Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu

penyebab utama disabilitas dan mortalitas dalam suatu negera. Cedera kepala

secara langsung maupun tidak langsung mengenai kepala yang mengakibatkan

luka pada kulit kepala, fraktur tulang tengkorak, dan kerusakan jaringan otak

serta mengakibatkan gangguan neurologis (Miranda, Esther Irene Manarisip,

Maximillian Ch. Oley 2014).

Sampai saat ini kasus cedera kepala ini masih merupakan penyebab

kematian dan kecacatan. Menurut Surveillance Report of Traumatic Brain Injury

tahun 2014, di Amerika Serikat terdapat sekitar 2,87 juta pasien cedera kepala.

Diantaranya sekitar 2,53 juta orang datang ke Instalasi Gawat Darurat yang

didalamnya lebih dari 812.000 pasien merupakan anak-anak. Terdapat sekitar

288.000 pasien cedera kepala yang mengalami rawat inap dan sekitar 23.000

diantaranya merupakan anak-anak. Pasien cedera kepala yang meninggal dunia

terdapat sekitar 56.800 orang yang 2.529 didalamnya merupakan anak-anak

(Peterson et al 2019).

Menurut Riskesdas 2018 (Kementerian Kesehatan RI 2019), prevalensi

kejadian cedera kepala di Indonesia berada pada angka 11,9%. Cedera pada

bagian kepala menempati posisi ketiga setelah cedera pada anggota gerak bawah

dan bagian anggota gerak atas dengan prevalensi masing-masing 67,9% dan

32,7%. Kejadian cedera kepala yang terjadi di provinsi Bali memiliki prevalensi

sebesar 10,7%, dimana provinsi dengan cedera kepala tertinggi yaitu provinsi
Gorontalo dengan prevalensi 17,9% .

Banyaknya kecelakaan lalu lintas tersebut rata-rata mengakibatkan

korban cedera dibagian kepala. Tingginya angka akibat cedera kepala ini

dikarenakan oleh penggunaan helm pada saat mengendarai sepeda motor dengan

prevalensi menggunakan helm standart berkancing 33,7%, menggunakan helm

kadang-kadang sebesar 42,4%, dan tidak pernah menggunakan helm 23,9%

(Kementerian Kesehatan RI 2019).

Berdasarkan GCS (Glasgow Coma Scale) cedera kepala dapat dibagi

menjadi tiga, yaitu cedera kepala ringan dengan GCS 13-15, cedera kepala

sedang dengan GCS 9-12, dan cedera kepala berat dengan GCS kurang atau

sama dengan 8. Cedera kepala sedang (CKS) merupakan cedera kepala dengan

angka GCS 9-12, yang mengalami kehilangan kesadaran (amnesia) lebih dari 30

menit namun kurang dari 24 jam, dapat mengalami fraktur tengkorak, dan diikuti

oleh contusia serebral, laserasi, dan hematoma intracranial (Nurarif and Kusuma

2013).

Cedera kepala dapat menyebabkan tekanan intrakranial meningkat yang

diakibatkan oleh edema serebri maupun perdarahan di otak. Tanda dari adanya

tekanan intrakranial yang meningkat salah satunya yaitu nyeri kepala. Nyeri

kepala terjadi karena adanya peregangan pada struktur intrakranial yang peka

terhadap nyeri, serta ketidakadekuatan perfusi jaringan otak. Hal ini

mengakibatkan terjadinya perubahan metabolisme dari aerob ke anaerob

(Rosjidi and Nurhidayat 2014).

Pasien cedera kepala sedang akan mengalami penurunan kesadaran

akibat perdarahan pada kepala dan kemungkinan mengalami fraktur tengkorak.


Keadaan pasien yang mengalami penurunan tingkat kesadaran memerlukan

batuan pernafasan seperti oksigen dan elevasi kepala 30º (Ginting, Sitepu, and

Ginting 2020).

Posisi head up 30 derajat bertujuan untuk menurunkan tekanan

intrakranial pada pasien cedera kepala. Selain itu posisi tersebut juga dapat

meningkatkan oksigen ke otak (Arif and Atika 2019). Posisi ini lebih efektif

untuk mempertahankan tingkat kesadaran karena mempengaruhi posisi anatomis

tubuh manusia yang kemudian mempengaruhi hemodinamik pasien. Posisi head-

up 30° juga efektif untuk homeostasis otak dan mencegah kerusakan otak

sekunder dengan stabilitas fungsi pernapasan untuk mempertahankan perfusi

serebral yang memadai (Barrimi 2013).

Menurut penelitian (Nugroho 2018) menunjukkan bahwa posisi elevasi

kepala 30 derajat dapat meningkatkan aliran darah ke otak dan memaksimalkan

aliran oksigen ke jaringan otak. Posisi head up 30 derajat memiliki manfaat

untuk menurunkan tekanan intrakranial pada pasien cedera kepala. Selain itu

posisi tersebut juga dapat meningkatkan oksigen ke otak. Hal ini akan

menambah rileks serta memindahkan fokus perhatian pada nyeri yang dialami

seseorang. Sejalan dengan penelitian (Ginting, Sitepu, and Ginting 2020) yang

mendapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh pengaruh pemberian oksigen dan

elevasi kepala 30º terhadap tingkat kesadaran pada pasien cedera kepala sedang.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

membuat Karya Ilmiah Akhir Ners dengan mengangkat judul “Asuhan

Keperawatan Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif Pada Pasien Cedera Kepala

Sedang di Instalasi Gawat Darurat RSUD dr. Soedono Madiun.”


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Risiko Perfusi Serebral Tidak

Efektif Pada Pasien Cedera Kepala Sedang di Instalasi Gawat Darurat RSUD dr.

Soedono Madiun?.”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penulisan laporan ini untuk mengetahui Asuhan Keperawatan

Gawat Darurat Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif Pada Pasien Cedera

Kepala Sedang di Instalasi Gawat Darurat RSUD dr. Soedono Madiun.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui proses pengkajian pada pasien cedera kepala sedang di

Instalasi Gawat Darurat RSUD dr. Soedono Madiun

b. Mengetahui proses perumusan pada pasien cedera kepala sedang di

Instalasi Gawat Darurat RSUD dr. Soedono Madiun

c. Mengetahui rencana tindakan pada pasien cedera kepala sedang di

Instalasi Gawat Darurat RSUD dr. Soedono Madiun

d. Mengetahui pelaksanaan rencana tindakan keperawatan (implementasi)

pada pasien cedera kepala sedang di Instalasi Gawat Darurat RSUD dr.

Soedono Madiun

e. Mengetahui evaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah diberikan

pada pasien cedera kepala sedang di Instalasi Gawat Darurat RSUD dr.

Soedono Madiun
1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penulisan ini digunakan untuk memberikan informasi mengenai

asuhan keperawatan risiko perfusi serebral tidak efektif pada pasien cedera

kepala sedang di Instalasi Gawat Darurat.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Hasil penulisan laporan ini dapat digunakan untuk menambah

pengetahuan dan wawasan tentang pemberian asuhan keperawatan risiko perfusi

serebral tidak efektif pada pasien cedera kepala sedang di Instalasi Gawat

Darurat

b. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil karya tulis ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan

pengetahuan bagi tenaga kesehatan khususnya perawat mengenai asuhan

keperawatan risiko perfusi serebral tidak efektif pada pasien cedera kepala

sedang di Instalasi Gawat Darurat

c. Bagi Institusi

Hasil penulisan laporan ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam

pembelajaran asuhan keperawatan asuhan keperawatan risiko perfusi serebral

tidak efektif pada pasien cedera kepala sedang di Instalasi Gawat Darurat
1.1 A
1.2 Z
1.3

Anda mungkin juga menyukai