Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90
mmHg. Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ yang umum
ditemui pada pasien hipertensi adalah penyakit ginjal kronis, jantung,
otak, penyakit arteri perifer, dan retinopati. ((Black&Hawks, 2014).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang ditemukan pada
masyarakat baik di negara maju maupun berkembang termasuk Indonesia.
Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan
darahsistoliklebihdarisamadengan 140 mmHg dan diastolic lebihdarisama
dengan 90 mmHg.Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis
yaitu hipertensi primer atau esensial yang penyebabnya tidak diketahui
dan hipertensi sekunderyang dapat disebabkan oleh penyakit ginjal,
penyakit endokrin, penyakit jantung, dan gangguan anak ginjal.
Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah
yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan
komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan
pemeriksaan tekanan darah secara berkala.

World Health Statistic ​(2012), prevalensi hipertensi dunia mencapai 29,2% pada
laki-laki dan 24,8% pada perempuan. ​World Health Statistic ​(2012),
prevalensi hipertensi di Indonesia pada laki-laki sebanyak 32,5% dan
sebanyak 29,3% pada perempuan. Prevalensi hipertensi di Indonesia
mencapai 31,7%​ ​dari populasi usia 18 tahun ke atas, dimana jumlah itu

1
2

penyakit jantung, gagal ginjal, pada semua umur di Indonesia (Riskesdas, 2013)
sampai dengan umur 55 tahun laki-laki lebih banyak menderita hipertensi
dibandingkan dengan perempuan, dari umur 55 tahun sampai dengan 74
tahun, sedikit lebih banyak perempuan dibanding laki-laki yang
menderita hipertensi. Pada populasi lansia (umur ≥ 60 tahun), prevalensi
untuk hipertensi sebesar 65,4% (Riskesdas, 2013).

Data survei dari Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada
tahun 2010 menunjukkan bahwa Provinsi Yogyakarta masuk dalam lima
besar provinsi dengan kasus hipertensi terbanyak dengan jumlah 35,8%
diatas rata-rata seluruh Indonesia yaitu 31,7% (Dinas Kesehatan Provinsi
DIY, 2012). Data laporan dari Survailans Terpadu Penyakit (STP)
ditingkat puskesmas di Yogyakarta pada tahun 2014, Jumlah yang
dilakukan pengukuran tekanan darah sebanyak 40.363 (15,73%), Dari
Jumlah tersebut diketahui yang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi)
sebanyak 7.464 (18,49 %) (Dinkes Provinsi DIY, 2015)

Hipertensi merupakan penyakit degeneratif dan kardiovaskuler yang memiliki


faktor risiko yang tidak dapat dikontrol (keturunan, jenis kelamin dan
usia) dan yang dapat dikontrol (kegemukan, kurang olahraga, merokok,
konsumsi alkohol dan garam yang berlebihan). Hipertensi dapat dicegah
dengan pengaturan pola makan yang baik dan aktivitas fisik yang cukup
seperti olahraga secara teratur (Fetriwahyuni., et al, 2015). Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2007 menunjukkan
prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran termasuk kasus yang
sedang minum obat, secara nasional sebesar 28,3 %. Menurut WHO
(2010), batas tekanan darah masih dianggap normal ialah <130/85
mmHg, sedangkan bila >140/90 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
3

American Nurses Association ​(ANA) mendefinisikan keperawatan kesehatan


komunitas atau keperawatan kesehatan masyarakat sebagai sintesis
praktik keperawatan klinis dan kesehatan masyarakat yang bersifat
komprehensif, holistik dan berlangsung secara terus-menerus pada upaya
promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.
Asuhan keperawatan komunitas diberikan kepada individu, keluarga,
kelompok dan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan.
Proses keperawatan komunitas terdiri dari pengkajian, perumusan
diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Asuhan
keperawatan komunitas harus didokumentasikan dengan baik sebagai
dokumen dan pembuktian legal terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan menurut NANDA 2015-2017. Penerapan proses keperawatan
dan dokumentasi sampai saat ini masih menemui berbagai kendala antara
lain sulitnya merumuskan diagnosis keperawatan dan belum seragamnya
diagnosis yang ditetapkan.
4

B. Tujuan
1. TujuanUmum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada keluarga Ny.M
dengan pendekatan proses keperawatan.
2. TujuanKhusus
a. Mahasiswamampu melakukan pengkajian keperawatan pada
keluarga Ny.M.
b. Mahasiswamampu merumuskan diagnosa keperawatan pada
keluarga Ny.M.
c. Mahasiswamampu melakukan perencanaan keperawatan pada
keluarga Ny.M.
d. Mahasiswa mampu melakukan intervensi keperawatan pada keluarga
Ny.M.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada keluarga
Ny.M.
f. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada
keluarga Ny.M.
C. Manfaat
1. Bagi Keluarga
Keluargamampumengenalmasalahkesehatan, mengambil keputusan
dalam melaksanakan tindakan yang tepat, merawatkeluarga yang
memilikigangguankesehatan, memodifikasilingkungan (menciptakan
dan mempertahankan suasana rumah yang sehat), dan
menggunakanfasilitaskesehatanyang ada di masyarakat dengantepat.
2. Bagi Institusi
5

Laporan ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan referensi serta
memberi kansum berinformasi guna menambah ilmu pengetahuan.
3. BagiPenulis Lain
Untuk menambah pengetahuan bagi penulis lain dalam menerapkan
ilmu yang diperoleh.

D. Metode
Sedangkan dalam pengumpulan data, mahasiswa menggunakan beberapa
metode, diantaranya:
1. Wawancara
Dengan cara tanya jawab tentang hal–hal yang perlu diketahui berkaitan
dengan aspek fisik, social budaya, ekonomi, dan keadaan lingkungan.
2. Observasi / Pengamatan
Observasi langsung dilakukan terhadap hal–hal yang tidak perlu
dipertanyakan, karena sudah cukup melalui pengamatan saja dan
penilaian dilakukan sendiri sesuai dengan kriteria teori, pengamatan
ini dilakukan terutama pada pengamatan fisik saja.
3. PemeriksaanFisik
Dilakukan pada anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dan
keperawatan, berkaitan dengan keadaan fisik.
4. StudiDokumentasi
Dengan menggunakan studi dokumentasid iharapkan dapat membantu
memperoleh data kesehatan keluarga, misalnya: melalui kartu sehat
keluarga, KMS, dan kartu kesehatan keluarga lain.
6

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KonsepMedisHipertensi
1. DefinisiHipertensi
Tekanandarahtinggiataudikenaldenganistilahhipertensididefinisikansebagaiele
vasipersistemdaritekanandarahsistolik pada level 140 mmHg ataulebih
dan tekanandarah diastolic pada level 90 mmHg ataulebih (Black &
Hawks, 2014).
Hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi (“​silent killer“​ ) dan perannya
terhadap gangguan jantung dan otak tidak diragukan lagi (Budisetio,
2011). Sesorang dikatakan mengalami hipertensi apabila tekanan darah
sistolik >140 mmHg dan diastolik 90 mmHg (Rachman, 2011).
Hipertensi atau sering disebut dengan darah tinggi adalah suatu
keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut
pada suatu target organ tubuh sehingga timbul kerusakan lebih berat
seperti stroke (terjadi pada otak dan berdampak pada kematian yang
tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi pada kerusakan pembuluh
darah jantung) serta penyempitan ventrikel kiri/ bilik kiri (terjadi pada
otot jantung).
Wahdah (2011) menyatakan bahwa seseorang yang menderita hipertensi dan
dibiarkan dalam waktu yang cukup lama akan mengakibatkan
kerusakan serius pada pembuluh darah, jantung dan ginjal (gagal
ginjal).
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa hipertensi merupakan
peningkatan tekanan darah sistole > 140 dan tekanan darah diastole >
90 mmhg yang dapat berubah-ubah sesuai dengan umur, aktivitas,
elastisitas arteri tingkat strees pengendalian ginjal serta pengendalian
sistem saraf terhadap tonus pembuluh darah.
7

2. Etiologi
Dalam Le Mone (2015), menurut penyebabnya hipertensi dibagi menjad 2
yaitu:
1) Hipertensi emergensi
Hipertensi emergensi merupakan situasi dimana diperlukan penurunan
tekanan darah yang segera dengan obat antihipertensi parenteral
karena adanya kerusakan organ target akut atau progresif target
akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan
organ target yang progresif dan di perlukan tindakan penurunan
TD yg segera dalam kurun waktu menit/jam.
2) Hipertensi urgensi
Hipertensi urgensi merupakan situasi dimana terdapat peningkatan
tekanan darah yang bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau
kerusakan organ target progresif bermakna tanpa adanya gejala
yang berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan
darah perlu diturunkan dalam beberapa jam. Penurunan TD harus
dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam (penurunan tekanan
darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam
sampai hari).

3. Faktor Resiko
Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau
dikendalikanserta faktor yang tidak dapat dimodifikasi dalam Black
and Hawks (2014).
a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi atau dikendalikan
1) Genetik
8

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan


keluarga tersebut mempunyai resiko menderita hipertensi.
Individu dengan orang tua hipertensi mempunyai resiko dua
kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada individu
yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.
2) JenisKelamin
Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi
lebih awal. Laki-laki juga mempunyai resiko yang lebihbesar
terhadapmorbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Sedangkan
di atasumur 50 tahun hipertensi lebih banyak terjadi pada
perempuan.
3) Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada
yang berkulitputih. Belum diketahui secara pasti penyebabnya,
namun dalam orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang
lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopressin lebih besar.
4) PenyakitGinjal
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara
a) Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah
pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan
berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan
darah ke normal.
b) Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi
pembuangan garam dan air, sehingga volume darah
bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
c) Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan
menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu
pembentukan hormone angiotensi, yang selanjutnya akan
memicu pelepasan hormone aldosteron.
9

5) Obat-obatan
Penggunaan obat-obatan seperti beberapa obat hormon (Pil KB),
Kortikosteroid, Siklosporin, Eritropoietin, Kokain, dan
Kayumanis (dalam jumlah sangat besar), termasuk beberapa
obat antiradang (anti-inflamasi) secara terus menerus (sering)
dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Minuman yang
mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang
dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi.
6) Preeklampsi pada kehamilan
Preeklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah
140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan
kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi.
Preeklamsi terjadi sebagai akibat dari gangguan fungsi organ
akibat penyempitan pembuluh darah secara umum yang
mengakibatkan iskemia plasenta (ari-ari)
sehinggaberakibatkurangnyapasokandarah yang membawa
nutrisi kejanin.
7) Keracunan timbal akut
Timbal bisa menyebabkan lesi tubulusproksimalis, lengkunghenle,
serta menyebabkan aminosiduria, sehingg atimbul kelainan
pada ginjal (Peradangan dan cedera pada salah
satuataukeduaginjal) bisa menyebabkan terjadinya tekanan
darah tinggi​.

b. Faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan


1) Stress
Stresakan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah
jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas sarafsimpatik.
10

Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan,


kelassosial, ekonomi, dan karakteristik personal.
2) Obesitas
Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antaraberat
badan dengan tekanan darah baik pada pasien hipertensi
maupun normotensi. Pada populasi yang tidak ada peningkatan
berat badan seiring umur, tidak dijumpa ipeningkatan tekanan
darah sesuai peningkatan umur. Obesitas terutama pada tubuh
bagian atas dengan peningkatan jumlah lemak pada bagian
perut.
3) Nutrisi
Sodium adalah penyebab penting dari hipertensi esensial, asupan
garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan
dari hormon natriouretik yang secara tidak langsung akan
meningkatkan tekanan darah. Asupan garam tinggi yang dapat
menimbulkan perubahan tekanan darah yang dapat terdeteksi
adalah lebih dari 14 gram per hari atau jika dikonversi kedalam
takaran sendok makan adalah lebih dari dua sendok makan.
4) Merokok
Penelitian terakhir menyatakan bahwa merokok menjadi salah satu
faktor risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi. Merokok
merupakan faktor risiko yang potensial untuk ditiadakan dalam
upaya melawan arus peningkatan hipertensi khususnya dan
penyakit kardiovaskuler secara umum di Indonesia.
5) Kurangolahraga
Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga) bisa memicu
terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang
diturunkan.
11

4. Klasifikasi

a. Klasifikasi Menurut Joint National Commite 7. Komite eksekutif

dari ​National High Blood Pressure Education mencanangkan

klasifikasi JNC ​(Joint Committe on Prevention, Detection,

Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure) p​ ada tabel

berikut, yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional Amerika

Serikat.

Tabel 2.1
Klasifikasi menurut JNC ​(Joint National Committe on Prevention, Detection,
Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure)

Kategori Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah


Darah menurut Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
JNC 7
ormal 120 80
a-Hipertensi 20-139 0-89
130 85
0-139 -89
ipertensi:
ahap 1 40-159 0-99
ahap 2 160 100

b. Klasifikasi tekanan darah menurut WHO (​World Health


Organization)​ . WHO dan ​International Society of Hypertension
Working Group (ISHWG) telah mengelompokkan hipertensi dalam
klasifikasi optimal, normal, normal-tinggi, hipertensi ringan,
hipertensi sedang, dan hipertensi berat.
Tabel 2.2

Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO

ekananDarahSistol TekananDarahDiatol
Kategori
(mmHg) (mmHg)
ptimal 120 80
ormal 130 85
12

ormal-Tinggi 0-139 -89


ngkat 1 40-159 0-99
HipertensiRingan)
ub-group: perbatasan 40-149 0-94
ngkat 2 (HipertensiSedang) 60-179 00-109
ngkat 3 (HipertensiBerat) 180 110
ipertensisistolterisolasi 140 90
solated systolic hypertension)​
ub-group: perbatasan
40-149 90

c. Klasifikasi berdasarkan hasil konsensus Perhimpunan


Hipertensi Indonesia.Tingkatan hipertensi ditentukan berdasarkan
ukuran tekanan darah sistolik dan diastolik dengan merujuk hasil
JNC dan WHO
Tabel 2.3
Klasifikasi Hipertensi Menurut Perhimpunan Hipertensi Indonesia
TekananDarahSist TekananDarahDiastol
Kategori
ol (mmHg) (mmHg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi Tahap 1 140-159 90-99

Hipertensi Tahap 2 ≥160-179 ≥100

Hipertensi
≥140 <90
Sistolterisolasi

5. Patofisiologi

Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada


ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan
mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya
dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan
13

kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang


pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah
(Corwin, 2009)
14

Sumber; (Black & Hawks (2014), Le Mone (2015), Corwin (2009)

6. ManifestasiKlinis
Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih
serius dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Seringkali hipertensi
disebut sebagai ​silent killer karena dua hal, yaitu: Hipertensi sulit
disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus.
Gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan, dan sakit kepala
biasanya jarang berhubungan langsung dengan hipertensi. Hipertensi
dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah secara teratur.
(Black&Hawks, 2014)
Jika tidak diobati gejala hipertensi bervariasi pada masing-masing individu dan
hamper sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala-gejalanya adalah:
a. Sakit kepala
b. Nyeri dada
c. Mudah lelah
15

d. Palpitasi (jantung berdebar)


e. Hidung berdarah
f. Sering buang air kecil (terutama malam hari)
g. Tinnitus (telinga berdenging)
h. Dunia terasa berputar (vertigo)
(Brunner&Sudart, 2011)

7. Komplikasi
Menurut Corwin (2009) komplikasi dari hipertensi adalah sebagai berikut:
a. Stroke
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga
aliran darah ke otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yang
mengalami aterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya aneurisma.
b. Infark miokard
Dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
thrombus yang menghambat aliran darah yang melewati pembuluh
darah. Pada hipertensi kronis dan hipertropi ventrikel, kebutuhan
oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat
menjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian
juga, hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu
hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia,
hipoksia jantung, dan peningkatan risiko pembentukan bekuan.
c. Gagal ginjal
Dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran
darah ke unit fungsional ginjal, yaitu nefron akan terganggu dan
16

dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya


membran glomerulus, protein akan keluar melalui urine sehingga
tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan
edema, yang sering dijumpai pada hipertensi kronis.
d. Ensefalopati (kerusakan otak)
Dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang
meningkat, cepat, dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi
pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh susunan saraf
pusat. Neuron- neuron disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta
kematian.
e. Kejang
Dapat terjadi pada wanita preeklamsi. Bayi yang lahir mungkin memiliki
berat lahir kecil pada masa kehamilan akibat perfusi plasenta yang
tidak adekuat, kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis
jika ibu mengalami kejang selama atau sebelum proses persalinan.

8. PemeriksaanPenunjang

Menurut Le Mone (2015), pemeriksaan penunjang hipertensi meliputi:

1) Hemoglobin/hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas)
dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti
hiperkoagulabilitas dan anemia.
2) BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal. Diabetes mellitus adalah
pencetus hipertensi yang dapat diakibatkan oleh peningkatan.
3) Kalium serum
17

Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron sebagai penyebab


atau menjadi efek samping terapi diuretik.
4) Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi.
5) Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar kolesterol dapat mengindikasikan pencetus adanya
pembentukan plak ateromatosa/aterosklerosis.
6) EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi

9. Penatalaksanaan
Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko timbulnya penyakit
kardiovaskuler atau komplikasi organ lainya, untuk itu diperlukan
upaya pengendalian yang bertujuan mencegah terjadinya komplikasi
dan meningkatkan kualitas hidup serta memperpanjang lama hidup
penderita hipertensi. Dengan mengendalikan tekanan darah, angka
mortalitas dan morbiditas dapat diturunkan. Pengendalian hipertensi
dibedakan dalam dua jenis penatalaksanaan, diantaranya:

1) Farmakologis
Divine (2012) beberapa obat farmakologi yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi yaitu:

a) Diuretik
Jenis obat ini adalah obat yang mempengaruhi ginjal. Kadar
garam di dalam tubuh dikeluarkan bersamaan dengan zat
cair yang ditahan oleh garam. Biasanya tidak ada efek
samping yang mengganggu, tetapi efek tambahan dari
18

diuretik adalah tidak saja garam yang dikeluarkan dari


tubuh, tetapi zat penting seperti kalium juga ikut keluar.

b) Alpha, beta, dan alpha-beta adrenergic blocker


Obat-obatan ini bekerja menghalangi pengaruh
bahan-bahan kimia tertentu dalam tubuh, juga dapat
membuat jantung berdetak lebih lambat dan tidak begitu
keras dalam memompa.

c) Inhibitor ACE (​Angiostensin Corverting Enzym)​


Inhibitor ACE membantu mengendurkan pembuluh darah
dengan menghalangi pembentukan bahan kimia alamiah
dalam tubuh yang disebut angiostensin II.

d) Calcium Chanel Blocker


Obat ini membantu mengendurkan pembuluh darah dan
mengurangi aliran darah. Pengaruh penurunan tekanan
darah dari obat ini bisa singkat, bisa juga lama. Penurunan
singkat tidak direkomendasikan pada tekanan darah tinggi,
sebab kontrolnya tidak menentu, dan beberapa laporan
mengaitkan dengan pengaruh terhadap jantung yang
merugikan. Pengobatan modern untuk hipertensi banyak
menyembuhkan hipertensi namun pengobatan ini juga
memiliki efek samping. Efek samping yang sering timbul
adalah sakit kepala, pusing, lemas, dan mual (Susilo dan
Wulandari, 2011).

2) Non Farmakologis

Perubahan pola hidup sehat merupakan pengobatan non

farmakologis yang bertujuan menghilangkan faktor resiko yang


19

dapat memperberat penyakit (Marliani, 2007). Penatalaksanaan

non farmakologi misalnya dengan menjalankan pola hidup sehat,

menurunkan berat badan sampai batas ideal dengan cara

membatasi makan dan mengurangi penggunaan garam,

menghentikan pemakaian alkohol dan narkoba, hidup dengan

pola yang sehat istirahat yang cukup, berhenti merokok,

mengelola stres, melakukan olahraga yang tidak terlalu berat

secara teratur (Susilo dan Wulandari, 2011). Perubahan gaya

hidu selain dapat menurunkan tekanan darah pada pasien

hipertensi dan juga dapat mengurangi terjadinya kenaikan

tekanan darah. Modifikasi gaya hidup yang dapat dilakukan

diantaranya:

a) Mengatur Pola Makan

Hipertensi merupakan salah satu penyakit akibat gaya

hidup yang buruk, oleh karena itu memerlukan pengaturan

komposisi makan. Pengaturan pola makan yang diimbangi

dengan olahraga dapat meningkatkan kualitas hidup

penderita. Bagi penderita hipertensi selain mengatur asupan

kalori yang seimbang dan membatasi asupan garam

(natrium klorida), misalnya pada mie instan. Selain itu,

makanan yang diawetkan (ikan asin) juga hendaknya

dikurangi. Mengurangi tekanan darah dapat dilakukan


20

dengan meningkatkan asupan kalium dalam bentuk

suplemen atau sayuran yang mengandung banyak mineral

(seledri, kol, jamur, dan kacang-kacangan) (Pattisina,

2006).

Menurunkan asupan garam diperkirakan akan menurunkan

tekanan darah sampai dengan tingkatan yang lebih optimal,

sehingga mencegah ribuan kematian akibat CVD

(​Cardiovascular Disease)​ dan stroke. Di Inggris

diperkirakan pengurangan asupan natrium sebesar 100 mol/

hari akan menyebabkan tekanan darah turun dari 5,0-2,8

mmHg dan mencegah kematian akibat PJK serta 15.000

kmmatian akibat stroke (Brown., et al 2009).

b) Meningkatkan aktivitas fisik

Aktivitas fisik dapat didefinisikan sebagai pergerakan otot

yang menggunakan energi. Olahraga adalah salah satu jenis

aktivitas fisik yang didefinisikan sebagai aktivitas yang

direncanakan dan diberi struktur dimana gerakan bagian

tubuh diulang untuk memperoleh kebugaran, misalnya jalan

kaki, jogging, berenang, dan aerobik. Secara substansial

kegiatan olahraga dengan intensitas sedang lebih baik

daripada olahraga dengan intensitas berat, hal tersebut


21

dikarenakan dapat meningkatkan kardiak output dengan

sedikit kenaikan tekanan darah. Selain olahraga, kegiatan

rumah tangga sehari-hari misalnya menyapu halaman dan

lainya juga dapat diklasifikasikan sebagai aktivitas fisik.

Aktivitas fisik yang dilakukan merupakan akumulalsi atau

total jumlah dari beberapa aktivitas fisik sepanjang hari.

Pada dasarnya setiap orang dewasa harus melakukan paling

sedikit 30 menit aktivitas fisik dengan intensitas sedang

setiap hari (Soeharto, 2007).

Senam yang cocok digunakan untuk orang yang menderita

penyakit jantung maupun hipertensi yaitu jenis senam

hipertensi k​ arena merupakan senam yang gerakannya

ringan dan bisa dilakukan siapa saja mulai dari usia

anak-anak, dewasa bahkan lansia (Susanto, 2008).

B. Konsep Keperawata Keluarga


1. Pengertian Keluarga
22

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran
masing-masing (Suprajitno, 2012). Keluarga merupakan unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang
yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan (Effendi, 2011). Departemen
Kesehatan RI (1988) dalam Zaidin Ali (2010) menyatakan bahwa
keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik


keluarga adalah:
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah
mereka tetap memperhatikan satu sama lain
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial: suami, istri, anak, kakak dan adik
d. Mempunyai tujuan: menciptakan dan mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.
23

2. Struktur Keluarga
Suprajitno (2012) mengemukakan, keluarga memiliki struktur yang dikepalai
oleh kepala keluarga, yaitu:
a. Patrilineal​: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur ayah
b. Matrilineal​: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu
c. Matrilokal:​ sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah ibu
d. Patrilokal​: sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami
e. Keluarga kawinan:​ hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

3. Ciri-ciri Keluarga
Keluarga memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda di setiap negara, menurut Ali
(2010) ciri-ciri keluarga adalah:
a. Unit terkecil dari masyarakat
b. Terdiri dari dua orang atau lebih dalam satu atap yang mempunyai
hubungan yang intim, pertalian darah/ perkawinan.
c. Terorganisasi di bawah asuhan kepala rumah tangga (biasanya
bapak atau ibu atau keluarga lain yang dominan) yang saling
berhubungan dengan satu dengan lainnya, saling bergantung antar
anggota keluarga.
24

d. Setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsi masing-masing


yang dikoordinasikan oleh kepala keluarga
e. Mempunyai keunikan masing-masing serta nilai dan norma hidup
yang didasari sistem kebudayaan
f. Mempunyai hak otonomi dalam mengatur keluarganya misalnya
dalam hal kesehatan keluarga.

4. Macam-macam struktur/tipe/bentuk Keluarga


Beberapa macam struktur/tipe/bentuk keluarga menurut Ali (2010):
a. Tradisional
1) The nuclear family (keluarga inti): Keluarga yang terdiri dari
suami, istri dan anak.
2) The dyad family:​ Keluarga yang terdiri dari suami dan istri
(tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah
3) Keluarga usila : Keluarga yang terdiri dari suami istri yang
sudah tua dengan anak sudah memisahkan diri
4) The childless family:​ Keluarga tanpa anak karena terlambat
menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya, yang
disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada
wanita
5) The extended family (keluarga luas/besar): Keluarga yang terdiri
dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti
nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakak-nenek),
keponakan, dll).
6) The single-parent family (keluarga duda/janda): Keluarga yang
terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini
terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan
ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
25

7) Commuter family:​ K
​ edua orang tua bekerja di kota yang
berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal
dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada
anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end).
8) Multigenerational family:​ Keluarga dengan beberapa generasi
atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
9) Kin-network family:​ Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam
satu rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan
barang-barang dan pelayanan yang sama. Misalnya: dapur,
kamar mandi, televisi, telepon, dll).
10) Blended family:​ Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda
yang menikah kembali dan membesarkan anak dari
perkawinan sebelumnya.
11) The single adult living alone / single-adult family:​ Keluarga
yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau
ditinggal mati.
b. Non-Traisional
1) The unmarried teenage mother​: Keluarga yang terdiri dari
orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa
nikah.
2) The stepparent family:​ Keluarga dengan orangtua tiri.
3) Commune family:​ Beberapa pasangan keluarga (dengan
anaknya) yang tidak ada hubungan saudara, yang hidup
bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui
aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama.
26

4) The nonmarital heterosexual cohabiting family:​ Keluarga yang


hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
5) Gay and lesbian families:​ Seseorang yang mempunyai
persamaan sex hidup bersama sebagaimana pasangan
suami-istri (marital partners).
6) Cohabitating couple:​ Orang dewasa yang hidup bersama diluar
ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
7) Group-marriage family:​ Beberapa orang dewasa yang
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa
telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu,
termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
8) Group network family​: Keluarga inti yang dibatasi oleh set
aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan
dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
9) Foster family​: Keluarga menerima anak yang tidak ada
hubungan keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat
orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
10) Homeless family​: Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang
dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem
kesehatan mental.
11) Geng: Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan
kriminal dalam kehidupannya.
27

5. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan
pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga (Tantut, 2012) adalah
sebagai berikut:

a. Peranan ayah: ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai


pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya,
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan ibu: sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu
mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah
satu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga dapat berperan
sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peranan anak: anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai
dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan
spiritual.

6. Fungsi Keluarga
Adapun fungsi keluarga (Tantut, 2012) antara lain:
a. Fungsi biologis :
1) Meneruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi Psikologis :
28

1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman


2) Memberikan perhatian di antara anggota keluarga
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
4) Memberikan identitas keluarga
c. Fungsi sosialisasi :
1) Membina sosialisasi pada anak.
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

d. Fungsi ekonomi :
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di
masa yang akan datang (pendidikan, jaminan hari tua).
e. Fungsi pendidikan :
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat
dan minat yang dimilikinya
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan
datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat
perkembangannya.

7. Tahap-tahap kehidupan/perkembangan keluarga


29

Setiap keluarga akan melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun


secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Friedman,
1998 ​cit ​ Suprajitno, 2012).
a. Pasangan baru (keluarga baru): Keluarga baru dimulai saat
masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk
keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan
(psikologis) keluarga masing-masing.
b. Membina hubungan intim yang memuaskan.
c. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok social.
d. Mendiskusikan rencana memiliki anak.
1) Keluarga ​child-bearing (kelahiran anak pertama): Keluarga yang
menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi kelahiran
anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30
bulan.
a) Persiapan menjadi orang tua.
b) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran,
interaksi, hubungan sexual dan kegiatan keluarga.
c) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan.
2) Keluarga dengan anak pra-sekolah: Tahap ini dimulai saat
kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun.
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan
tempat tinggal, privasi dan rasa aman
b) Membantu anak untuk bersosialisasi
c) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara
kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi
30

d) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam


maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan
sekitar)
e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap
yang paling repot)
f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang
anak
3) Keluarga dengan anak sekolah: Tahap ini dimulai saat anak
masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada usia 12
tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota
keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk.
a) Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan
lingkungan
b) Mempertahankan keintiman pasangan
c) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan
kesehatan anggota keluarga
4) Keluarga dengan anak remaja: Dimulai pada saat anak pertama
berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7 tahun
kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah
orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja
dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar
untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa.
a) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung
jawab, mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan
meningkat otonominya
b) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
31

c) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan


orangtua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
d) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh
kembang keluarga
5) Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan): Tahap ini dimulai
pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada
saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini
tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak
yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.
a) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b) Mempertahankan keintiman pasangan.
c) Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua.
d) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
e) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
6) Keluarga usia pertengahan: Tahap ini dimulai pada saat anak
yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun
atau salah satu pasangan meninggal.
a) Mempertahankan kesehatan
b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
teman sebaya dan anak-anak
c) Meningkatkan keakraban pasangan
7) Keluarga usia lanjut: Tahap terakhir perkembangan keluarga ini
dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut saat
salah satu pasangan meninggal damapi keduanya meninggal.
a) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b) Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik dan pendapatan
c) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
32

d) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial


masyarakat
e) Melakukan ​life review​ (merenungkan hidupnya).

C. Konsep Tumbuh Kembang Keluarga


Perkembangan adalah peningkatan kompleksitas fungsi dan kemajuan
keterampilan. Perkembangan adalah kemampuan dan keterampilan yang
dimiliki individu untuk beradaptasi dengan lingkungan. Perkembangan
merupakan aspek perilaku dari pertumbuhan. Dalam
Seotjinngsing&Ranuh, (2014) ​perkembangan masa dewasa di bagi
menjadi
1. Dewasa Muda (20-40 tahun)
Dewasa muda disebut sebagai individu yang matur. Mereka sudah dapat
memikul tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dan
mengharapkan hal uang sama dari orang tua. Mereka menghadapi
berbagai tugas dalam hidup dengan sikap realistis dan dewasa,
membuat keputusan dan bertanggung jawab atas keputusan tersebut.
a. Perkembangan fisik
Individu berada pada kondisi fisik yang prima diawal usia 20an.
Semua sistem pada tubuh (seperti kardiovaskuler, penglihatan,
pendengaran dan reproduktif) juga berfungsi pada badan dan massa
otot dapat berubah akibat diet dan olahraga.

b. Perkembangan psikososial
Individu masa muda, menghadapi sejumlah pengalaman serta
perubahhan gaya hidup yang baru saat beranjak dewasa, mereka
harus membuat pilihan mengenai pendidikan, pekerjaan,
33

perkawinan, memulai rumah tangga dan untuk membesarkan anak.


Beberapa perkembangan psikososial pada dewasa muda yaitu:
a) Berada pada tahap genital, yaitu ketika energy doarahkan untuk
mencaai hubungan seksual yang matur (mengacu pada teori
Freud).
b) Memiliki tugas perkembangan berikut, mengacu pada pemikiran
Havighurst :
1) Memilih pasangan
2) Belajar untuk hidup bersama pasangan
3) Membentuk sebuah keluarga
4) Membesarkan anak
5) Mengatur rumah tangga
6) Memulai suatu pekerjaan
7) Memikul tanggung jawab sebagai warga Negara
8) Menemukan kelompok sosial yang cocok
2. Dewasa Menengah (40-65 tahun)
a. Perkembangan fisik
Pada perkembangan ini, banyak perubahan fisik yang terjadi,
antara lain sebagai berikut:
1) Penampilan
2) Sistem musculoskeletal
3) Sistem kardiovaskuler
4) Persepsi sensori
5) Metabolism
6) Sistem pencernaan
7) Sistem perkemihan
8) Seksualitas
b. Perkembangan psikososial
34

Menurut Havighurst, individu paruh baya memiliki tugas


perkembangan psikososial sebagai berikut:
1) memenuhi tanggung jawab sebagai warga Negara dewasa dan
tanggung jawab sosial.
2) Membangun dan mempertahakan standar ekonomi hidup
3) Membantu anak yang beranjak remaja untuk menjadi individu
dewasa yang bahagia dan bertanggung jawab.
4) Mengembangkan berbagai aktivitas untuk mengisi waktu luang.
c. Perkembangan Kognitif
Kemampuan kognitif dan intelektual di masa paruh baya tidak
banyak mengalami perubahan. Proses kognitif meliputi waktu
reaksi, memori, persepsi, pembelajaran, pemecahan masalah, dan
kreativitas.
3. Dewasa Tua/Lansia (>65 tahun)
a. Perkembangan psikososial
Menurut Erikson, tugas perkembangan di masa ini adalah integritas
ego versus putus asa. Seseorang yang mencapai integritas ego
memandang kehidupan dengan perasaan utuhh dan meraih
kepuasan dari keberhasilan yang dicapai di masa lalu.
b. Perkembangan kognitif
Perubahan pada struktur kognitif berlangsung seiring
bertambahnya usia. Diyakini bahwa terjadi penurunan jumlah
neuron yang progresif. Pada lansia, proses penarikan informasi dari
memori jangka panjang dapat menjadi lebih lambat. Lansia
cenderung melupakan kejadian yang baru saja berlalu. Dan mereka
memerlukan waktu yang lebih banyak dalam belajar.
35

D. Asuhan Keperawatan Keluarga


Proses keperawatan merupakan pusat bagi semua tindakan keperawatan, yang
dapat diaplikasikan dalam situasi apa saja, dalam kerangka referensi
tertentu, konsep tertentu, teori atau falsafah. Dalam melakukan asuhan
keperawatan kesehatan keluarga menurut Effendi (2011) dengan melalui
membina hubungan kerjasama yang baik dengan keluarga yaitu dengan
mengadakan kontrak dengan keluarga, menyampaikan maksud dan tujuan,
serta minat untuk membantu keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan
keluarga, menyatakan kesediaan untuk membantu memenuhi
kebutuhan-kebutuhan kesehatan yang dirasakan keluarga dan membina
komunikasi dua arah dengan keluarga.
Friedman menjelaskan proses asuhan keperawatan keluarga terdiri dari lima
langkah dasar meliputi:
1. Pengkajian
Menurut Suprajitno (2011) pengkajian adalah suatu tahapan ketika
seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus
tentang keluarga yang dibinanya. Kegiatan yang dilakukan dalam
pengkajian meliputi pengumpulan informasi dengan cara sistematis
dengan menggunakan suatu alat pengkajian keluarga, diklasifikasikan
dan dianalisa.
a) Pengumpulan keluarga
1) Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat
tinggal dan tipe keluarga.
2) Latar belakang budaya/kebiasaan keluarga
3) Status sosial ekonomi
4) Tingkat perkembangan dan riwayat keluarga
5) Aktivitas
6) Data lingkungan
36

7) Struktur keluarga
8) Fungsi keluarga
9) Pola istirahat tidur
10) Pemeriksaan fisik anggota keluarga
11) Koping keluarga
2. Diagnosa
Menurut APD Salvari (2013) diagnosa keperawatan adalah penyataan
yang menggambarkan respon manusia atas perubahan pola interaksi
potensial atau actual individu. Dalam diagnosa keperawatan meliputi
sebagai berikut:
a) Problem atau masalah
b) Etiologi
c) Symptom
Didalam diagnosa, untu memprioritaskan masalah dilakukan proses
scoring. Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan:
a) Tentukan skor untuk setiap kriteria yang dibuat
b) Selanjutnya dibagi dengan angka yang tertinggi dan dikalikan
dengan bobot
3. Perencanaan Keperawatan Keluarga
Menurut APD Salvari (2013), rencana keperawatan keluarga adalah
sekumpulan tindakan yang ditentukan oleh perawat untuk
dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan
yang telah diidentifikasi dari masalah keperawatan yang sering
muncul. Langkah-langkah rencana keperawatan keluarga adalah:
a) Menentukan sasaran goal
b) Menentukan tujuan atau objektif
c) Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan
d) Menentukan kriteria dan standar kriteria
37

Standar mengacu pada lima tugas keluarga sedangkan kriteria


mengacu pada tiga hal yaitu:
a) Pengetahuan (Kognitif)
b) Sikap (Afektif)
c) Tindakan (Psikomotor)
Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan adalah
a) Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah dan mempunyai jangka
waktu yang sesuai dengan kondisi klien
b) Kriteria hasil hendaknya dapat diukur.
c) Rencana tindakan sesuaikan dengan sumber daya dan dana yang
dimiliki oleh keluarga dan mengarah kepada kemandirian klien
sehingga tingkat ketergantungan dapat diminimalisasi.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan
keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk
membangkitkan minat keluarga untuk mendapatkan perbaikan kea rah
perilaku hidup sehat. Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga
didasarkan kepada asuhan keperawatan yang telah disusun.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil,
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilan bila hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian
perlu disusun rencana keperawatan yang baru.

Anda mungkin juga menyukai