TRAUMA KAPITIS
Oleh:
Adit Metro Putra Prasetya
K1A1 15 153
PEMBIMBING
dr. Ruslan Duppa, Sp.Rad
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
BAB I. Pendahuluan...............................................................................................1
BAB X. Penatalaksanaan.......................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................41
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN
setiap komponen yang ada, mulai dari kulit kepala ,tulang dan jaringan otak
dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi
akibat kecelakaan lalu lintas. Hal ini diakibatkan karena mobilitas yang tinggi
kematian terbesar. Pasien yang bahkan telah terkena dapat memiliki resiko
jangka panjang. Insiden cedera kepala di Eropa pada tahun 2010 adalah 500
per 100.000 populasi. Di Amerika Serikat, ada sekitar 1,7-2,0 juta insiden
TBI setiap tahun. Selain itu, CDC melaporkan bahwa sekitar 5,3 juta orang
Amerika hidup dengan efek TBI. Indonesia sendiri angka kecelakaan lalu
lintas masih cukup tinggi. Pada tahun 2003 kasus cedera kepala akibat
kecelakaan lalu lintas sebanyak 13.399 kejadian, dari jumlah yang ada
1
sebanyak 9.896 orang meninggal dunia, 6.142 mengalami cedera kepala
merupakan salah satu kasus yang paling tinggi di ruangan gawat darurat.(4.5)
biasanya terdiri dari CT dan MRI non kontras pada kasus tertentu. Kasus
II. EPIDEMIOLOGI
hingga 24 tahun, dan mereka yang lebih tua dari 75 tahun. Trauma kepala 3
kali lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Cedera kepala
tahun 2020, kecelakaan lalu lintas akan menjadi penyebab penyakit dan
trauma ketiga terbanyak di dunia. Hal ini didukung dengan tingginya insiden
2
cedera kepala di beberapa negara Eropa, Amerika Serikat, dan beberapa
frekuensi cedera kepala semakin meningkat dan merupakan salah satu kasus
sebelum tiba di rumah sakit. Dari pasien yang sampai di rumah sakit , 80%
dan 10 % termasuk cedera kepala berat. Pada tahun 2003, di Indonesia kasus
cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas sebanyak 13.399 kejadian, dari
jumlah yang ada sebanyak 9.896 orang meninggal dunia, 6.142 mengalami
cedera kepala berat dan 8.694 orang mengalami cedera kepala ringan.(2,4)
3
III. ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
yaitu karena kontak langsung dan karena pengaruh aselerasi dan deselerasi.
Cedera kepala yang diakibatkan oleh kontak langsung atau gerakan aselerasi
terbuka dan cedera tertutup. Bagian terbesar dari cedera kepala yang
mengakibatkan trauma pada otak disebabkan oleh cedera tertutup yaitu tidak
Tahap awal terjadinya TBI akibat dari kerusakan jaringan langsung dan
aktivasi kalsium dan natrium. Adanya aktivasi kalsium dan natrium akan
4
IV. KLASIFIKASI
sekunder. Lesi primer terjadi sebagai akibat langsung dari trauma kepala dan
aksial dan lesi intra-aksial. Cedera otak sekunder terjadi sebagai komplikasi
dari lesi primer dan termasuk kerusakan iskemik dan hipoksia, edema
1. Cedera Primer
dari trauma mekanik. Cedera primer termasuk cedera pada tumbukan awal
a. Contusio
bengkak dan berwarna merah kebiruan. Luka memar pada otak terjadi
5
lobus frontal dan lobus temporal, walaupun dapat juga terjadi pada
setiap bagian dari otak. Contusio cerebri dapat terjadi dalam waktu
b. Commotio Cerebri
tidak disertai kerusakan jaringan otak. Namun pada cedera ini sangat
c. Hematoma
1) Epidural Hematoma
pada orang dewasa. Pada CT, EDH sering muncul sebagai konveks
rendah pada CT yang disebut Swirl sign. Swirl Sign muncul dengan
6
Gambar 1. Perdarahan epidural (Dikutip dari kepustakaan 1)
2) Subdural Hematoma
epidural.(3,12)
7
Gambar 2. Perdarahan subdural (Dikutip dari kepustakaan 1)
8
Gambar 3. Perdarahan subarakhnoid (Dikutip dari kepustakaan 1)
9
Gambar 4. Diffuse Axonal Injury (Dikutip dari kepustakaan 3)
cedera pada sinus dural, vena jugularis, atau arteri karotis interna
lacerum-kavernosa.(12)
10
Gambar 5. Fraktur Tengkorak Posisi AP. Tampak garis hitam
memperlihatkan adanya fraktur seperti garis. Garis ini terlalu halus
untuk dikatakan sutura dan tidak bercabang seperti pembuluh darah.
(Dikutip dari kepustakaan 12)
d. Cedera Sekunder
a. Hipotensi sistemik
b. Hipoksia
11
Setelah cedera otak primer, terjadi kaskade seluler dan biokimiawi yang
1. Anatomi Kepala
5) Perikranium
12
b. Tulang Tengkorak
kranii, di regio temporal tulang tipis, namun disini dilapisi oleh otot
temporalis. Basis kranii berbentuk tidak rata dan tidak teratur sehingga
tengkorak dasar dibagi atas tiga fosa yaitu anterior, media dan
tempat lobus temporalis dan fosa posterior adalah ruang bagi batang
c. Meningen
selaput yang keras, terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang melekat erat
subdural.(13)
13
paling sering mengalami cedera adalah arteri meningea media yang
yang ketiga adalah piamater yang melekat erat pada permukaan korteks
d. Otak
Serebrum terdiri atas hemisfer kanan dan kiri yang dipisahkan oleh
14
sensorik. Lobus temporalis mengatur fungsi memori tertentu. Lobus
Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem aktivasi retikulasi yang
serebri.(13)
e. Cairan serebrospinal
komunikans).(13)
15
f. Tentorium
oleh adanya massa supratentorial atau edema otak. Bagian otak yang
sering terjadi herniasi melalui insisura tentorial adalah sisi medial lobus
intrakranial tedapat pada sisi yang sama dengan sisi pupil yang
1) Tekanan Intrakranial
16
masalah serius dalam otak tetapi justru sering merupakan masalah
dan TIK lebih dari 40 mmHg termasuk dalam kenaikan TIK berat.
prognosisnya.(15)
2) Doktrin Monro-Kellie
masanya.(15)
otak per menit. Bila ADO menurun sampai 20-25 ml/100 gr/menit
maka aktivitas EEG akan hilang dan pada ADO 5 ml/100 gr/menit
17
ADO pada tingkat yang konstan apabila tekanan arteri rata-rata 50-
menurun curam dan bila tekanan arteri rata-rata di atas 160 mmHg
harus dipertahankan.(15)
retrograde) yang terjadi setelah benturan pada kepala. Gejala yang dirasakan
waktu 30 menit atau kurang, amnesia pasca-trauma kurang dari 24 jam, atau
intracerebral. Gejala lain termasuk sakit kepala, sakit kepala ringan, lekas
marah, muntah, pandangan kabur, kelelahan, dan konsentrasi yang buruk juga
telah dilaporkan.(16)
18
Penting untuk mengetahui riwayat dengan baik mengenai
dan lakukan survei primer, sekunder, dan tersier. Setelah pasien stabil,
VII.DIAGNOSIS
pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis (Subjective)
Alamat
b. Keluhan utama
c. Mekanisma trauma
vertigo
19
2. Pemeriksaan fisik
dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki atau per organ B1 – B6
auditorius.
perdarahan bilik mata depan, kerusakan pupil dan jejas lain di mata.
3. Pemeriksaan Penunjang :
4. Pemeriksaan Radiologi
a. Radiografi Konvensional
dilakukan, karena tidak dapat menilai otak sama sekali dan CT scan
luka tusuk.(3,18)
b. Computed Tomography
tulang tengkorak.(18)
radiasi. (18)
ruang intraventrikular.(18)
1) Lesi Ekstra-aksial
a) Hematoma Epidural
22
Pada hematoma epidural, hematoma terletak di antara
23
Ketika pembuluh darah laserasi, perdarahan arteri
24
Gambar 8. Hematoma epidural arteri kiri. CT-scan non-kontras
saat masuk. Hematoma sisi kiri adalah bikonveks, dan dibatasi
oleh sutura koronal di anterior dan oleh sutura lambdoid
posterior. Efek massa menyebabkan pergeseran struktur garis
tengah dengan kompresi ventrikel lateral kiri dan dilatasi
ventrikel lateral kanan.(Dikutip dari kepustakaan 18)
b) Hematoma Subdural
sebagai kumpulan bulan sabit antara otak dan atau bagian dalam
25
Pada CT, SDH akut dilihat sebagai struktur hiperdens
disukai pada tahap selanjutnya Sub akut SDH terjadi sebagai lesi
26
c) Hematoma Subarakhnoid
NCCT.(12)
27
Gambar 10. Pendarahan subarakhnoid masif. Gambar aksial
menunjukkan perdarahan subaraknoid dalam tangki basal.
(Dikutip dari kepustakaan 18)
d) Hematoma Intraventrikular
28
pada FLAIR dan T1WI dengan MRI.(12)
2) Cedera Intra-aksial
a) Intraparenchymal Hemorrage
aksonal difus adalah cedera tipe geser pada akson yang biasanya
signifikan.(12)
insiden naik hingga 50% dari korban trauma. DAI terjadi ketika
modalitas pilihan pada pasien yang trauma berat pada fase akut
30
b) Kontusio Parenkim
31
semua struktur tubuh internal lainnya. Pada pasien tertentu, dokter
lebih rutin.(12)
2. Neoplasma
5. Kejang
IX.KOMPLIKASI
langsung, 89% pasien dengan cedera otak berat dapat menunjukkan disfungsi
organ yang signifikan, yang secara independen terkait dengan hasil yang lebih
buruk. Disfungsi dan kegagalan ini dapat memengaruhi banyak sistem dan
32
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada pasien trauma kepala
adalah : (6,20)
2. Defisit neurologis
3. Kebocoran CSF
4. Hydrocephalus
5. Infeksi
6. Kejang
7. Edema serebral
X. PENATALAKSANAAN
A. Pertolongan Awal
sedang (GCS 9 hingga 12) dan parah (GCS 3 hingga 8). Mereka adalah
33
dengan cedera kepala. Intoksikasi alkohol (konsentrasi alkohol dalam
2. Manajemen Awal
terkait dengan hasil yang lebih buruk (lebih banyak kematian dan
kecacatan parah dengan SPO2 kurang dari 90%) dan karena itu perlu
perhatian segera.(20)
mid-servical.(20)
b. Cervical
34
bersamaan dengan TBI dan menyebabkan defisit neurologis
leher penuh harus dilakukan pada pasien TBI dengan salah satu
2) Parestesia di ekstremitas
c. Sirkulasi
B. Di Fasilitas Kesehatan
35
1. Jalan nafas dan pernapasan
d. Pasien gelisah
a. Saturasi oksigen> 90
b. PaO2> 60
2. Sirkulasi
36
ICP meningkat.Target:(20)
b. PETA> 80 mm Hg
3. Peningkatan ICP
yang cepat)
Temuan CT scan:
4. Tindakan Umum20
ICP.
20mg / kg.
asidosis fatal.
38
3) Berpengalaman: obat penenang, ansiolitik, kemungkinan
hipotensi.
diperoleh. Pertimbangkan rawat inap jika ada faktor risiko lain: (6)
a. Gangguan pendarahan
XI. PROGNOSIS
motorik adalah yang paling memprediksi hasil. Pasien dengan GCS kurang
dari 8 pada presentasi memiliki angka kematian yang tinggi. Usia lanjut,
39
Tergantung berat-ringannya cedera kepala yang terjadi. Mortalitas
walaupun belum ada data perbadingan mortalitas pasien yang dioperasi dan
subarakhnoid.(22)
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Atmadja AS. Indikasi pembedahan pada trauma kapitis. CDK 2016; 43 (1):
29-33.
2. Nasution, SH. Mild head injury. Journal Medula. Universitas Lampung.
Agustus 2014; 2(4):89-97.
3. Wang K, Yang Z, Zhu T, Shi Y, Rubenstein R, Adrian T, Manley GT.
An update on diagnostic and prognostic biomarkers for traumatic brain
injury. Journal of expert review molecular diagnostics. Taylor Francis; 2018
4. Yunus M, Wahyudi A, Febriyani AH, Romizah RA. Karakteristik hasil CT-
Scan penderita cedera kepala di RS Dr. H. Abdul Moeloek 2018. Jurnal Ilmu
Kesehatan. Departemen Radiologi. Universitas Malahayati. Maret 20; Vol.
1(3): 177-183.
5. Mutch, CA. Imaging evaluation of acute traumatic brain injury.
Neurosurg Clin N Am. Department of Radiology. UCSF. San Fransisco.
HHS Public Access; 2016
6. Shaikh F. Waseem M. Head trauma. NCBI Bookshelf. USA: StatPearls
Publishing; 2020
7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Hasil utama riskesdas 2018.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI. 2018; Hal. 74-78.
41
Mild Traumatic Brain Injury:An Imaging Update. Radiology RSNA. 2018;
279(3):693-707.
12. Parizel, PM. Diseases of the brain, head and neck, Spine 2020- 2023.
Department of Radiology. Antwerp University Hospital. IDKD Springer
Series;2020
13. Basri, I. Buku ajar diktat anatomi. Universitas Hasanuddin; 2018
14. Netter, F. Atlas of human anatomy, Vol. 1: Head, Neck, Upper Limb. 14th
ed. Munich: Elsevier, 2017 ; 122-30.
15. Sherwood, L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC,
2015; Hal. 210-235.
43