Anda di halaman 1dari 5

BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Hak-hak Pasien
Kesadaran akan hak-hak asasi manusia khususnya dalam bidang
kesehatan dan semakin tingginya pengetahuan pasien terhadap berbagai
masalah kesehatan, mengakibatkan dokter tidak dapat secara leluasa
mengobati pasien tanpa memperhatikan keadaan pasien. Hak Asasi
Manusia, dalam kepustakaan sering diartikan identik dengan Hak Asasi
Manusia dalam hukum positif. Dengan demikian maka Hak Asasi
diartikan dalam arti yang luas, yaitu menyangkut Hak Asasi Sosial.
Dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 1, Hak Asasi Manusia
didefinisikan sebagai seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan
keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Secara oprasional peraturan kesehatan diatur dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
dalam Undang-undang tersebut, hubungan bagi setiap masyarakat pada
umumnya dan pasien khususnya untuk mendapatkan derajat kesehatan
yang sama diatur dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan yaitu : “setiap orang mempunyai hak dalam
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau”.
Dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
menyebutkan bahwa sebagai berikut: “setiap orang berhak untuk
mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan
tanggung jawab.”
Perlindungan hukum adalah perlindungan akan harkat dan
martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki
oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan atau
sebagai kumpulan peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu
hal dari hal lainnya.
Sama seperti halnya pada dunia kesehatan, setiap orang memiliki
hak termasuk pasien dimana jika hal ini tidak terjadi makan akan
mengakibatkan benturan yang tidak sesuai dengan undang-undang atau
peraturan yang ada. Dalam hubungan anatar tenaga medis dan pasien
saling berkaitan dimana masing-masing mempunyai hak dan kewajiban
pribadi untuk mencapai hubungan yang harmonis maka dari itu perlunya
salong meghargai hak setiap orang. Pada tahun 1948 deklarasi hak-hak
manusia (declaration of humans rights) dari PBB mengatakan , setiap
orang berhak mendapat pelayanan dan perawatan kesehatan bagi dirinya
dan keluarganya , juga jaminan ketika sakit, menganggur, cacat, menjadi
janda, usia lanjut atau kekurangan nafkah atau ekonomi yang disebabkan
oleh hal-hal di luar kekuasaannya.

B. Harkat Martabat Manusia

Bantuan hukum merupakan salah satu dari perwujudan amanat


Undang-Undang Dasar 1945. Bantuan hukum adalah suatu yang sangat
luas dapat di artikan sebagai upaya untuk membantu golongan yang tidak
mampu.

Pada dasarnya istilah “ bantuan hukum” adalah sebagai berikut:

a. Legalaid,

Digunakan dalam menunjukan pengertian bantuan hukum secara sempit

b. Legal assistance,

Digunakan dalam menunjukan pengertian bantuan hukum kepada mereka


yang tidak mampu ataupun pemberian bantuan hukum oleh para advokat
dan pengacara.

Barry Metzger, 2009 mengatakan tujuan lain dari program bantuan hukum
di Negara berkembang, antara lain:

a) Untuk membangun suatu kesatuan sistem hukum nasional.

b) Untuk melaksanakan yang lebih efektif dari pada peraturan-peraturan


kesejahteraan sosial untuk keuntungan masyarakat yang miskin.

c) Untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab yang lebih besar dari pejabat
pemerintah atau birokrasi kepada masyarakat.

d) Untuk menumbuhkan rasa partisipasi masyarakat yang lebih luas ke


dalam proses pemerintahan.

e) Untuk memperkuat profesi hukum.

SoetandyoWignjosoebroto, 2007 mengatakan bahwa bantuan


hukum akan membantu kelompok yang kurang mampu untuk “bisaberdiri
sama tinggi dan duduk sama rendah” dengan golongan lain yang lebih
mampu di hadapan hukum.

Bantuan hukum tentang hak dan martabat manusia ada banyak ,antara lain:
a. Pasal 27 (1) berbunyi “Segala warga negara bersamaan
kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan wajib menjunjung
hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
b. Pasal 1 butir 1 UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah- Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindung oleh negara, hukum
pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia.
c. UU No.16 tahun 2011 mengatur tentang bantuan hukum yang
sudah disediakan oleh pemerintah secara gratis. Tujuan dari UU ini adalah
supaya hak-hak rakyat miskin dapat terpenuhi serta didampingi oleh jasa
hukum. Ada beberapa ketentuan agar masyarakat miskin mendapat
bantuan hukum secara gratis yaitu tidak dapat memenuhi dasar secara
layak dan mandiri seperti hak atas pangan, sandang, layanan kesehatan,
layanan pedidikan, pekerjaan dan perumahan.

Dalam melakukan bantuan hukum perlu dilakukan pengawasan,


pemantauan dan evaluasi.

a. Pengawasan
Tujuan dari pengawasan adalah untuk menilai aktifitas organisasi bantuan
hukum didalam melaksanakan pemberian bantuan hukum. Ada 2 cara
dalam melakukan pegawasan, yaitu:

a)Pengawasan secara langsung dengan cara dilaksanakan dengan


memeriksa dokumen secara langsung apabila terjadi kesalahan dalam
memberikan bantauan hokum untuk segera dilalukan perbaikan.

b)Pengawasan tidak langsung dengan cara pengawasan tidak langsung


dilaksanakan dengan memeriksa laporan dari masyarakat.

b. Pemantauan

Tujuan dari pemantauan adalah untuk mengamati dari keadaan atau


perilaku organisasi bantuan hukum yang dilakukan oleh panitia pengawas
pusat atau panitia pengawas pusat. Pemantauan bisa dilakukan dengan cara
berkala atau insidental.

c.Evaluasi

Tujuan dari evaluasi adalah untuk menilai pelaksanaan dari pemberian


bantuan hukum sudah sesuai dengan standar bantuan hukum dan pelaporan
pengelolaan anggaran bantuan hukum. Evaluasi dapat dilakukan dengan
cara berkala atau insidental.
C. Pembahasan
Pada kenyataan yang ada di masyarakat seringkali hak yang di
dapatkan oleh pasien berada dalam posisinya yang lemah diakibatkan oleh
kurang pengetahuan pasien terhadap hak-hak yang dapat diperoleh.
Padahal di dalam undang-undang Negara sudah menjamin setiap warga
negara dilindungi hak nya oleh uokum sesuai dengan UU No. 39 tahun
1999 tentang HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugrah- Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindung oleh negara, hukum pemerintah dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Pada Pasal
27 (1) berbunyi “Segala warga negara bersamaan kedudukannya didalam
hukum dan pemerintahan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya”. Pengetahuan pasien terhadap hak-hak yang
dapat diperoleh sangatlah penting sebab ada beberapa factor yang dapat
menyebabkan hak dasar atau hak asasi pasien tersebut diabaikan sehingga
perlindungan hokum terhadap hak pasien ersebuyt semakin memudar.

Hukum memberikan perlindungan berkaitan dengan hak pasien


yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hal tersebut. Tidak terpenuhinya
hak-hak pasien termasuk dalam kurang professional dalam memberikan
pelayanan dan tentunya melanggar kode etik kita sebagai perawat. Kurang
keterampilan, tidak profesional dalam memberikan pelayanan kesehatan
menyalahi kewajiban kita sebagai profesi prawat merupakan tindakan
yang buruk dan dan illegal.

Hak-hak yang dapat diperloh pasien anatara lain:


1. Hak atas informasi medis
Pasien berhak mengeahui segala sesuatu uang bersangkutan mengenai
penyakit, diagnosis, perkembangan atau risiko yang dapat diterima dari
tindakan yang dilakukan.
2. Hak memberikan persetujuan tindakan medic
Sebelum dilakukan tindakan pasien berhak mendapatkan informed
consent oleh dokter hal ini merupakan salah satu bentuk komunikasi
terapeutik yang dapat dilakukan tenaga kesehatan.
3. Hak atas rahasia medis
menjaga kerahasiaan medis pasien merupakan kewajiban dari tenaga
kesehatan seperti diahnosa, hasil laboratorium, atau segala sesuatu
yang diketahui oleh tenaga kesehatan saat merawat pasien
4. Hak untuk menolak pengobatan atau tindakan medis
Pasien memeliki hak terhadap tindakan yang diterima, tenaga
kesehatan tidak boleh memaksa tindakan medic dilakukan. Bila sudah
diberikan penjelasan namun pasien atau wali menolak tindakan
tersebut pasien harus menandatangani penolakan tindakan
5. Hak untuk mengetahui isi rekam medic
Sudah menjadi kewajiban tenaga medis untuk menjaga kerahasiaan
pasien namun apabila pasien menghendaki kerabat atau keluarga untuk
mengetahui progress penyakit berdasarkan ijin dari dokter atau rumah
sakit.
6. Hak atas second opinion
Pasien berhak menerima second opinion dari dokter kedua jika pasien
merasa membutuhkan second opinion tersebut maka dari itu dokter
ataupun tenaga medis yang lain tidak boleh tersinggung mengenai
keputusan yang diambil pasien dan keputusan yang diambil pun akan
menjadi tanggung jawab pasien itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai