Anda di halaman 1dari 15

RESUME

LAPORAN PENDAHULUAN TEKNIK INSTRUMENTASI DENGAN


REPAIR PSEUDOANEURISMA ATAS INDIKASI RUPTUR
PSEUDOANEURISMA
DI RUANG OK PAV/IPJT (BEDAH TKV)

OLEH:
SRI HANDAYANI
1601410026

PELATIHAN INSTRUMENTATOR KAMAR OPERASI


INSTALANSI BEDAH SENTRAL
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
2017
TINJAUAN PUSTAKA

1. PSEUDOANEURISMA
1.1 Pengertian
Pseudoaneurisma disebut juga false aneurisma, yaitu robeknya satu, dua,
atau tiga lapisan pembuluh darah yang mengakibatkan keluarnya darah dari
pembuluh darah dan membentuk sebuah kantung didalam jaringan sebuah
pembuluh darah.
Pseudoaneurisma merupakan suatu benjolan yang terjadi akibat terluka
atau robeknya pembuluh darah arteri di bawah kulit oleh berbagai sebab
sehingga membengkak dan memebentuk kantong. Pseudoaneurisma disebut
juga aneurisma palsu sering terjadi akibat suntikan baik untuk akses cuci
darah atau pengambilan darah untuk pemeriksaan darah dari pembuluh darah
arteri atau terdapat benjolan yang berdenyut akibat adanya kantong yang
terbentuk.

1.2 Anatomi Pembuluh Darah

Gambar 1.1 : Letak Pembuluh Darah Arteri dan Vena


1.3 Patofisiologi Pseudoaneurisma
Lapisan pembuluh darah yang robek kemudian didorong dengan tekanan
darah pada arteri yang tinggi sehingga menyebabkan darah keluar dan
membentuk sebuah kantung atau rongga dalam jaringan yang dihubungkan
oleh neck dengan pembuluh darah utama.

Gambar 1.2 : rongga dalam jaringan sekitar AV shunt

Tanda – tanda Pseudoaneurisma :


a. Terdapatnya benjolan pada daerah pseudoaneurisma
b. Benjolan pada pseudoaneurisma terasa berdenyut
c. Kemungkinan dapat terjadi penekanan pada pembuluh darah arteri di
bawahnya, maka tungkai terasa nyeri, bila penekanan terjadi pada
pembuluh vena maka akan terjadi oedema (Bengkak) pada tungkai.
d. Pasien mengeluh ada benjolan pada bekas puncture dan bila berjalan kaki
terasa nyeri
e. Bila didengarkan dengan stetoskop di daerah benjolan terdengar Bruit
f. Terdapat hematoma
g. Pulsatil pada daerah pseudoaneurisma

1.4 Jenis – Jenis Pseudoaneurisma


a. Pseudoaneurisma aktif
Pseudoaneurisma aktif dapat diketahui dengan cara memberi Doppler
warna pada daerah pseudoaneurisma pada pemeriksaan ultrasonografi
vaskuler, maka akan terlihat aliran yang berputar-putar dipembuluh darah
tersebut.
b. Pseudoaneurisma pasif
Pada pseudoaneurisma pasif ketika daerah pseudoaneurisma diberikan
doppler warna pada pemeriksaan ultrasonografi vaskuler, warna tersebut
tidak terlihat, misalnya :
a. Necknya tidak ada
b. Terdapat bekuan pada pseudoanerisma (hematoma)
c. Terdapat bendungan
d. Dopplernya tidak ada aliran
e. Ketika di beri color maka tidak ada aliran yang mengalir pada
pseudoanerisma

1.5 Etiologi Pseudoaneurisma


Faktor penyebab terjadinya pseudoaneurisma :
 Tindakan post kateterisasi
 Trauma pembuluh darah
 Tindakan medik seperti jarum infus dan pembedahan
 Infeksi pada pembuluh

1.6 Komplikasi Pseudoaneurisma


Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan pseudoaneneurisma :
ALI ( Acute Limb Ischemia ) : Akut limb iskemik merupakan suatu
kondisi dimana terjadi penurunan ke ekstremitas secara tiba-tiba yang
menyebabkan gangguan pada kemampuan pergerakkan, rasa nyeri atau
tanda-tanda iskemik berat dalam jangka waktu dua minggu (Vaskuler
Disease A Handbook). Akut limb iskemik adalah oklusi akut dari suatu
arteri pada ekstremitas dimana merupakan penurunan secara tiba-tiba atau
perburukkan perfusi anggota gerak yang menyebabkan ancaman potensial
terhadap viabilitas ekstremitas.
Penyebab terjadinya ALI :
1. Embolus
a. Penyebab tersering adalah bifurkasio aorta (kebanyakan arterial
Emboli 80% Terbentuk Disini).
b. Sumber lain emboli dari jantung: jendalan pada otot yang mati
setelah infark miokard; endocarditis; myxoma.
c. Sumber lain: aneurisma, plak atheromatous.
2. In situ thrombosis dari penyakit aterosklerotik oklusif yang telah
ada.
3. Trombosis dari aneurisma arteri yang telah ada.
4. Trauma vaskuler, sulit untuk membedakan sebab karena embolus
atau trombus, tetapi akut limb iskemik kita curigai pada keadaan :
1) ada riwayat emboli, 2) ada riwayat aritmia (AF), 3) ada riwayat
klaudikasio.
DVT ( Deep Vein Thrombosis ) adalah gumpalan darah (juga disebut
trombus) yang terbentuk pada vena dalam tubuh. Kebanyakan gumpalan
vena terjadi pada kaki bagian bawah atau paha tetapi dapat juga terjadi di
bagian tubuh lainnya,
Insufisiensi pada vena yang mengalami dilatasi,
Perdarahan pada tahap awal pemasangan,
Trombosis, pada fase awal maupun lanjut,
Aneurisma pada vena yang di-“shunt” sehingga bisa mempersulit
hemostasis jika berdarah,
Iskemia pada tangan dan “steal syndrome”,
Cardiac failure karena karena peningkatan preload jantung, hipertensi
vena, yang bisa menyebabkan oedema.

1.7 Penatalaksanaan
 Compressi Ultrasound
Pemeriksaan fisik dan inspeksi saja tidak bisa menilai arteri dan vena yang
baik pada ekstremitas atas. Penentuan konsisi non mature atau penurunan
fungsi dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi. Dengan
ultrasonografi dapat dikenali kondisi sebagai berikut: trombus intra lumen,
stenosis baik pada sambungan maupun pada arteri dan vena, ukurang
pembuluh darah, jarak dari permukaan kulit, volume flow pembuluh darah
terutama pada drain vein.
 Injeksi Thrombin
Pada kondisi dimana av shunt tidak mau matang, maka dapat dilakukan
beberapa tindakan. Tindakan yang dilakukan dapat berupa tindakan
minimal invasif dan dapat juga operasi. Pada kondisi trombosis dapat
dilakukan trombektomi, pada keadaan stenosis dapat dilakukan balloning.
 Bedah ( ligasi )
Jika terjadi penurunan fungsi dapat dilakukan tindakan minimal invasif
atau operasi. Repair pseudoaneurisma adalah suatu tindakan pembedahan
repair dengan cara eksisi kelainan pseudoaneurisma/aneurisma palsu
(Brunner & Suddarth 2003).
Indikasi dilakukan pada pasien dengan kasus pseudoaneurisma sedangkan
kontraindikasinya adalah keadaan umum yang jelek dan pasien dengan
gangguan jantung sehingga tidak memungkinkan untuk operasi.

2. TEKNIK INSTRUMENTASI REPAIR PSEUDOANEURISMA ATAS


INDIKASI RUPTUR PSEUDOANEURISMA

2.1 Terapi
Repair pseudoaneurisma adalah suatu tindakan pembedahan repair dengan
cara eksisi kelaianan pseudoaneurisma / aneurisma palsu (Brunner & Suddarth
2003).

2.2 Indikasi
 Dilakukan pada pasien dengan kasus pseudoaneurisma

2.3 Kontraindikasi
 Keadaan umum yang buruk
 Pasien dengan gangguan jantung sehingga tidak memungkinkan untuk
operasi.

2.4 Persiapan
a. Persiapan lingkungan
1) Menyiapkan meja operasi dalam keadaan baik dan bersih, lengkap
dengan aksesoris penyangga tangan dan pengaman pasien.
2) Mengatur dan mengecek fungsi mesin suction, mesin ESU (Elektro
Surgery Unit), lampu operasi, meja mayo dan meja instrument.
3) Memasang U- Pad on steril dan doek atau linen pada meja operasi.
4) Mempersiapkan linen dan instrument steril yang akan di gunakan.
5) Mempersiapkan dan menempatkan tempat sampah medis agar mudah
dijangkau.
6) Mempersiapkan standar infus dan standar waskom.
7) Mengatur suhu ruangan.
8) Menyiapkan/menata instrumen untuk operasi.

b. Persiapan pasien
 Puasa mulai jam ......... ( tidak )
 Surat persetujuan tindakan operasi dan anasthesi ( ya )
 Penanda lapangan operasi ( sign mark ) ( tidak perlu )
 Infus cairan yang telah masuk ( tidak )
 Terpasang kateter ( tidak )
 Skin test antibiotic profilaksis. ( tidak )
 Mencukur / skirent. ( tidak )
 Pemeriksaan laboratorium. ( ya )
 Pemeriksaan radiologi. ( tidak )
 Pemeriksaan EKG dll. ( ya )
 Konsultasi anasthesi. ( tidak )
 Lavement / spoelimg. ( ya )
 Persediaan darah. ( tidak )
 TTV ( TD : 140/80 mmHg, Nadi : 92 x/m, Suhu : 36,30 C, RR : 20
x/m )
 Alat / implant yang dibawa. ( tidak )
 Pakaian / linen pasien. ( ya, baju / linen )
 Melepas perhiasan dan asessoris (baju dalam,gigi palsu dll). ( ya )
 Pasien diberikan pendidikan kesehatan. ( ya, tentang managemen
nyeri non farmakologis ).
 Pasien di lakukan local anastesia
 Pasien di posisikan pada posisi supinasi di meja operasi
 Memasang arde atau plat diatermi pada bahu kiri pasien
 Mencuci area yang akan di lakukan insisi dengan povidone iodine

c. Persiapan alat
Instrument dasar (basic instrument) yang digunakan untuk
pembedahan antara lain :
No. Nama Alat Rata-Rata
1. Desinfeksi klem 1
2. Duk klem 5
3. Handvard mess no. 3 1
4. Pinset Anatomis 2
5. Gunting Metzenboum 1
6. Gunting Mayo 1
7. Mosquito 3
8. Nald voeder 2
9. Gunting benang lurus 1
10. Kanul suction 1
11. Pinset chirurgis bebek 2

Instrument tambahan
Instrument tambahan yang di gunakan untuk pembedahan adalah
sebagai berikut :
No. NAMA ALAT RATA-RATA
1. Sprider kecil 1
2. Sanmiller 2
3. Langen back 2

 Alat penunjang steril


1) Selang Suction / EMP :1
2) Bengkok :2
3) Kom :1
4) Cucing : 1/1
 Alat penunjang tidak steril
1) Meja operasi :1
2) Mesin Suction :1
3) Troli baskom :2
4) Tempat sampah medis / non medis :1/1
5) Meja instrument :1
6) Meja mayo :1
7) Standart infus :1

 Set linen steril


1) 1 paket linen
 Doek besar : 2 buah
 Doek sedang : 4 buah
 Doek kecil : 4 buah
 Sarung meja 1 mayo : 1 buah
2) Handuk kecil : 6 buah
3) Skort : 6 buah

c. Persiapan bahan habis pakai


1) Handscoon no. 6,5/ 7/ 7,5 :4/4/4
2) Pehacain : 4 ampul
3) Marcain : 8 cc
4) Mess no. 15 : 1 buah
5) Kassa : 10 lembar
6) Deppers : 5 buah
7) Mersilk 2 – 0 : 1 buah
8) Vicryl 2 – 0 : 1 buah
9) Prolene 4 – 0 DJ : 1 Buah
10) Sufratule : 1 buah
11) Underpad steril / on : 2 / 1 buah
12) Hypafik : sesuai kebutuhan
13) Spuit 10 cc : 2 buah
14) NS 1 liter twist off : 1 flash
15) EMP : 1 buah
16) NGT no.12 : 1 buah
17) Softband no. 10 : 1 buah
18) Tensokrep no. 10 : 1 buah
19) Povidon Iodine : ± 80 cc
20) Suction : 1 buah
21) Towel : 1 buah

3. Teknik Instrumentasi
Pasien datang dilakukan serah terima antara perawat ruangan dengan
perawat premedikasi kemudian perawat premedikasi serah terima dengan
dengan perawat instrument atau sirkuler.
Perawat Sirkuler melakukan Sign In ( dilakukan di ruang premedikasi
dihadiri oleh instrument, operator dan anasthesi. Setelah selesai pasien dibawa
ke ruang operasi dan di induksi )
1. Pasien datang, tim operasi melakukan sign in yang meliputi:
a. Identitas pasien, umur, jenis kelamin, asal ruangan dan register.
b. Apakah pasien sudah di konfirmasikan identitas, area operasi,
tindakan operasi, dan lembar persetujuan ( sudah / belum )
c. Penandaan area operasi ( sudah/belum/tidak perlu )
d. Persiapan mesin dan obat anesthesi ( sudah / belum )
e. Fungsi pulse oksimeter ( ya / tidak )
f. Riwayat alergi pasien ( tidak / ya, …. )
g. Resiko aspirasi ( tidak / ya, tapi telah tersedia peralatan untuk
mengatasinya)
h. Antisipasi kehilangan darah > 500cc atau 7 cc/kgBB (untuk anak)
tidak (ya tapi telah direncanakan 2 iv line atau akses vena sentral).
2. Menulis identitas pasien di buku register dan membuat askep, menyiapkan
lembar depo, mengisi SSC.
3. Pasien diposisikan terlentang (supine), dengan memberikan penyangga
tangan kanan dengan posisi terlentang. Pasang underpad on steril di bawah
tangan kanan, dikerjakan oleh perawat sirkuler. Kemudian memasang arde
termal cauter pada bahu kiri pasien dan memasang torniqet pada lengan
kanan).
4. Perawat instrumen melakukan cuci tangan, memakai gaun operasi dan
sarung tangan steril.
5. Perawat instrumen memakaikan gaun operasi dan sarung tangan steril
kepada tim operator dan asisten operator.
6. Perawat instrumen menyiapkan untuk anastesi local dengan mengoplos
pehacain 4cc + marcain 4cc + Ns 0,9 % 4cc dalam spuit 12 cc sebanyak 2
spuit
7. Memberikan cucing yang berisi deppers dan povidone iodine dan
desinfeksi klem kepada operator untuk dilakukan desinfeksi area operasi (
perawat sirkuler membantu mengangkat tangan kanan pasien sehingga
mempermudah operator melakukan desinfeksi area operasi )
8. Membantu drapping dengan memberikan : 1 duk tebal di lipat 4 bagian
untuk di letakkan pada bagian bawah tangan, 1 duk kecil dibentuk segitiga
yaitu untuk menutupi bagian proksimal tangan kanan pasien lalu fiksasi
dengan duk klem, 1 duk kecil dilingkarkan untuk menutupi atau
membungkus telapak tangan kanan hingga pergelangan tangan kanan
pasien lalu fiksasi dengan duk klem, 1 duk kecil untuk menutupi tangan
pasien dari siku hingga ke bawah, 1 duk besar untuk menutupi bagian
tubuh pasien hingga tertutup sempurna.
9. Pasang kabel cauter dan selang suction lalu ditali atau di ikat dengan kassa
dan difiksasi dengan duk klem.
10. Dekatkan meja mayo dan meja instrument ke dekat meja operasi.
11. Tim operasi melakukan time out (sebelum insisi) meliputi :
a. Konfirmasi bahwa semua tim operasi telah memperkenalkan nama dan
tugas masing-masing (sudah/belum)
b. Konfirmasi nama pasien, jenis tindakan dan area yang akan di operasi
(sudah/belum)
c. Apakah antibiotic profilaksis telah diberikan paling tidak 60 menit
sebelum operasi (tidak pakai)
d. Antisipasi kejadian kritis
 Operator
- Apakah ada tindakan darurat atau prosedur di luar
standart operasi yang dilakukan ? ( tidak )
- Berapa lama operasi? ± 1 jam.
- Bagaimana antisipasi kehilangan darah? (rawat
perdarahan)
 Anasthesi
- Apakah ada perhatian khusus mengenai pembiusan
pada pasien ini? (tidak)
 Instrument
- Apakah peralatan sudah di sterilisasi? (sudah)
- Apakah ada perhatian khusus pada peralatan? ( benda
tajam, deppers 10, kassa 10, jarum )
 Apa diperlukan instrument radiologi? (tidak).
12. Pembacaan doa sebelum operasi dipimpin oleh operator.
13. Perawat instrument memberikan spuit 12 cc yang berisi campuran antara
pehacain 4 cc + marcain 4 cc + NS 0,9 4 cc kepada operator untuk lokal
anastesi.
14. Inflate torniquet sampai 250 mmHg selama 60 menit perjalanan operasi.
15. Memberikan handle mess no.3 dengan mess no.15 kepada operator untuk
insisi kulit setelah itu di perdalam dengan couter sampai terlihat kantung
psedoaneurisma dan asisten di berikan pinset chirurgis, mosquito serta
kasa untuk rawat perdarahan.
16. Perawat instrument menyiapkan sprider dan di berikan kepada operator
dan langen beck di berikan kepada asisten untuk memperlebar lapang
pandang operasi operator.
17. Operator membuka kantung psedoaneurisma dengan menggunakan couter,
kemudian berikan dobel pinset anatomis, satu pada operator dan satu lagi
pada asisten. Kemudian evakuasi klot dan sisihkan pada bengkok.
18. Setelah itu turunkan tekanan tourniquet 50 mmHg untuk mengetahui atau
mengidentifikasi kebocoran arteri.
19. Setelah identifikasi kebocoran operatordi berikan prolene 4-0 dobel jarum
dan pinset anatomis.
20. Perawat sirkuler menurunkan tekanan torniqet pelan-pelan dari 250 turun
setiap 50 operator mengevaluasi apakah masih ada perdarahan. Kemudian
jahit lagi seperti sebelumnya.
21. Kemudian tekanan tourniquet di turunkan lagi sampai 50 mmHg untuk
mengidentifikasi apakah masih ada kebocoran atau tidak. Setelah di
pastikan sudah tidak ada kebocoran jahit area incisi sampai seluruh
kantung psedoaneurisma tertutup dengan menggunakan prolene 4-0 dobel
jarum dan pinset anatomis.
22. Setelah itu perawat sirkuler mencuci area operasi, lalu pasang drain no.12
kemudian di fiksasi dengan mersilk 2-0.
23. Kemudian setelah sudah terpasang drain, jahit facia menggunakan vicryl
2-0. Untuk menjahit kulit menggunakan prolene 4-0. Berikan gunting
benang pada asisten untuk memotong benang.
24. Bersihkan luka operasi dengan kasa basah kemudian keringkan dengan
kasa kering. Tutup luka operasi dengan menggunakan sufratul yang di
potong menjadi 4 bagian kemudian di tutup kasa kering.
25. Konektor drain dengan menggunakan spuit 10 cc, kemudian pasang sofban
no.10 dan di lanjutkan dengan tensocrap no.10.
26. Perawat sirkuler melakukan sign out (sebelum penutupan luka insisi)
Sign out meliputi :
 Perawat membacakan :
- Jenis tindakan? ( repair psedoaneurisma )
- Kecocokan jumlah instrument, kassa, jarum sebelum dan
sesudah operasi. (cocok dan lengkap, persiapan deppers 10,
pemakaian 3, sisa 7. Persiapan kassa 10, pemakaian 8, sisa 2.
Jumlah instrument lengkap 21 buah, on 1 jumlah keseluruhan
22 )
- Label pada specimen (membacakan identitas pasien, jenis
specimen, register, ruangan yang tertera pada label). (tidak
ada)
- Apakah ada permasalahan pada alat-alat yang digunakan.
(tidak ada masalah)
 Intrumen +anasthesi+operator
Apa yang menjadi perhatian khusus pada saat masa pemulihan
(recovery). (nyeri)
27. Berikan nald voeder + pinset anatomi + benang vicryl 2-0 pada operator
untuk menjahit lemak dan berikan klem musquito + kassa untuk merawat
perdrahan serta gunting benang pada asisten untuk memotong benang.
28. Bersihkan luka dengan kassa basah  keringkan dengan kassa kering 
pasang sufrtule + kassa kering + hypafik.
29. Lepaskan turniquet, bersihkan area operasi dari povidon iodine, bebat luka
dengan tensocrep, fiksasi drain ke tensocrep.
30. Operasi selesai, bereskan semua instrument, selang suction dan kabel
couter dilepas.
31. Rapikan pasien, pindahkan pasien ke brankart, dorong ke ruang recovery.
32. Catat bahan habis pakai pada depo farmasi.
33. Cek kembali kelengkapan status pasien, dan sertakan di brankartt sebelum
di bawa ke RR. Setelah itu operan dengan petugas RR
34. Penyelesaian
Dekontaminasi Alat dan Pengepakan
1. Alat yang sudah dipergunakan dirapikan dan dibawa semua ke ruang
pencucian alat
2. Alat-alat yang kotor (terkontaminasi cairan tubuh pasien) direndam
dengan larutan DTT, larutan pertama dengan Alcazym dengan takaran
1 bungkus : 5L air selama 10 - 15 menit, gosok – gosok, lakukan
penyemprotan untuk alat berongga lalu bilas denga air mengalir
3. Keringkan alat dengan handuk
4. Lakukan pengepakan alat kemudian diberi indicator dan keterangan isi
dari alat
5. Lakukan sterilisasi
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:
Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli, Kuncara., I.made karyasa. EGC:
Jakarta.

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis. alih
bahasa: Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC: Jakarta

Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. 1993. Rencana Asuhan


Keperawatan untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan
Pasien, Edisi-3. Alih bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC: Jakarta

Hudak, Gallo, 1996, Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Volume II,


Jakarta: EGC

Moeri Holly and Sheryly Leander. Vaskuler Surgery and Diagnostik. Carolina

Price, SA and lorraice M. 1995. Patofisiologi konsep klinis proses-proses


penyakit. Jakarta: EGC

Shenoy, Surendra. 2009. The Journal of Vascular Access Surgical anatomy of


upper arm: what is needed for AVF planning. USA

Shirah Hamza, MD et al. Superficial Femoralis Artery Pseudoaneurism


Secondary to Bone Exostoses. 2007

Sjamsudihajat, de jong. 2010. Buku ajar ilmu bedah edisi 3. Jakarta: EGC

Sjamsuhidajat, Jong W D. 2005. Buku Ajar ilmu bedah, Edisi 2. Penerbit buku
kedokteran EGC: Jakarta

Snell R. S. 2006. Anatomi Klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 6. Penerbit


buku kedokteran EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai