TRAUMA CAPITIS
Laporan Kasus ini dibuat untuk melengkapi persyaratan
DI SUSUN OLEH :
MEUTHIA YOLANDA JAYANTRI 71170891414
SRI RAHAYU 71170891405
AYUNDA TRESIA 1410070100018
ROSA SAPUTRI 1410070100119
RATNA SUKMAWATI 140611068
PEMBIMBING
dr. H. Mistar Ritonga, Sp. F
Puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus ini, untuk
melengkapi persyaratan Kepanitraan Klinik Senior SMF Kedokteran Forensik
Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan dengan judul “Trauma Capitis”
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Kasus terbanyak terbanyak dari kecelakaan lalu lintas saat ini adalah
kecelakaan kendaraan bermotor dengan cedera kepala dan jumlah prevalensi
hinga 50,1 %. Salah satu risiko akibat cedera kepala adalah kematian.6
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
2.3 Anatomi
3
d. Loose areolar tissue atau Jaringan penunjang longgar
e. Perikranium.
Jaringan penunjang longgar memisahkan galea aponeurotika dari
perikranium dan merupakan tempat tertimbunnya darah (hematoma subgaleal).
Kulit kepala memiliki banyak pembuluh darah sehingga bila terjadi perdarahan
akibat laserasi kulit kepala akan menyebabkan banyak kehilangandarah, terutama
pada bayi dan anak-anak.
2. Tulang Tengkorak
Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii. Kalvaria
khususnya di bagian temporal adalah tipis, namun disini dilapisi oleh otot
temporal. Basis kranii berbentuk tidak rata sehinga dapat melukai bagian dasar
otak saat berger akakibat proses akselerasi dan deselerasi. Rongga tengkorak dasar
dibagi atas 3 fossa yaitu : fossa anterior, fossa media, dan fossa posterior. Fossa
anterior adalah tempat lobus frontalis, fossa media adalah tempat lobus
temporalis, dan fossa posterior adalah ruang bagian bawah batang otak dan
serebelum.
4
3. Meningen
Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3
lapisan yaitu : Duramater, Araknoid dan Piamater.
Duramater adalah selaput yang keras, terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang
melekat erat pada permukaan dalam dari kranium. Karena tidak melekat pada
selaput araknoid di bawahnya, maka terdapat suatu ruang potensial (ruang
subdural) yang terletak antara duramater dan araknoid, dimana sering dijumpai
perdarahan subdural.
Pada cedera otak, pembuluh - pembuluh vena yang berjalan pada
permukaan otak menuju sinus sagitalis superior di garis tengah atau disebut
Bridging Veins, dapat mengalami robekan dan menyebabkan perdarahan
subdural. Sinus sagitalis superior mengalirkan darah vena ke sinus transversus dan
5
sinus sigmoideus. Laserasi dari sinus-sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan
hebat.
Arteri-arteri meningea terletak antara duramater dan permukaan dalam
dari kranium (ruang epidural). Adanya fraktur dari tulang kepala dapat
menyebabkan laserasi pada arteri-arteri ini dan dapat menyebabkan perdarahan
epidural. Yang paling sering mengalami cedera adalah arteri meningea media
yang terletak pada fossa temporalis (fossa media). Dibawah duramater terdapat
lapisan kedua dari meningen, yang tipis dan tembus pandang disebut lapisan
araknoid. Lapisan ketiga adalah piamater yang melekat erat pada permukaan
korteks serebri. Cairan serebrospinal bersirkulasi dalam ruang sub araknoid.
4. Otak
Otak manusia terdiri dari serebrum, serebelum, dan batang otak. Serebrum
terdiri atas hemisfer kanan dan kiri yang dipisahkan oleh falks serebri yaitu
lipatan duramater dari sisi inferior sinus sagitalis superior. Pada hemisfer serebri
kiri terdapat pusat bicara manusia. Hemisfer otak yang mengandung pusat bicara
sering disebut sebagai hemisfer dominan.
Lobus frontal berkaitan dengan fungsi emosi, fiungsi motorik, dan pada
sisi dominan mengandung pusat ekspresi bicara. Lobus parietal berhubungan
dengan fungsi sensorik dan orientasi ruang. Lobus temporal mengatur fungsi
memori. Lobus oksipital bertanggung jawab dalam proses penglihatan.
6
Batang otak terdiri dari mesensefalon (mid brain), pons, dan medula
oblongata. Mesensefalon dan pons bagian atas berisi system aktivasi retikular
yang berfungsi dalam kesadaran dan kewaspadaan. Pada medula oblongata
terdapat pusat kardio respiratorik, yang terus memanjang sampai medulla spinalis
dibawahnya. Lesi yang kecil saja pada batang otak sudah dapat menyebabkan
deficit neurologis yang berat.
5. Cairan Serebrospinal
Cairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh pleksus khoroideus dengan
kecepatan produksi sebanyak 20 ml/jam. CSS mengalir dari ventrikel lateral
melalui foramen monro menuju ventrikel III kemudian melalui aqua ductus sylvii
menuju ventrikel IV. Selanjutnya CSS keluar dari system ventrikel dan masuk
kedalam ruang subaraknoid yang berada di seluruh permukaan otak dan medulla
spinalis. CSS akan direabsorbsi kedalam sirkulasi vena melalui vili araknoid.
7
6. Tentorium
Penyebab yang sering adalah kecelakaan lalu lintas dan terjatuh. Seiring
dengan kemajuan teknologi, frekuensi cedera kepala cenderung meningkat.
Cedera kepala melibatkan kelompok usia produktif yaitu antara 15-44 tahun
dengan usia rata-rata 30 tahun dan lebih didominasi kaum laki-laki. Cedera
Kepala dapat disebabkan oleh dua hal antara lain13:
8
2. Benda Tumpul : Trauma benda tumpul dapat menyebabkan cedera
seluruh kerusakan terjadi ketika energi/ kekuatan diteruskan kepada
otak.
Lokasi.
Kekuatan
Fraktur infeksi/kompresi.
Rotasi.
Delarasi dan deselarasi.
9
beratnya penderita cedera kepala. Penilaian GCS terdiri atas 3 komponen
diantaranya respon membuka mata, respon motorik dan respon verbal.14
a). Fraktur
Menurut American Accreditation Health Care Commission, terdapat 4 jenis
fraktur yaitu simple fracture, linear or hairline fracture, depressed fracture,
compound fracture. Pengertian dari setiap fraktur adalah sebagai berikut:
10
Simple : retak pada tengkorak tanpa kecederaan pada kulit .
Linear or hairline: retak pada kranial yang berbentuk garis halus tanpa
depresi, distorsi dan ‘splintering’.
11
c). Laserasi (luka robek atau koyak)
Luka laserasi adalah luka robek tetapi disebabkan oleh benda tumpul atau
runcing. Dengan kata lain, pada luka yang disebabkan oleh benda bermata tajam
dimana lukanya akan tampak rata dan teratur. Luka robek adalah apabila terjadi
kerusakan seluruh tebal kulit dan jaringan bawah kulit. Luka ini biasanya terjadi
pada kulit yang ada tulang dibawahnya pada proses penyembuhan dan biasanya
pada penyembuhan dapat menimbulkan jaringan parut.
12
d). Abrasi
Luka abrasi yaitu luka yang tidak begitu dalam, hanya superfisial. Luka ini
bisa mengenai sebagian atau seluruh kulit. Luka ini tidak sampai pada jaringan
subkutis tetapi akan terasa sangat nyeri karena banyak ujung-ujung saraf yang
rusak.
e). Avulsi
Luka avulsi yaitu apabila kulit dan jaringan bawah kulit terkelupas,tetapi
sebagian masih berhubungan dengan tulang kranial. Dengan kata lain intak kulit
pada kranial terlepas setelah kecederaan.
13
f). Pendarahan Intrakranial 14:
1. Perdarahan Epidural
2. Perdarahan Subdural
Perdarahan subdural adalah perdarahan antara dura mater dan araknoid,
yang biasanya meliputi perdarahan vena. Perdarahan subarakhnoid dapat atau
tidak muncul pada dasar otak. Pada irisan, jaringan otak yang berdekatan dengan
perdarahan akan membengkak dan edematous. Tidak ada jaringan otak pada
daerah hematom. Irisan mikroskopik menunjukkan sklerotik yang terhialinisasi
pada arteri dan arteriol. Terkadang dapat ditemukan aneurisma arteriol dan arteri
yang dilatasi. Kematian umumnya disebabkan kompresi dandistorsi otak tengah
atau perdarahan ke dalam sistem ventrikel.
14
Subdural hematom dibagi tiga, yaitu subdural hematom akut, subakut, dan
kronis. Ketiganya dibedakan berdasarkan lamanya kejadian. Subdural hematom
akut terjadi selama 48-72 jam setelah cedera, subdural hematom subakut terjadi 3-
20 hari setelah cedera, dan subdural hematom kronis terjadi dari tiga minggu
sampai beberapa bulan setelah cedera.Subdural hematom akut adalah tipe
hematom intrakranial dimana 24 %pasien mengalami koma. Jika sudah terjadi
koma maka angka kematian meningkat menjadi 60%.
15
dari bekuan darah dan cairan darah. Perdarahan dapat lebih tebal tetapi belum ada
pembentukan kapsula di sekitarnya. Pada gambaran scanning tomografinya
didapatkan lesi isodens atau hipodens berbentuk cekung. Lesi isodens didapatkan
karena terjadinya lisis dari sel darah merah dan resorbsi dari hemoglobin.
Perdarahan kronik terjadi setelah 14 hari setelah trauma bahkan bisa lebih.
Perdarahan kronik subdural, gejalanya bisa muncul dalam waktu berminggu-
minggu ataupun bulan setelah trauma yang ringan atau trauma yang tidak jelas,
bahkan hanya terbentur ringan saja bisa mengakibatkan perdarahan subdural
apabila pasien juga mengalami gangguan pembekuan darah. Pada perdarahan
subdural kronik, kita harus berhati hati karena hematoma ini lama kelamaan bisa
menjadi membesar secara perlahan- lahan sehingga mengakibatkan penekanan
dan herniasi.
3. Perdarahan Intraserebral
Perdarahan intraserebral merupakan penumpukan darah pada jaringan
otak. Di mana terjadi penumpukan darah pada sebelah otak yang sejajar dengan
hentaman, ini dikenali sebagai counter coup phenomenon.
16
Perdarahan intraserebral non traumatik umumnya disebabkan oleh
kerusakan pembuluh darah akibat hipertensi (hipertensi, eklamsia), juga
dikarenakan disfungsi autoregulasi dengan aliran darah otak yang berlebihan
(cedera reperfusi, transformasi hemoragik, paparan dingin), pecahnya aneurisma
atau malformasi arteri-vena, arteriopati, perubahan hemostasis
(trombolisis,antikoagulasi, diatesis hemoragik), nekrosis hemoragik (tumor,
infeksi), atauobstruksi aliran vena (trombosis vena serebral). Perdarahan
intraserebral secara klinis ditandai dengan onset yang mendadak dan berkembang
dengan cepat.
Walaupun kematian pada pecahnya aneurisma atau perdarahan intraserebral
dianggap wajar, namun pada beberapa keadaan tertentu dapat termasuk dalam
pembunuhan, misalnya apabila orang tersebut mengalami ruptur aneurisma ketika
terjadi kekerasan secara fisik, namun yang menentukan apakah ada aksi kriminal
di dalamnya adalah pengadilan, bukan tenaga medis yang memeriksa.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Trauma kapitis adalah trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung
ataupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologi yaitu
gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik temporer maupun permanen.
Cedera kepala atau traumatic brain injury diartikan sebagai cedera yang
melibatkan scalp atau kulit kepala, tulang tengkorak, dan tulang-tulang yang
membentuk wajah atau otak.
Penyebab trauma kepala terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas dan terjatuh.
Menurut patomekanisme cedera kepala dapat terbagi atas cedera primer yang
merupakan cedera kepala sebagai akibat langsung dari suatu ruda paksa, dapat
berupa benturan langsung ataupun proses akselerasi-deselerasi gerakan kepala.
Pada cedera primer dapat diakibatkan oleh adanya peristiwa coup dan
countrecoup. Cedera sekunder merupakan cedera yang terjadi akibat berbagai
proses patologik yang timbul sebagai tahap lanjutan dari kerusakan otak primer
berupa perdarahan, edema otak, kerusakan neuron yang berkelanjutan, iskemia.
dan perubahan neurokimiawi.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
12. Advanced Trauma Life Support (ATLS) For Doctors. (2004). Edisi
7.Jakarta : IKABI.
13. Amir, Amri. 2017. Trauma Mekanik.Ilmu Kedokteran Forensik. Medan hal
72-90
14. Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, Edisi 3. Jakarta
Media Aesculapius. FK UI hal 984.
20