Kode : MSNG322
NIM : 106012010113
Semester : VI
JANUARI 2023
Daftar Isi
Daftar Isi..............................................................................................................................................2
Tinjauan Pustaka................................................................................................................................3
1. Definisi......................................................................................................................................3
2. Etiologi/faktor risiko...............................................................................................................3
4. Epidemiologi............................................................................................................................5
5. Patofisiologi..............................................................................................................................6
6. Komplikasi...............................................................................................................................6
7. Pemeriksaan.............................................................................................................................8
8. Penatalaksanaan....................................................................................................................11
9. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul (terutama dari buku SDKI PPNI)..........12
Kesimpulan........................................................................................................................................13
Daftar Pustaka...................................................................................................................................17
2
Tinjauan Pustaka
1. Definisi
Cedera kepala (Head Trauma) termasuk ke dalam jenis luka ataupun trauma yang
dapat biasanya terjadi pada kulit kepala, tengkorak, ataupun otak. Trauma kepala sangat
berpotensial untuk menghasilkan suatu hasil yang buruk seperti kematian. Terdapat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil dari cedera kepala ini, seperti hematoma
intrakranial, penderita yang sudah berumur, respon motorik yang abnormal, Gerakan
mata yang tersendat ataupun tidak ada, hipotensi dini yang berkepanjangan, hipoksemia
Cedera kepala merupakan suatu trauma yang terjadi pada wilayah kulit kepala, tulang
tengkorak ataupun otak yang diakibatkan oleh cedera baik secara langsung ataupun tidak
langsung pada kepala. Cedera kepala termasuk jenis cedera yang parah sehingga dapat
(Mistovich & Karren, 2014). Trauma kepala dan cedera otak tidak senantiasa identik.
Sangat penting untuk membedakan kedua kondisi ini saat sedang melakukan pengkajian
serta perawatan penderita dengan luka traumatis. Cedera kepala biasanya memiliki
indikasi yang lebih nampak semacam laserasi ataupun kelainan wujud (Emergency
2. Etiologi/faktor risiko
tembus. Yang lebih sering terjadi yaitu trauma tumpul yang biasanya akibat kepala
membentur permukaan yang keras ataupun barang yang bergerak dengan cepat
membentur kepala. Trauma tumpul biasanya merupakan cedera akselerasi atau deselerasi
yang terjadi tiba-tiba, sedangkan trauma tembus seperti namanya yaitu dapat diakibatkan
3
oleh barang asing yang masuk menembus di kulit kepala, tengkorak, meninges, ataupun
Menurut Lewis et al. (2019), penyebab paling umum dari kejadian cedera kepala yaitu
karena tabrakan bermotor ataupun jatuh. Penyebab lainnya seperti kepala tertembak
senjata api, luka tersebut dapat dikategorikan sebagai trauma tembus. Adapun akibat
penyerangan, trauma akibat aktivitas olahraga, dan cedera saat perang. Laki-laki
dikatakan memiliki risiko dua kali lebih memungkinkan mengalami cedera kepala.
Menurut Purwanto (2016), terdapat beberapa penyebab dari cedera kepala yaitu akibat
kecelakaan (motor, mobil, sepeda), jatuh, kecelakaan pada saat berolahraga, anak dengan
Penyebab paling umum dari kejadian cedera kepala yaitu terjatuh ataupun terkena
sesuatu, tabrakan kendaraan, kekerasan, dan juga luka tembus seperti akibat tembakan.
Cedera primer yaitu cedera yang terjadi saat awal kejadian, jika terjadi kerusakan yang
berkelanjutan pada jaringan yang ada disekitar cedera dinamakan cedera sekunder.
Cedera primer dapat menimbulkan beberapa gejala seperti perdarahan intrakranial, fraktur
tulang kepala, kontusio, diffuse axonal injury. Cedera sekunder yang disebabkan oleh
kelainan metabolik (Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia, 2020).
Menurut Tscheschlog & Jauch (2015), terdapat beberapa tanda dan gejala yang dapat
a. Hilang kesadaran yang dikaitkan dengan adanya gangguan jangka pendek dari sistem
aktivasi retikuler
b. Muntah yang dapat terjadi akibat adanya cedera local ataupun disfungsi batang otak
4
c. Amnesia anterograde dan retrograde (merupakan kondisi dimana penderita tidak
mampu mengingat peristiwa yang menyebabkan insiden traumatis atau peristiwa yang
g. Kesulitan bernapas
i. Iritabilitas
4. Epidemiologi
Cedera kepala merupakan jenis trauma yang paling sering ditemukan di bagian unit
gawat darurat. Tidak sedikit pasien yang sudah meninggal akibat cedera otak yang parah
bahkan sebelum sampai ke rumah sakit. Cedera kepala adalah salah satu masalah yang
serius di dunia. Menurut The Global Burden of Disease tahun 2010 dikatakan terdapat
sebanyak 89% angka kematian yang disebabkan oleh trauma, sekitar 10% kematian yang
Trauma kapitis atau yang biasa dikenal dengan cedera kepala merupakan salah satu
penyebab terbanyak yang berperan pada kecacatan bahkan kematian kepada kelompok
usia yang masih produktif, biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Untuk di
Indonesia sendiri angka kejadian trauma kapitis diperkirakan dapat mencapai 500.000
kasus. 10% kejadian trauma ini menyebabkan pasien meninggal bahkan sebelum
mencapai rumah sakit, sekitar 80% dikategorikan sebagai cedera kepala ringan, 10%
cedera kepala sedang, 10% cedera kepala berat (Sutawan et al., 2021).
5
5. Patofisiologi
Cedera yang dialami memiliki peranan besar untuk memastikan berat ringannya
akibat patofisiologis dari trauma kepala. Cedera percepatan atau akselerasi biasanya
terjadi apabila kepala yang sedang diam terbentur suatu benda yang sedang bergerak,
contohnya trauma akibat pukulan dari benda tumpul ataupun akibat terkena lemparan
barang tumpul. Sedangkan cedera perlambatan atau deselerasi terjadi akibat kepala
membentur objek yang tidak bergerak atau sedang diam, contohnya tanah maupun badan
Cedera primer meliputi luka pada benturan dini yang menimbulkan perpindahan otak
akibat benturan langsung, percepatan, perlambatan, ataupun penetrasi. Luka ini bisa
menimbulkan memar, hematoma, ataupun luka aksonal difus (stress ataupun kerusakan
akson). Cedera sekunder terdiri dari segala perubahan yang berlangsung sesudah
hambatan awal yang dapat diakibatkan oleh hipotensi sistemik, hipoksia, dan peningkatan
6. Komplikasi
Menurut Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia (2020), cedera
kepala dapat menimbulkan peningkatan tekanan intrakranial. Nilai normal dari tekanan
dalam cranium adalah <20 mmHg. Peningkatan tekanan intrakranial dapat menimbulkan
efek yang berbahaya seperti iskemia serebral yaitu kondisi dimana terjadi hambatan pada
pasokan darah ke otak sehingga kurangnya pasokan darah ke sel otak, kondisi ini terjadi
karena terjadi penurunan perfusi jaringan otak karena adanya peningkatan TIK.
Terdapat beberapa komplikasi yang dapat terjadi saat terjadi cedera kepala menurut
a. Epidural hematoma
6
hasil dari perdarahan antara dura serta permukaan bagian dalam tengkorak.
berhubungan dengan fraktur linier yang melintasi arteri utama di dura, menimbulkan
robekan. Itu dapat berasal dari vena ataupun arteri. Hematoma epidural vena
berhubungan dengan robekan sinus vena dural serta tumbuh lama- lama. Dengan
hematoma arteri, arteri meningeal tengah yang terletak di dasar tulang temporal kerap
robek. Perdarahan terjalin ke dalam ruang epidural, yang terletak di antara dura serta
b. Hematoma subdural
terjalin dari perdarahan antara duramater serta susunan arachnoid dari meninges.
Hematoma subdural umumnya terjalin akibat luka pada jaringan otak serta pembuluh
darahnya. Vena yang mengalir dari permukaan otak ke sinus sagital merupakan
sumber dari mayoritas hematoma subdural. Sebab umumnya berasal dari vena,
hematoma subdural bisa jadi tumbuh lebih lelet. Tetapi, hematoma subdural bisa
diakibatkan oleh perdarahan arteri, yang tumbuh lebih kilat. Hematoma subdural bisa
jadi kronis, subakut, ataupun kronis. kronis bermanifestasi dalam 24 sampai 48 jam
sehabis luka. Subakut biasanya terjalin dalam 2 hingga 14 hari sehabis luka. kronis
tumbuh sepanjang sebagian pekan ataupun bulan sehabis luka kepala yang nyatanya
kecil. Hematoma subdural kronis lebih kerap terjalin pada orang berusia yang lebih
tua sebab ruang subdural yang berpotensi lebih besar akibat atrofi otak. Penaksiran
hematoma subdural pada orang berusia yang lebih tua bisa jadi tertunda sebab
gejalanya menyamai permasalahan kesehatan lain pada kelompok umur ini, semacam
7
kerap disalahartikan selaku penyakit vascular (stroke, transient ischemic attack (TIA),
serta demensia).
Hematoma intraserebral terjalin dari perdarahan di dalam jaringan otak pada dekat
16% luka kepala. Umumnya terjalin di dalam lobus frontal serta temporal, bisa jadi
dari pecahnya pembuluh darah intraserebral pada dikala luka. Dimensi serta posisi
7. Pemeriksaan
Menurut Emergency Nurses Association (2013), pasien dengan cedera kepala harus
segera memiliki penilaian neurologis, yang bertujuan untuk melakukan deteksi dini
kerusakan yang dialami pasien yang segera membutuhkan intervensi bedah. Penilaian
mengukur pembukaan maka, respons verbal, serta respons motorik penderita dengan
Pada bagian ini pelayanan Kesehatan melakukan pengkajian menyeluruh pada semua
c. Evaluasi pupil
pupil dari pasien memakai sinar yang cerah serta terfokus. Terdapat beberapa kiat
8
Pupil umumnya menyempit dikala terkena cahaya secara langsung.
Sinar yang diarahkan kepada mata dapat menyebabkan pupil mengerut atau yang
Untuk mengevaluasi tiap mata dibutuhkan jeda 10 detik setiap matanya agar
Pupil yang melebar saat dilakukan penilaian serta terfiksasi (unilateral) maka
dapat menunjukan adanya keterlibatan saraf kranial ketiga serta mungkin herniasi
transtentorial.
pupil terfiksasi juga dapat menunjukan adanya luka pada batang otak yang parah
Ptosis (kelopak mata menurun) menunjukan adanya kerusakan pada saraf kranial
ketiga.
d. Evaluasi refleks
Penilaian refleks meliputi beberapa refleks seperti refleks kornea, gag refleks, deep
Refleks kornea (saraf kranial V dan VII), pengkajian ini dilakukan dengan
Gag refleks (saraf kranial IX dan X), pengkajian ini dilakukan dengan
depressor, atau kateter suction. Refleks normal jika ada refleks muntah sedangkan
Deep tendon
9
Menggunakan refleks hammer, skornya ada 0-4 yaitu, 0: absen, 1: menurun, 2:
Babinski
Memberi stimulus pada permukaan plantar kaki. Respon normal yaitu dengan
menunjukan respon negatif: ibu jari dan jari-jari kaki melengkung kebawah.
Respon abnormal apabila ada reaksi positif: jempol dan jari-jari kaki menjulur ke
atas, respon ini normal apabila terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun.
Menurut Nutbeam & Boylan (2013), perlu juga untuk melakukan penilaian pada
bentuk tubuh ataupun postur tubuh dari pasien. Bentuk badan yang abnormal dapat
menjadi gejala adanya luka otak yang parah. Bentuk badan dekortikasi yaitu jika tungkai
atas fleksi sedangkan tungkai bawah ekstensi. Bentuk badan decerebrate yaitu jika kedua
tungkai atas dan bawah memanjang tanpa sadar. Sedangkan menurut Purwanto (2016),
terdapat beberapa pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan kepada pasien
10
Sumber: Nutbeam, T., & Boylan, M. (2013). ABC of prehospital emergency medicine. Wiley Blackwell.
8. Penatalaksanaan
beberapa penatalaksanaan yang dapat diberikan saat berada di ruang emergensi yaitu
dapat dengan memberikan oksigen 4 lt/ menit, cairan infus NaCL 0,9%, mengobservasi
GCS, posisikan penderita dengan kepala terangkat 30°, memberikan obat analgetik dan
juga antibiotik. Lakukan observasi untuk melihat apakah ada perdarahan. Lalu jika
kondisi pasien sudah stabil maka pasien bisa dimasukan ke ruangan rawat inap agar dapat
diobservasi lebih lanjut dan dapat diberikan perawatan secara intensif (Rasul et al., 2018).
mnemonic ABCD. Untuk Airway, jika pasien mengalami cedera kepala berat maka dapat
oksigen maka dapat diberikan oksigenasi yang adekuat. Circulation, perlu untuk menjaga
tekanan darah tetap normal, hal yang dapat dilakukan seperti pemberian cairan guna
menggantikan volume cairan tubuh yang hilang. Yang terakhir yaitu Disability, hal yang
penting untuk dilakukan yaitu pemeriksaan neurologis dengan pemeriksaan GCS serta
refleks pupil. Untuk intervensi mandiri yaitu kita dapat memposisikan pasien pada posisi
30°, berkontra indikasi jika pasien memiliki cedera spinal, perlu juga untuk
mempertahankan posisi kepala pasien tetap netral. (Himpunan Perawat Gawat Darurat
11
9. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul (terutama dari buku SDKI PPNI)
Diagnosa keperawatan yang dapat timbul pada pasien dengan cedera kepala atau trauma
kapitis dalam buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia oleh Persatuan Perawat
a. Pola napas tidak efektif b.d gangguan neurologis (mis. cedera kepala) (D.0005)
b. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial b.d edema serebral (mis. akibat cedera
kepala) (D.0066)
12
Kesimpulan
Trauma kapatis atau biasa lebih dikenal dengan cedera kepala dapat terjadi secara
langsung maupun tidak langsung yang dapat mengenai beberapa are pada kepala yaitu
meliputi kulit kepala, tengkorak maupun otak. Penyebab paling umum dari kondisi ini
ialah kecelakaan lalu lintas, dan kelompok usia yang memiliki resiko tinggi yaitu
kelompok usia produktif. Jika seseorang mengalami kondisi ini maka sangat besar risiko
untuk mengalami kecacatan bahkan dapat berujung kepada kematian. Oleh karena itu
penanganan awal yang diberikan juga dapat menentukan nilai akhirnya. Ini menjadi
pelajaran bagi pelayanan kesehatan untuk dapat lebih cepat dan tepat dalam melakukan
suatu tindakan.
13
5 Soal Uji Kompetensi
berat dan mengalami peningkatan tekanan intrakranial Pertanyaan soal Obat yang
(a) Metilprednisolon
(b) Metilprednisolon
(c) Isoproterenol
(d) Manitol
(e) Verapamil
2. Seorang perempuan berusia 61 tahun dengan trauma kepala berat, GCS 7. Pasien
mengalami penurunan kesadaran sejak 7 jam lalu sesaat setelah terjatuh di kamar
mandi dengan posisi terlentang. Hasil CT Scan didapatkan subdural hematom regio
cerebri kanan kiri. Pasien diberikan terapi manitol. Perawat melakukan tindakan
TIK?
(d) CT Scan
14
3. Seorang laki-laki berusia 42 tahun dirawat di bangsal neuro dengan trauma kepala
ringan. Hasil CT Scan menunjukkan subdural hematom. Saat pengkajian GCS 14,
pasien mengeluh nyeri kepala skala 6. Nampak pasien bingung jika ditanya,
tetes/menit, dan manitol 100 cc per 6 jam. Pertanyaan soal Apakah diagnosa
4. Seorang perempuan berusia 60 tahun masuk UGD dengan trauma kepala sejak 4 jam
sebelum masuk RS. Menurut pengantar, pasien sempat pingsan saat kejadian namun
berlangsung < 10 menit. Saat pengkajian pasien mengeluh pusing. Pertanyaan soal
15
5. Seorang perawat sedang melakukan pemeriksaan pada pasien CKB dengan
(a) peningkatan suhu tubuh, kecepatan nadi, irama nafas, dan peningkatan tekanan
darah
(b) peningkatan suhu tubuh, kecepatan nadi, penurunan tekanan darah dan irama nafas
(d) penurunan suhu tubuh, penurunan kecepatan nadi, irama nafas meningkat, tekanan
darah menurun
(e) penurunan suhu tubuh, peningkatan kecepatan nadi, penurunan kecepatan nafas,
16
Daftar Pustaka
Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia. (2020). Basic Trauma Cardiac
Life Support (BTCLS) (1st ed.). Badan Pendidikan dan Pelatihan Dewan Pengurus Pusat.
Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., Bucher, L., & Hading, M. M. (2019).
Elsevier.
Mistovich, J. J., & Karren, K. J. (2014). Prehospital emergency care (10th ed.). Pearson
Education.
Nutbeam, T., & Boylan, M. (2013). ABC of prehospital emergency medicine. Wiley
Blackwell.
Purwanto, H. (2016). Modul bahan ajar keperawatan: Keperawatan medikal bedah II.
Rasul, M. I., Arifin, M. Z., & . W. (2018). Penatalaksanaan pasien cedera kepala dengan
https://doi.org/10.35856/mdj.v1i6.85
Rubiano, A. M., Carney, N., Chesnut, R., & Puyana, J. C. (2015). Global neurotrauma
https://doi.org/10.1038/nature16035
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430854/
17
Sutawan, I. G., Maliawan, S., & Niryana, I. W. (2021). Faktor risiko yang mempengaruhi
outcome pada pasien cedera kepala di RSUP Sanglah, Bali, Indonesia pada tahun 2018-
Tscheschlog, B. A., & Jauch, A. (2015). Emergency nursing made incredibly easy! (2nd ed.).
18