Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laminektomi (dekompresi spinal) adalah prosedur pembedahan
yang dilakukan untuk menghilangkan tekanan pada korda spinalis
atau serabut akarnya. Dengan membuang lamina akan memperluas ruang
dari korda spinalisatau serabut akarnya dan meredakan gejala yang berkaitan
dengan kompresi daniritasi dari korda spinalis atau serabut akarnya .
Laminektomi dapat dilakukan diberbagai daerah tulang belakang seperti
di servikal (leher), torakal (punggung atas) dan lumbal (punggung bawah)
(CPMP, 2013).
Stenosis spinal merupakan alasan tersering dilakukannya operasi
tulang belakang pada orang dewasa diatas 65 tahun. Di United Kingdom (UK)
sekitar 13.000 operasi tulang belakang dilakukan setiap tahunnya, sedangkan
di United State of America (USA) hampir 250.000 operasi tulang belakang
dilakukan tiap tahunnya. (Porchet, 1999). Indikasi dilakukannya operasi
sangatluas dan tingkat prosedur bervariasi. Salah satu prosedurnya adalah
dengan laminektomi dan fusi spinal yang selama ini telah dilakukan
memberikan beberapa komplikasi.
Dalam pencegahan komplikasi yang bisa saja terjadi pada pasien yang
menjalani operasi laminektomi maka perlu dilakukan pencegahan secara dini
yaitu dengan memahami dengan benar cara penanganan masalah tulang
belakang dan mematuhi setiap prosedur yang telah ditetapkan.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang laminektomi dan cara penanganannya.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mengetahui pengertian laminektomi.
1.2.2.2 Mengetahui tujuan dilakukan laminektomi.
1.2.2.3 Mengetahui indikasi dilakukan laminektomi.

1
1.2.2.4 Mengetahui kontraindikasi dilakukan laminektomi.
1.2.2.5 Mengetahui komplikasi dari tindakan laminektomi.
1.2.2.6 Mengetahui penatalaksanaan prosedur laminektomi.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Lumbal spinal stenosis adalah penyempitan osteoligamentous vertebral
canal dan atau intervertebral foramina yang menghasilkan penekanan pada
akar syaraf. Lumbal spinal stenosis merupakan penyakit degeneratif yang
sering ditemukan pada orang lanjut usia. Gejala yang sering timbul adalah
nyeri pinggang bawah, nyeri kaki dan kelemahan (Fahy, 2001).
Laminektomi adalah prosedur pembedahan untuk membebaskan tekanan
pada tulang belakang atau akar saraf tulang belakang yang disebabkan oleh
stenosis tulang belakang. Stenosis tulang belakang adalah penyempitan kanal
tulang belakang yang menekan pada urat tulang belakang yang berisi saraf.
Ini menyebabkan rasa nyeri, mati rasa, atau lemas pada kaki, punggung, leher
dan lengan.
Dekompresi laminektomi adalah tindakan pembedahan dengan cara
mengurangi penekanan pada lamina agar gejala yang ditimbulkan karena
stenosis spinal berkurang dan tidak terjadi lagi. Ada lima tindakan
dekompresi, yaitu: diskektomi (membuang diskus), flavektpmi (membuang
ligamentum flavum), laminektomi (membuang sebagian atau seluruh lamina),
foraminatomi (membebaskan foramen syaraf), dan facetektomi (membuang
sendi facet).

2.2 Tujuan
Laminektomi paling sering dilakukan untuk meredakan tekanan
stenosis spinal pada sumsum tulang belakang atau saraf Anda. Tekanan ini
bisa menyebabkan rasa sakit, lemah atau mati rasa yang bisa memancar ke
lengan atau tungkai Anda. Laminektomi biasanya lebih baik untuk
menghilangkan jenis gejala yang memancar daripada meredakan nyeri
punggung yang sebenarnya.

3
2.3 Indikasi
- Fraktur vertebrae
- Skoliosis
- Hernia nukleous pulposus
- Stenosis tulang belakang

2.4 Kontra Indikasi


- Tidak ada ventilator
- Ulkus pada area insisi

2.5 Komplikasi
Laminektomi umumnya merupakan prosedur yang aman. Tapi seperti
halnya operasi apapun, laminektomi berisiko mengalami komplikasi.
Komplikasi potensial meliputi:
- Berdarah
- Infeksi
- Gumpalan darah
- Cedera saraf
- Kebocoran cairan spinal

2.6 Penatalaksanaan Prosedur Laminektomi


1. Persiapan Lingkungan
o Menyiapkan alat-alat dan bahan habis pakai.
o Memeriksa fungsi mesin suction, lampu operasi, mesin monopolar dan
bipolar, mesin high speed boor.
o Viewer.
o Menata meja instrumen, meja mayo, meja operasi.
o Mengatur suhu ruangan (18-22o C)
o Persiapan penggunaan C-arm.
2. Persiapan Alat
1. Basic Set
1) Dressing forceps : 1 buah

4
2) Towel klem : 4 buah
3) Mayo scissors : 1 buah
4) Metzenboum scissors : 1 buah
5) Desecting forceps : 2 buah
6) Tissue forceps : 2 buah
7) Handle mess no. 4/7 : 1/1 buah
8) Mosquito haemostatic forceps : 1 buah
9) Pean klem bengkok sedang : 1 buah
10) Kockher klem lurus : 2 buah
11) Needle holder :1/1 buah
12) Langenbeck : 2 buah
13) Canule suction kecil : 1 buah
2. Extra Set
1) Raspatorium : 1 buah
2) Desector mikro : 1 buah
3) Bone currets : 2 buah
4) Bone roguer/knable tang : 1 buah
5) Gelpy : 2 buah
6) Bor preforator : 1 buah
7) Laminectomy rongeurs : 3 buah
ukuran 2,3
8) Meatotome : 1 buah
9) High speed boor : 1 buah
3. Instrumen Penunjang Steril
1) Kabel couter : 1 buah
2) Bengkok : 2 buah
3) Cucing kecil/besar : 1/1 buah
4) Baskom : 2 buah
5) Baterai untuk boor : 1 buah
4. Instrumen Penunjang Non Steril
1) Meja operasi : 1 buah
2) Lampu operasi : 2 buah

5
3) Standar infus : 2 buah
4) Troli waskom : 2 buah
5) Mesin suction : 1 buah
6) Mesin couter : 1 buah
7) Meja instrumen : 1 buah
8) Meja mayo : 1 buah
9) Tempat sampah medis : 1 buah
5. Set Linen
1) Doek besar : 4 buah
2) Doek panjang : 4 buah
3) Doek kecil : 4 buah
4) Sarung meja mayo : 1 buah
5) Handuk steril : 6 buah
6) Gaun operasi : 6 buah
6. Persiapan bahan habis pakai
1. Handscoen : sesuai kebutuhan
2. U-pad on/steril : 1/3 buah
3. Mess no. 22/15 : 1/1 buah
4. Spongostan/surgicel : 1/2 buah
5. Bone wax : 1 buah
6. Povidone iodine 10% : secukupnya
7. Kassa/deppers : 30/10 buah
8. Opsite 45 x 28 cm : 1 buah
9. NS 0,9 % @500 cc : 3 botol
10.Catheter no. 16 cab.2/ urobag : 1/1 buah
11.Spuit 10/50 cc : 3/1 buah
12.Wfi 25 ml : 1 buah
13.Plat diatermi : 1 buah
14.Sufratule/ drain no. 14 : 1/1 buah
15.Safil 2-0/3-0 : 2/2 buah
16.Premilene 3-0 : 1 buah

6
3. Persiapan Pasien
- Informed consent (surat persetujuan operasi)
- Pasien puasa 6-8 jam
- Menanggalkan perhiasan dari pasien
- Pasien kondisi bersih
- Site marking
- Antibiotik profilaksis
- Foto rontgen
4. Pelaksanaan
1. Di ruang premedikasi, lakukan Sign In (konfirmasi identitas pasien,
onformed consent, site marking area operasi, kesiapan mesin anestesi
dan pulse oksimetri, faktor penyulit, antisipasi kehilangan darah > 500
cc)
2. Setelah pasien dilakuakn anestesi (GA) oleh petugas anestesi, posisikan
pasien prone dengan tangan ke atas, diberi bantalan pada bagian
persendian, beri U-pad non steril pada bagian punggung. Posisi yang
perlu diperhatikan adalah diafragma dan perut harus rileks, tidak ada
penekanan pada anggota tubuh, penempatan bantal pada sias, bantal di
bawah kaki.
3. Perawat sirkuler membantu memasang kateter, plat diatermi, mencuci
area operasi dengan sabun cholrehexidine. Keringkan dengan doek
steril.
4. Perawat instrumen melakukan scrubbing, gowning dan gloving.
Kemudian, bantu tim bedah lainnya melakukan gowning dan gloving.
5. Berikan desinfeksi klem+cucing yang berisi povidone iodine dan
deppers kepada asisten untuk melakukan desinfeksi area operasi.
6. Lakukan drapping:
a. Berikan duk besar untuk bagian bawah
b. Berikan duk panjang untuk bagian atas.
c. Berikan duk panjang untuk bagian samping kanan dan kiri
d. Berikan opsite untuk menutup area operasi.

7
7. Pasang selang suction, kabel couter dan high speed boor. Ikat dengan
kassa dan fiksasi pada duk dengan duk klem.
8. Dekatkan meja mayo dan meja instrumen serta baskom.
9. Time Out (konfirmasi nama tim operasi, pemberian antibiotik
profilaksis 60 menit sebelum operasi, tindakan darurat di luar standar
operasi, estimasi lama operasi, antisipasi kehilangan darah, perhatian
khusus selama pembiusan, sterilitas instrumen bedah). Operator
memimpin do’a.
10. Berikan handvat mess no. 4 dengan mess no. 22 untuk insisi kulit
kepada operator dan pinset chirurgis+kassa kering kepada asisten untuk
membantu operator dan merawat perdarahan.
11. Kemudian operator melakukan insisi lapis demi lapis dengan couter,
asisten merawat perdarahan dengan suction.
12. Perawat instrumen menyiapkan gelpy untuk membuka lapang operasi.
13. Setelah insisi sampai fat, perawat instrumen memberikan raspatorium
kepada operator dan asisten diberikan pean manis+kassa kering.
14. Perawat instrumen menyiapkan kassa kering dibentuk silinder untuk
menghentikan perdarahan.
LAMINEKTOMY
15. Setelah sampai pada tulang vertebrae, perawat menyiapkan gelpy lalu
menyiapkan high speed boor dengan mata boor rooser.
16. Perawat instrumen memberikan high speed boor+mata boor rooser
kepada operator, berikan spuit 10 cc berisi NS untuk spooling dan
canule suction kecil pada saat operator melakukan laminektomy.
Perawat instrumen menyiapkan bone wax dan surgicel.
17. Berikan lamina rougers kepada operator, suction kecil pada asisten.
Perawat instrumen memberikan kassa basah untuk mengambil sisa-sisa
tulang dan discuss dari lamina rougers. Berikan bone wax untuk
menghentikan perdarahan, asisten diberikan pean manis untuk merawat
perdarahan.
18. Lakukan Sign Out (hitung jumlah kassa, jumlah alat, kesesuaian jenis
tindakan, hal-hal yang perlu diperhatikan pasca operasi).

8
19. Perawat instrumen memberikan NS 0,9% untuk cuci area operasi, lalu
berikan drain.
20. Drain dipasang, jahit dengan safil 2-0.
21. Berikan safil 2-0+nald voeder kepada operator dan asisten diberikan
pean manis dan gunting benang untuk menjahit fascia.
22. Berikan safil 3-0+nald voeder untuk menjahit fat dan menyiapkan
benang premiline 3-0 untuk menjahit bagian kulit.
23. Perawat instrumen membersihkan area operasi dengan kassa basah,
keringkan dengan kassa kering. Tutup luka dengan sufratule dan fiksasi
dengan hipafix.
24. Operasi selesai, bersihkan pasien dengan towel dan rapikan peralatan.
PENYELESAIAN (PROSES DEKONTAMINASI SAMPAI
PACKING)
1. Bawa semua peralatan ke spoelhoek untuk dicuci, terutama alat dasar
dan tambahan yang digunakan saat operasi.
2. Siapkan 2 baskom.
3. Isi baskom pertama dengan larutan dekontaminasi dan baskom kedua
dengan air bersih.
4. Buat larutan dekontaminasi sesuai kebutuhan (sampai semua instrumen
terendam)
a. Cidezime: larutan 8 cc (1 tutup botol) ke dalam 1 liter air bersih atau
b. Alkazime: masukkan 1 sachet ke dalam 5 liter air
5. Rendam instrumen ke dalam larutan dekontaminasi selama kurang lebih
15 menit.
6. Cuci instrumen di dalam larutan dekontaminasi.
7. Masukkan instrumen yang sudah dicuci ke dalam baskom berisi air
bersih.
8. Bilas semua instrumen yang sudah dicuci.
9. Keringkan instrumen dengan handuk bersih.
10. Inventaris jumlah set instrumen dan isi check list inventarisasi
instrumen.
11. Packing instrumen menggunakan 2 lapis kain pembungkus instrumen.

9
12. Beri label nama set instrumen dan indikator steril pada bungkus set
instrumen.
13. Letakkan set instrumen di tempat yang disediakan untuk dikirim ke
CSSD.
14. Buang air dalam baskom pertama dan kedua (baik dalam kondisi bersih
maupun kotor)
15. Rapikan tempat mencuci instrumen.

10
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Laminektomi adalah prosedur pembedahan untuk membebaskan tekanan
pada tulang belakang atau akar saraf tulang belakang yang disebabkan oleh
stenosis tulang belakang. Stenosis tulang belakang adalah penyempitan kanal
tulang belakang yang menekan pada urat tulang belakang yang berisi saraf.
Ini menyebabkan rasa nyeri, mati rasa, atau lemas pada kaki, punggung, leher
dan lengan. Sehingga dalam masalah ini perlu dilakukan tindakan, salah
satunya yaitu dengan tindakan pembedahan laminektomi untuk
menghilangkan gejala yang ditimbulkan akibat penyakit tersebut atau
menyembuhkan penyakit secara keseluruhan.
Untuk dilakukan tindakan laminektomi hanya pasien yang mengalami
gangguan seperti fraktur vertebrae, skoliosis, stenosis tulang belakang dan
hernia nukleus puposus. Tetapi jika dalam penatalaksanaan tindakan ini tidak
tersedia ventilator dan terdapat ulkus pada daerah insisi tidak dapat dilakukan
tindakan pembedahan karena akan menyebabkan masalah pada saat operasi
maupun dapat menimbulkan komplikasi yang tidak diinginkan.
Dalam rangka pencegahan komplikasi yang mungkin akan timbul pada
pasien yang menjalani prosedur prmbedahan laminektomi perlu diperhatikan
dengan benar-benar dalam persiapan lingkungan area operasi, alat dan bahan
yang akan digunakan dalam operasi, persiapan pasien dan pelaksanaan
tindakan yang dilakukan dengan benar dan sesuai dengan prosedur yang telah
ada. Dengan begitu dapat meminimalkan terjadinya komplikasi post operasi
pada pasien yang menjalani prosedur pembedahan laminektomi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif. Jakarta: Salemba


Medika.
Bontrager, Kenneth. L. 2003. Text Book Of Radiographic Positioning And Related
Anatomy, Fifth Edition, The Mosby, St. Louis.
Aga, Aulia. 2014. Laminectomy
(https://aga152aulia.wordpress.com/2014/04/18/laminectomy/). Diakses pada
04 November 2017.

12

Anda mungkin juga menyukai