Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN`.................................................................................ii

KATA PENGANTAR........................................................................................... iii

DAFTAR ISI.........................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................3

C. Tujuan........................................................................................................3

D. Manfaat......................................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Kasus Kejang Demam .......................................................6

B. Konsep Asuhan Keperawatan...................................................................16

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB IV PEMBAHASAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cidera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang

di sertai atau tanpa pendarahan interstitial dalam substansi otak tanpa di ikuti

terputusnya kontimuitas otak (mutaqin,2008). Cidera kepala merupakan

kegaatan neurologic yang memiliki akibat yang komplek karena kepala

merupakan pusat kehidupan seseorang.di dalam kepala terdapat otakyang

mempengaruhi segala aktivitas manusia. Bila terjadi kerusakan akan

menggganggu semua system tubuh. Penyebab cidera kepala terbanyak adalah

kecelakaan bermotor (50%), jatuh (21%) dan cidera olah raga (10%).

Angka kejadian cidera kepala yang di rawat di rumah sakit di

Indonesia merupakan penyebab kematian urutan ke dua (4,37%), setelah


stroke dan merupakan urutan ke lima (2,18%) pada 10 penyakit terbanyak

yang di rawa di rumah sakit di Indonesia. Menurut catatan system

administrasi satu atap (SAMSAT) polda metro jaya (2006) pada tahun 2002

tercatat 1220 kejadian kecelakaan lalu lintas =1,89 per 100.000 penduduk dan

tahun 2006 tercatat 4.407 kecelakaan, sedangkan menurut catatan direktorat

lalu lintas pada metro jaya pada bulan November 2007terdapat sebanyak 111

kejadian kecelakaan yang mengakibatkan 13 orang meninggal dunia karena

dengan case fatality rate 11,7% (Depkes RI, 2007).

Menurut WHO angka kematian trauma kepala di Amerika serikat 5,3

juta penduduk setiap tahun mengalami cidera kepala. Trauma menjadi

penyebab utama kematian pada pasien berusia dibawah 45 dan hampir 50 %

nya merupakan cidera kepala traumatic. Kematian akibat trauma kepala

sebanyak 11% dari 448 kasus. (Brunhosbastos, 2011). Menurut (Riset

Kesehatan Dasar, 2005) diindonesia angka kejadian trauma kepala pada tahun

2004 dan 2005 sebanyak 1426 kasus. Berdasarkan data bulan januari 2010

sampai dengan agustus 2011 di RSUD Prof Dr.W.Z.Johanes Kupang ruangan

kalimutu sebanyak 46 kasus (Brunhosbastos, 2011).

Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Abdul Moeloek Provinsi

Lampung pasien dengan kasus cedera kepala ringan rawat inap di ruang

Bougenvil selama 5 bulan terakhir, periode Januari-Mei 2016, didapatkan

bahwa pasien dengan cedera kepala ringan berjumlah 163.

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa angka kejadian cidera kepala

meningkat setiap bulannya, sehingga penulis termotivasi memberikan asuhan


keperawatan pada Tn. D dengan masalah utama gangguan system

persyarafan: Cedera Kepala Ringan (CKR) di ruang Bougenvil RSUD Dr. Hi.

Abdul Moeloek Provinsi Lampung tanggal 16-17 Mei 2016 sebagai salah satu

syarat untuk menyelesaikan pendidikan prodi D III Keperawatan di STIKes

Muhammadiyah Pringsewu Lampung.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penulis mampu menggambarkan asuhan keperawatan secara

komperhensif, meliputi aspek bio-psiko-socisl-spiritual pada klien dengan

cidera kepala ringan dengan pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penulisan laporan studi kasus ini adalah penulis

mampu menggambarkan :

a. Konsep teori penyakit dan asuhan keperawatan pasien dengan cidera

kepala ringan

b. Pengkajian status kesehatan pada klien dengan cidera kepala ringan

secara komprehensif

c. Analisa data hasil pengkajian pada pasien dengan cidera kepala ringan

d. Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan diagnosa

cidera kepala ringan

e. Rencana asuhan keperawatan sesuai dengan diagnosa yang muncul

pada pasien dengan cidera kepala ringan.

f. Tindakan mandiri, kolaboratif pada pasien dengan cidera kepala


ringan

g. Evaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan cidera kepala ringan

h. Dokumentasi yang benar pada pasien dengan cidera kepala ringan

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penulisan laporan studi kasus ini adalah membahas

tentang asuhan keparawatan dengan cidera kepala ringan pada Ny.E yang

dilaksanakan pada tanggal 19-21 mei 2016 di Ruang Bougenvil Rumah Sakit

Dr. Hi. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung.

D. Metode Penulisan

Metode penulisan yang penulis gunakan dalam melakukan asuhan

keperawatn pada Ny.E dangan gangguan system Persyarafan : cidera kepala

ringan adalah dengan melakukan metode deskriptif yang berbentuk laporan

kasus, adapun teknik pengumpulan data penulis gunakan dengan cara

pengamatan (observasi), wawancara, pemeriksaan fisik, dokumentasi/ catatan

keperawatan dengan studi kepustakaan

E. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan Penulisan

C. Ruang Lingkup

D. Manfaat Penulisan

E. Sistematika Penulisan Laporan


BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit

B. Kosep Dasar Asuhan Keperawatan

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

B. Diagnosa Keperawatan

C. Rencana Tindakan Keperawatan

D. Implementas dan Evaluasi

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian

B. Diagnosa Keperawatan

C. Intervensi

D. Implementasi

E. Evaluasi

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak

yang disertai atau tanpa perdarahan interstitial dalam substansi otak

tanpa dikuti terputusnya kontimuitas otak. (Mutaqin, 2008).

Cedera kepala adalah suatu trauma yang menyebabkan kehilangan

kesadaran dan amnesia tetapi kurang dari 30 menit tidak mengalami

fraktur tengkorak dengan GCS 14-15 (Nanda, 2013)

Cedera kepala (terbuka & tertutup) terdiri dari fraktur tengkorak

cranio cerebri (geger), kontusio (memar) / laserasi dan perdarahan

serebral (subarachnoid, subdural, epidural, intraserebral batang otak).

Trauma primer terjadi karena benturan langsung atau tidak langsung

(akselerasi/ deselerasi otak). Trauma sekunder akibat trauma syaraf (mil

akson) yang meluas hipertensi intracranial, hipoksia, hiperkapnea atau

hipertensi sistemik (Doengoes, 2002)

Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan

kecelakaan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar

terjadi akibat kecelakaan lalu lintas, (Mansjoer, 2007).

2. Etiologi

Menurut Tarwoto, dkk (2007) cedera kepala dapat disebabkan karena :

a. Kecelakaan lalu lintas


b. Terjatuh

c. Kecelakaan industry

d. Kecelakaan olahraga

e. Luka pada persalinan

Menurut Andra & Yessie (2013) penyebab cedera kepala karena :

a. Trauma tajam

Trauma oleh benda tajam : menyebabkan cidera setempat dan

menimbulkan cedera lokal. Kerusakan lokan meliputi contusio cerebral,

hematom serebral, kerusakan otak sekunder yang disebabkan perluasan

masa lesi, pergeseran otak atau hernia.

b. Trauma tumpul

Trauma oleh benda tumpul dan menyebabkan cedera menyeluruh

(difusi): kerusakannya menyebar secara luas dan terjadi dalam 4

bentuk : cedera akson, kerusakna otak hipoksia pembekakan otak

menyebar, hemoragi kecil multiple pada otak koma terjadi karena

cedera menyebar pada hemisfer cerebral, batang otak atau kedua

duanya.

3. Patofisiologi

Mekanisme cedera memegang peranan yang sangat besar dalam

menentukan berat ringannya konsekwensi patofisiologi dari trauma kepala.

Cedera percepatan (aselerasi) terjadi jika benda yang sedang bergerak

membentur kepala yang diam seperti trauma akibat pukulan benda tumpul,

atau karena kena lemparan benda tumpul. Cedera periambatan (deselerasi)

adalah bila kepala membentur objek yang secara relatif tidak bergerak,
seperti badan mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin terjadi secara

bersamaan bila terdapat gerakan kepala tiba – tiba tanpa kontak langsung

seperti yang terjadi bila posisi badan berubah secara kasar dan cepat.

Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan pengubahan posisi rotasi pada kepala

yang menyebabkan trauma regangan dan robekan pada substansi alba dan

batang orak Cedera primer yang terjadi pada waktu benturan pada waktu

benturan, mungkin karena memar pada permukaan otak. Landasan substansi

alba, cerdera robekan atau hemoragi sebagai akibat, cedera sekunder dapat

terjadi sebagai kemampuan autoregulasi dikurangi atau tidak ada pada area

cedera. Konsekwensinya meliputi : hiperemia (peningkatan volume darah)

pada area peningkatan permeabilitas kapiler serta vasodilatasi, semua

menimbulkan peningkatan isi intra kronial dan akhirnya peningkatan

tekanan intra kranial (TIK). Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan

cedera otak sekunder meliputi hipoksia dan hipotensi.

Bennarelli dan kawan – kawan memperkenalkan cedera “fokal” dan

“menyebar” sebagai katergori cedera kepala berat pada upaya untuk

menggunakan hasil dengan lebih khusus. Cedera fokal diakibatkan dari

kerusakan lokal yang meliputi kontusio serebral dan hematom intra serebral

serta kerusakan otak sekunder yang disebabkan oleh perluasan massa lesi,

pergeseran otak atau hernia. Cedera otak menyebar dikaitkan dengan

kerusakan yang menyebar secara luas dan terjadi dalam 4 bentuk yaitu :

cedera akson menyebar hemoragi kecil multiple pada seluruh otak. Jenis

cedera ini menyebabkan koma bukan karena kompresi pada batang otak

tetapi karena cedera menyebar pada hemisfer serebral, batang otak atau dua
– duanya, situasi yang terjadi pada hampir 50 % pasien yang mengalami

cedera kepala berat bukan karena peluru.Akibat dari trauma otak ini akan

bergantung :

1. Kekuatan benturan

2. Akselerasi dan deseleras

Akselerasi adalah benda bergerak mengenai kepala yang diam.

Deselerasi adalah kepala membentur benda yang diam Keduanya

mungkin terjadi secara bersamaan bila terdapat gerakan kepala tiba – tiba

tanpa kontak langsung. Kekuatan ini menyebabkan isi dalam tengkorak

yang keras bergerak dan otak akan membentur permukaan dalam

tengkorak pada otak yang berlawanan. Kup dan kontra kup Cedera

“cup” mengakibatkan kebanyakan kerusakan yang relatif dekat daerah yang

terbentur, sedangkan kerusakan cedera “kontra cup” berlawanan pada sisi

desakan benturan.

1) Lokasi benturan

Bagian otak yang paling besar kemungkinannya menderita cedera

kepala terbesar adalah bagian anterior dari lobus frantalis dan temporalis,

bagian posterior lobus aksipitalis dan bagian atas mesensefalon.

2) Rotasi

Pengubahan posisi rotasi pada kepala menyebabkan trauma regangan

dan robekan pada substansi alba dan batang otak.

4. Klasifikasi cedera kepala

a. Menurut jenis cedera


1) Cedera kepala terbuka dapat menyebabkan fraktur tulang tengkorak dan

laserasi duameter. Trauma yang menembus tengkorak dan jaringan

otak.

2) Cedera kepala tertutup: dapat disamakan pada pasien dengan geger otak

ringan dengan cedera serebral yang luas.

b. Menurut berat ringannya berdasarkan GCS (glasgown coma scale)

1) Cedera kepala ringan / minor

 GCS 13-15

 Dapat terjadi kehilangan kesadaran, amnesia, tetapi < 30 menit

 Tidak ada fraktur tengkorak

 Tidak ada kontusio serebral, hematoma.

2) Cedera kepala sedang

 GCS 9-12

 Kehilangan kesadaran dan amnesia > 30 menit tetapi < 24 jam

 Dapat mengalami fraktur tengkorak

 Diikuti kontusio serebral, laserasi dan hematoma intracranial.

 Muntah, disorientasi ringan.

3) Cedera kepala berat

 GCS 3-8

 Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia > 24 jam

 Adanya kontusio serebral, laserasi atau hematoma intracranial

Anda mungkin juga menyukai