Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PASIEN DENGAN NSTEMI

Ruang :Jantung
Nama Mahasiswa :Tania Febria Azizah
NIM :G1B118042

1. Definisi Non ST Elevasi Miokard Infark


Non ST Elevasi Infark Miokard merupakan adanya
ketidakseimbangan permintaan dan suplai oksigen ke miokardium
terutama akibat penyempitan oleh arteri koroner akan menyebabkan
iskemia miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan
menyebabkan perubahan reversible pada tingkat sel dan jaringan (Sylvia,
2016).
Non-ST Elevasi Miokardial Infark (NSTEMI) adalah oklusi
sebagian dari arteri koroner tanpa melibatkan seluruh ketebalan
miokardium, sehingga tidak ada elevasi segmen ST pada EKG. Infark
miokard gelombang non-Q atau infark miokard tanpa elevasi segmen ST
(Non-ST elevation myocardial infarction / NSTEMI), dan infark
miokard gelombang Q atau infark miokard dengan elevasi segmen ST (ST
elevation myocardial infarction / STEMI). NSTEMI merupakan tipe
infark miokard tanpa elevasi segmen ST yang disebabkan oleh obstruksi
koroner akibat erosi dan ruptur plak. Erosi dan ruptur plak ateroma
menimbulkan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. Pada Non
STEMI, trombus yang terbentuk biasanya tidak menyebabkan oklusi
menyeluruh lumen arteri koroner.
2. Etiologi
Wasid (2007) dalam Aspiani (2015) menambahkan mulai
terjadinya NSTEMI dipengaruhi oleh beberapa keadaan, yaitu aktivitas
atau latihan fisik yang berlebihan (tidak terkondisikan), stres emosi,
terkejut, udara dingin. Keadaan tersebut ada hubungannya dengan
peningkatan aktivitas simpatis sehingga tekanan darah meningkat,
frekuensi debar jantung meningkat, dan kontraktilitas jantung meningkat.
Non ST Elevasi Miokard Infark (NSTEMI) merupakan komplikasi
akibat penumpukan plak di arteri (aterosklerosis koroner). Aterosklerosis
merupakan penyempitan arteri terjadi karena kelebihan kolesterol dan
adanya peradangan. Tahap awal penyakit ini dimulai dengan sebuah
plakaterosklerotik atau ateroma. Plak yang terutama terdiri dari lemak
menyebabkan arteri menyempit sehingga darah sulit mengalir akibatnya
jantung tidak dapat memompa cukup darah kaya oksigen ke seluruh tubuh
sehingga menyebabkan nyeri dada (angina) atau serangan jantung.
Sebagian besar kasus NSTEMI terjadi ketika permukaan plak di arteri
pecah sehingga menyebabkan terbentuknya bekuan darah. Kombinasi dari
penumpukan plak dan bekuan darah secara dramatis membatasi jumlah
darah yang mengalir ke otot jantung. Jika aliran darah ke jantung menjadi
sangat berkurang, maka serangan jantung akan terjadi (Bernard, et al,
2016)
Faktor risiko yang mempercepat terjadinya NSTEMI adalah
sebagai berikut:
a. Hipertensi
Orang yang mempunyai tekanan darah tinggi berisiko mengalami
penyakit jantung, dan bahkan stroke. Hal ini dikarenakan tekanan
darah tinggi membuat jantung bekerja dengan berat sehingga lama
kelamaan jantung juga kecapaian dan sakit. Bahkan jika ada sumbatan
di pembuluh darah koroner jantung maupun darah yang lain, tekanan
darah tinggi akan berakibat pada pecahnya pembuluh darah.
b. Kolesterol
Kolesterol yang tinggi merupakan faktor risiko terjadinya
NSTEMI. Kolesterol merupakan zat yang dibutuhkan oleh tubuh,
namun bukan dalam jumlah yang banyak. Kolesterol berasal dari
makanan yang dikonsumsi sehari – hari misalnya minyak, makanan
yang digoreng, emak hewan dan lain – lain. Kelebihan makanan yang
mengandung kolesterol dapat menyebabkan kolesterol dalam darah
menjadi tinggi, dan tidak baik bagi jantung.
Apabila kadar kolesterol LDL pada angka di atas 160 mg/dl, maka
dapat dikatakan bahwa kadar kolesterol LDL berada pada level tinggi.
LDL yang tinggi inilah yang lama kelamaan akan menyebabkan
terbentuknya plak atau penyumbatan pada pembuluh darah. Apabila
penyumbatan yang parah sudah terjadi maka jantung akan merasakan
nyeri dada.
Berbeda dengan kolesterol LDL yang jika semakin rendah akan
semakin normal, maka kadar kolesterol HDL bisa dikatakan normal
(baik bagi jantung) jika ia semakin tinggi (di atas 60 mg/dl). Hal ini
dikarenakan HDL merupakan kolesterol yang baik sehingga harus
dijaga agar kadarnya tetap tinggi sehingga dapat melindungi jantung.
Adapun kolesterol total harus dijaga kadarnya di bawah angka 200
mg/dl (Arief Muttaqin, 2016).
c. Kelebihan berat badan atau obesitas
Kelebihan berat badan merupakan potensi untuk gangguan
kesehatan. Berdasarkan penelitian orang dengan kelebihan berat
badan berisiko mengalami serangan jantung. Selain itu kelebihan
berat badan
berisiko untuk terjadinya kadar kolesterol yang tinggi dan penyakit
diabetes. Semakin gemuk seseorang semakin tinggi pula kandungan
lemak dalam tubuh. Kelebihan berat badan juga mengakibatkan
sensitivitas insulin (zat pengontrol gula darah) menurun sehingga
kadar gula darah yang tidak terkendali sering terjadi pada orang yang
terlalu gemuk. Gula darah yang tinggi inilah yang disebut dengan
penyakit gula(diabetes). Penyakit gula merupakan salah satu penyakit
yang banyak menimbulkan komplikasi, salah satunya menimbulkan
komplikasi penyakit jantung (Arief Muttaqin, 2016).
3. Klasifikasi Non ST Elevasi Miokard Infark
Ada beberapa jenis infark miokardial yang saling berkaitan dengan
morfologi, patogenisis, dan penampakan klinis yang cukup berbeda.
a. Infark Transmural
Infark yang mengenai seluruh tebal dinding ventrikel. Biasanya
disebabkan oleh aterosklerosis koroner yang parah, plak yang
mendadak robek dan trombosis oklusif yang superimposed.
b. Infark Subendokardial
Terbatas pada sepertiga sampai setengah bagian dalam dinding
ventrikel yaitu daerah yang secara normal mengalami penurunan
perfusi.
c. NSTEMI
Infark miokard akut tanpa elevasi ST. Disebabkan oleh suplai oksigen
dan atau peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang diperberat
oleh obstruksi koroner.
Gejala yang di timbulkan yaitu:
Nyeri dada dengan lokasi khas atau kadang kala diepigastrium dengan
ciri seperti diperas, perasaan seperti diikat, perasaan terbakar, nyeri
tumpul, rasa penuh, berat atau tertekan.
d. STEMI
Infark miokard akut dengan elevasi ST. Disebabkan oleh aliran darah
koroner menurun secara mendadak setelah oklusi trombus pada plak
arteosklerosis yang sudah ada sebelumnya.
Gejalanya yang ditimbulkan yaitu:
a. Plak arteriosklerosis mengalami fisur
b. Rupture atau ulserasi
Jika kondisi local atau sistemik akan memicu trombogenesis,
sehingga terjadi thrombus mural pada lokasi rupture yang
mengakibatkan oklusi arteri koroner.
4. Manifestasi Klinis Non ST Elevasi Miokard Infark
Tanda dan gejala miokard infark menurut Kasron (2015), adalah:
a. Nyeri Dada
Nyeri yang lama yaitu minimal 30 menit, Nyeri dada yang terjadi
secara mendadak atau spontan dan terus-menerus tidak mereda,
biasanya di atas region sterna bawah dan abdomen bagian atas, ini
merupakan gejala utama. Nyeri dan rasa tertekan pada dada itu bisa
disertai dengan keluarnya keringat dingin atau perasaan takut.
Biasanya nyeri dada menjalar ke lengan kiri, bahu, leher sampai ke
epigastrium, akan tetapi pada orang tertentu nyeri yang terasa hanya
sedikit.
b. Sesak Nafas
Sesak nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan akhir
diastolik ventrikel kiri, di samping itu perasaan cemas bisa menimbulkan
hiperventilasi. Pada infark yang tanpa gejala nyeri, sesak nafas merupakan
tanda adanya disfungsi ventrikel kiri yang bermakna.
c. Gejala Gastrointestinal
Peningkatan aktivitas vagal menyebabkan mual dan muntah, dan
biasanya lebih sering pada infark inferior, dan stimulasi diafragma
pada infak inferior juga bisa menyebabkan cegukan.
d. Gejala Lain
Termasuk palpitasi, rasa pusing atau sinkop dari aritmia ventrikel dan
gelisah.
5. Patofisiologi
NSTEMI dapat disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau
peningkatan. Kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi
koroner. NSTEMI terjadi karena thrombosis akut atau vasokonstriksi
koroner. Trombosis akut pada arteri koroner diawali dengan adanya ruptur
plak yang tak stabil. Plak yang tidak stabil ini biasanya mempunyai inti
lipid yang besar, densitas otot polos yangrendah, fibrous cap yang tipis
dan konsentrasi faktor jaringan yang tinggi. Inti lemak yang
cenderungruptur mempunyai konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi
asam lemak tak jenuh yang tinggi. Padalokasi ruptur plak dapat dijumpai
sel makrofag dan limposit T yang menunjukkan adanya prosesimflamasi.
Sel-sel ini akan mengeluarkan sel sitokin proinflamasi seperti IL-6.
Selanjutnya IL-6 akan merangsang pengeluaran hs CRP di hati.
Gejala yang di temukan :

a. Khas nyeri dada dengan lokasi substernal atau kadang kala di


epigastrium dengan ciri seperti diperas, perasaan seperti diikat,
perasaan terbakar, nyeri tumpul, rasa penuh, berat atau tertekan
b. Tidak khas seperti: Dispneu, mual, diaphoresis, sinkop, atau nyeri di
lengan, epigastrium, bahu atas atau leher Analisis berdasarkan
gambaran klinis menunjukkan bahwa mereka yang memiliki gejala
dengan onsetbaru angina/terakselerasi memiliki prognosis lebih baik
dibandingkan dengan yang memiliki nyeri padawaktu istirahat
6. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Elektro Kardiogram (EKG)
Segmen ST merupakan hal penting untuk menentukan risiko terhadap
pasien. Pada Trombolisis Myocardial (TIMI) III Registry, adanya
depresi segmen ST baru yaitu 0,05 mV merupkan predikat outcome
yang buruk. Kauletal meningkat secara progresif yaitu memberatnya
depresi segmen ST maupun perubahan troponin T keduanya
memberikan tambahan informasi prognosis pasien dengan NSTEMI.
Troponin T dan Troponin I merupakan tanda nekrosis miokard lebih
spesifik dari pada CK atau CKMB. Pada pasien IMA, peningkatan
Troponin di darah perifer saat 3-4 jam dan dapat tinggal sampai 2
minggu.
7. Penatalaksanaan
Pasien yang mengalami NSTEMI di istirahat ditempat tidur atas
pemantauan EKG untuk memantau segmen ST dan irama jantung.
Beberapa komponen utama harus di berikan setiap pasien NSTEMI yaitu:
c. Istirahat
d. Diet jantung, rendah garam, makanan lunak.
e. Memberi digitalis untuk membantu kontraksi jantung atau
memperlambat frekuensi
f. Pada jantung. Hasil yang diharapkan peningkatan curah jantung
menurun.
g. Vena dan volume darah peningkatan diuresis dapat mengurangi
edema. Pada pemberian ini pasien harus dipantau agar hilangnya
ortopnea, dispnea, berkurangnya krekel, dan edema perifer. Apabila
terjadi keracunan ditandai dengan mual dan muntah, anoreksia, namun
selanjutnya terjadi perubahan pada irama, ventrikel premature,
bradikardi kontrak, gemini (denyut normal dan premature saling
berganti ), dan takikardia atria proksimal.
1) Pemberian Diuretic, untuk memacu eksresi natrium dan air
melalui ginjal. jika sudah diresepkan harus diberikan pada waktu
siang hari supaya tidak terganggu istirahat pasien pada malam
hari, intake dan output pasien perlu dicatat agar pasien tidak
mengalami kehilangan cairan saat diberikan diuretic, pasien juga
perlu menimbang berat badan setiap hari, supaya tiadak terjadi
perubahan pada turgor kulit, perlu di perhatikan tanda-tanda
dehidrasi.
2) Morfin, diberikan agar mengurangi nafas sesak pada asma
cardial, namun hati-hati depresi pada pernapasan.
3) Pemberian oksigen
4) Terapi natrium nitropurisida dan vasodilator, obat-obatan
vasoaktif merupakan pengobatan pertama pada pasien gagal
jantung dalam mengurangi impedansi (tekanan) terhadap
penyemburan darah oleh ventrikel.
8. Komplikasi Non ST Elevasi Miokard Infark
a. Syok kardiogenik
Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri yang
mengakibatkan gangguan fungsi ventrikel kiri yaitu mengakibatkan
gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran oksigen ke
jaringan yang khas pada syok kardiogenik yang disebabkan oleh
infark miokardium akut adalah hilangnya 40 % atau lebih jaringan
otot pada ventrikel kiri dan nekrosis vokal di seluruh ventrikel
karena ketidakseimbangan antara kebutuhan dan supply oksigen
miokardium.
b. Edema paru
Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema dimana saja
didalam tubuh. Faktor apapun yang menyebabkan cairan interstitial
paru meningkat dari batas negative menjadi batas positif. Penyebab
kelainan paru yang palingumum adalah:
1) Gagal jantung sisi kiri (penyakit katup mitral) dengan akibat
peningkatan tekanan kapiler paru danmembanjiri ruang interstitial
dan alveoli.
2) Kerusakan pada membrane kapiler paru yang disebabkan oleh
infeksi seperti pneumonia atau terhirupnya bahan - bahan yang
berbahaya seperti gas klorin atau gas sulfur dioksida. Masing-
masing menyebabkan kebocoran protein plasma dan cairan secara
cepat keluar dari kapiler.
Blok Kemampuan sintesa

Pathway sebagian Non Stemi ATP scr aerob


Blok pada arteri Infark berkurang
Modified Risk S
Factor Blok total
koroner jantung Miokard Produksi ATP
Non-Modified
Anaerob
Penimbunan inflamasi
Sel pecah (lisis) Sel terisi ion Pompa natrium, ATP yg dihasilkan As. Laktat
trombosit dan
natrium dan air kalium berhenti sangat sedikit meningkat
faktor
Pelepasan Protein intrasel keluar Edema dan bengkak Nyeri
histamin ke sistemik & sekitar miokard
interstitial di
dan
Dx: Nyeri
Vasokonstriksi dan Dx: Jalur hantaran listrik
Pompa jantung tdk akut
tromboksan Nyeri terganggu
terkoordinasi
Hambatan depol
Dx: Penurunan
Curah Jantung Vol. Sekuncup turun atrium / ventrikel Otot rangka Dx: Intoleransi
kekurangan oksigen Aktivitas
Penurunan TD disritmia dan ATP
Respon
Sistemik
baroresepto Komplikasi: Gagal
Hipoksia meluas, jantung, kematian.
Aktivasi saraf simpatis, sistem Parasimpatis iskemia meluas,
renin-angiotensin, peningkatan infark meluas CRT di ekstremitas
berkurang Aliran darah
ADH, pelepasan hormon stress > 2 dt, pucat
(ACTH, Kortisol), peningkatan ke perifer bahkan sianosis
Beban jantung
prod. glukosa HR dan TPR semakin
meningkat
Meningkat
Dx: Insufisiensi
Darah ke ginjal Produksi urin Volume plasma Aliran balik vena Perfusi Perifer
menurun menurun
meningkat meningkat
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian
Pengkajian yaitu suatu pemikiran yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi maupun data dari klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan
kesehatan atau keperawatan klien baik secara mental, fisik,
lingkungan dan sosia. Terdiri dari :
a. Biodata Klien
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama,
suku/bangsa, waktu masuk rumah sakit, waktu pengkajian, diagnosa medis,
nomor MR dan alamat. Identitas penanggung jawab meliputi : nama, umur,
pekerjaan, agama, pendidikan, suku/bangsa, alamat, hubungan dengan klien.
b. Pengkajian Primary
1) Airway
Proses jalan nafas yaitu pemeriksaan obstruksi jalan nafas, adanya suara nafas
tambahan adanya benda asing.
2) Breathing
Frekuensi nafas, apa ada penggunaan otot bantu nafas, retraksi dada, adanya
sesak nafas, palpasi pengembangan paru, auskultasi suara nafas, kaji adanya
suara nafas tambahan.
3) Circulation
Pengkajian mengenai volume darah dan cardiac output serta adanya
perdarahan. pengkajian juga meliputi status hemodinamik, warna kulit, nadi.
4) Disability
Pengkajian meliputi tingkat kesadaran compos mentis (E4M6V5) GCS 15,
pupil isokor, muntah tidak ada, ekstremitas atas dan bawah normal, tidak ada
gangguan menelan.
5) Exsposure
Pengkajian meliputi untuk mengetahui adanya kemungkinan cidera yang lain,
dengan cara memeriksa semua tubuh pasien harus tetap dijaga dalam kondisi
hangat supaya untuk mencegah terjadinya hipotermi.
6) Foley Chateter
Pengkajian meliputi adanya komplikasi kecurigaan ruptur uretra jika ada tidak
dianjurkan untuk pemasangan kateter, kateter dipasang untuk memantau
produksi urin yang keluar.
7) Gastric tube
Pemeriksaan ini tujuan nya untuk mengurangi distensi pada lambung dan
mengurangi resiko untuk muntah.
8) Monitor EKG
Pemeriksaan ini di lakukan untuk melihat kondisi irama dan denyut jantung.

c. Pengkajian Survey Sekunder


1) Keluhan utama
Keluhan utama yaitu penyebab klien masuk rumah sakit yang dirasakan saat
dilakukan pengkajian yang ditulis dengan singkat dan jelas. Keluhan klien pada
gagal jantung bisa terjadi sesak nafas, sesak nafas saat beraktivitas, badan
terasa lemas, batuk tidak kunjung sembuh berdahak sampai berdarah, nyeri
pada dada, nafsu makan menurun, bengkak pada kaki.
2) Riwayat penyakit sekarang
Merupakan alasan dari awal klien merasakan keluhan sampai akhirnya dibawa
ke rumah sakit dan pengembangan dari keluhan utama dengan menggunakan
PQRST.
- P (Provokative/Palliative) : apa yang menyebabkan gejala bertambah berat
dan apa yang dapat mengurangi gejala.
- Q (Quality/Quantity) : apa gejala dirasakan klien namun sejauh mana gejala
yang timbul dirasakan.
- R (Region/Radiation) : dimana gejala dirasakan? menyebar? Yang harus
dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan rasa tersebut
- S (Saferity/Scale) : berapa tingkat parah nya gejala dirasakan? Skala nya
brapa?
- T (Timing) : lama gejala dirasakan ? waktu tepatnya gejala mulai dirasakan.
3) Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan mengenai masalah-masalah seperti adanya riwayat penyakit jantung,
hipertensi, perokok hebat, riwayat gagal jantung, pernah dirawat dengan
penyakit jantung, kerusakan katub jantung bawaan, diabetes militus dan infark
miokard kronis.
4) Riwayat penyakit keluarga
Hal yang perlu dikaji dalam keluarga klien, adakah yang menderita penyakit
sama dengan klien, penyakit jantung, gagal jantung, hipertensi.
5) Riwayat psikososial spiritual
Yaitu respon emosi klien pada penyakit yang di derita klien dan peran klien di
pada keluarga dan masyarakat serta respon dan pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-hari dalam keluarga atau masyarakat.
6) Pola persepsi dan konsep diri
Resiko dapat timbul oleh pasien gagal jantung yaitu timbul akan kecemasan
akibat penyakitnya. Dimana klien tidak bisa beraktifitas aktif seperti dulu
dikarenakan jantung nya yang mulai lemah.
7) Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Kebiasaan makan klien sehari-hari, kebiasaan makan-makanan yang
dikonsumsi dan kebiasaan minum klien sehari-hari, pasien akibat gagal
jantung akan mengalami penurunan nafsu makan, meliputi frekwensi, jenis,
jumlah dan masalah yang dirasakan.
b. Pola Eliminasi
Kebiasaan BAB dan BAK klien akan berpengaruh terhadap perubahan
sistem tubuhnya.
c. Pola Istirahat Tidur
Kebiasaan klien tidur sehari-hari, terjadi perubahan saat gejala sesak nafas
dan batuk muncul pada malam hari. Semua klien akibar gagal jantung akan
mengalami sesak nafas, sehingga hal ini dapat menganggu tidur klien.
d. Personal Hygiene
Yang perlu di kaji sebelum dan sesudah pada psien yaitunya kebiasaan
mandy, gosok gigi, cuci rambut, dan memotong kuku.t.
e. Pola Aktivitas
Sejauh mana kemampuan klien dalam beraktifitas dengan konsdisi yang di
alami pada saat ini.
8) Pemeriksaan Fisik Head Toe To
a. Kepala
Inspeksi: simetris pada kepala, rambut terlihat kering dan kusam, warna
rambut hitam atau beuban, tidak adanya hematom pada kepala, tidak
adanya pedarahan pada kepala.
Palpasi: tidak teraba benjolan pada kepala, rambut teraba kasar.
b. Mata
Inspeksi : simetris kanan dan kiri, tidak ada kelainan pada mata, reflek pupil
terhadap cahaya baik, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada
pembengkakan pada mata, tidak memakai kaca mata.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan lepas pada daerah mata, tidak teraba
benjolan disekitar mata
c. Telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan pada telinga, tidak terjadi perdarahan,
tidak ada pembengkakan, dan pendengaran masih baik. Palpasi : tidak
terasa benjolan pada daun telinga, tidak ada nyeri saat diraba bagian
telinga, tidak ada perdarahan pada telinga baik luar maupun dalam.
d. Hidung
Inspeksi : simetris pada hidung, tidak ada kelainan bentuk pada hidung,
tidak ada perdarahan, ada cuping hidung, terpasang oksigen.
Palpasi : tidak terasa benjolan pada hidung dan tidak ada perdarahan pada
hidung.
e. Mulut dan tenggorokan
Inspeksi : mulut terlihat bersih, gigi lengkap atau tidak sesuai dengan usia,
mukosa lembab/ kering, tidak ada stomatitis, dan tidak terjadi kesulitan
menelan.
f. Thoraks
Inspeksi : dada tampak simetris tidak ada lesi pada thorak, tidak ada otot
bantu pernafasan, dan tidak terjadi perdarahan pada thorak.
Palpasi : tidak teraba benjolan pada dada, suhu pada thorak teraba sama kiri
kanan
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler atau terdapat suara tambahan pada thoraks seperti
ronkhi, wheezing, dullnes
g. Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat, arteri carotis terlihat dengan jelas di leher.
Palpasi: denyut nadi meningkat, CRT > 3 detik Perkusi : pekak
Auskultasi : S1 dan S2 reguler atau terdapat suara tambahan seperti mur-
mur dan gallop.
h. Abdomen
Inspeksi : abdomen tampak datar, tidak ada pembesaran, tidak ada bekas
operasi, dan tidak adanya lesi pada abdomen.
Auskultasi : bising usus 12x/m
Perkusi : saat diperkusi terdengat bunyi tympani
Palpasi : tidak terasa adanya massa/ pembengkakan, hepar dan limpa tidak
terasa,tidak ada nyeri tekan dan lepas didaerah abdomen.
i. Genitalia
Pasien terpasang kateter, produksi urin banyak karena pasien jantung dapat
diuretik.
j. Ekstremitas
Ekstremitas atas : terpasang infus salah satu ekstremtas atas, tidak
ditemukan kelainan pada kedua tangan, turgor kulit baik, tidak terdapat
kelainan, akral teraba hangat, tidak ada edema, tidak ada terjadi fraktur
pada kedua tangan.
Ekstremitas bawah : tidak ditemukankelainan pada kedua kaki, terlihat
edema pada kedua kaki dengan piring udem > 2 detik, type derajat edema,
tidak ada varises pada kaki, akral teraba hangat.
d. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium: hematologi (Hb, Ht, Leukosit), eritolit (kalium, natrium,
magnesium), analisa gas darah.
2. EKG (elektrokardiogram): untuk mengukur kecepatan dan keteraturan
denyut jantung
3. Ekokardiografi: untuk mendeteksi gangguan fungsional serta anatomis
yang menjadi penyebab gagal jantung.
4. Foto rontgen dada: untuk melihat adanya pembesaran pada jantung,
penimbunan cairan pada paru-paru atau penyakit paru lain.
e. Therapy
1. Digitalis: untuk meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan
memperlambat frekuensi jantung misal: Digoxin
2. Diuretik: untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal serta
mengurangi edema paru misal : Furosemide (lasix)
3. Vasodilator : untuk mengurani tekanan terhadap penyemburan darah
oleh ventrikel misal : Natriumnitrofusida, nitrogliserin
4. Trombolitik/ pengencer darah dan antibiotik
ANALISA DATA
NO MASALAH ETIOLOGI
D
A
T
A
1.Ds : Bersihan jalan nafas
Adanya secret pada
Klien berkata nafasnya terasa sesak tidak efektif jalan nafas
Klien berkata nafas sesak saat
beraktifitas
Klien berkata batuk

Do :
Klien terlihat sesak
RR 26x/menit
Klien terpasang O2 4 liter
Klien terlihat batuk Batuk
klien berdahak
Td : 110/74 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Suhu : 36,6 °c
Rr : 26 x/menit
SPO2 : 90%
Bb : 60 kg
2 Ds : Nyeri akut Agen cidera biologis
Klien berkata nyeri di daerah dada
seperti tertusuk jarum
Klien berkata kepala terasa
sakit
Do :
Klien terlihat menunjukkan bagian
nyeri
skala nyeri 5
Klien terlihat meringis
Td : 110/74 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Suhu : 36,6 °c
Rr : 26 x/menit
SPO2 : 90%
Bb : 60 kg
3 Ds : Penurunan curah
Kontraktilitas
Klien berkata nyeri dada seperti jantung jantung
tertusuk jarum
Do :
Klien terlihat menunjukkan bagian
dada yang nyeri
Klien terlihat meringis Skala nyeri 5
Td : 110/74 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Suhu : 36,6 °c
Rr : 26 x/menit
SPO2 : 90%

Bb : 60 kg
4 Do : Intoleransi aktifitas Kelemahan fisik
Klien berkata badanya terasa lemas
Klien berkata aktifitas di bantu oleh
perawat
Ds :
Klien terlihat lemas
Klien terlihat terbaring di tempat tidur
Klien aktifitas tampak di bantu oleh
perawat
Klien terpasang infus Rl 10 tpm
Klien terpasang monitor jantung
Klien terpasang kateter
Td : 110/74 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Suhu : 36,6 °c
Rr : 26 x/menit
Bb : 60 kg

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan NSTEMI yaitu:
1) Nyeri b.d agen cedera biologis : iskemi miokard
2) Ketidakefektifanpolanafasb.d nyeri
3) Penurunan curah jantung  b.d ketidakmampuan mengalirkan darah dan O2
adekuat kejantung
4) Intoleransi aktifitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

Intervensi Keperawatan

No Diagnose Luaran Intervensi


1. Nyeri b.d Agen Tujuan: Menunjukkan tingkat Intervensi Utama:
cedera biologis : nyeri sedang setelah dilakukan Manajemennyeri
iskemi miokard intervensi keperawatan selama Observasi
2 x 24 jam. 1. Kaji dan
Kriteria Hasil: catatresponpasie
1. Nyeri n/efekobat
berkurang 2. Pantau TD dan
2. Kegelisahan nadi
dan ketegangan 3. Kajinyeriklien
otot tidak ada Edukasi
3. Tekanan 4. Memberikaninf
darah dannadi ormasitentangke
normal majuanpenyakit
Kolaborasi
5. Kolaborasi
dengan dokter
pemberian
nitrogliserin
sublingual
6. pemberian
asetaminofen
sebagai
analgesik.
7. Kolaborasiuntu
k melakukan
pemeriksaan
diagnostic jika
di indikasikan
2. Ketidakefektifan pola Tujuan: Intervensi Utama:
nafas b.d Nyeri Menunjukkan pola pernapasan Manajemen Jalan
efektif, setelah diberikan Napas
intervensi selama 3 x 24 jam Observasi
Kriteria Hasil:
1. Pemantauanre
1. Irama dan frekuensi
spirasi.
pernapasan dalam
2. Pertahankan
rentang yang normal
oksigen aliran
2. Tidak ada penggunan
rendah dengan
otot bantu
O2 maskere.
3. Posisikan
pasien untuk
mengoptimalk
an
pernapasann,
dengan posisi
kepala sedikit
fleksi.
Edukasi

1. Anjurkan napas
dalam melalui
abdomen.

3. Penurunan curah Tujuan: Intervensi Utama:


jantung b.d Curah Jantung kembali PerawatanJantung
ketidakmampuan adekuat Observasi:
mengalirkan darah Kriteria Hasil: 1. Pemeriksaan
dan O2 adekuat Pasien menunjukkan TTV
kejantung   peningkatan toleransi 2. Monitor Cairan
aktivitas. Edukasi
3. Anjurkan
klienbadrest
total
Kolaborasi
4. Siapkan
kateterisasi
jantung bila
diindikasikan
5. Kolaborasiuntu
kpemeriksaandi
agnostik
4. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan Asuhan Intervensi Utama:
berhubungan dengan Keperawatan selama 3 x 24 Manajemen energi
Ketidak seimbangan jam diharapkan,toleransi Observasi :
anatara suplai dan Aktivitasmeningkat,dengan 1. Identifikasi
kebutuhan oksigen kriteria hasil : gangguan
1. Frekuensi nadi menurun. fungsi tubuh
2. Keluhan lelah menurun yang
3. Dispnea saat aktivitas mengakibatka
menurun. n kelelahan.
4. Dispnea setelah aktivitas 2. Monitoring
menurun. kelelahan
5. Perasaan lemah menurun fisik
6. Aritmia saat aktivitas emosional.
menurun 3. Monitor pola
7. Aritmia setelah aktivitas dan jam tidur
menurun Terapeutik
8. Sianosis menurun. 4. Lakukan
9. Tekanan darah membaik. latihan rentan
gerak pasif
dan aktif
Edukasi

5. Anjurkan
tirah baring
Kolaborasi

6. Kolaborasi
dengan ahli
gizi tetang
cara
meningkatka
n asupan
makanan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI; 2015
2. Solehati, Tetti dan Cecep Eli Kosasih.,2015. Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam
Keperawatan Maternitas. Bandung : PT. Refika Aditama
3. Puji Astutik, Asuhan Keperawatan Dengan Kasus N-STEMI (Non ST-Elevation
Myocard Infark) di ruangan ICU RS Baptis Batu
4. Andrianto, Petrus. 2015. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskular.Jakarta
5. Arief Muttaqin. 2016. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
SistemKardivaskular. Salemba Medika; Jakarta.
6. Aspiani, Yuli Reny. 2016. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien
GangguanKardiovaskular Aplikasi NIC & NOC. Jakarta : EGC
7. Pearce. (2015). Anatomi dan fisiologi untuk para medis. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
8. Syaifuddin. 2015. Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai