Anda di halaman 1dari 8

RESUME

TEKNIK INSTRUMENTASI
LAPARATOMY, JEJUNOSTOMY DAN FEEDING TUBE
PADA Tn. E DENGAN CARCINOMA GASTER
DI OK 5.1 (BEDAH DIGESTIVE) IBS RSSA MALANG

Oleh :
MAHDA HARIS S.
1601410028

PELATIHAN INSTRUMENTATOR KAMAR OPERASI


INSTALANSI BEDAH SENTRAL
RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG
2017
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Laparatomy adalah suatu tindakan pembedahan yang dilakukan pada bagian
abdomen untuk menguji suatu organ untuk mengetahui suatu gejala dari penyakit
yang diderita pasien. (Brunner & Suddarth, 2002)
Jejunostomi adalah suatu tindakan pembedahan untuk membuat pembukaan
(fistula) jejunum (bagian dari usus halus) ke sebuah lubang (stoma) dibagian depan
perut. Hal ini dapat dilakukan baik secara endoskopi, atau dengan operasi terbuka /
Laparatomy (wikipedia.org).
Feeding tube merupakan tindakan memberikan saluran (menggunakan
catheter) ke dalam usus halus (duodenum / jejunum / ileum) melalui abdomen yang
bertujuan untuk manjaga terpenuhinya asupan nutrisi karena ada obstruksi pada
bagian proksimal usus halus.

B. Etiologi
 Perforasi usus oleh karena trauma.
 Infeksi dengan terjadinya nekrosis.
 Tumor gaster, usus halus dan usus besar.

C. Anatomi

D. Patofisiologi
Karsinoma gaster merupakan bentuk neoplasma lambung yang paling sering
terjadi dan menyebabkan sekitar 2,6 % dari semua kematian akibat kanker. Laki-laki
lebih sering terserang dan sebagian besar kasus timbul setelah usia 40 tahun
Penyebab kanker lambung tidak diketahui tetapi dikenal faktor-faktor predisposisi
tertentu. Faktor genetik memegang peranan penting, dibuktikan karsinoma lambung
lebih sering terjadi pada orang dengan golongan darah A. Selain itu faktor ulkus
gastrikum adalah salah satu faktor pencetus terjadinya karsinoma gaster.
Pada stadium awal, karsinoma gaster sering tanpa gejala karena lambung
masih dapat berfungsi normal. Gejala biasanya timbul setelah massa tumor cukup
membesar sehingga bisa menimbulkan gangguan anoreksia, dan gangguan
penyerapan nutrisi di usus sehingga berpengaruh pada penurunan berat badan yang
akhirnya menyebabkan kelemahan dan gangguan nutrisi. Bila kerja usus dalam
menyerap nutrisi makanan terganggu maka akan berpengaruh pada zat besi yang akan
mengalami penurunan yang akhirnya menimbulkan anemia dan hal inilah yang
menyebabkan gangguan pada perfusi jaringan penurunan pemenuhan kebutuhan
oksigen di otak sehingga efek pusing sering terjadi. Pada stadium lanjut tumor yang
sudah membesar akan menghimpit atau menekan saraf sekitar gaster sehingga impuls
saraf akan terganggu, hal ini lah yang menyebabkan nyeri perut (nyeri tekan
epigastrik), hepatomegali, asites, dan kelenjar limfe supraklavikuler kiri (Limfonodi
Virchow) yang membesar menunjukkan penyakit yang lanjut dan sudah menyebar.

E. Penatlaksanaan Medis
1. Pembedahan
Metode yang paling tepat untuk carcinoma gaster stadium awal dan pertengahan.
Karena itu, setelah gejala awal kanker lambung terjadi, kita harus segera ke rumah
sakit untuk diperiksa untuk memastikan deteksi dini dan pengobatan dini.
2. Terapi Farmakologi
Kemoterapi sebagai terapi adjuvan setelah operasi untuk menghilangkan sel-sel
kanker yang tersisa dari tubuh demi meningkatkan tingkat keberhasilan terapeutik.
3. Terapi radiasi
Pasien kanker lambung dengan pra operasi radioterapi diharapkan dapat
meningkatkan efek terapeutik.

LAPORAN KASUS

A. Persiapan Lingkungan (Ruangan & Elektronik / Elektromedik)


1. Menyiapkan dan mengecek alat elektromedik (ESU), fungsi mesin suction, lampu
operasi, meja operasi, dan viewer.
2. Memberi perlak dan underpad pada meja operasi, menata meja mayo, meja
instrument, troli waskom, dan tempat sampah agar mudah dijangkau.
3. Menyiapkan set linen dan instrument steril yang akan digunakan.
4. Cek suhu dan kelembaban ruangan.

B. Persiapan Alat
a. Alat on steril
1) Meja instrument : 1 buah
2) Meja mayo : 1 buah
3) Meja operasi : 1 buah
4) Mesin couter : 1 buah
5) Mesin suction : 1 buah
6) Lampu operasi : 1 buah
7) Plat diatermi : 1 buah
8) Trolly waskom : 2 buah
9) Viewer Rontgen : 1 buah
10) Tempat sampah : 2 buah
b. Meja mayo
1) Handle mess no.3/4 : 1/1 buah
2) Bengkok : 1 buah
3) Gunting jaringan kasar : 1 buah
4) Gunting metzemboum : 1 buah
5) Pinset chirurgis : 2 buah
6) Pinset anatomis : 2 buah
7) Desinfeksi klem : 1 buah
8) Doek klem : 5 buah
9) Mosquito klem : 1 buah
10) Klem pean manis : 1 buah
11) Klem pean bengkok : 4 buah
12) Klem kockher : 2 buah
13) Nald voeder : 2 buah
14) Pinset anatomis panjang : 1 buah
15) Canule suction : 1 buah
16) Langenbeck : 2 buah
17) Timan kecil / sedang / besar : 2 / 2 / 1 buah
18) Darm klem halus/kasar : 2 / 2 buah
19) Peritonium klem : 4 buah
20) Spatula abdomen : 1 buah
c. Meja instrumen
1) Duk Besar / Tebal (2 lapis) : 2 buah
2) Duk Panjang : 3 buah
3) Duk Kecil : 5 buah
4) Baju (Gown Steril) / Handuk : 6 / 5 buah
5) Sarung meja mayo : 1 buah
6) Kom : 1 buah
7) Bengkok : 1 buah
8) Cucing : 1 buah
9) Connector suction (EMP) : 1 buah
10) Couter monopolar : 1 buah
C. Persiapan Bahan Habis Pakai
1) Hand schoen 6.5 / 7 / 7,5 / 8 : Secukupnya
2) Mess no 11/22 : 1/1 buah
3) NS 0,9% twist 500 ml (hangat) / Savlon : 4 buah / 100 cc
4) Big kass / kassa / deepers : 5 / 10 / 10 buah
5) Catheter no. 16 / Spuit 10 cc : 2 / 2 buah
6) U. pad Steril / ON : 3 / 1 buah
7) Sufratule / Iodine / Wouches : 1 / 100 cc / secukupnya
8) Plain 1 / Vicryl 1/2.0/3.0 : 1/1/1/2 buah
9) Mersilk 2.0 / 3.0 round : 2/1 buah
10) Premiline 3.0 : 1 buah
11) Towel : 1 buah
12) Hypafix : secukupnya

D. Persiapan Pasien
1. Informed Consent (Prosedur Pembedahan dan Anastesi).
2. Pasien dipuasakan 6-8 jam sebelum operasi.
3. Site Marking.
4. Pasien harus menanggalkan semua perhiasan dan gigi palsu.

E. Teknik Instrumentasi
1. Sign In
(Konfirmasi identitas pasien, Site Mark, kesiapan mesin anastesi, obat anestesi,
pulse oximetri, riwayat alergi dan resiko aspirasi / kehilangan darah)
2. Tim anastesi melakukan induksi
3. Setelah pasien terbius, berikan deppers+povidone iodine dan desinfeksi klem
untuk antisepsis area pemasangan kateter, kemudian perawat sirkuler memasang
folley kateter.
4. Setelah pasien terpasang kateter, atur posisi pasien supine, kemudian letakkan
underpad, pasang arde pada paha lalu fiksasi dengan sabuk pengaman.
5. Perawat sirkuler mencuci daerah yang akan dioperasi dengan chlorhexidine lalu
dikeringkan dengan duk steril.
6. Perawat instrumen melakukan surgical scrubbing, gowning dan gloving,
kemudian membantu tim bedah yang lain untuk gowning dan gloving.
7. Berikan desinfeksi klem dan cucing yang berisi deppers+ povidone iodine kepada
asisten untuk melakukan desinfeksi pada area insisi.
8. Perawat instrument dan asisten melakukan drapping :
Doek sedang / tebal (2 lapis) di bawah area operasi
Doek sedang / tebal (2 lapis) di atas area operasi
Doek panjang dibawah area operasi
Doek panjang (2) di samping kanan dan kiri area operasi
Fiksasi dengan doek klem
9. Pasang kabel couter dan selang suction didekat daerah yang akan dioperasi,
fiksasi dengan duk klem, kemudian cek fungsi couter dan suction.
10. Dekatkan meja mayo, meja instrument dan troli Waskom ke area operasi.

11. Time out


(Konfirmasi tim operasi, identitas pasien, jenis tindakan, area yang akan
dioperasi, profilaksis antibiotik, tindakan diluar standart operasi, perhatian khusus
pembiusan, konfirmasi peralatan sudah steril, perhatian khusus pada paralatan,
konfirmasi penggunaan instrumensi radiologi).
Doa dipimpin Operator
12. Memberikan pinset cirurgis kepada operator dan asisten untuk menandai daerah
insisi (midline).
13. Beri Handvat mess no 22 dan pinset cirurgis kepada operator untuk incici kulit.
14. Mosquito klem dan pinset cirugis + kassa kering kepada asisten lalu mulai
dilakukan insisi, rawat perdarahan dengan coutter dan suction.
15. Incici diperdalam dari fat sampai tampak fasia dengan coutter (mode cut), rawat
perdarahan.
16. Berikan mess no.22 kepada operator untuk membuka fasia (di incisi 1-2 cm).
17. Berikan operator kockher (2) untuk memegang fasia.
18. Berikan gunting kasar dan pinset chirurgis kepada operator untuk memperlebar
fasia dan berikan pinset chirurgis dan langen beck kepada asisten untuk
memperluas lapang pandang operasi.
19. Fasia dilebarkan hingga tampak musculus vectus abdominalis, otot displit/dibuka
secara tumpul dengan menggunakan bokong pinset sampai kelihatan peritonium.
20. Berikan double langenback untuk menahan jaringan (memperluas lapang
pandang operasi).
21. Berikan double pinset anatomis untuk memegang peritoneum. Berikan gunting
metzemboum untuk membuka peritoneum, rawat perdarahan dengan couter
monopolar.
22. Berikan big kass (basah) untuk menyisihkan dan melindungi usus.
23. Berikan double timan untuk memperluas lapang pandang operasi dan operator
mengidentifikasi Jejunum yang akan dipasang kateter serta identifikasi masa /
tumor / carcinoma.
24. Setelah Jejunum teridentifikasi, cek balon cateter dengan spuit 10 cc berisi NS
25. Setelah kateter siap, berikan pean manis dan mess no. 22 untuk menginsisi kulit
abdomen, kemudian jepit ujung kateter dengan pean manis dan tarik kearah
dalam.
26. Berikan Nald volder + Vicryl 2-0 pada operator untuk membuat jahitan segi
empat “Stabagzagnat” ± seukuran kateter, kemudian buat lagi jahitan segi empat
“Stabagzagnat” yang lebih besar dari yang pertama.
27. Berikan mess no. 11 untuk melubangi jejunum dan siapkan wouches untuk
membersihkan cairan yang keluar dari jejunum.
28. Operator memasukkan ujung kateter pada jejunum dan kunci dengan NS 10 cc,
kemudian operator mengencangkan jahitan segi empat “Stabagzagnat” yang
pertama lalu mengencangkan jahitan segi empat “Stabagzagnat” yang kedua /
yang lebih besar.
29. Berikan Nald volder + Vicryl 2-0 untuk Peritonialisasi (menjahit / merekatkan
jejunum ke dinding abdomen).
30. Berikan Nald volder + Mersilk 2-0 untuk fiksasi kateter pada kulit abdomen.
31. Keluarkan semua bigkass dari peritoneum, cuci dengan NS hangat, letakkan
bengkok dibawah area operasi dan suction hingga bersih.
32. Sign Out
(Konfirmasi jenis tindakan, kecocokan jumlah instrumen, kasa, jarum, pelabelan
pada specimen, ada tidaknya permasalahan pada peralatan yang digunakan serta
perhatian khusus di recovery room).
33. Menutup peritoneum, berikan 4 buah peritoneum klem (mikulicz) kepada
operator dan asisten untuk menjepit peritoneum.
34. Berikan Nald volder + Plain no. 1 untuk jahit peritoneum.
35. Menutup fasia, berikan double kocker untuk menjepit bagian distal fasia dan
perlebar lapang pandang dengan langenback, kemudian berikan Nald volder +
Vicryl no. 1 dan pinset chirugis.
36. Menutup fat, berikan Nald voeder + vicryl 2-0 + pinset chirugis.
37. Menutup kulit, berikan Nald voeder + premiline no. 3.0 + pinset chirugis.
38. Bersihkan luka dengan kassa basah + NS 0.9 % kemudian keringkan dengan
kassa kering, beri sufratule sesuai panjang luka dan tutup dengan kassa kering
kemudian pasang hypavix.
39. Lepas duk klem dan bereskan duk dari meja operasi, lalu bersihkan pasien dari
darah, cairan dan povidone iodine dengan towel.

F. Penyelesaian
1. Bawa instrument yang telah digunakan ke spool hook dan rendam dengan larutan
enzimatik (Alkazime / Cidecine) ± 15 – 20 menit.
2. Bersihkan instrument dengan cara disikat, lalu bilas dengan air mengalir.
3. Keringkan instrument, inventaris, susun rapi dalam bak instrument, packing, beri
label, pasang indicator sterilisasi dan tempatkan untuk dikirim ke CSSD.
4. Cek dan inventaris bahan habis pakai pada lembar depo, kemudian serahkan pada
petugas depo / farmasi.

Anda mungkin juga menyukai