Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan sebagai disiplin adalah konsep ilmiah yang relatif muda.
Secara historis, telah terjadi pergeseran dalam pengembangan dan pemahaman
keperawatan pada paruh kedua abad ke-18 karena perang, epidemi dan
pengembangan obat, yang menyebabkan peningkatan kebutuhan akan perawatan
dan perawatan pasien. Konsep keperawatan adalah yang pertama didefinisikan
oleh Florence Nightingale pada tahun 1860, yang dengannya dia berhasil
meletakkan dasar teori dan praktik keperawatan. Sejak itu, berkembanglah
konsepsi baru tentang keperawatan telah membantu banyak ahli teori
keperawatan.1
Teori-teori keperawatan berpengaruh secara signifikan dalam memperbaiki
praktek keperawatan, melalui riset keperawatan, dan praktik keperawatan
memberikan fenomena yang perlu dilakukan riset untuk dapat memperkokoh teori
keperawatan. Teori-teori keperawatan yang disusun secara jelas meningkatkan
pemahaman terhadap fenomena keperawatan yang ada dan mengarahkan
perkembangan ilmiah dari ilmu dan praktek keperawatan itu sendiri.
Penerapan teori keperawatan dalam praktek layanan keperawatan
memberikan dasar kerja dan memberikan kerangka kerja perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan. Salah satu teori keperawatan yang dapat di
terapkan oleh perawat dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien adalah
teori dari Martha E. Rogers tentang “Unitary Human Beings”.
Teori Rogers (1970) didasarkan pada konsep bahwa manusia, dibatasi oleh
ruang dan waktu, adalah dalam keadaan perubahan konstan melalui interaksinya
dengan lingkungan. Ini dia proses kehidupan searah yang dinamis dalam diri
manusia yang membentuk inti sentral dari keperawatan konsep dan praktik.
Konsep keperawatan berasal dari asumsi dasar tentang sifat manusia yang
didukung oleh ilmu-ilmu alam dan filsafat.2
Menurut Roger dalam teorinya berpendapat bahwa manusia merupakan
individu yang holistik, saling memberikan timbal balik dengan individu yang lain
dan lingkungan disekitarnya. Rogers memandang keempat konsep dalam
paradigma keperawatan yang terdiri dari manusia, lingkungan, kesehatan, dan
keperawatan merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling mempengaruhi satu
dengan yang lainnya. Perawat sebagai pemberi layanan keperawatan seyogyanya
mampu memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, disesuaikan dengan
situasi dan kondisi individu yang dirawat maupun lingkungan yang mempengaruhi
individu tersebut..Perawat harus mempunyai landasan teori keperawatan yang
memadai agar dapat memilih dan menerapkan teori yang tepat dan sesuai dengan
kondisi lingkungan di Instansi pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut, maka kelompok akan menganalisa dan
membahas teori Rogers dan penerapannya agar perawat dapat menggunakan suatu
kerangka kerja dalam asuhan keperawatan kepada pasien berdasarkan teori ini,
Oleh karena itu Teori Martha E. Rogers serta penerapannya di lapangan sangat
diperlukan dibahas dan disajikan, sehingga pada akhirnya perawat diharapkan
dapat meningkatkan kualitas layanan keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan berdasarkan pada suatu teori keperawatan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan menganalisa teori dan implikasi advanced based practice
Martha E. Rogers
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi dan menganalisa konsep teori Martha E. Rogers.
b. Mengidentifikasi dan menganalisa implikasi teori Martha E. Rogers dalam
proses keperawatan.
c. Mengidentifikasi bagaimana pengaplikasian teori keperawatan Martha E.
Rogers dalam advanced based practice.

C. Manfaat
1. Bagi praktisi keperawatan
Mampu mendalami dan memahami konsep dan implikasi teori keperawatan
serta dapat diaplikasikan dalam ruang lingkup proses keperawatan.
2. Bagi pendidikan
menjadi teori yang dapat diterapkan dan di ajarkan pada program pendidikan
keperawatan dengan efektif, sehingga mahasiswa memperoleh pemahaman
yang luas mengenai konsep maupun praktik dalam penerapan dan
pengaplikasian teori keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Biografi Martha E. Rogers


Martha Elizabeth Roger lahir pada tanggal 12 Mei 1914 di Dallas, Texas.
Beliau memulai karir sarjananya ketika beliau masuk di Universitas Tennessee di
Knoxville pada tahun 1931. Beliau masuk sekolah keperawatan di RSU Knoxville
pada September 1933. Beliau menerima gelar Diploma Keperawatan pada tahun
1936 dan menerima gelar B.S dari George Peabody College di Masville pada tahun
1937. Pada tahun 1945 beliau mandapat gelar dalam bidang pengawasan kesehatan
masyarakat dari Fakultas Keguruan Universitas Columbia, New York. Beliau
menjadi Eksekutif Direktur dari pelayanan keperawatan di Phoenix, AZ. Beliau
meninggalkan Arizona pada tahun 1951 dan kembali melanjutkan sekolah di
Universitas Johns Hopkins, Baltimre MD dg memperoleh gelar MPH tahun 1952
dan Sc.D tahun 1954. Beliau di tetapkan menjadi Kepala Bagian Keperawatan di
New York University pada tahun 1954.
Secara resmi beliau mengundurkan diri sebagai Professor dan Kepala
Bagian Keperawatan pada tahun 1975 setelah 21 tahun dalam pelayanan. Pada
tahun 1979 beliau pensiun dengan hormat dengan memakai gelar Professornya dan
terus aktif mengembangkan dunia keperawatan sampai beliau meninggal pada 13
maret 1994. Dalam teorinya, Martha Rogers (1970), mempertimbangkan manusia
(kesatuan manusia) sebagai sumber energi yang menyatu dengan alam semesta.
Manusia berada dalam interaksi yang terus menerus dengan lingkungan
(lutjens,1995). Selain itu, manusia merupakan satu kesatuan utuh memiliki
integritas diri dan menunjukkan karakteristik yang lebih dari sekedar gabungan dari
beberapa bagian (Rogers 1970).
Karya-karyanya termasuk tiga buku dan 200 artikel, ia terus menulis dan
menerbitkannya secara luas. Ia pernah memberi kuliah di 46 negara bagian
diantaranya adalah Columbia, Puerto Rico, Mexico, Belanda, China
Newfoundland, Brazil dan negara-negara lain (M. Rogers, personal
communication: 1988 dalam Tomey & Alligood: 2006). Rogers mendapatkan gelar
doktor kehormatan dari beberapa lembaga-lembaga terkenal seperti Universitas
Duquesne, Universitas San Diego, Iona College, Universitas Farfield, Universitas
Emory, Universitas Adelphi, Mercy College, dan Universitas Topeka, Washburn.
Berbagai penghargaan bagi kontribusinya dan kepemimpinan dalam keperawatan
bagi inspirasi kepemimpinan di Field Intergroup Relations oleh Chi Eta Phi
Sorority, sebagai pengakuan atas kontribusi luar biasa bagi keperawatan oleh
Universitas New York, dan untuk gelar kehormatan pada pelayanan keperawatan
oleh Teachers College. Selain itu Universitas New York membuat rumah khusus
Martha E. Rogers sebagai pusat untuk pembelajaran ilmu keperawatan. Pada tahun
1996, Rogers secara anumerta dilantik sebagai Hall of Fame American Nurses
Association.

B. Teori dan Konsep Keperawatan Menurut Martha E. Rogers

1. Konsep Paradigma Keperawatan Menurut Martha E. Rogers


a. Keperawatan .
Keperawatan adalah ilmu humanistis atau humanitarian yang
menggambarkan dan memperjelas bahwa manusia dalam strategi yang utuh
dan dalam perkembangan hipotesis secara umum dengan memperkirakan
prinsip-prinsip dasar untuk ilmu pengetahuan praktis. Ilmu keperawatan
adalah ilmu kemanusiaan, mempelajari tentang alam dan hubungannya
dengan perkembangan manusia.
Rogers menjelaskan keperawatan sebagai profesi yang
menggabungkan unsur ilmu pengetahuan dan seni. Keperawatan sebagai
ilmu merupakan ilmu pengetahuan humanistik yang didedikasikan untuk
menghibur agar mempertahankan dan memulihkan kesehatan, mencegah
penyakit, merawat, serta merehabilitasi individu yang sakit dan cacat. Pada
dasarnya, ilmu keperawatan mempelajari sifat dan arah pengembangan
manusia sebagai satu kesatuan yang utuh dengan lingkungan. Kaitannya
dengan proses kehidupan manusia, ilmu keperawatan merupakan ilmu
pengetahuan empiris yang menggambarkan, menerangkan, dan
memprediksi proses kehidupan manusia. Oleh sebab itu,
keperawatan bersifat unik karena merupakan satu-satunya ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan manusia.
Lebih lanjut, praktik keperawatan profesional merupakan praktik yang
bersifat kreatif, imajinatif, dan eksis untuk melayani individu. Praktik
keperawatan profesional tidak memiliki fungsi dependen, melainkan
bersifat kolaboratif.

b. Manusia
Manusia menurut Rogers merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa
disederhanakan dan merupakan manifestasi karateristik yang melebihi dan
bahkan berbeda dari bagian-bagiannya. Dasar teori Rogers adalah ilmu
tentang asal usul manusia dan alam semesta seperti antropologi, sosiologi,
agama, filosofi, perkembangan sejarah dan mitologi. Teori Rogers berfokus
pada proses kehidupan manusia secara utuh. Ilmu keperawatan adalah ilmu
yang mempelajari manusia, alam dan perkembangan manusia secara
langsung. Manusia sebagai satu kesatuan merupakan aspek integral
manusia dengan lingkungan. Manusia berada dalam proses kehidupan yang
kontinu dengan lingkungan secara keseluruhan, yang tidak dipahami jika
disederhanakan menjadi bagian-bagian tertentu. Proses kehidupan, menurut
Rogers, adalah homeodinamis yang bersifat probalistik. Rogers
mengartikan individu sebagai sistem terbuka di dalam proses kontinu
bersama sistem terbuka lingkungan. Keperawatan memandang individu
sebagai bagian dari satu kesatuan yang tidak dapat disederhanakan.
Berdasarkan pada kerangka konsep yang dikembangkan oleh Roger
ada 5 asumsi mengenai manusia, yaitu :
1) Manusia merupakan makhluk yang memiliki kepribadian unik, antara
satu dan lainnya berbeda di beberapa bagian. Secara signifikan
mempunyai sifat-sifat yang khusus jika semuanya jika dilihat secara
bagian perbagian ilmu pengetahuan dari suatu subsistem tidak efektif
bila seseorang memperhatikan sifat-sifat dari sistem kehidupan
manusia. Manusia akan terlihat saat bagiannya tidak dijumpai.
2) Berasumsi bahwa individu dan lingkungan saling tukar-menukar energi
dan material satu sama lain. Beberapa individu mendefenisikan
lingkungan sebagai faktor eksternal pada seorang individu dan
merupakan satu kesatuan yang utuh dari semua hal.
3) Bahwa proses kehidupan manusia merupakan hal yang tetap dan saling
bergantung dalam satu kesatuan ruang waktu secara terus menerus.
Akibatnya seorang individu tidak akan pernah kembali atau menjadi
seperti yang diharapkan semula.
4) Perilaku pada individu merupakan suatu bentuk kesatuan yang inovatif.
5) Manusia bercirikan mempunyai kemampuan untuk abstrak,
membayangkan, bertutur bahasa dan berfikir, sensasi dan emosi. Dari
seluruh bentuk kehidupan di dunia hanya manusia yang mampu berfikir
dan menerima dan mempertimbangkan luasnya dunia.

Berdasarkan pada asumsi-asumsi, terdapat 4 batasan utama yang


ditunjukkan oleh Martha E. Roger :
1) Sumber energy
2) Keterbukaan
3) Pola-pola perilaku
4) Ukuran-ukuran 4 dimensi
Martha E. Roger mengemukakan empat konsep besar tersebut dan
menghadirkan lima asumsi tentang manusia. Tiap orang dikatakan sebagai
suatu yang individu utuh. Manusia dan lingkungan selalu saling bertukar
energi. Proses yang terjadi dalam kehidupan seseorang tidak dapat diubah
dan berhubungan satu sama lain pada dimensi ruang dan waktu. Hal
tersebut merupakan pola kehidupan. Pada akhirnya seseorang mampu
berbicara, berfikir, merasakan, emosi, membayangkan dan memisahkan.
Manusia mempunyai empat dimensi, medan energi negentropik dapat
diketahui dari kebiasaan dan ditunjukkan dengan ciri-ciri dan tingkah laku
yang berbeda satu sama lain dan tidak dapat diduga dengan ilmu
pengetahuan yaitu lingkungan, keperawatan dan kesehatan.

c. Lingkungan.
Rogers mendefenisikan lingkungan sebagai suatu medan energi empat
dimensi yang tidak dapat disederhanakan, yang dicirikan oleh pola dan
manifestasi karakter yang berbeda dengan bagian-bagiannya. Lingkungan
mencakup segala sesuatu yang berada di luar manusia. Manusia merupakan
medan energi yang dinamis yang terus melakukan pertukaran dengan
medan lingkungan, keduanya bersifat tidak terbatas. Interaksi antara
manusia dan lingkungan bersifat kontinu, mutual, dan simultan.
d. Kesehatan.
Rogers banyak menggunakan kata kesehatan (health) dalam tulisan
pertamanya, namun ia tidak pernah mendefinisikan kata tersebut. Ia
menggunakan kata kesehatan positif (positive health) untuk menunjukkan
kondisi bugar (wellness) dan tidak adanya penyakit dan penyakit parah.
Istilah health digunakan oleh Rogers dalam konteks nilai yang ditentukan
oleh budaya atau individu.
2. Prinsip Hemodinamika
Prinsip homeodinamika terdiri dari 3 pemisahan prinsip, yaitu integral,
resonansi dan helicy (Roger (1970,1988, 1992)). Dengan kombinasi prinsip
homeodinamika dan konsep manusia dari definisi perawat, sebuah teori
menyatakan dapat dijadikan dalil. Sebuah teori yang tepat mungkin
menyatakan jika perawat menggunakan prinsip homeodinamika untuk
melayani umat manusia.
a. Integral
Prinsip pertama adalah integral. Badan manusia dan lingkungannya tidak
dapat dipisahkan, rangkaian pertukaran proses kehidupan terus terjadi
pembaharuan interaksi antara badan manusia dan lingkungannya.
Keduanya saling berinteraksi yang konstan dan saling bertukar dimana
pembentukan keduanya ditempatkan dalam waktu yang sama. Maka,
integral adalah kelanjutan proses interaksi antara manusia dan lingkungan.
b. Resonansi
Prinsip selanjutnya, resonansi, berbicara pada kejadian pertukaran alam
antara manusia dan bidang lingkungan. Pertukaran adalah pola manusia dan
bidang lingkungan disebarkan dari gelombang yang berpindah dari
gelombang yang lebih tinggi dari frekuensi rendah ke gelombang yang lebih
pendek dari frekuensi yang lebih tinggi. Proses kehidupan dalam badan
manusia adalah simfoni dari ritme yang bergerak dalam frekuensi tertentu.
Pengalaman manusia di lingkungannya seperti segaris kompleks kesatuan
gelombang resonansi mereka dengan dunia istirahat.
c. Helicy
Terakhir, prinsip helicy sependapat dengan alam dan pertukaran langsung
pada manusia- lingkungan. Manusia dan lingkungan adalah dinamis, sistem
terbuka dalam pertukaran adalah hak berlanjut pada pertukaran yang
konstan antara manusia dan bidang lingkungan. Pertukaran ini juga
mengalami pembaharuan. Jika, pertukaran tidak dapat diprediksi.
Akhirnya, pertukaran langsung menuju peningkatan perbedaan dan
kerumitan. Proses ini dan polanya tidak dapat di prediksi, dinamis, dan
peningkatan perbedaan. Helicy meliputi konsep perubahan ritmis, pengaruh
evolusioner, dan kesatuan bidang lingkungan hidup manusia. Arah
perubahan yang terjadi antara manusia dan lingkungan terhadap
peningkatkan keragaman dan kompleksitas dan ritme yang tidak tepat
diulang. Akibatnya, prinsip dari homeodynamics adalah cara melihat
manusia dalam keutuhan mereka. Perubahan dalam proses kehidupan
manusia yang tidak dapat kembali, nonrepeatable, berirama, dan
menyajikan keragaman pola tumbuh.
Untuk menggambarkan dinamisme proses dalam keperawatan, Rogers
membuat ilustrasi dalam bentuk bagan sebagai berikut :

Resonancy Helicy integrality

Bultemeler Barret Floyd

1993 1990 1983

a. Integritas (integrality) merupakan proses hubungan yang menguntungkan


antar manusia dan lingkungan secara berkesinambungan.
b. Resonansi (resonancy) merupakan prinsip yang membicarakan tentang
alam dan perubahan yang terjadi antar manusia dan lingkungan. Resonansi
dapat dijelaskan sebagai suau pola-pola gelombang yang ditunjukan
dengan perubahan-perubahan dari frekuensi terendah ke frekuensi
tertinggi pada gelombang perubahan.
c. Helicy merupakan prinsip yang menyatakan bahwa keadaan alami,
hubungan manusia, dan lingkungan adalah berkesinambungan,
menguntungkan, merupakan interaksi yang simultan antara manusia dan
lingkungan bukan menyatakan ritmitasi

Aplikasi prinsip hemodinamika dalam merumuskan Diagnosa


Keperawatan Tujuan diagnosa keperawatan memberikan kerangka kerja dalam
intervensi keperawatan direncanakan dan dilaksanakan. Intervensi keperawatan
akan tergantung pada fokus diagnosa keperawatan. Fokus pada integralitas
akan diimplementasikan dengan lingkungan sama dengan pada individu.
Diharapkan perubahan pada suatu hal yang akan menyebabkan perubahan di
sisi yang lain secara simultan terpisah dari dunia penyakit. Di sana masalah
tidak dapat disetujui dengan efektif dalam arti umumnya perubahan diterima,
ukuran penyakit. Kreativitas dan imaginasi menjadi sangat penting.

Resonansi menyatakan bahwa diagnosa keperawatan ditujukan untuk


mendukung atau memodifikasi variasi proses kehidupan sebagai manusia yang
utuh. Karena proses kehidupan manusia merupakan suatu fenomense.
Rencana keperawatan pada bagian helicy membutuhkan penerimaan
individu terhadap perubahan yang terjadi strategi untuk meningkatkan dan
memodifikasi irama dan tujuan hidup. Untuk itu dibutuhkan informasi dan
partisipasi aktif klien pada proses keperawatan. Konsep yang menyebutkan
manusia adalah unik dan dapat dikenali karena kemampuannya dalam
merasakan, memberi kesempatan perawat untuk membantu memecahkan
masalah kesehatannya dan mengatur agar tujuannya dapat mencapai kesehatan.
a. Teori yang berkaitan dengan konsep menciptakan perbedaan cara pandang
pada suatu fenomena. Kerangka kerja Martha E Roger akan memberikan
alternatif dalam memandang manusia dan dunia. Teori yang menyatakan
keperawatan menggunakan prinsip hemodinamika dalam memberikan
pelayanan kebutuhan manusia atau cara memandang keperawatan dari satu
sisi. Contoh adalah prinsip helicy yang menekankan pada pola kebiasaan
dan ritual.
b. Teori harus masuk akal, Mengetahui perkembangan yang masuk akal
merupakan hal penting perkembangan yang logis menyebabkan mengenai
asumsi pada prinsip hemodinamika.
c. Teori harus sederhana dan dapat disosialisasikan. Teori dapat
disosialisasikan sejak tidak tergantung pada beberapa keadaan. Itu
dinyatakan oleh Martha E Roger konsepsi manusia sangatlah sederhana.
Meskipun memberikan kaitan dalam pemahaman. Ditambahkan teori ini
dilandaskan pada penggunaan sistem terbuka yang sangat kompleks.
d. Teori didasarkan pada hipotesa dan bisa diuji.
e. Teori memberi dan membantu peningkatan batang keilmuan dalam disiplin
ilmu melalui penelitian sehingga teori tersebut sah.
f. Teori bisa digunakan sebagai pedoman dan peningkatan dalam praktek.
g. Teori harus konsisten dengan teori lain yang sah, hukum dan prinsip-prinsip
tetapi harus menghindari pertanyaan terbuka yang perlu diperiksa.

3. Karakteristik Teori Rogers


a. Teori dapat saling berhubungan menciptakan perbedaan pandangan suatu fenomena
tertentu. Teori keperawatan utamanya digunakan dalam prinsip
homeodynamic untuk pelayanan kemanusiaan memaksa untuk melihat
keperawatan dengan cara berbeda.
b. Teori harus murni logis. Pasti ada perkembangan logis dalam konstruksi
utama. Hasil perkembangan logis ini di proses dari identifikasi anggapan,
melalui blok bangunan, dengan prinsip homeodynamic.
c. Teori harus relatif sederhana namun umum. Telah dinyatakan bahwa
konsepsi Rogers manusia yang elegan di dalamnya terdapat kesederhanaan
(Fawcert,1989). Namun, teori jauh lebih sederhana dalam tingkat abstraksi
dan berkontribusi pada kesulitan pemahaman. Serta didasarkan pada
penggunaan sistem terbuka yang kompleks.
d. Teori dapat menjadi dasar untuk hipotesis yang dapat diuji
untuk memperluas teori.
e. Teori berkontribusi dan membantu meningkatkan pengetahuan umum
tubuh dalam tanpa menghilangkan kedisiplinan melalui penelitian yang
dilakukan untuk memvalidasi mereka. Teori ini dirancang untuk
meminimalkan masalah penelitian, kurangnya kesederhanaan, definisi
operasional, dan instrumen yang valid untuk mengukur hasil sehingga
keperawatan benar-benar bisa mendapatkan keuntungan dari sistem abstrak
Roger.
f. Teori digunakan oleh praktisi untuk membimbing dan meningkatkan
praktek mereka. Ketika ide tersebut diaplikasikan untuk praktek
keperawatan, pemahaman perilaku klien mengambil dimensi baru. Selain
itu, intervensi keperawatan seperti sentuhan terapeutik dan penggunaan
cahaya, warna, musik, dan gerakan telah diturunkan dari ajaran Rogers.
g. Teori harus konsisten dengan validasi teori lain, hukum, dan prinsip-
prinsip. Sifat abstrak dari sistem menyediakan potensi besar untuk
menghasilkan pertanyaan untuk studi lebih lanjut dan yang berasal
intervensi untuk praktek keperawatan. Sistem Rogersjuga telah berperan
dalam pengembangan teori-teorilainnya. Newman (1994) Parse dan (1992)
karya dua contoh tersebut.

4. Manfaat Prinsip Rogers dalam Proses Keperawatan


Jika profesi keperawatan dipandang sebagai kepedulian pada umat
manusia, prinsip-prinsip homeodinamik memberikan pedoman untuk
memprediksi sifat dan arah perkembangan individu sebagai respon terhadap
masalah kesehatan. Diharapkan, praktik keperawatan profesional kemudian
akan meningkatkan dinamika integrasi manusia dan lingkungannya, untuk
memperkuat hubungan dan integritas bidang manusia, dan untuk mengarahkan
pola dari bidang manusia dan lingkungan untuk realisasi maksimum kesehatan
(Rogers, 1992).
Tujuan ini akan tercemin dalam proses keperawatan. Untuk berhasil
menggunakan prinsip-prinsip homeodinamik, diperlukan pertimbangan
perawat dan melibatkan perawat dan klien dalam proses keperawatan. Jika
sesuatu atau seseorang di luar individu adalah bagian dari lingkungan, maka
perawat akan menjadi bagian dari lingkungan klien. Maka tersirat bahwa klien
berpartisipasi, serta bersedia maju dalam proses keperawatan. Akibatnya, hasil
keperawatan mandiri, yang Rogers (1992), mempertahankan diperlukan jika
klien berusaha mencapai potensi maksimal dengan cara yang positif.
Keperawatan, adalah bekerja dengan klien, bukan kepada atau untuk klien.
Keterlibatan ini dalam proses keperawatan oleh perawat menunjukkan
kepedulian terhadap semua orang bukan dari satu aspek, satu masalah, atau
segmen terbatas pemenuhan kebutuhan.
Dalam tahap keperawatan, semua fakta dan opini tentang klien dan
lingkungan dikumpulkan. Karena keterbatasan kita dalam mengukur dan alat
pengumpulan data, informasi yang dikumpulkan sesering mungkin dari suatu
pemisahan diri atau bagian lainnya. Namun, untuk melaksanakan pedoman,
analisis data harus dalam keadaan yang mencerminkan keutuhan, yang
mungkin dicapai dengan menanyakan beberapa pertanyaan dan mendapat
respon dari data yang ada.
Pertanyaan seri pertama mencerminkan prinsip Integrasi. Seri
berikutnya akan mencerminkan prinsip resonansi. Seri terakhir dari pertanyaan
akan dipengaruhi oleh prinsip helicy.
Untuk mencerminkan pola gagasan, terkadang akan ditambahkan
beberapa pertanyaan untuk prinsip helicy sebagai pertimbangan. Harus diingat
bahwa tanggapan klien merupakan cerminan suatu titik tertentu dalam ruang-
waktu. Akibatnya, pola yang diidentifikasi ini tidak statis tetapi terus berubah,
mencerminkan perubahan waktu dan menambahkan pengalaman masa lalu.
Bukan berarti pertanyaan-pertanyaan ini memuat semua, tetapi menggunakan
mereka sebagai referensi akan membantu memberikan perawat dengan melihat
klien seutuhnya. Ini akan mengidentifikasi perbedaan individu dan pola
pertukaran bagian-bagian secara berurutan dalam proses kehidupan. Penilaian
keperawatan, adalah penilaian dari seluruh keadaan manusia dan bukan
penilaian yang hanya berdasarkan fisik atau status mental. Ini merupakan
penilaian potensi sehat dan sehat secara mandiri dan bukan penilaian dari suatu
penyakit atau proses penyakit. Hasilnya ialah bahwa kemandirian memiliki
kedudukan lebih tinggi dibandingkan penyakitnya.
Sebagai hasil dari penilaian keperawatan, ditarik kesimpulan tentang
kemandirian. Kesimpulannya adalah diagnosis keperawatan, langkah kedua
dalam proses keperawatan, dan itu mencerminkan prinsip-prinsip
homeodinamik. Irama, pola, keanekaragaman, interaksi, dan variasi proses
kehidupan terlihat dengan jelas. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengetahui pola pertukaran bagian-bagian tersebut dalam proses kehidupan
yang mencakup hubungan manusia-lingkungan (Roger, 1970). Meskipun tidak
sempurna, diagnosa keperawatan berdasarkan pola kesehatan fungsional
Gordon memiliki potensi yang lebih besar kegunaannya dengan kerangka
Roger karena cenderung mencerminkan pandangan yang lebih tentang
keutuhan individu. Mengingat bersifat statis dan kehilangan tradisi sepanjang
diagnosa, sehingga penggunaannya dalam sistem abstrak dinamis bahkan
mungkin tidak tepat (Smith, 1988).
Dengan membuat diagnosis keperawatan, mengarahkan perawat
memberikan asuhan keperawatan. Fokus pada perkembanagn yang
membutuhkan implementasi dalam lingkungan maupun di dalam individu.
Diharapkan bahwa perubahan yang satu ini akan terkait dengan perubahan
simultan lainnya. Karena integrasi individu dengan lingkungan, masalah
kesehatan tidak dapat dipisahkan dari penyakit sosial di dunia. Oleh karena itu,
masalah ini tidak bisa ditangani dengan efektif dengan cara yang umumnya
diterima secara umum, transisi, tindakan penyakit berorientasi (Rogers, 1992).
Dibutuhkan daya imajinasi dan kreatifitas.
Resonansi mensyaratkan bahwa rencana keperawatan diarahkan untuk
mendukung atau memodifikasi variasi proses kehidupan seluruh manusia.
karena proses kehidupan manusia merupakan fenomena searah, sehingga tidak
bisa mengembalikan individu ke tingkat mantan keberadaan, melainkan,
perawat membantu individu bergerak maju ke tingkat yang lebih tinggi lebih
beragam eksistensi.
Program keperawatan di bidang helicy membutuhkan penerimaan
perbedaan individu sebagai ungkapan munculnya evolusi, untuk mendukung
atau memodifikasi irama dan tujuan hidup. Untuk melakukan ini membutuhkan
partisipasi dan aktif dari klien dalam asuhan keperawatannya. Kesehatan tidak
hanya tercapai dengan mempromosikan homeostasis dan keseimbangan,
melainkan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan dinamika dan
keragaman dalam individu.

5. Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers dengan Riset Keperawatan


Model konseptual abstrak yang di kemukakan Martha E Rogers secara
langsung memiliki hubungan dengan riset dan pengembangan ilmu
keperawatan. Model konseptualnya memberikan arah dan stimulus untuk
aktifitas keilmuan tersebut. Model keperawatan Rogers menunjukkan betapa
uniknya realita profesi keperawatan. Peneliti yang memiliki asumsi dan
pemahaman seperti konsep Martha E Rogers akan menemukan mendapatkan
pandangan yang jelas tentang seperti apakah sesungguhnya bekerja sebagai
perawat. Secara jelas dalam konsepnya Martha E Roger menunjukkan bahwa
kebutuhan kritis dalam keperawatan adalah merupakan dasar pengetahuan
dalam aktifitas penelitian keperawatan.
6. Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers dengan Pendidikan
Keperawatan
Pada tahun 1963, Rogers mencetuskan ide untuk mendirikan kembali
program undergraduated dan graduated dalam pendidikan keperawatan. Hal ini
adalah di lakukannya sebagai refleksi terhadap evolusi perubahan dalam ilmu
keperawatan. Konsistensi terhadap definisi yang ia berikan untuk keperawatan
bahwa keperawatan adalah profesi yang di pelajari, unik serta memiliki batang
tubuh pengetahuan, maka ia sangat menganjurkan bagi perawat untuk
menempuh pendidikan dalam keperawatan.

7. Hubungan teori keperawatan Martha E. Rogers dengan Praktik Keperawatan


Martha E Rogers mengungkapkan bahwa teori yang diambilnya dari
konsepnya sangat mungkin untuk di terapkan dalam praktik keperawatan.
Malinski (1986) mencatat ada tujuh trend yang ada dalam praktik keperawatan,
yang kesemuanya berdasar pada konsep teori yang di kemukakan Martha E
Rogers :
a. Pemberian kewenangan penuh dalam hubungan perawat klien
b. Menerima perbedaan sebagai sesuatu yang wajar
c. Penyesuaian terhadap pola
d. Menggunakan modalitas gelombang seperti lampu musik, pergerakan
dalam proses penyembuhan.
e. Menunjukkan suatu perubahan yang positif
f. Memperluas fase pengkajian dalam proses keperawatan
g. Menerima hubungan yang menyeluruh dalam hidup.

8. Perbandingan Dengan Teori Lain


Prinsip-prinsip yang homeodinamik erat keterkaitannya dengan prinsip
teoriterpilih.Sistem prinsip umum homeodinamik dari helicy dapat dibedakan
menjadiequifinaliti dan negenytropi.Equifinality berarti bahwa sistem terbuka
dapatmencapai keadaan waktu kemandirian kondisi awal dan ditentukan hanya
olehparameter tujuan sistem itu. Prinsip negentropic mengatur bahwa sistem
terbukamemiliki mekanisme yang dapat memperlambat proses gerakan menuju
kurangefisiensi. Pertukaran lingkungan dapat memberikan dukungan untuk
mekanisme tersebut.
Misalnya, kasus Susie kembar identik dan Joanie.Setelah ulang
tahunmereka dua bulan, salah satu kembar, Susi, menghabiskan enam minggu
di kakibilateral untuk mengobati cacat bawaan.Akibatnya Susie dipertahankan
di datarantinggi, dan Joanie terus mengembangkan sepanjang sumbu
sekuensial. Susiemengalami pola perubahan perkembangan, perbedaan
perkembangan antara sikembar substansial, sedangkan pada bulan kedelapan
perbedaan telah sangat berkurang.Bagian equifinal dari perkembangan ini akan
tercapai meskipun lama. Perkembanganteori telah menunjukkan bahwa
kompetensi bawaan bayi berkembang melalui waktu.Sebagai contoh, Erikson
(1963) tahapan perkembangan psikososial, dimulai dengankepercayaan versus
ketidakpercayaan dan otonomi versus keraguan malu, melalui generativity
versus penyerapan diri dan integritas ego versus putus asa,
mengakuipertumbuhan ke depan dari seorang individu yang semakin
kompleks. Pembangunanadalah proses yang berkelanjutan dari mempelajari
tugas-tugas dasar pertamaberjalan, makan, dan berbicara untuk mengontrol
fungsi tubuh untuk menyesuaikandiri dengan pensiun, dan / atau kematian
pasangan.Contoh lain adalah Piaget (Piaget & Inhelder, 1969) konsep
pengembanganintelektual. Kohlberg (1973) memvalidasi kerja Piaget
menemukan bahwaperkembangan moral dimulai ketika proses berpikir
bergeser dari sebelum operasipada operasi konkret. Kohlberg menemukan
bahwa laki-laki berkembang melaluiserangkaian tahapan, dari hukuman
premoral dan orientasi ketaatan pada moralitasyang berprinsip dan orientasi
prinsip universal etika.Giligan (1982) telah menantangteori perkembangan dan
pengecualian mereka pemikiran perempuan danpembangunan di presentasi
pekerjaan mereka.
Pengamatan Gilligan, pemikiran yangmendukung model konseptual
Roger keunikan manusia kesatuan.Menurut Roy (Roy & Adrews, 1991) model
adaptasi mungkin dapatdiperlihatkan dengan kekonsistennya dengan sistem
abstrak Roger.Model postulatRoy menyatakan bahwa tingkat adaptasi individu
merupakan fungsi dari interaksiantara mekanisme adaptasi dan
lingkungan.Adaptasi psikologi terhadap stimuluslingkungan mengalami
perubahan kedudukan seperti yang dialami oleh pendakigunung menunjukkan
interaksi timbal balik antara individu dan lingkungan.Perubahan stimultan
pendaki gunung dan kenaikannya konsisten dengan prinsipintegral.
Menurut Roy (Roy & Adrews, 1991), adaptasi individu dari konsep
diridipengaruhi oleh pengalaman sosial, yang mencerminkan stimulus eksternal
yangmengelilingi orang tersebut dan proses dari persepsi dan pembelajaran
sosial. PrinsipRogers tentang dalil helicy, setiap interaksi timbal balik yang
baru meningkatkanperubahan inovatif. Sebagai contoh, seorang wanita yang
menjadi seorang istrisekaligus ibu mengembangkan diri konsep diri yang
konsisten dengan presepsiinteraksi dengan suaminya dan anak-anaknya. Ketika
wanita itu menjadi mahasiswa,interaksinya dengan dosen, mahasiswa, dan
lingkungan kampus meningkatkan perubahan dan adaptasi dalam konsep-diri-
nya.Menjadi seorang ibu, istri sekaligus mahasiswa membuatnya
mengalamiperubahan di lingkungannya.Ini adalah perwakilan dari
perkembangan.Pada titik tertentu dalam waktu perubahan disebabkan oleh
lingkungan baru yang menciptakanperubahan dalam pola hidup di mana wanita
itu telah berfungsi. Perubahan ini mempengaruhi kebiasaan yang berhubungan
dengan gaya hidupnya dahulu. Sebelum kuliah, ibu akan memasak untuk
keluarganya, setelah ia kuliah,tidak ada anggota keluarga yang berperan
memasak, sehingga fungsi keluargaberubah. Sesuai dengan prinsip Roger,
(helicy) perubahan kebiasaan terjadi karena perubahan lingkungan. Resonancy
menguji variasi yang terjadi selama proseskehidupan dari orang yang "utuh".

9. Kelemahan teori tentang Homeodinamik Martha E. Rogers


Walaupun prinsip-prinsip homeodinamik konsisten dengan tujuan
universal, ada keterbatasan utama pelaksanaan prinsip-prinsip universal.
Banyak orang mengalami kesulitan untuk memahami prinsip-prinsipnya.
Meskipun asumsi dasar yang diberikan dan prinsip-prinsip yang ditetapkan,
sistem tetap abstrak. Persyaratan belum cukup untuk dioperasionalkan untuk
menyediakan pemahaman yang jelas. Kesulitan definisi pengoperasian konsep
serta membawa keabstrakan konsep dan hubungan ke tingkat empiris untuk
pengujian yang mengganggu banyak ilmuwan perawat (Kim, 1986). Definisi
operasional diperlukan untuk pengembangan hipotesis bahwa tes konsep
teoritis dan untuk pemilihan instrumen yang memadai akan mengukur konsep-
konsep yang terlibat (Hardy, 1974).
Pada tahap dalam perkembangan ilmu keperawatan, instrumen yang
cukup akan menilai manusia dalam totalitas mereka tidak ada. Tanpa instrumen
tersebut, kemampuan menggunakan atau menguji sistem abstrak sepenuhnya
adalah hampir tidak mungkin. Selanjutnya, ketidakmampuan untuk cukup
menggunakan atau menguji sistem yang membuat kesuksesan
mengimplementasikan kesulitan keperawatan. Dengan demikian, penggunaan
prinsip-prinsip homeodynamics di dalamnya adalah totalitas terbatas.
BAB III
IMPLIKASI EVIDENCE BASED PRACTICE

A. Implikasi teori keperawatan Roger pada pasien dengan Cerebrovaskuler

DAFTAR PUSTAKA

1. Stasková V, Tóthová V. Conception of the human-to-human relationship in


nursing. Kontakt. 2015;17(4):e184-e9.
2. Whelton BJ. An operationalization of Martha Rogers' theory throughout the
nursing process. International journal of nursing studies. 1979;16(1):7-20.

Anda mungkin juga menyukai