Anda di halaman 1dari 22

ASKEP AKUT LIMB ISCHEMIC

1.1 ANATOMI FISIOLOGI PEMBULUH DARAH


1.1.1 Arteri
Berfungsi untuk transportasi darah dengan tekanan yang tinggi ke
jaringan. Karena itu system arteri mempunyai dinding yang kuat dan
darah mengalir dengan cepat menuju jaringan. Dinding aorta dan
arteri relative mengandung banyak jaringan elastis. Dinding tersebut
teregang waktu sistol dan mengadakan recoil pada saat diastole.
Dinding pembuluh darah arteri terdiri dari tiga lapis:
 Lapisan luar disebut tunika advensia
tersusun dari jaringan ikat dan mengandung serabut syaraf,
pembuluh darah yang mempengaruhi dinding arteri (vasavasorum).
 Lapisan tengah disebut tunika media
terdiri dari kolagen, serat otot polos dan elastis damn mempertahankan
elastisitas dan ketegangan arteri juga berfungsi sebagai penyokong
primer dari arteri.
 Lapisan dalam disebut tunika intima
lapisan mulus sel-sel endotel yang menyediakan permukaan non
trombogenik untuk aliran darah.

1.1.2 Arteriol
Adalah cabang terujung dari system arteri dan berfungsi sebagai
katup pengontrol untuk mengatur pengaliran ke kapiler. Arteriol
merupakan tempat utama resistensi aliran darah dan perubahan kecil
pada diameternya menyebabkan perubahan yang besar pada resistensi
perifer.
1.1.3 Kapiler
Berfungsi sebagai tempat pertukaran cairan dan nutrisi antara darah
dan ruang interstitial.
1.1.4 Venula
Dinding venul hanya sedikit lebih tebal daripada kapiler. Berfungsi
menampung darah dari kapiler dan secara bertahap bergabung
kedalam vena yang lebih besar.

1.2 DEFINISI ACUT LIMB ISKEMIC


Acute limb ischemia didefinisikan penurunan perfusi ke anggota gerak
secara tiba-tiba yang mengancam kelangsungan hidup anggota gerak tubuh.
(new England journal,2012).
Akut limb iskemik didefinisikan sebagai penurunan perfusi tiba-tiba
anggota tubuh yang menyebabkan ancaman potensial terhadap viabilitas
ekstremitas. (Inter-Society Konsesus Pengelolaan Penyakit Arteri
Peripheral ,2007).
1.3 PENYEBAB
1.3.1 Embolus
Penyebab tersering adalah bifurkasio aorta (kebanyakan arterial emboli-
80%-terbentuk disini). Sumber lain emboli dari jantung: jendalan pada
otot yang mati setelah infark miokard; endocarditis; myxoma. Sumber
lain: aneurisma, plak atheromatous.
1.3.2 In situ thrombosis dari penyakit aterosklerotik oklusif yang telah ada
1.3.3 Trauma vaskuler
Riwayat trauma arteri, post catheterisasi atau pemasangan Intra Aortic
Ballon Pump ( IABP ), diseksi aorta atau fraktur tungkai.

Rangkuti (2008) dan Al-Thani et al (2009) mengatakan bahwa beberapa faktor


resiko untuk penyakit arteri perifer :
 Merokok
 Diabetes Militus tidak terkontrol
 Hiperlipidemia
 Usia > 50 tahun
 Hipertensi tidak terkontrol
 Inflamasi
 Hiperkoagulasi

1.4 KLASIFIKASI ACUT LIMB ISCHEMIC


Menurut :( The Society of Vascular Surgery/International Society of
Cardiovascular Surgery ,Rutherford et al, 1997) :
 Kelas I : perfusi jaringan masih cukup,walaupun terdapat penyempitan
arteri, tidak ada kehilangan sensasi motorik dan sensorik, masih bisa
dengan obat-obatan.pada pemeriksaan Doppler signal audible.
 Kelas IIa : perfusi jaringan tidak memadai pada aktifitas tertentu. Timbul
klaudikasi intermiten yaitu nyeri pada otot ekstremitas bawah ketika
berjalan dan memaksakan berhenti berjalan,nyeri hilang jika pasien
istirahat dan sudah mulai ada kehilangan sensorik. Harus dilakukan
pemeriksaan angiography segera untuk mengetahui lokasi oklusi dan
penyebab oklusi.
 Kelas IIb : perfusi jaringan tidak memadai, ada kelemahan otot ekstremitas
dan kehilangan sensasi pada ekstremitas. Harus dilakukan intervensi
selanjutnya seperti revaskularisasi ataupun embolektomy.
 Kelas III : telah terjadi iskemia berat yang mengakibatkan nekrosis,
kerusakan syaraf yang permanen, irrevesibel, kelemahan ekstremitas,
kehilangan sensasi sensorik, kelainan kulit atau gangguan penyembuhan
lesi kulit. Intervensi tindakan yang dilakukan yaitu amputasi.
Akut limb iskemia juga dapat diklasifikasikan berdasarkan terminology :
1. Onset
- Akut : iskemia kurang dari 14 hari
- Akut on kronik: perburukan tanda dan gejala kurang dari 14 hari
- Kronik :iskemia stabil lebih dari 14 hari.
2. Severty
- Inkomplit : limb not threated
- Komplit : limb threated
- Irreversible: limb non viable.

1.5 MANIFESTASI KLINIK


Gejala ALI dapat digambarkan dengan 6 P yaitu :
1. Pain / nyeri 
Nyeri yang hebat terus-menerus terlokalisasi di daerah ekstremitas dan
muncul tiba-tiba, intensitas nyeri tidak berhubungan dengan beratnya
iskemia karena pasien yang mengalami neuropathy dimana sensasi
terhadap nyeri menurun.
2. Pallor / pucat 
Tampak putih, pucat dan dalam beberapa jam dapat menjadi kebiruan atau
ungu / mottled

3. Pulselless 
Denyut nadi tidak teraba dibandingkan pada ekstremitas yang lain.
4. Parasthesia
Tidak mampu merasakan sentuhan pada ekstremitas
5. Paralisis
Kehilangan sensasi motorik pada ekstremitas, adanya parasthesia dan
paralisis merupakan pertanda yang buruk dan membutuhkan penanganan
segera
6.     Poikilothermia : dingin pada ekstremitas
Terdapat manifestasi klinis yang berbeda pada akut limb iskemik yang akut
limb  disebabkan oleh thrombus dan emboli.
Pada emboli tanda dan gejala yang muncul secara tiba-tiba dalam
beberapa menit, tidak terdapat klaudikasio, ada riwayat atrial fibrilasi,
ektremitas yang terkena tampak kekuningan (yellowish), pulsasi pada
kolateral ekstremitas normal, dapat terdiagnosa secar klinis dan dilakukan
pengobatan dengan pemberian warfarin atau embolectomy.
Sedangkan pada akut limb iskemik yang disebabkan oleh thrombus tanda
dan gejala yang muncul dapat tejadi dalam beberapa jam sampai berhari-hari,
ada klaudikasio, ada riwayat aterosklerotik kronik, ekstremitas yang terkena
tampak sianotik dan lebam, pulsasi pada kolateral ekstremitas tidak ada, dapat
terdiagnosa dengan angiography dan dilakukan tindakan  bypass atau
pemberian obat-obatan sepeti fibrinolitik.

1.6 DIAGNOSIS ALI


1.6.1 Anamnesis
Anamnesis mempunyai 2 tujuan utama : menanyakan gejala yang
muncul pada ekstremitas yang berhubungan dengan keparahan dari
iskemia anggota gerak dan mengkaji informasi terdahulu,
menyinggung etiologi, diagnosis banding, dan kehadiran penyakit
yang signifikan secara bersamaan. Pengkajian umum yang sebaiknya
dilakukan yaitu mengenai pengkajian riwayat yang jelas mengenai
kemungkinan penyebab dari iskemik pada tungkai, derajat iskemik,
termasuk tindakan untuk bedah umum ataupun bedah vascular bila
kondisi memungkin Pemeriksaan untuk mengetahui faktor resiko
kardiovaskular adalah riwayat merokok, riwayat serangan jantung,
Hipertensi,diabetes melitus,riwayat trauma dan hiperlipidemia.
1.7.2. Pemeriksaan fisik
Bandingkan dengan ekstremitas kanan dengan kiri (yang terkena
efek ALI dengan yang normal) :

     Pulsasi
Apakah defisit pulsasi bersifat baru atau lama mungkin sulit
ditentukan pada pasien penyakit arteri perifer (PAD) tanpa suatu
riwayat dari gejala sebelumnya, pulsasi radialis, dorsalis pedis
mungkin normal pada kasus mikro embolisme yang mengarah
pada disrupsi (penghancuran)  plak aterosklerotik atau emboli
kolestrol. Pemeriksaan pulsasi harus dikonfirmasi dengan
pemeriksaan hand-held Doppler.
Arteri femoralis Arteri poplitea

Arteri tibia posterior Arteri dorsum pedis


     Lokasi
Tempat yang paling sering terjadinya oklusi emboli arterial
adalah arteri femoralis, namun juga dapat di temukan pada arteri
aksila, poplitea iliaka dan bifurkasio aorta.
    Warna dan temperatur
Harus dilakukan pemeriksaan terhadap abnormalitas warna dan
temperature, adanya edema, keadaan rambut tungkai, adanya
kemerahan khususnya yang bersamaan dengan sianosis Warna
pucat dapat terlihat, khususnya pada keadaan awal, namun
dengan bertambahnya waktu, sianosis lebih sering ditemukan.
Rasa yang dingin khususnya ekstremitas sebelahnya tidak
demikian, merupakan penemuan yang penting. Tes Buerger
(pucat bila diangkat, kemerahan yang abnormal bila tergantung).
    Kehilangan fungsi sensoris
Pasien dengan kehilangan sensasi sensoris biasanya mengeluh
kebas atau parestesia, namun tidak pada semua kasus. Perlu
diketahui pada pasien DM dapat mempunyai defisit sensoris
sebelumnya dimana hal ini dapat membuat kerancuan dalam
membuat hasil pemeriksaan.
    Kehilangan fungsi motorik
Defisit motorik merupakan indikasi untuk tindakan yang lebih
lanjut, limb-thtreatening ischemia. Bagian ini berhubungan
dengan fakta bahwa pergerakkan pada ekstremitas lebih
banyak dipengaruhi oleh otot proximal.

1.7.3. Pemeriksaan Diagnostik


Duplex Imaging
Pemeriksaan color-flow duplex ultrasound memungkinkan
visualisasi dan pemeriksaan hemodinamik dari arteri menggunakan
pencitraan grey scale, colour-flow Doppler, dan pulse Doppler
velocity profiles. Pencitraan grey-scale akan menggambarkan
anatomi arteri dan adanya plaque ekhogenik. Color-flow Doppler
akan menampilkan aliran darah yang berwarna dan Doppler velocity
profiles akan menghitung kecepatan aliran dalam bagian penampang
arteri yang diperiksa.
1.7.4. Computed Tomography Angiography
Dalam pemeriksaan ini gambar yang didapat dihasilkan melalui
pemeriksaan CT-scan. Penemuan helical (or spiral) CT-scan
menghasilkan citra 3 dimensi dari pembuluh darah dan dapat
memeriksa keseluruhan panjang pembuluh dalam waktu yang
singkat. Citra yang dihasilkan serupa dengan angiografi biasa hanya
dalam 3 dimensi, dan sebenarnya tidak bermakna klinis yang lebih
baik. Helical CT-scan khususnya berguna dalam pencitraan kelainan
pembuluh darah yang memiliki struktur kompleks  seperti dalam
kasus-kasus aneurisma aorta. Helical CT-scan memiliki kerugian
yang sama dengan pemeriksaan angiografi biasa yaitu; berbahaya
digunakan pada pasien dengan gagal ginjal. Zat kontras pada CTA
diberikan melalui intravena.
1.7.5. Magnetic Resonance Angiography
Citra angiography diperoleh melalui pemeriksaan MRI. Sama
dengan CTA; zat kontras diberikan secara intravena. MRA atau CTA
dapat diindikasikan apabila pasien tidak dapat mentolerir tusukan
intra-arterial, misal karena kelainan bilateral atau kelainan
perdarahan. MRA dikontraindikasikan pada pasien dengan alat pacu
jantung atau katup prostesis metal.
1.7.6. Angiografi
Pemeriksaan angiografi merupakan pemeriksaan "gold standar"
dalam kelainan arteri perifer.Dengan menggunakan zat kontras akan
terlihat gambaran arteri yang iskemi. Teknik digital subtraction
angiography yang dapat "mengaburkan" gambaran tulang sehingga
citra arteri dan percabangannya menjadi lebih jelas dan tajam.
1.7.7. Laboratorium
Seperti pemeriksaan darah lengkap, faktor-faktor pembekuan, gula
darah dan kolesterol.
1.7.8. EKG
Penyebab awal ALI adalah trombus yang lepas yang diakibatkan
oleh penyakit infeksi jantung salah satunya adalah rheumatoid heart
disease sehingga terjadi gangguan katup mitral dan pada akhirnya
memicu timbulnya fibrilasi atrial, sehingga dalam gambaran EKG
dapat dideteksi dengan adanya irama fibrilasi atrial.
1.8. PENATALAKSANAAN

Algoritma Manajemen ALI :


HISTORY&PHYSICAL EXAM

ANTICOAGULATION

DOPPLER

CATEGORY I CATEGORY IIa CATEGORY IIb CATEGORY III

IMAGING IMAGING
Revaskularization
Revaskularization
Revaskularization AMPUTATION

Kecepatan adalah penanganan yang utama pada pasien dengan Acute Limb
Ischaemia, dalam jangka sedini mungkin.
Therapi ALI
1.8.1 Terapi pembedahan diindikasikan untuk iskemia yang mengancam
ekstremitas
1.8.2 Resusitasi cairan, koreksi asidosis sistemik
1.8.3 Terapi referfusi injuri
•Pentoxyfilin drip
•Bicarbonate natricus oral
•Allupurinol 300mg oral
• Vit E 400mg oral
• Rehidrasi optimal dengan NaCl 0,9% (2 Liter/hr) perhatikan pada
gagal jantung
1.8.4 Antikoagulan
 Penanganan segera dengan pemberian heparin untuk mencegah
propagasi thrombus dan iskemik yang lebih buruk atau terapi awal
sebelum PIAT (Peripheral intraarterial trombolitik)bila tidak ada
kontra indikasi, embolektomi atau amputasi.
 Dosis yang diberikan harus cukup untuk meningkatkan partial
tromboplastin time (APTT) 1,5 – 2,5 kali nilai control untuk
mencegah penyebaran thrombus atau berulangnya embolisme.
 Heparin diberiakan bolus 5000 unit melalui intravena. Selanjutnya
maintanance 1.000 ui/jam.
1.8.2. Therapi Trombolitik/ PIAT (Percutaneous Intraarterial Trombilysis)
 Catheter disected intraarterial trombolysis adalah pilihan
treatment untuk pasien dengan kategori I dan IIa pada ALI,
 Tidak ada kontra indikasi untuk trobolisis dapat disarankan untuk
pasien dengan limb iskemia hebat atau parah yang mempunyai
resiko tingggi untuk pembedahan.
 Streptokinase dan anistreplase jarang digunakan karena terjadinya
pembentukan antigen dan tingkat keberhasilan yang lebih rendah
dibandingkan dengan urokinase dan alteplase (tissue plasminogen
activator,TPA).mekanisme kerja trombolitik tersebut yaitu dengan
mengubah plasminogen menjadi suatu enzim trombolitik aktif,
berupa plasmin yang selanjutnya akan menghancurkan fibrin.TPA
memiliki afinitas yang lebih besar terhadap plasminogen yang
berikatan dengan fibrin dari pada plasminogen bebas.TPA akan
mencegah ikatan plasminogen dengan fibrin menjadi plasmin
yang selanjutnya akan menghancurkan untaian
fibrin.Dibandinngkan dengan alteplase maka tenecteplase yang
merupakan aktivator plasminogen generasi ketiga memiliki waktu
paruh lebih panjang,selektivasi bekuan yang tinggi dan memiliki
resistensi terhadap inhibitor activator plasminogen.trombolitik
diberikan secara PIAT bila tidak ada kontra indikasi.
Urokinase: bolus 150.000-250.000 IU dalam 20 menit kemudian
drip 4000 IU selama 2 jam dilanjutkan 2000IU selama 2 jam
kemudian 1000 IU selama 24-72 jam.
rTPA:bolus tidak diberikan langsung drip 0.5-2.0mg/jam selama
12-24 jam.
Monitoring trombolitik: bila kadar fibrinogen <150 mg/dl maka
kadar fibrinogen dinilai ualang selama 2-4 jam.Bila kadar <100
mg/dl maka trombolitik dihentikan.Arteriografi diulang pada 4-
12 jam,dan setiap 12 jam untuk dinilai adanya rekanalisasi selama
PIAT.Trombolitik dihentikan bila rekanalisasi berhasil, terjadi
perdarahan, fibrinogen <100 mg/dl atau rekanilasi tidak
berhasil.bila trombolitik berhasil menimbulkan rekanalisasi dan
terlihat lesi yang mendasari berupa stenosis plak maka
pertimbangkan untuk terapi endovaskular atau bedah.bila
trombolitik tidak berhasil maka pertimbangkan embolektomi.
 Durasi dari catheter base trombolitik therapy sebaiknya tidak lebih
dari 48 jam untuk mencapai manfaat optimal dan membatasi
resiko perdarahan.
1.8.3. Embolektomy
 PercutaneouS Aspirasi Trombectomy (PAT)
PAT merupakan suatu teknik yang menggunakan cateter
dengan largebore yang dihubungkan dengan syring untuk
mengaspirasi bekuan dari pembuluh darah.cara digunakan
sebagai tambahan terhadap terapi trombolitik atau dapat pula
digunakan secara tunggal sebagai terapi penyelamat untuk
mengeluarkan emboli didistal.Terapi ini diindikasikan pada
iskemik tungkai stadium I atau II.Angka keberhasilan bila
digunakan secara tunggal sekitar 30% dan mencapai 87% bila
telah diberi trombolitik.
 Percutanous Mechanical troboektomy (PMT)
PMT terutama digunakan pada pasien yang memiliki
kontraindikasi untuk terapi trombolitik dan dapat pula
digunakan sebagai prosedur tambahan pada trombolisis /
embolisasi yang tidak sempurna.ada sekitar 20% pasien
memiliki kontraindikasi untuk trombolitik.alat ini ada yang
berupa rotasional atau hidrolik dan beberapa diantaranya dapat
secara bersamaan digunakan untuk pemberian trombolitik secara
pulse spray. Prinsip dasar alat ini adalah meminimalkan
kerusakan endotel dan embolisasi keujung. Teknologi ini
mampu meminimalkan dua kendala utama pada terapi iskemik
tungkai akut, yaitu lamanya masa pemberian trombolitik untuk
mencapai perfusi penuh dan komplikasi perdarahan. komplikasi
dari alat ini berupa hemolisis dan kemungkinan gagal ginjal
sekunder akibat pelepasan hemoglobin bebas. Oleh karena itu
alat ini disarankan digunakan dalam waktu kurang dari 10 menit
untuk mencegah hemolisis yang berlabihan.Alat ini lebih
dikenal dengan sebutan AngioJet ada juga rotarex yang terbaru.

Komplikasi pada ALI:

Ada pun komplikasi ALI adalah sebagai berikut:


1. Sindrom kompartemen (nyeri saat flexi/extensi, kelemahan otot, tidak
mampu respon terhadap stimulasi sentuhan, pucat, nadi lemah/tidak
teraba). Pembengkakan jaringan dalam kaitannya dengan reperfusi
menyebabkan peningkatan pada tekanan intra compartment tekanan,
penurunan aliran kapiler, iskemia, dan kematian jaringan otot
(pada>30 mmHg). Penanganannya adalah dengan dilakukannya
fasciotomy. Terapi trombolitik, akan menurunkan risiko compartment
syndrome dengan reperfusi anggota gerak secara berangsur-angsur.
2. Asidosis metabolik
3. Disritmia
1.9. ASUHAN KEPERAWATAN AKUT LIMB ISKEMIK
Asuhan keperawatan pada kasus ALI diberikan sebagaimana beberapa
sumber pustaka yang diperoleh yang menjelaskan tentang beberapa
gangguan pembuluh darah, yang penulis simpulkan menjadi uraian sebagai
berikut :
1.9.1. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan dan adanya factor resiko yaitu usia > 50 tahun,
merokok, hiperlipidemia, atrial fibrilasi, aneurisma, hipertensi,
diabetes mellitus, obesitas, dan riwayat penyakit koroner dan
stroke di keluarga. Riwayat timbul tanda dan gejala yang
berhubungan deng\an ALI dan tindakan apa yang pernah
dilakukan.
2. Pemeriksaan fisik, meliputi :
Sebagai tambahan terhadap gejala dari ALI, maka hal penting
lainnya adalah membandingkannya dengan ekstremitas sebelahnya
 Pulsasi
Apakah defisit pulsasi bersifat baru atau lama mungkin sulit
ditentukan pada pasien penyakit arteri perifer (PAD) tanpa
suatu riwayat dari gejala sebelumnya, Suatu rekaman
pemeriksaan lampau, atau penemuan deficit pulsasi yang
sama pada ekstremitas kontralateral adalah penting. Pulsasi
pedis mungkin normal pada kasus mikroembolisme yang
mengarah pada disrupsi plak aterosklerotik atau emboli
kolesterol.
 Warna dan temperature
Harus dilakukan pemeriksaan terhadap abnormalitas warna
dan temperatur.Warna pucat dapat terlihat, khususnya pada
keadaan awal, namun dengan bertambahnya waktu sianosis
lebih sering ditemukan. Rasa yang dingin, khususnya ketika
ekstremitas sebelahnya tidak demikian, merupakan penemuan
yang penting
 Kehilangan fungsi sensoris
Pasien dengan kehilangan sensasi sensoris biasanya
mengeluh kebas atau parestesia, namun tidak pada semua
kasus. Perlu diketahui, pasien dengan diabetes dapat
mempunyai deficit sensoris sebelumnya, dimana hal ini dapat
membuat kerancuan dalam membuat hasil pemeriksaan.7
 Kehilangan fungsi motorik
Defisit motorik merupakan indikasi untuk tindakan yang
lebih lanjut, limb-threatening ischemia.Bagian ini
berhubungan dengan fakta bahwa pergerakan kaki diproduksi
utamanya oleh lebih banyak otot proksimal, dimana iskemia
mungkin lebih dalam. Untuk mendeteksi kelemahan otot
awal, fungsi dari otot intrinsic kaki harus diuji,.Sekali lagi,
hal yang penting diingat bahwa membandingkan hasilnya
dengan kaki sebelahnya merupakan hal yang sangat berguna.

Data penunjang.
 Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah lengkap,
faktor-faktor pembekuan, gula darah dan kadar kolesterol
 Pemeriksaan EKG untuk mendiagnosa adanya recent MCI,
tachikardia, dan atrial fibrilasi.
 Dopler examination
 Duplex scan dan angiography.

1.9.2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


Berdasarkan Nanda (2012) dapat disimpulkan bahwa diagnosa
keperawatan yang dapat ditemukan pada kasus ALI diantaranya :
1. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan aliran darah
2. Nyeri akut berhubungan dengan penurunan sirkulasi arteri dan
oksigenisasi jaringan
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan dasar berhubungan dengan
kelemahan anggota gerak
4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Penurunan perfusi ke
jaringan
5. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi
dan program pengobatan
6. Resiko perdarahan berhubungan dengan pemberian antikoagulan
(heparin)
Perencanaan asuhan keperawatan pada ALI yang disusun
berdasarkan diagnosa keperawatan yang muncul diantaranya (Nanda,
2012):
1. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
aliran darah.
Tujuan dan kriteria hasil : menunjukan perbaikan perfusi yang
dibuktikan oleh adanya nadi perifer sama, warna kulit dan suhu
normal , tidak ada oedema. Dan menunjukan peningkatan toleransi
terhadap aktivitas.
Intervensi keperawatan :
 Kaji dan Observasi ekstremitas untuk perubahan warna
kulit, suhu, dan oedema terutama pada ekstremitas yang
sakit.
 Kaji dan observasi tanda-tanda vital ( adanya penurunan
tekanan darah, ketidak teraturan irama jantung, pola, irama
dan kedalaman pernafasan)
 Monitor adanya penurunan pulsasi arteri pada kedua
ekstremitas
 Kaji pengisian kapiler
 Tingkatkan tirah baring selama fase akut
 Lakukan latihan pasif sementara di tempat tidur pada fase
akut
 Anjurkan pasien untuk menghindari pijatan / urut pada
ekstremitas yang sakit
 Tingkatkan pemasukan cairan dalam toleransi jantung
 Bantu melakukan ambulasi secara bertahap
 Pasang penghangat bila perlu
 Monitor efek pemberian antikoagulan seperti heparin, anti
platelet (aspirin,ticlopidine) dan agen fibrinolitik
(streptokinase,urokinase) bila tidak ada kontra indikasi.
 Kolaborasi dan siapkan untuk tindakan embolektomy,
amputasi, atau surgical bypass graft.

2. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penurunan


sirkulasi arteri dan oksigenasi jaringan.
Tujuan : rasa nyeri berkurang/ hliang, menunjukan tindakan rileks (
tidur /. Istirahat dan dapat meningkatkan aktifitas yang di
inginkan).
Kriteria Hasil:
- Klien mengatakan nyeri berkurang/terkontrol.
- Ekspresi nyeri berkurang ataupun hilang.
- Skala nyeri 2-4.
- Sianosis berkurang.
- RR 16-20 x/menit
- Frekuensi nadi 60-100 x/menit, nadi teraba kuat.
Intervensi keperawatan :
 Kaji derajat ketidaknyamanan terhadap nyeri.palpasi kaki
dengan hati-hati.
 Kaji skala, frekuensi, intensitas dan penyebab nyeri pada
ekstremitas.
 Kaji juga pola aktivitas yang masih dapat ditoleransi oleh
klien, serta mekanisme mengatasi nyeri yang dapat
dilakukan klien secara mandiri.
 Ajarkan/ingatkan klien tehnik relaksasi nafas dalam dan
pengalihan fokus.
 Berikan kompres hangat, bila diperlukan.
 Berikan posisi yang nyaman pada klien.
 Minimalkan penekanan pada area ekstremitas (kurangi
penekanan akibat pakaian, selimut).
 Monitor tanda-tanda vital, terutama nilai saturasi O2 dan
frekuensi nafas.
 Kolaborasi pemberian terapi analgesik, sesuai indikasi
 Pertahankan tirah baring pada fase akut
 Kaji adanya laporan nyeri dada tiba-tiba dan atau tajam
disertai dengan dispneu,takhikardia, dan ketakutan
 Kolaborasi pemberian terapi analgetik.

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan dasar berhubungan dengan


kelemahan anggota gerak
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
gangguan pemenuhan kebutuhan dasar dapat teratasi.
Kriteria hasil:
- Klien menunjukkan kemandirian dalam kebutuhan makan,
minum dan personal hygiene.
- Klien tidak bergantung seluruhnya kepada petugas medis dalam
melakukan aktifitas.
- Klien menunjukkan kemandirian mobilitas dalam menggunakan
tempat tidur.
- Klien terlibat dalam mobilitas fisik dengan bantuan minimal.
- Klien berinisiatif untuk melakukan mobilitas fisik di tempat
tidur.
Intervensi Keperawatan
 Kaji tingkat aktivitas yang dapat di toleransi oleh klien.
 Motivasi klien untuk memaksimalkan fungsi tubuh yang lain
dengan latihan secara teratur.
 Monitor alat-alat yang dibutuhkan pasien untuk, perawatan
diri, makan, berpakaian, toileting.
 Berikan posisi semi fowler.
 Bantu pasien dalam menerima ketergantungan kebutuhan.
 Anjurkan pasien untuk menjalakan ADL, untuk melihat
tingkat kemampuan pasien.
 Anjurkan untuk mandiri, tetapi tetap membantu pasien jika
pasien tidak mampu menjalankan.
 Ajarkan pada keluarga, untuk memandirikan pasien, dan tetap
membantu jika pasien tidak mampu.
 Kolaborasi dengan fisioterapy dalam latihan aktivitas
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Penurunan perfusi ke
jaringan
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan
mobilitas fisik dapat teratasi
Kriteria hasil:
- Pasien berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.
- Pasien dapat memenuhi perawatan diri sendiri
- Pasien mencapai peningkatan toleransi aktifitas yang dapat
diukur, dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan.
Intervensi:
 Motivasi pasien dalam menggerakkan aggota tubuhnya.
 Jelaskan akibat dari imobilisasi.
 Jelaskan manfaat latihan gerak aktif.
 Ajarkan untuk melakukan rentang gerak aktif pada anggota
gerak yang sehat.
 Evaluasi tingkat kemampuan pasien dalam menggerakkan
anggota badannya yang sehat.
 Rubah posisi pasien tiap 2 jam, dan libatkan kemampuan
pasien.
 Kolaborasi dengan fisioterapi dalam melakukan exercise.
5. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi
dan program pengobatan.
Tujuan : rasa cemas berkurang dengan menyatakan pemahaman
mengenai proses penyakit dan program pengobatan
Intervensi keperawatan :
 Kaji tingkat pemahaman pasien terhadap kondisi penyakit dan
program pengobatan
 Jelaskan program pengobatan, prasedur pembedahan yang
akan diberikan
 Berikan lingkungan yang aman dan nyaman bagi pasien
 Informasikan pasien / orang terdekat, mengenai rencana
tindakan. Fasilitasi komunikasi antara dokter dengan pasien
dan keluarga.
 Identifikasi tingkat cemas dan takut.berikan informasi yang
akurat dan jelas.
6. Resiko Perdarahan berhubungan dengan pemberian therapi
antikoagulan (heparin)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
perdarahan tidak terjadi
Kriteria hasil :
- Tidak ada tanda-tanda perdarahan: gross hematuri, dan
perdarahan ditempat lain, hematuri, Perdarahan gusi, hematoma
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Nilai APTT/PT/HB/HT dalam batas normal
Intervensi:
 Kaji adanya tanda-tanda perdarahan: gross hematuri, dan
perdarahan ditempat lain
 Observasi tanda-tanda vital: TD, HR, RR, Suhu, SaO2
 Pertahankan IV line dalam kondisi lancar
 Kolaborasi pemeriksaan lab, APTT /PTdan pertahankan nilai
APTT/PT/HB/HTsesuai yang diharapkan (nilai APTT 1,5-2x
kontrol)
 Asuhan keperawatan hendaknya dibuat dengan pendokumentasian
yang lengkap, akurat dan sistematis.
 Hendaknya dilakukan doppler vaskular ulang untuk evaluasi therapi
yang telah diberikan pada pasien ALI.
 Klien diharapkan senantiasa bekerjasama dengan tim kesehatan baik
dalam masa perawatan, maupun dalam pelaksanaan program pemulihan
setelah klien pulang dari rumah sakit, seperti kontrol rutin ke poliklinik
jantung, menjalani diet jantung dan melaksanakan kegiatan olahraga
secara rutin, yang disesuaikan dengan kondisi klien.
 Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien, hendaknya
selalu meng-up-date literatur – literatur terkini, agar ada pengembangan
penatalaksanaan keperawatan terhadap klien, khususnya klien dengan
Acute Limb Ischemia.
DAFTAR PUSTAKA

Ali Sabbour, Prof. of Vascular Surgery, Acute Limb Ischemia, Ain Shams
University, 2005.
Acute limb ischemia, January of vascular surgery, Part 2 • Volume 31 • Number 1
, 2000
Beattie D.K , Davies A.H, Management of The Acutely Ischemic Limb, 1996.
Creager.Mark A.MD,Kaufman John. A.MD.(2012,Juny 06).England journal
medical.
Dono Antono DR,Penyakit DalamKardiovaskuler dan Kaki Diabetik, Divisi
Kardiovaskuler,
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, Desember 2008.
New England journal medic, july 2012
Rutherford et al, The Society of Vascular Surgery/International Society of
Cardiovascular
Surgery, 1997.
Steven Hanish, MD, Management of Acute Limb Ischemia, Thursday Resident
Conference,
September 29, 2005
Vasculer Disease A Handbook for Nurse, Cambridge University, 2005.
Venice Chairiadi,Dr,kumpulan makalah,2011
www. medscape.com / viewarticle / 431272, April 2002
www. medical education online.org/index, April 2005
www. gsresidency.surgery.duke.edu/wysiwy, September 2005

Anda mungkin juga menyukai