Anda di halaman 1dari 18

Konsep Dasar Keperawatan Keluarga

1. Pengertian
Keluarga adalah suatu system sosial yang berisi dua atau lebih orang yang hidup
bersama yang mempunyai hubungan darah, perkawinan atau adopsi, tingga bersama dan
saling menguntungkan, mempunyai tujuan bersama, mempunyai generasi peneus, saling
pengertian dan saling menyayangi. (Murray & Zentner, 1997) dikutip dari (Achjar, 2010).

2. Ciri-ciri Keluarga
a. Karakteristik dari sistem keluarga
Sistem keluarga adalah sistem terbuka dengan ciri-ciri:
1) Memiliki komponen yang saling berinteraksi, saling ketergantungan
2) Memiliki batasan, sebagai filter dalam menerima dan mengeluarkan informasi
3) Berada dalam sistem yang lebih besar sub sistem dengan sistem masyarakat
4) Terbuka dalam batasan permiabel dengan sistem yang lain
5) Memiliki organisasi / struktur yang mempengaruhi fungsi
b. Menurut Robert Iver dan Charles Horton yang di kutip dari (Setiadi, 2008)
1) Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
2) Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan perkawinan
yang senganja dibentuk atau dipelihara.
3) Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) termasuk
perhitungan garis keturunan.
4) Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggotanya
berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan
anak.
5) Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, rumah atau rumah tangga.

3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga
di masyarakat. Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah:
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
e. Keluarga kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan
dengan suami atau istri.

4. Tipe Keluarga
Dalam (Murwani, 2007) di sebutkan beberapa tipe keluarga yaitu:
a. Tipe Keluarga Tradisional
1) Keluarga Inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak-anak.
2) Keluarga Besar (Exstended Family), adalah keluarga inti di tambah dengan sanak
saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan
sebagainya.
3) Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri tanpa
anak.
4) “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
(ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian.
5) “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa
(misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau
kuliah).
b. Tipe Keluarga Non Tradisional
1) The Unmarriedteenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan
tanpa nikah
2) The Stepparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama: sosialisasi anak dengan melelui aktivitas kelompok atau
membesarkan anak bersama.
4) The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
5) Gay And Lesbian Family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana suami
– istri (marital partners).
6) Cohibiting Couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa
alas an tertentu.
7) Group-Marriage Family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat – alat rumah tangga bersama yang
saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual dan membesarkan
anaknya.
8) Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai – nilai, hidup bersama atau
berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang – barang rumah
tangga bersama, pelayanan dan tanggung jawab membesarkan anaknya.
9) Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara
didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan
bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
10) Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanent
karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau
problem kesehatan mental.
11) Gang.
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang
dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.
5. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1998) mengidentifikasi lima fungsi keluarga, sebagai berikut:
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan
basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling
mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan
melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian, keluarga yang
berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat
mengembangkan konsep diri positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif
adalah:
1) Saling mengasuh: cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung
antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota
yang lain. Maka kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan
meningkat, yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling
mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan modal dasar dalam
memeberikan hubungan dengan orang lain diluar keluarga/ masyarakat.
2) Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim
yang positif, maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat memulai
hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui proses
identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga.
Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-
anak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orang tuanya.
Fungsi afektif merupakan “sumber energi” yang menentukan kebahagiaan
keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul
karena fungsi afektif di dalam keluarga tidak dapat terpenuhi.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu,
yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.
Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu
untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah,
ibu, dan orang-orang yang ada di sekitarnya kemudian beranjak balita dia mulai
belajar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap
berperan penting dalam bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan
keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang
diwujudkan dalam sosialisasi.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi
kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk
meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat
tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak
seimbang antara suami dan istri, hal ini menjadikan permasalahan yang berujung
pada perceraian.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat
anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan
kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga
melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga
yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakana tugas kesehatan berarti
sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

6. Tahap Perkembangan Keluarga


Menurut Duval (1985) dalam Setiadi (2008), membagi keluarga dalam 8 tahap
perkembangan, yaitu:
a. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan
keluarga tahap ini antara lain adalah :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan.
2) Menetapkan tujuan bersama.
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok social.
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
5) Persiapan menjadi orang tua
6) Memehami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan menjadi orang
tua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing).
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis
keluarga. Studi klasik Le Master (1957) dari 46 orang tua dinyatakan 17 % tidak
bermasalah selebihnya bermasalah dalam hal :
1) Suami merasa diabaikan.
2) Peningkatan perselisihan dan argument.
3) Interupsi dalam jadwal kontinu.
4) Kehidupan seksual dan social terganggu dan menurun.
Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan kegiatan).
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua terhadap bayi
dengan memberi sentuhan dan kehangatan).
4) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
5) Konseling KB post partum 6 minggu.
6) Menata ruang untuk anak.
7) Biaya / dana Child Bearing
8) Memfasilitasi role learning angggota keluarga.
9) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
c. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah
Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak pra
sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kotak sosial) dan
merencanakan kelahiran berikutnya.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:
1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
2) Membantu anak bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anakl yang lain juga terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.
5) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.
6) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak.
d. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 – 13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan
lingkungan lebih luas.
2) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
3) Menyediakan aktivitas untuk anak.
4) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut sertakan anak.
5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan kesehatan
anggota keluarga.
e. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:
1) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan
brertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa muda dan
mulai memiliki otonomi).
2) Memelihara komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Hindari perdebatan,
kecurigaan dan permusuhan.
3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
4) Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
f. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah)
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan
menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam
keluarga, berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman.
3) Menbantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya.
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
6) Berperan suami – istri kakek dan nenek.
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak – anaknya.
g. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:
1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial dan
waktu santai.
2) Memulihkan hubungan antara generasi muda tua.
3) Keakraban dengan pasangan.
4) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
5) Persiapan masa tua/ pension.
h. Keluarga Lanjut Usia
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:
1) Penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup.
2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4) Melakukan life review masa lalu.

7. Peranan Keluarga
Peran adalah sesyatu yang diharapkan secara normatif dari seorang dalam situasi
sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan. Peran keluarga adalah tingkah laku
spesifik yang diharapkan oleh seorang dalam konteks keluarga. Jadi peranan keluarga
menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan
dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga
didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Dalam UU Kesehatan nomor 23 tahun 1992 pasal 5 menyebutkan “Setiap orang
berkewajiban untuk ikut dalam memelihara dan meningkatkan derajad kesehatan
perorangan, keluarga dan lingkungan”. Dari pasal di atas jelas bahwa keluarga
berkewajiban menciptakan dan memelihara kesehatan dalam upaya meningkatkan tingkat
derajat kesehatan yang optimal.
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing, antara lain adalah:
1. Ayah
Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung/pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan
juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial.
2. Ibu
Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak,
pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga
sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.
3. Anak
Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik,
mental, sosial, spiritual.
8. Tugas Keluarga dalam Pemeliharaan Kesehatan
Menurut Freedman (1981) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan
yang harus dilakukan, yaitu:
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila
menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan erjadinya, perubahan
apa yang terjadi dan beberapa besar perubahannya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara
keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan
keluarga maka segera melakukan tindakan tepat agar masalah kesehatan dapat
dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan
seyogyanya meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.
c. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
Perawatan ini dapat dilakukan tindakan dirumah apabila keluarga memiliki
kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau kepelayanan
kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjjutan agar masalah yang lebih parah
tidak terjadi.
d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).
Konsep Dasar Penyakit (Hipertensi)
1. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg. (Smeltzer,2001) Menurut WHO tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95
mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.

2. Klasifikasi
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas: (Darmojo, 1999)
Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau
tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg. Hipertensi sistolik terisolasi
dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah
dari 90 mmHg.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu:
1. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya.
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.

3. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan
perubahan pada:
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
a. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
b. Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
c. Kebiasaan hidup
d. Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
e. Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
f. Kegemukan atau makan berlebihan
g. Stress
h. Merokok
i. Minum alcohol
j. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah:
 Ginjal; Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut dan Tumor.
 Vascular; Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol,
dan Vaskulitis.
 Kelainan endokrin; DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidismed
 Saraf; Stroke, Ensepaliti.
 Obat – obatan; Kontrasepsi oral, Kortikosteroid

4. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu: Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah,
Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin / hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas )
dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN: memberikan informasi tentang perfusi ginjal.
c. Glukosa
Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat diakibatkan
oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi).
d. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi.
e. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler).
f. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
g. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
h. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
Steroid urin.
i. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung.
j. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopat.
k. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

6. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah:
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr, diet rendah kolesterol
dan rendah asam lemak jenuh
b. Penurunan berat badan
c. Menghentikan merokok
d. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87
% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar
antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x
perminggu dan paling baik 5 x perming
2. Edukasi Psikologis
a. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
b. Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
3. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita
dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
(JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND
TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan bahwa
obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat
digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita
dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
1. Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
2. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
Dosis obat pertama dinaikkan, Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika, beta blocker, Ca
antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
3. Step 3
Alternatif yang bisa ditempuh
Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3 jenis lain
4. Step 4
Alternatif pemberian obatnya, Ditambah obat ke-3 dan ke-4
Re-evaluasi dan konsultasi, Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter )
dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga
1) Pengkajian
A. Data Umum
Nama kepala keluarga, umur, alamat dan no. telepon, pekerjaan kepala
keluarga, pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga dan genogram, tipe
keluarga, latar belakang budaya, identifikasi religious, status ekonomi, dan aktifitas
rekreasi atau waktu luang.
B. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
C. Data lingkungan
- Karakteristik rumah
Gambaran tipe tempat tinggal, gambaran kondisi rumah, dapur, kamar mandi,
pengaturan tidur didalam rumah, keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah,
perasaan subjektif keluarga terhadap rumah, dan pembuangan sampah.
- Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal yang lebih luas.
Tipe lingkungan/komunitas, tipe tempat tinggal, keadaan tempat tinggal dan
jalan raya, sanitasi jalan/rumah, jenis industry di lingkungan, karakteristik
demografi, pelayanan kesehatan, fasilitas ekonomi, lembaga-lembaga kesehatan,
lembaga-lembaga pelayanan sosial, fasilitas rekreasi, dan ketersediaan transportasi
umum
D. Struktur keluarga
 Pola-pola komunikasi.
 Struktur kekuasaan dalam keluarga.
 Struktur peran (struktur peran formal dan informal).
 Struktur nilai-nilai keluarga.
E. Fungsi keluarga
Fungsi afektif, sosialisasi, perawatan kesehatan dan reproduksi.
F. Stres dan koping keluarga

2) Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan dampak anggota keluarga yang sakit
dalam sistem keluarga.
2. Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan ketidakmampuan merawat
dan menganal masalah anggota keluarga dengan hipertensi.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.
3) Rencana Keperawatan
1. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan dampak anggota keluarga yang sakit
dalam sistem keluarga.
- Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 kali tatap muka diharapkan
proses keluarga dapat berjalan dengan baik dan keluarga dapat membantu anggota
keluarga yang sakit dalam menghadapi penyakitnya.
- Kriteria Hasil:
o Pasien dan keluarga bisa saling mensupport satu sama lain.
o Semua anggota keluarga mempunyai ketrampilan dalam merawat salah satu
anggota keluarga yang sedang sakit.
- Intervensi :
a. Ajari ketrampilan merawat anggota keluarga yang diperlukan oleh keluarga.
b. Berikan perawatan berkelanjutan dengan mempertahankan komunikasi yang
efektif.
c. Bantu keluarga dalam mengidentifikasi kekuatan personal.
d. Dukung keluarga untuk menyatakan perasaan dan masalahnya secara verbal.

2. Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan ketidakmampuan merawat


dan mengenal masalah anggota keluarga dengan hipertensi.
- Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 kali tatap muka diharapkan
semua anggota keluarga mampu mengubah gaya hidup yang kurang sehat dan
mampu menangani suatu kondisi yang dihadapi dalam keluarga.
- Kriteria Hasil:
o Pasien dan keluarga dapat menerapkan gaya hidup yang sehat untuk menjaga
kesehatan semua anggota keluarga.
o Pasien dan keluarga mempunyai pengetahuan dan ketrampilan dalam
mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.
- Intervensi :
a. Beritahu anggota keluarga tentang perubahan yang terjadi pada tahap pra
lansia.
b. Beritahu keluarga tentang perubahan yang terjadi pada tahap pra lansia.
c. Beritahu anggota keluarga masalah yang mungkin muncul pada tahap pra
lansia seperti masalah kesehatan.
d. Berikan penyuluhan tentang masalah kesehatan yang dihadapi (hipertensi).
e. Ajarkan terapi nafas dalam atau relaksasi progresif untuk mengatasi keluhan
yang dirasakan akibat penyakitnya.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.


- Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 kali tatap muka diharapkan
keluarga mampu memahami tentang hipertensi.
- Kriteria Hasil:
o Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan.
o Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar.
o Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lain.
- Intervensi :
a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit
yang spesifik.
b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara
yang tepat.
d. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat.
e. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat.
f. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat.
g. Hindari harapan yang kosong.
h. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang
tepat.
i. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan dating dan atau proses pengontrolan penyakit.
j. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.
k. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapat second opinion dengan
cara yang tepat atau diindikasikan.
l. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat.
m. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang
tepat.
n. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat.

Sumber Pustaka

Achjar, Komang A. H. 2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga Cetakan I.


Jakarta:
CV Sagung Seto.
Setiadi. 2008. Konsep & Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Arita, Murwani. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan Aplikasi Kasus.
Yogyakarta:
Mitra Cendikia Press.
Suzzane, C.Smeltzer. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta: EGC.
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Nurarif. A. H, & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa
Medis dan NANDA NIC NOC. Yogyakarta: Mediaction.

Anda mungkin juga menyukai