Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

INSTRUMENT TEKNIK
CHOLELISTEKTOMY

OLEH:

HERU NURMANSAH

1601460001

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MALANG
2020
INSTRUMENTASI TEKNIK CHOLELISTEKTOMY
PADA PASIEN DENGAN CHOLELITHIASIS

1. Definisi
Cholelithiasis adalah penyakit batu di saluran empedu, dapat ditemukan di dalam
duktus koledokus, atau pada kedua-duanya (Sjamsuhidajat, 2010).
Cholecystectomy adalah pengangkatan kantung empedu melalui proses bedah
(id.m.wikipedia.org/wiki/kolesistektomi).
Choledochotomy adalah insisi ke dalam duktus biliaris komunis (Dorland, 1998).

2. Etiologi
Kolelitiasis merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu seperti kolesterol,
bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak dan fosfolipid.
Terdapat juga beberapa factor yang menyebabkannya, yaitu : jenis kelamin (wanita
beresiko 3 kali dikarenakan hormon estrogen berpengaruh terhadap ekskresi kolesterol),
Umur, Berat badan (obesitas), factor genetik, Aktifitas fisik yang kurang, infeksi oleh
bakteri di saluran empedu.

3. Patofisiologi
Batu kandung empedu merupakan gabungan material mirip batu yang terbentuk di
dalam kandung empedu. Pada keadaan normal, asam empedu, lesitin dan fosfolipid
membantu dalam menjaga solubilitas empedu. Bila empedu menjadi bersaturasi tinggi
(supersaturated) oleh substansi berpengaruh (kolesterol, kalsium, bilirubin), akan
berkristalisasi dan membentuk nidus untuk pembentukan batu. Kristal yang yang
terbentuk dalam kandung empedu, kemudian lama-kelamaan kristal tersebut bertambah
ukuran, melebur dan membentuk batu. Faktor predisposisi merupakan pembentukan batu
empedu :
1. Batu kolesterol
Untuk terbentuknya batu kolesterol diperlukan 3 faktor utama :
a. Supersaturasi atau penumpukan kolesterol didalam kantung empedu
b. Berkurangnya kemampuan kandung empedu
c. Nukleasi atau pembentukan nidus cepat.
Khusus mengenai nukleasi cepat, sekarang telah terbukti bahwa empedu pasien
dengan kolelitiasis mempunyai zat yang mempercepat waktu nukleasi kolesterol
(promotor) sedangkan empedu orang normal mengandung zat yang menghalangi
terjadinya nukleasi.
2. Batu kalsium bilirunat (pigmen cokelat)
Batu pigmen cokelat terbentuk akibat adanya faktor stasis dan infeksi saluran
empedu. Stasis dapat disebabkan oleh adanya penurunan fungsi sfingter Oddi, striktur,
operasi bilier, dan infeksi parasit. Bila terjadi infeksi saluran empedu, kadar enzim B-
glukoronidase yang berasal dari bakteri akan menjadi bilirubin bebas dan asam
glukoronat. Kalsium mengikat bilirubin menjadi kalsium bilirubinat yang tidak larut. Dari
penelitian yang dilakukan didapatkan adanya hubungan erat antara infeksi bakteri dan
terbentuknya batu pigmen cokelat.umumnya batu pigmen cokelat ini terbentuk di saluran
empedu dalam empedu yang terinfeksi.
3. Batu pigmen hitam
Batu pigmen hitam adalah tipe batu yang banyak ditemukan pa-da pasien dengan
hemolisis kronik atau sirosis hati. Potogenesis terbentuknya batu ini belum jelas.
Umumnya batu pigmen hitam terbentuk dalam kandung empedu dengan empedu yang
steril.
Batu kandung empedu dapat berpindah ke dalam duktus koledokus melalui duktus
sistikus. Didalam perjalanannya melalui duktus sistikus, batu tersebut dapat
menimbulkan sumbatan aliran empedu secara parsial ataupun komplit sehingga
menimbulkan gejala kolik bilier. Pasase berulang batu empedu melalui duktus sistikus
yang sempit dapat menimbulkan iritasi dan perlukaan sehingga dapat menimbulkan
peradangan dinding duktus dan striktur. Apabila batu berhenti di dalam duktus sistikus
dikarenakan diameter batu yang terlalu besar atau pun karena adanya striktur, batu akan
tetap berada di sana sebagai batu duktus sistikus

4. Komplikasi
Komplikasi dari kolelitiasis diantaranya adalah :
a. Empiema kandung empedu, terjadi akibat perkembangan kolesistitis akut dengan
sumbatan duktus sistikus persisten menjadi superinfeksi empedu yang tersumbat
disertai kuman kuman pembentuk pus.
b. Hidrops atau mukokel kandung empedu terjadi akibat sumbatan berkepanjangan
duktus sitikus.
c. Gangren, gangrene kandung empedu menimbulkan iskemia dinding dan nekrosis
jaringan berbercak atau total.
d. Perforasi : Perforasi lokal biasanya tertahan oleh adhesi yang ditimbulkan oleh
peradangan berulang kandung empedu. Perforasi bebas lebih jarang terjadi tetapi
mengakibatkan kematian sekitar 30%.
e. Pembentukan fistula
f. Ileus batu empedu : obstruksi intestinal mekanik yang diakibatkan oleh lintasan
batu empedu yang besar kedalam lumen usus
g. Empedu limau (susu kalsium) dan kandung empedu porcelain.
5. Indikasi
 Indikasi kolesistektomi : kolelitiasis yang disertai keluhan / simptomatik yaitu
nteri hilang timbul di derah ulu hati/ kanan atas perut.
 Indikasi koledokotomi : koledokolitiasis, kolangitis, eksplorasi saluran empedu,
sstriktur sfingter Oddi.

6. Persiapan
6.1 Persiapan Pasien
 Persetujuan tindakan operasi
 Pasien diposisikan pada posisi supine di meja operasi
 Memasang catether urine (jika operasi lebih dari 2 jam)
 Pasien dilakukan spinal anestesi
 Memasang plat diathermi pada betis kaki kanan
6.2 Persiapan Lingkungan
 Memastikan mesin ESU berfungsi dengan baik
 Memastikan mesin suction berfungsi dengan baik
 Memastikan lampu operasi berfungsi dengan baik
 Memastikan tersedianya tiang infus
 Menyiapkan tempat sampah medis dan non medis
 Menyiapkan peralatan non steril seperti gunting verband, arde, dll.
 Menyiapkan meja instrumen, meja mayo, dan troli baskom
6.3 Persiapan Alat
a. Alat non Steril
 Meja operasi
 Lampu operasi
 Meja mayo
 Meja instrumen
 Gunting untuk menggunting hipafix dan lain-lain
 Tempat sampah medis dan non medis
 Mesin suction
 Troli baskom
 Mesin elektro surgery unit (ESU)
b. Alat Steril
 Meja Instrumen
 Schort : 6 buah
 Duk Besar : 2 buah
 Duk Sedang : 4 buah
 Duk Kecil : 4 buah
 Bengkok : 2 buah
 Spuit 10cc : 1 buah
 Kom : 1 buah
 Cucing : 1 buah
 Handuk kecil : 5 buah
 Sarung meja mayo : 1 buah
 Pensil ESU monopolar : 1 buah
 Deppers/ kasa : 10/ 10 lembar
 Big kas : 5 lembar
 Selang suction : 1 buah
 Meja mayo
 Desinfeksi klem : 1 buah
 Duk klem : 5 buah
 Pinset anatomis/ pinset anatomis manis : 2/1 buah
 Pinset chirugis : 2 buah
 Gunting metzemboum : 1 buah
 Gunting kasar : 1 buah
 Handle mess no 3 : 1 buah
 Mosquito : 1 buah
 Pean bengkok : 3 buah
 Kocker lurus : 2 buah
 Needle holder (Nald fooder) : 2 buah
 Pean manis : 1 buah
 Langen beck double : 2 buah
 Klem 90 0 : 2 buah
 Timan besar : 1 buah
 Timan kecil : 1 buah
 Peritonium klem : 2 buah
 Ring klem : 1 buah
 Stone tang : 1 buah
6.4 Bahan Habis Pakai
 Handscoon no. 6,5/ 7/ 7,5 : Sesuai kebutuhan
 Mess no. 10 : 1 buah
 Kassa : 30 lembar
 Kassa besar : 5 buah
 Deppers : 10 buah
 Cathteter no 16 : 1 buah
 Urobag : 1 buah
 Mersilk 2-0 : 1 buah
 Monosyn 3 – 0 : 1 buah
 Sufratule : 1 buah
 Underpads steril / on : 1 / 1 buah
 Hypafik : Sesuai kebutuhan
 Jelly : Secukupnya
 Spuit 10 cc :
2 buah
 NaCl 0,9% 1 liter twist : 1 flash
 Vicryl 2 – 0 : 1 buah

7. Instrumentasi Teknik
1) Pasien datang, mengecek kelengkapan pasien
2) Perawat sirkuler membacakan Sign In (Identitas pasien, area operasi, tindakan
operasi, lembar persetujuan, penandaan area operasi,kesiapan mesin, obat-obatan
anastesi, pulse oksimetri, riwayat alergi serta penyulit airway atau resiko operasi)
3) Menulis Identitas pasien di buku register dan buku kegiatan
4) Tim anasthesi melakukan induksi (general anesthesi)
5) Mengatur posisi pasien (supine, dengan mengangkat pada bagian prosesus
xifoideus), pasang arde di betis kanan pasien. Posisi tangan terlentang
6) Perawat sirkuler memasang kateter (steril)
7) Perawat sirkuler mencuci area operasi dengan povidon iodin 10% dan dikeringkan
dengan duk kecil steril
8) Perawat instrumen melakukan scrubbing (cuci tangan), gowning (memakai gaun
steril), dan gloving (memakai handscone)
9) Perawat instrumen membantu operator dan asisten gowning and gloving
10) Berikan desinfeksi klem + betadine + deppers (dalam cucing) di area sekitar area
operasi
11) Melakukan dreping:
 Duk besar (1) untuk bagian bawah area operasi
 Duk besar (1) untuk bagian atas area operasi.
 Duk sedang (2) untuk kanan dan kiri, fiksasi dengan 4 duk klem.
 Duk kecil (1) untuk melapisi bagian bawah.
12) Mendekatkan meja instrumen dan meja mayo
13) Pasang selang suction dan couter, ikat dengan kasa dan fiksasi dengan duk klem
14) Perawat sirkuler membacakan Time Out (Perkenalan tim operasi dan tugas
masing-masing, konfirmasi nama,jenis tindakan dan area operasi, pemberian
antibiotik profilaksis, antisipasi kejadian kritis dan kebutuhan instrumen
radiologi)
15) Memberikan pinset Chirurgis kepada Operator untuk menandai area insisi
(marker)
16) Memberikan handvat mess no.3 kepada operator untuk menginsisi kulit, dan
memberikan kassa kering dan klem mosquito untuk merawat perdarahan
17) Operator menginsisi kulit dengan menggunakan hand vat mess no.3 dengan mess
no.10, rawat perdarahan dengan kasa atau couter
18) Memberikan Pincet Chirurgis dan Couter untuk perdalam (lemak)
19) Memberikan langenbeck untuk memperluas lapang operasi
20) Setelah tampak facia, berikan handvat mess no. 3 dengan mess no 10 kemudian
berikan 2 kocker lurus untuk memegang facia dan gunting jaringan kasar untuk
melebarkan facia
21) Pada lapisan otot, di buka dengan pean cantik secara tumpul dan ditarik dengan
langenback
22) Berikan Double Pincet Anatomi dan gunting Metzenbaum untuk menggunting
peritoneum
23) Berikan double peritoneum kleam (Mikulicz) untuk peritoneum
24) Memberikan dan masukkan bigkas basah kedalam untuk melindungi bagian usus,
omentum dan gaster.
25) Pasang retraktor (timan), asisten memposisikan lapangan operasi hingga terlihat
jelas kantung empedu.
26) Setelah kantong empedu terlihat, pegang dengan ringklem
27) Berikan spuit 10cc untuk mengambil cairan di dalam kantung empedu sampai
habis
28) Berikan pincet cantik dan cas (couter) untuk memisahkan kantung empedu dari
hepar, sampai tampak duktus sistikus
29) Berikan couter untuk membuka kantung empedu
30) Setelah kantung empedu terbuka, berikan 2 pean untuk memegang ujung-ujung
lobang kantung empedu
31) Berikan stone tang untuk mengambil batu yang ada di dalam kantung empedu
sampai habis, kemudian letakkan pada bengkok berisi sedikit NaCl 0,9%
32) Berikan klem 90 untuk digunakan pada duktus sistikus beserta arterinya
33) Ligasi benang mersilk 2-0 pada pangkal duktus dan kantung, bila perlu gunakan
klem 90 untuk mempermudah
34) Berikan gunting metzenbaum lalu potong di antara 2 ligasi tsb.
35) Diatermi dengan couter membakar ujung dari potongan kantong
36) Keluarkan big kasa serta pastikan tidak ada kassa dan alat yang tertinggal di
dalamnya
37) Melakukan evaluasi perdarahan
38) Perawat sirkuler membacakan Sign Out (Jenis tindakan, Kecocokan jumlah
instrumen, kassa jarum sebelum dan sesudah operasi, Permasalahan pada alat dan
Perhatian khusus pada masa pemulihan)
39) Cuci dengan NaCl 0,9% sampai bersih
40) Memberikan 2 peritoneum klem dan 2 klem kocker pada operator untuk menjepit
peritoneum.
41) Perawat sirkuler mengembalikan pasien pada posisi supine
42) Memberikan nald foder + benang vicryl no.2-0 + pinset anatomis pada operator
untuk menjahit peritoneum
43) Memberikan nald foder + benang vicryl no.2-0 + pinset anatomis pada operator
untuk menjahit otot
44) Memberikan nald foder + benang vicryl no 2-0 + pinset chirurgis pada operator
untuk menjahit fasia
45) Memberikan nald foder + benang vicryl no 2-0 pada operator untuk menjahit fat
46) Memberikan nald foder + benang monosyn no 3-0 + pinset chirurgis pada
operator untuk menjahit kulit
47) Membersihkan daerah incisi dengan kassa di basahi NS lalu dikeringkan dengan
kassa kering
48) Menutup luka dengan Sofratul sesuai panjang luka, dan tutup dengan kassa dan
selanjutnya dengan hepavix
49) Setelah merapikan pasien, pasien dibangunkan lalu di bawa ke ruang RR
50) Semua instrumen di cuci lalu di setting kembali, kemudian di lakukan pengepakan
untuk sterilisasi
51) Merapikan kamar operasi dan menginventaris bahan habis pakai pada Depo
Farmasi
52) Operasi selesai

Malang,…………….
Pembimbing OK

(………………………….)
DAFTAR PUSTAKA

http://duniakesehatan1.blogspot.co.id/2011/11/batu-empedu-kolelitiasis.html

http://medicalsnote.blogspot.co.id/2013/08/kholelitiasis-penyakit-batu-
empedu.html

Sjamsuhidajat R, de Jong W. 2012 Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2005. 570-579.

SPO IBS RSSA 2014 Malang

Anda mungkin juga menyukai