Anda di halaman 1dari 17

SEMINAR JURNAL

PENGARUH PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI MASKER SEDERHANA


DAN POSISI KEPALA 30o TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT
KESADARAN PADA PASIEN CIDERA KEPALA SEDANG
DI RSUD
DENGAN
PENGARUH STIMULASI SENSORI TERHADAP NILAI GLASGOW
COMA SCALE PADA PASIEN CIDERA KEPALA DI RUANG
NEUROSURGICAL CRITICAL CARE UNIT
RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 10

PRILLY ARISKA NILASARI (1804063)


REVELASINTYA ARIYANTI (1804066)
SETYA KRISTIANA (1804069)
VIRGINIA MARETA KURNIAPUTRI (1804075)
YOSAFAT HULU (1804078)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

SEMINAR JURNAL
Preceptor Akademik Preceptor Klinik

(Ns. I Wayan Sudarta, S.Kep., M.Kep) (Ns. Brahmono, S.Kep)

Mengetahui,
Ka Program Studi Pendidikan Ners

(Ethic Palupi, S.Kep., Ns., MNS.)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa
kematian pada cedera kepala diakibatkan karena kecelakaan lalu lintas. WHO
mencatat pada tahun 2013 terjadi kematian yang disebabkan karena
kecelakaan lalu lintas dengan jumlah 2.500 kasus. Di Amerika Serikat,
kejadian cedera kepala setiap tahun diperkirakan mencapai 500.000 kasus
dengan pervalensi kejadian 80% meninggal dunia sebelum samai rumah sakit,
80% cedera kepala ringan, 10% cedera kepala sedang dan 10% cedera kepala
berat, dengan rentang kejadian 15-44 tahun. Persentase dari kecelakaan lalu
lintas tercatat sebesar 48-58% diperoleh dari cedera kepala, 20-28% dari jatuh
dan 3-9% disebebabkan tindak kekerasan dan kegiatan olahraga (WHO,
2013). Hampir setengah dari semua kematian di jalan-jalan di dunia termasuk
di antara mereka yang paling tidak memiliki pengaman pada pengendara
sepeda motor, pengendara sepeda dan pejalan kaki. Persentase jenis kelamin
laki-laki lebih tinggi mengalami cedera kepala dibanding dengan perempuan
(Awaloei, dkk, 2016; WHO, 2015).
Di Indonesia, cedera kepala berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) tahun 2013, menunjukkan insiden cedera kepala sebanyak
100.000 jiwa meninggal dunia. Jumlah data yang dianalisis seluruhnya
1.027.758 orang untuk semua umur. Adapun responden yang tidak pernah
mengalami cedera 942.984 orang dan yang pernah mengalami cedera 84.774
orang. Sebanyak 34.409 kasus cedera disebabkan karena transportasi sepeda
motor, yang menjadi penyebab cedera kedua tertinggi (40,6%) setelah jatuh
(40,9%). Prevalensi cedera secara nasional adalah 8,2% dan prevalensi angka
cedera yang disebabkan oleh sepeda motor di Sumatera Barat sebesar 49,5%.
Prevalensi cedera tertinggi berdasarkan karakteristik responden yaitu pada
kelompok umur 15-24 tahun (11,7%), dan pada laki-laki (Depkes RI, 2013).
Kecelakaan lalu lintas ini mengakibatkan berbagai cedera, yaitu
cedera kepala, thoraks dan ektremitas. Data dari Polda DIY menunjukkan
bahwa pada tahun 2018, jumlah kecelakaan lalu lintas di DIY ada 4.668.000
kejadian. Kasus kecelakaan di DIY setiap tahunnya meningkat tiga kali lipat
sebanyak 130 meninggal dunia 12% akibat kecelakaan lalu lintas (Dinkes,
2013). Laporan Kepolisian menunjukkan bahwa 88% kematian diakibatkan
oleh cedera kepala (Dinkes, 2013).
Cedera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk
atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan
(accelerasi-decelerasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi
perubahan peningkatan dan percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta
notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat
perputaran pada tindakan pencegahan (Rendy, 2012). Pasien cedera kepala
mengalami ketidakmampuan untuk beraktivitas sehingga mengalami
gangguan mobilisasi dan memungkinkan terjadinya perubahan bahkan
kerusakan neurologi berat. Ketidakmampuan pasien cedera kepala dengan
gangguan mobilisasi membuat pasien hanya berbaring saja tanpa mampu
untuk mengubah posisi. Efek dari gangguan mobilisasi akan mempengaruhi
pada kondisi psikologis dan fisiologis pasien. (Hidayat & Uliyah, 2014).
Cedera tersebut dapat menyerang semua bagian tubuh tidak terkecuali bagian
kepala. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa
diikuti terputusnya kontinuitas otak (Muttaqin, 2008). Kepala merupakan
bagian tubuh yang sangat vital pada semua makhluk hidup. Karena
dalam kepala terdapat otak yang merupakan pusat kontrol seluruh organ
tubuh makhluk hidup. Apabila bagian kepala mengalami trauma atau cedera
ini harus ditangani dengan serius.
Penanganan pada pasien cedera kepala sedang di RSUD terhadap
perubahan tingkat kesadaran dengan memberikan oksigen melalui masker
sederhana dan memposisikan kepala 30º untuk mengetahui Glaslow Coma
Scale (GCS) sebelum dan sesudah, didapatkan hasil adanya pengaruh
pemberian oksigen melalui masker sederhana dan posisi kepala 30°. Karena
pemberian oksigenasi dan memelihara tekanan darah yang baik dan adekuat
untuk mencukupi perfusi otak adalah hal yang paling utama dan terutama
untuk mencegah dan membatasi terjadinya cedera otak sekunder yang pada
akhirnya akan memperbaiki hasil akhir penderita.
Hasil uji statistik stimulasi sensori terhadap nilai Glaslow Coma Scale
(GCS) pada pasien cedera kepala di ruang Neurosurgical Critical Care Unit
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, menunjukkan adanya pengaruh. Tingkat
kesadaran merupakan salah satu indikator kegawatan dan prognosis pada
cedera kepala. Penurunan kesadaran pada cedera kepala di ukur secara
objektif dengan Glasgow Comma Scale (GCS). Penurunan kesadaran tersebut
dapat mempengaruhi pemenuhaan kebutuhan dasar pasien. Beberapa
penelitian menunjukan bahwa stimulasi sensori mampu memberikan efek
neuroprotektif yang mencegah kerusakan sel-sel otak dari iskemik yang
ditimbulkan cedera kepala.
Pada kasus cedera kepala di IGD suatu rumah sakit orang yang
berperan dalam melakukan pertolongan pertama yaitu perawat. Peran perawat
sangat dominan dalam melakukan penanganan kasus cedera kepala. Perawat
sebagai tenaga kesehatan haruslah memahami cedera kepala ini agar dapat
menangani atau memberikan pertolongan. Oleh karena itu, penulis merasa hal
ini layak untuk dibahas dalam penelitian ini. Sehingga penyusun berharap
agar pembaca khususnya teman mahasiswa keperawatan untuk lebih
memahami lagi tentang cedera kepala dan asuhan keperawatan pada pasien
cedera kepala. Cedera kepala akibat trauma sering kita jumpai di lapangan.

B. Tujuan
1. Tujuan Utama
Adapun tujuan penulisan dalam makalah jurnal ini adalah agar kita dapat
menjelaskan/mendeskripsikan mengenai penyakit cedera kepala dan
asuhan keperawatan pada pasien dengan cedera kepala.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan analisis jurnal pertama dan kedua
b. Menjelaskan pembahasan analisis jurnal menggunakan PICO
c. Menjelaskan pembenaran dan critical thinking pada kedua jurnal

C. Manfaat
1. Bagi Penyusun
Memberikan pengalaman yang nyata dan menambah pengetahuan
tentang asuhan keperawatan pasien dengan cedera kepala sedang di IGD
2. Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang datang,
terutama masalah keperawatan gawat darurat.
3. Bagi Rumah Sakit
Bermanfaat bagi perawat IGD untuk melakukan asuhan keperawatan
yang lebih profesional dalam melakukan tugasnya.

BAB II
JURNAL

Jurnal I : Pengaruh Pemberian Oksigen Melalui Masker Sederhana Dan


Posisi Kepala 30º Terhadap Perubahan Tingkat Kesadaran Pada Pasien
Cedera Kepala Sedang Di RSUD

Latar Belakang: Cedera kepala adalah cedera mekanik baik secara langsung atau
tidak langsung yang mengenai kepala mengakibatkan luka di kulit kepala, fraktur
tulang tengkorak, robekan selaput otak, dan kerusakan jaringan otak, serta
gangguan neurologis. Metode dasar dalam melakukan proteksi otak pada pasien
cedera kepala adalah dengan membebaskan jalan nafas dan oksigenasi yang
adekuat. Pemberian oksigen melalui masker sederhana dan posisi kepala 30°
merupakan tindakan yang tepat pada klasifikasi cedera kepala sedang untuk
melancarkan perfusi oksigen ke serebral sehingga membantu peningkatan status
kesadaran.
Tujuan : Tujuan penelitian ini untuk mengetahui GCS sebelum dan sesudah
pemberian oksigen melalui masker sederhana dan posisi kepala 30° serta
menganalisis pengaruh pemberian oksigen melalui masker sederhana dan posisi
kepala 30° terhadap perubahan tingkat kesadaran pada pasien cedera kepala sedang.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian Quasi-Experimental dengan 30
responden. Uji yang digunakan adalah Wilcoxon Test.
Hasil: Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh pemberian oksigen masker
sederhana dan posisi kepala 30° terhadap perubahan tingkat kesadaran pada pasien
cedera kepala sedang. GCS nilai rata-rata sebelum adalah 17,92 dan GCS nilai rata-
rata sesudah 14,09 dengan nilai p 0,009. Penelitian ini bersifat aplikatif sehingga
perlu direflikasi dan dikembangkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan asuhan
keperawatan gawat darurat dan monitoring.
Kata Kunci: Cedera Kepala Sedang, Masker Oksigen Sederhana, Posisi Kepala
30°, Tingkat Kesadaran GCS

Jurnal II : Pengaruh Stimulasi Sensori Terhadap Nilai Glaslow Coma Scale


Pada Pasien Cidera Kepala Di Ruang Neurosurgical Critical Care Unit RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung

Latar Belakang: Tingkat kesadaran merupakan salah satu indikator kegawatan dan
prognosis pada cidera kepala. Penurunan kesadaran pada cedera kepala di ukur
secara objektif dengan Glasgow Comma Scale (GCS). Penurunan kesadaran
tersebut dapat mempengaruhi pemenuhaan kebutuhan dasar pasien. Beberapa
penelitian menunjukan bahwa stimulasi sensori mampu memberikan efek
neuroprotektif yang mencegah kerusakan sel-sel otak dari iskemik yang
ditimbulkan cedera kepala.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh stimulasi sensori
terhadap nilai GCS pada pasien cedera kepala di RSUP dr Hasan Sadikin Bandung.
Metode: Jenis penelitian ini adalah Quasi Experimental Design dengan pendekatan
Pretest-Posttest Control Group Design. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan non probability sampling jenis consecutive sampling. Jumlah sampel
dalam penelitian ini adalah 30 responden yang terbagi dalam dua kelompok, yaitu
kelompok kontrol (15 responden) dan perlakuan (15 responden). Kelompok
perlakuan, selain mendapatkan terapi standar, ia juga mendapatkan stimulasi sensori
(stimulasi olfaktori, auditori, taktil dan gustatori) selama 3 hari. Sedangkan
kelompok kontrol hanya mendapatkan terapi standar saja. Penilaian GCS dilakukan
di hari pertama sebelum pemberian stimulasi sensori dan dihari ketiga setelah
pemberian stimulasi sensori. Perbedaan nilai GCS pada kelompok kontrol dan
perlakuan dianalisis dengan dependent t test. Sedangkan pengaruh stimulasi sensori
terhadap nilai GCS dianalisis dengan menggunakan independet t test.
Hasil: Hasil uji statistik menunjukkan adanya pengaruh stimulasi sensori terhadap
nilai GCS pada pasien cedera kepala primer (p=0,041). Dampak dari penelitian ini
adalah diharapkan stimulasi sensori sebagai terapi non-farmakologi bisa
dipertimbangkan menjadi terapi komplementer dalam penanganan pasien cedera
kepala.
Kata Kunci: Stimulasi Sensori, Glasgow Comma Scale (GCS), Cedera Kepala.

BAB III
PEMBAHASAN

Dalam pembahasan/ analis jurnal menggunakan PICO dalam bentuk tabel:


1. P (Problem/population) merupakan masalah dan populasi yang spesifik dalam
jurnal tersebut.
2. I (Intervention) intervensi/perlakuan yang dilakukan pada populasi terhadap
fenomena yang terjadi.
3. C (Comparation) perbandingan intervensi yang sudah/pernah dilakukan pada
populasi/problem terkait.
4. O (Outcame) hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut serta implikasi di
bidang keperawatan.

No Kriteria Jawab Pembenaran &Critical Thinking

1 P Ya Jurnal Pertama:
Pengaruh Pemberian Oksigen Melalui Masker
No Kriteria Jawab Pembenaran &Critical Thinking

Sederhana Dan Posisi Kepala 30º Terhadap Perubahan


Tingkat Kesadaran Pada Pasien Cedera Kepala
Sedang Di RSUD
 Cidera kepala merupakan salah satu penyebab adanya
kerusakan pada tulang tengkorak, robekan selaput
otak, dan kerusakan jaringan otak serta gangguan
neurologis
 Metode utama untuk menyelamatkan pasien dengan
cidera kepala adalah dengan membebaskan jalan nafas
dengan oksigenasi yang kuat
 Pemberian oksigen melalui masker sederhana dan
posisi kepala 30° merupakan tindakan yang tepat pada
pasien cedera kepala untuk melancarkan perfusi
oksigen ke serebral sehingga membantu peningkatan
status kesadaran
 Hasil studi pendahuluan yang dilakukan tanggal 2
Februari 2015 di ruang IGD Rumah Sakit Umum
Daerah Ulin Banjarmasin, selama ini belum diketahui
apakah terapi pemberian oksigen melalui masker
sederhana dan posisi kepala 30º yang diberikan oleh
perawat dapat menunjukan perubahan tingkat
kesadaran pada pasien cedera kepala.

Critical Thinking:
 Keseimbangan oksigen otak dipengaruhi oleh aliran
darah otak yang besarnya berkisar 1520 % dari curah
jantung (Black & Hawks, 2009). Keseimbangan
tersebut perlu dijaga dengan cara proteksi otak.
 Proteksi otak merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukan untuk mencegah atau mengurangi kerusakan
sel-sel otak yang diakibatkan oleh keadaan iskemia.

Jurnal Kedua:
Pengaruh Stimulasi Sensori Terhadap Nilai Glaslow
Coma Scale Pada Pasien Cidera Kepala Di Ruang
Neurosurgical Critical Care Unit RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung
 Tingkat kesadaran merupakan salah satu indikator
kegawatan dan prognosis pada cedera kepala.
 Pada keadaan kritis pasien mengalami perubahan
psikologis dan fisiologis
 Pasien mengalami ketidakmampuan memproses
stimulasi secara optimal karena mengalami penurunan
kesadaran, sebagian pasien juga mengalami retriksi
mobilitas dan tirah baring yang lama
 Hal-hal tersebut merupakan faktor terjadinya deprivasi
No Kriteria Jawab Pembenaran &Critical Thinking

sensori
 Populasi pada penelitian ini adalah pasien cedera
kepala yang dirawat di Ruang Neurosurgical Critical
Care Unit (NCCU) RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung.

Critical Thinking:
 Berbagai upaya asuhan keperawatan yang telah
dikembangkan untuk membantu meningkatkan
kesadaran pasien, antara lain: oksigenasi, pengaturan
posisi, stimulasi suara dan sentuhan (Muttaqin, 2008)
 Stimulasi sensori mampu memberikan efek
neuroprotektif yang mencegah kerusakan sel-sel otak
dari iskemik yang ditimbulkan cedera kepala (Society
for Neuroscience, 2010).

2 I Ya Jurnal Pertama:
Pengaruh Pemberian Oksigen Melalui Masker
Sederhana Dan Posisi Kepala 30º Terhadap Perubahan
Tingkat Kesadaran Pada Pasien Cedera Kepala
Sedang Di RSUD
Penelitian ini merupakan penelitian Quasi-Experimental,
pada penelitian ini intervensi dilakukan satu kali yaitu
intervensi pertama dilakukan dengan mengukur GCS
terlebih dahulu, setelah itu diberikan oksigen melalui
masker biasa dan posisi kepala 30 o kemudian GCS diukur
kembali setelah 24 jam.

Critical Thinking:
 Pemberian oksigenasi dan memelihara tekanan darah
yang baik dan adekuat untuk mencukupi perfusi otak
adalah hal yang paling utama dan terutama untuk
mencegah dan membatasi terjadinya cedera otak
sekunder yang akhirnya akan memperbaiki hasil akhir
penderita.
 Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Patria
(2012) bahwa pada pasien cedera kepala hendaknya
diberikan terapi oksigen dengan menggunakan masker
ataupun masker reservoir dengan konsentrasi oksigen
40-80%.
 Dalam jurnal ini tidak dijelaskan jumlah oksigen yang
No Kriteria Jawab Pembenaran &Critical Thinking

diberikan berapa liter/menit. Lalu kebutuhan oksigen


tiap responden seharusnya dihitung terlebih dahulu
menggunakan rumus kebutuhan oksigen (MV = TV x
RR)

Jurnal Kedua:
Pengaruh Stimulasi Sensori Terhadap Nilai Glaslow
Coma Scale Pada Pasien Cidera Kepala Di Ruang
Neurosurgical Critical Care Unit RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung
 Kelompok perlakuan, selain mendapatkan terapi
standar, ia juga mendapatkan stimulasi sensori
(stimulasi olfaktori, auditori, taktil dan gustatori)
selama 3 hari. Sedangkan kelompok kontrol hanya
mendapatkan terapi standar saja.
 Stimulasi sensori diberikan pada kelompok perlakuan
dengan melakukan perangsangan pada indera
pendengaran (audiotory), indera penciuman
(olfaktory), indera peraba (taktil) dan indera perasa
(gustatory), dengan menggunakan bahan-bahan yang
digunakan pasien sehari-hari, dimana stimulasi
diberikan secara bergantian.

 Pemberian stimulasi diberikan pada kondisi pasien


sedang tidak dilakukan intervensi medis maupun
intervensi keperawatan lainnya atau setelah aktivitas
yang berat.
 Jarak pemberian stimulasi satu dengan lainnya
diberikan ± 2-3 jam.

Critical Thinking:
Stimulasi sensori dapat menghambat terjadinya hiperemia
dan pengeluaran glutamat, sehingga dapat mencegah
kerusakan sel-sel saraf akibat iskemik.

3 C Ya Jurnal Pertama:
Pengaruh Pemberian Oksigen Melalui Masker
Sederhana Dan Posisi Kepala 30º Terhadap Perubahan
Tingkat Kesadaran Pada Pasien Cedera Kepala
Sedang Di RSUD
 Jenis penelitian merupakan penelitian Quasi-
Experimental dengan desain penelitian Pretest-Postest
control design.
 Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan
kriteria pasien yang mengalami cidera kepala sedang
 Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 30 responden
 Teknik analisa data menggunakan Wilcoxon Test
 Penelitian dilakukan pada bulan Juni-Juli 2015
No Kriteria Jawab Pembenaran &Critical Thinking

Critical Thinking:
 Desain penelitian dalam jurnal pertama menggunakan
desain Pretest-Posttest control design, seharusnya
sampel dibagi menjadi dua yaitu kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol (tidak diberi perlakuan).
 Tujuan utama pengelolaan cedera kepala adalah
mengoptimalkan pemulihan dari cedera kepala primer
dan mencegah cedera kepala sekunder yang
disebabkan oleh iskemik otak.
 Pengelolaan cedera kepala yang baik harus dimulai
dari tempat kejadian, selama transportasi, di instalasi
gawat darurat, hingga dilakukan terapi difinitif.
Pengelolaan yang benar dan tepat akan mempengaruhi
hasil akhir pasien.

Jurnal Kedua:
Pengaruh Stimulasi Sensori Terhadap Nilai Glaslow
Coma Scale Pada Pasien Cidera Kepala Di Ruang
Neurosurgical Critical Care Unit RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung
 Penelitian ini juga menggunakan metode Quasi
Experimental Design dengan pendekatan Pretest-
Posttest Control Group Design.
 Teknik pengambilan sampel menggunakan non
probability sampling jenis consecutive sampling.
 Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30
responden yang terbagi dalam dua kelompok, yaitu
kelompok kontrol (15 responden) dan perlakuan (15
responden).
 Teknik analisa data menggunakan uji Paired T Test
 Perbedaan nilai GCS pada kelompok kontrol dan
perlakuan dianalisis dengan dependent t test.
Sedangkan pengaruh stimulasi sensori terhadap nilai
GCS dianalisis dengan menggunakan independet t test.
 Penelitian dilakukan pada bulan April-Juni 2012

Critical Thinking:
Stimulasi sensori merupakan bagian dari terapi
komplementer yang terbukti memberikan keuntungan
dalam proses pemulihan pasien cedera kepala. Selain
memberikan rangsangan pada sistem RAS dan area kortek
otak, ia juga memiliki berbagai mekanisme neuroprotektif
yang mencegah kerusakan sel otak akibat iskemik

4 O Ya Jurnal Pertama:
Pengaruh Pemberian Oksigen Melalui Masker
No Kriteria Jawab Pembenaran &Critical Thinking

Sederhana Dan Posisi Kepala 30º Terhadap Perubahan


Tingkat Kesadaran Pada Pasien Cedera Kepala
Sedang Di RSUD
 Nilai rata-rata GCS (mean rank) sebelum adalah 17,92
dan GCS nilai rata-rata sesudah yaitu 14,09 dengan nilai
p 0,009.
 Hasil uji statistik dengan menggunakan wilcoxon test
didapat nilai p value 0,009 untuk nilai GCS sebelum
dan nilai p value 0,009 untuk nilai GCS sesudah
dilakukan pemberian oksigen melalui masker sederhana
dan posisi kepala 30°.
 Nilai p value < α (0,05) maka Ho ditolak, sehingga
dapat disimpulkan ada pengaruh pemberian oksigen
masker sederhana dan posisi kepala 30° terhadap
perubahan tingkat kesadaran GCS.

Critical Thinking:
 Oksigenasi jaringan otak sangat berhubungan dengan
beberapa parameter outcome dan prognosa pasien.
Penerapan terapi intervensi untuk tetap menjaga
oksigenasi jaringan otak diatas ambang tertentu dapat
memperbaiki angka mortalitas dan outcome neurologis
pada pasien-pasien cedera kepala.
 Elevasi kepala berdasarkan pada respon fisiologi
merupakan perubahan posisi untuk peningkatkan aliran
darah ke otak dan mencegah terjadinya peningkatan
TIK.

Jurnal Kedua:
Pengaruh Stimulasi Sensori Terhadap Nilai Glaslow
Coma Scale Pada Pasien Cidera Kepala Di Ruang
Neurosurgical Critical Care Unit RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung
 Nilai rata-rata (mean rank) sebelum yaitu adalah 7,80
dan nilai rata-rata sesudah yaitu 9,73 dengan nilai p
0,041.
 Berdasarkan uji Paired T Test terhadap nilai GCS pre
dan post-test pada kelompok kontrol ditemukan hasil
P>0.05 (P value=1.000), sehingga Ho diterima dan Ha
ditolak, dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan rerata skor GCS pada pasien kontrol, hal ini
didukung dengan tidak ditemukannya peningkatan rata-
rata nilai GCS pada kelompok tersebut
 Uji independent t test didapatkan nilai P < 0.05 (P
No Kriteria Jawab Pembenaran &Critical Thinking

value = 0,041) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima,


menunjukkan bahwa terdapat pengaruh stimulasi
sensori terhadap nilai GCS pada pasien cedera kepala
yang dirawat di ruang NCCU RSUP dr. Hasan Sadikin
Bandung.

Critical Thinking:
Tingginya peningkatan rerata nilai GCS pada kelompok
perlakuan, selain dari efek neuroprotektif terapi standar,
juga didukung oleh efek neuroprotektif stimulasi sensori
sendiri.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Hasil analisa dari jurnal pertama yaitu ada pengaruh pemberian oksigen
masker sederhana dan posisi kepala 300 terhadap perubahan tingkat
kesadaran GCS dengan nilai p value 0,009 untuk nilai sebelum dan nilai p
value 0,009 untuk nilai GCS sesudah dilakukan pemberian oksigen
masker sederhana dan posisi kepala 300.
2. Hasil analisa dari jurnal kedua terdapat perbedaan rata-rata nilai GCS pre-
test dan post-test baik kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan
dengan nilai p value = 0,017.
3. Hasil analisis pico didapatkan pemberian oksigen masker sederhana dan
posisi kepala 300 lebih efektif dibanding dengan pemberian stimulasi
sensori.

B. Saran
1. STIKES Bethesda Yakkum
Mempertahankan analisa jurnal pada program pendidikan profesi ners
pada setiap stase, sehingga mampu memperbaharui ilmu-ilmu yang
berkembang saat ini.
2. Pembaca
Perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam atau penelitian lebih lanjut
mengenai efektivitas dari intervensi di atas.
3. IGD Rumah Sakit Bethesda

DAFTAR PUSTAKA

Black.J.M & Hawks. J. H. (2009). Medical-Surgical Nursing: Clinical


Management For Positive Outcome. (7 th edition), St Louis, Elsivier
Saunders.

DepKes, RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. http //www.depkes.go.id/resources/


download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf. Diakses tanggal 10
desember 2014.
Depkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
http://www.terbitan.litbang.depkes.go.id.

Hidayat, Azis Alimul & Musrifatul Uliyah. (2014). Pengantar kebutuhan dasar
manusia. Edisi 2. Jakarta: Salemba medika.

Muttaqin, Arif. (2008). Asuhan Klien Dengan Gangguan Sistem Persyarafan.


Jakarta: Salemba Medika

Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Imunologi. Jakarta: Salemba Medika.

Patria. (2012). Aplikasi Klinis Terapi Oksigen. EGC. Jakarta.

Rendy, M.C. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Society For Neuroscience. (2010). Sensory Stimulation Protects Against Brain


Damage Caused by Stroke. Science Daily.

World Health Organization (WHO). (2015). Global Status Report on Road Safety,
WHO Librar. ed. Doi:978 92 4 156506 6. WHO/NMH/NVI/15.6.
LAMPIRAN

NOTULEN SEMINAR JURNAL:

Hari, tanggal : Rabu, 9 Januari 2019


Pukul : 09.05 – 10.15 WIB

Evaluasi dari Pak Brahmono::


1. Latar belakang terkait data kecelakaan lalu lintas di DIY diganti menggunakan
data terkini.
2. Bagian penutup ditambahkan saran untuk IGD.

Evaluasi dari Pak Wayan:


1. Populasi antara jurnal yang dibandingkan harusnya cari yang sama. Pada jurnal
pertama populasi penelitiannya yaitu pasien cidera kepala sedang (nilai GCS 9-
12), sedangkan pada jurnal kedua populasi penelitiannya yaitu pasien cidera
kepala dengan nilai GCS 3-13.
2. Peningkatan GCS dalam jurnal penelitian tidak dijelaskan.

Anda mungkin juga menyukai