
oleh tulang. Fraktur dapat disebabkan oleh hantaman langsung, kekuatan yang
meremukkan, gerakkan memuntir yang mendadak atau bahkan karena kontraksi otot
yang ekstrem. Fraktur merupakan diskontinuitas dari jaringan tulang yang disebabkan
adanya kekerasan yang timbul secara mndadak atau fraktur dapat terjadi akibat
trauma langsung maupun trauma tidak langsung. Fraktur femur merupakan hilangnya
kontinuitas pada tulang femur atau paha, fraktur femur terbagi dua macam yaitu
fraktur femur tebuka dan fraktur femur tertutup. Fraktur femur terbuka merupakan
hilangnya kontinuitas tulang paha disertai kerusakan jaringan lunak seperti otot, kulit,
jaringan syaraf, dan pembuluh darah yang dapat disebabkan oleh trauma langsung
pada paha. Fraktur femur tertutup atau patah tulang paha tertutup merupakan
hilangnya kontinnuitas tulang paha tanpa disertai kerusakan jaringan kulit.
Berdasarkan Riset Kesehatan dasar (RISKESDAS) cedera dijalan raya pada tahun
2013 sebanyak 42,8% mengalami penurunan jika dibandingkan pada tahun 2018
yaitu sebanyak 31, 4%. Sedangkan kejadian kecelakaan lalu lintas di Indonesia terjadi
sebanyak 2,2 %, yang mana kecelakaan lalu lintas yang tinggi terjadi di Sulawesi
Utara sebanyak 3,5 % di Sulawesi Selatan sebanyak 3,4 % Sulawesi Tengah sebanyak
3,3% di Sumatera Barat sebanyak 2,5 % dan paling rendah terjadi di Jambi sebanyak
1,1%. Sayangnya bagi masyarakat awam kejadian patah tulang masih sangat
disepelekan dan jarang tau penatalaksanaan awal yang tepat. Untuk itu penulis
tertarik memberikan penyuluhan tentan fracture (patah tulang) dan pelaksanaannya.

II. Tujuan Umum


Untuk meningkatkan pengetauan tentang fracture serta penerapan
penataklasanaan yang tepat pada fracture.

III. Tujuan Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan warga social media mengetahui
tentang:
1. Pengertian FRACTURE (PATAH TULANG)
2. Penyebab FRACTURE (PATAH TULANG)
3. Tanda Dan Gejala FRACTURE (PATAH TULANG)
4. Komplikasi FRACTURE (PATAH TULANG)
5. Pencegahan FRACTURE (PATAH TULANG)
IV. Materi
(Terlampir)
1. Pengertian FRACTURE (PATAH TULANG)
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi
mungkin tak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan, biasanya patahan lengkap
dan fragmen ulang bergeser. Kalau kulit diatasnya masih utuh, keadaan ini
disebut fraktur tertutup, kalau kulit atau salah satu dari rongga tubuh tertembus
kadaan ini disebut fraktur terbuka yang cenderung untuk mengalami kontaminasi
dan infeksi. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang disebabkan oleh
ruda paksa.

2. Penyebab FRACTURE (PATAH TULANG)


1. Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur
melintang dan kerusakan pada kulit dia atasnya.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur
klavikula.
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang
kuat.
2. Fraktur patologik. Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit
dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada
berbagai keadaan berikut:
a. Tumor tulang ( jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang
tidak terkendali dan progresif.
b. Infeksi seperti osteomielitis: dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut
atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambta dan
sakit nyeri.
c. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi vitamin
D yang mmepengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan
kegagalan adsorbsi vitamin D atau karena asupan kalsium atau fosfat yang
rendah.
3. Secara spontan. Disebabakan oleh stres tulang yang terus menerus misalnya
pada penyakit polio dan orang yang bertugas di kemiliteran.

3. Tanda dan Gejala FRACTURE (PATAH TULANG)


1. Deformitas daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah
dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :
a. Rotasi pemendekan tulang
b. Penekanan tulang
2. Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravakasi darah dalam
jaringan yang berdekatan dengan fraktur.
3. Echimosis dari pendarahan subculaneous.
4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur
5. Tenderness/ keempukan.
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya
dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
7. Kehilangan sensasi (mati raa, mungkin terjadi dari rusaknya syaraf dan
perdarahan).
8. Pergerakan abnormal dari hilangnya darah
9. Krepitasi ( suara gemeretak) dapat terdengar saat tulang digerakkan karena
ujung-ujung patahan tulang bergeser satu sama lain.

4. Komplikasi FRACTURE (PATAH TULANG)

1. Syok : dapat berakibat fatal dalam beberapa ja, stelah edema


2. Emboli lemak : dapat terjadi 24 -72 jam
3. Syndrome kompartemen : perfusi jaringan dalam otot urang dari kebutuhan
4. Infeksi dan tromboemboli

Komplikasi lanjutan :
1. Non-union : akibat imobilisasi yang tidak sempurna atau adanya fraktur
patologis
2. Mal – union : penyembuhan dengan angulasi yang buruk
3. Delayed-union : umumnya terjadi pada orang-orang karena aktivitas osteoblas
menurun
4. Distraksi fragmen-fragmen tulang karena reposisi kurang baik, misalnya traksi
terlalu kuat atau fiksasi internal kurang baik.
5. Defisiensi vitamin C dan D
6. Fraktur patologik
7. Adanya infeksi.

5. Penatalaksanaan FRACTURE (PATAH TULANG)


Penatalaksanaan fraktur mengacu kepada empat tujuan utama yaitu :
1. Mengurangi rasa nyeri
Trauma pada jaringan sekitar fraktur menimbulkan rasa nyeri yang
hebat bahkan sampai menimbulkan syok. Untuk mengurangi nyeri
dapat diberi obat penghilang rasa nyeri, serta dengan teknik
imobilisasi, yeitu pemasangan bidai/spalk, maupun pemasangan
gips.
2. Mempertahankan posisi yang ideal dari fraktir
Fraktur harus segera diimobilisasi untuk memungkinkan
pembentukan hematoma fraktur yang meminimalkan kerusakan.
Penyambungan kembali tulang (reduksi) penting dilakukan agar
terjadi pemulihan posisi yang normal dan rentang gerak. Sebagian
besar reduksi dapat dilakukan tanpa intervensi bedah (reduksi
tertutup OREF), misalnya dengan pemaangan gips, skin traksi
maupun bandaging. Apabila diperlukan pembedahan untuk fiksasi
(reduki terbuka ORIF), pin atau skrup dapat dipasang untuk
mempertahana sambungan
3. Membuat tulang kembali menyatu
Imobilisasi dalam jangka panjangn setelah reduksi penting
dilakukan agar terjadi pembentukan kalus dan tulang baru,
imobilisasi jangka panjang biasanya dilakukan dengan pemasangan
gips atau penggunaan bidai.
4. Megembalikan fungsi seperti semula
Imobilisasi dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan
atrofi otot kekakuan pada sendi. Maka untuk mencegah hal
tersebut diperlukan upaya mobilisasi.

V. Metode
Ceramah

VI. Media
Leaflet

VII. Proses Pelaksanaan


No. Kegiatan Waktu Respon Peserta
1. Pembukaan 5 menit
- Memberi salam - Menjawab salam
- Menyampaikan pokok bahasan - Menyimak
- Menyampaikan tujuan - Menyimak
- Melakukan apersepsi - Menyimak
2. Inti 10 menit
- Penyampaian materi - Memperhatikan
3. Penutup 5 menit
- Diskusi - Menyampaikan jawaban
- Kesimpulan - Mendengarkan
- Evaluasi - Mendengarkan
- Penutup - Menjawab salam penutup
VIII. Evaluasi
Audiencemampumenjawabpertanyaandibawahinidenganbenar :
1. ApakahyangdimaksuddenganFracture (Patah Tulang) ?
2. ApasajayangdapatmenyebabkanFracture (Patah Tulang) ?
3. ApatandadangejalayangseringmunculpadapenderitaFracture (Patah Tulang)
?
4. ApakomplikasiyangdapatditimbulkanolehFracture (Patah Tulang) ?
5. Bagaimana penatalaksanaan Fracture (Patah Tulang) ?
IX. Referensi

Akral. 2016. Artikel Umum : Mari Turunkan Tingkat Kecelakaan


Di Sumatera Barat.http://www.sumbarprov.go.id/details/news/7278, diakses tanggal 26
september 2017.

Buleeecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. 2013.
Niersing Intervention Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta:
Macomedia

Buleeecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. 2013.
Niersing Outcome Classification (NOC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta:
Macomedia

Clevo, Rendi M. dan Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.

Dewi, Devista Kusuma.2014. Pengaruh Edukasi Suportif Terstruktur Terhadap


Mobilisasi Dalam Konteks Asuhan Keperawatan Pasien Fraktur Dengan
Fiksasi Ekstremitas Bawah Di RSUP Fatmawati Jakarta.
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391054-PR-
Devista%20Kusuma%20Dewi.pdf. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2017.

Desiartama, Agus, dkk. (2017). Gambaran Karakteristik Pasien Fraktur Femur


Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Pada Orang Dewasa Di Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah Denpasar Tahun 2013. E-Jurnal Medika, Vol. 6 No.5, Mei,
2017. https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/30486/18728.
diakses pada tanggal 7 Januari 2018.

Anda mungkin juga menyukai