Anda di halaman 1dari 19

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Non St Elevasi Infark Miokarddi


1. Definisi
Non ST Elevasi Infark Miokard merupakan adanya ketidak seimbangan
permintaan dan suplai oksigen ke miokardium terutama akibat penyempitan
oleh arteri koroner akan menyebabkan iskemia miokardium lokal. Iskemia
yang bersifat sementara akan menyebabkan perubahan reversible pada tingkat
sel dan jaringan (Prasnatika, 2019).
Non ST Elevasi Infark Miokard (NSTEMI) didefinisikan sebagai
gambaran EKG depresi segmen ST atau inversi gelombang T prominen dengan
biomarker nekrosis yang positif (misalnya troponin) dengan tidak dijumpainya
elevasi segmen ST pada gambaran EKG dan sesuai dengan gambaran klinis
yaitu rasa tidak nyaman pada dada atau sesuai dengan angina (Anderson et al,
2012).
2. Etiologi
Sumber masalah sesungguhnya hanya terletak pada penyempitan
pembuluh darah jantung (vasokonstriksi) (Aspiani, 2016). Penyempitan ini
diakibatkan oleh empat hal, meliputi:
a. Adanya timbunan lemak (aterosklerosis) dalam pembuluh darah akibat
konsumsi kolesterol tinggi.
b. Sumbatan (trombosis) oleh sel beku darah (trombus)
c. Vasokontriksi atau penyempitan pembuluh darah akibat kejang yang terus
menerus.
d. Infeksi pada pembuluh darah
Aspiani (2016) menambahkan mulai terjadinya Non ST Elevasi Infark
Miokard (NSTEMI) dipengaruhi oleh beberapa keadaan, yaitu aktivitas atau
latihan fisik yang berlebihan (tidak terkondisikan), stres emosi, terkejut, udara
dingin. Keadaan tersebut ada hubungannya dengan peningkatan aktivitas
simpatis sehingga tekanan darah meningkat, frekuensi debar jantung
meningkat, dan kontraktilitas jantung meningkat. Adapula faktor risiko yang
mempercepat terjadinya Non ST Elevasi Infark Miokard (NSTEMI) adalah
sebagai berikut:
a. Hipertensi
Tekanan darah tinggi (hipertensi) terkadang tidak dirasakan
gejalanya.Terkadang penderitanya merasakan kaku di tengkuk atau pusing
dikepala.Terkadang penderita hipertensi juga merasakan bunyi “nging”
ditelinga, terasa bingung atau mimisan. Memang ada banyak kasus
hipertensi yang tidak terasa gejalanya dan tiba – tiba penderita hipertensi
sudah terlanjur mengalami stroke, serangan jantung atau kerusakan tubuh
lainnya. Orang yang mempunyai tekanan darah tinggi berisiko mengalami
penyakit jantung, dan bahkan stroke. Hal ini dikarenakan tekanan darah
tinggi membuat jantung bekerja dengan berat sehingga lama kelamaan
jantung juga kecapaian dan sakit. Bahkan jika ada sumbatan di pembuluh
darah koroner jantung maupun darah yang lain, tekanan darah tinggi akan
berakibat pada pecahnya pembuluh darah.
b. Kolesterol
Kolesterol yang tinggi merupakan faktor risiko terjadinya Non
ST Elevasi Infark Miokard (NSTEMI).Kolesterol merupakan zat yang
dibutuhkan oleh tubuh, namun bukan dalam jumlah yang banyak.
Kolesterol berasal dari makanan yang dikonsumsi sehari – hari misalnya
minyak, makanan yang digoreng, emak hewan dan lain – lain. Kelebihan
makanan yang mengandung kolesterol dapat menyebabkan kolesterol
dalam darah menjadi tinggi, dan tidak baik bagi jantung.
Apabila kadar kolesterol LDL pada angka di atas 160 mg/dl,
maka dapat dikatakan bahwa kadar kolesterol LDL berada pada level
tinggi. LDL yang tinggi inilah yang lama kelamaan akan menyebabkan
terbentuknya plak atau penyumbatan pada pembuluh darah. Apabila
penyumbatan yang parah sudah terjadi maka jantung akan merasakan nyeri
dada. Berbeda dengan kolesterol LDL yang jika semakin rendah akan
semakin normal, maka kadar kolesterol HDL bisa dikatakan normal (baik
bagi jantung) jika ia semakin tinggi (di atas 60 mg/dl). Hal ini dikarenakan
HDL merupakan kolesterol yang baik sehingga harus dijaga agar kadarnya
tetap tinggi sehingga dapat melindungi jantung. Adapun kolesterol total
harus dijaga kadarnya di bawah angka 200 mg/dl.
c. Kelebihan berat badan atau obesitas
Kelebihan berat badan merupakan potensi untuk gangguan
kesehatan.Berdasarkan penelitian orang dengan kelebihan berat badan
berisiko mengalami serangan jantung. Selain itu kelebihan berat badan
berisiko untuk terjadinya kadar kolesterol yang tinggi dan penyakit
diabetes. Semakin gemuk seseorang semakin tinggi pula kandungan lemak
dalam tubuh. Kelebihan berat badan juga mengakibatkan sensitivitas
insulin (zat pengontrol gula darah) menurun sehingga kadar gula darah
yang tidak terkendali sering terjadi pada orang yang terlalu gemuk. Gula
darah yang tinggi inilah yang disebut dengan penyakit gula
(diabetes).Penyakit gula merupakan salah satu penyakit yang banyak
menimbulkan komplikasi, salah satunya menimbulkan komplikasi
penyakit jantung (Aspiani, 2016)
3. Patofisiologi
NSTEMI disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan peningkatan
kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI
dapat terjadi karena trombosis akut atau proses vasokontriksi koroner.
Trombosis akut pada arteri koroner disebabkan dengan adanya ruptur plak
yang tidak stabil. Plak yang tidak stabil ini biasanya mempunyai lipid yang
besar, densitas otot polos yang rendah, fibrous cap yang tipis dan konsentrasi
faktor jaringan yang tinggi. Ruptur plak ini dapat menyebabkan pembentukan
trombus melalui aktivasi platelet yang dimediasi kaskade koagulasi. Jika
trombus cukup besar maka dapat menutup jalan aliran darah ke jantung
(Sudoyo Aru W, 2018).
4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala Non ST Elevasi Infark Miokard (NSTEMI) yang sering
muncul adalah nyeri dada yang timbul pada saat istirahat atau dengan aktivitas
minimal yang berlangsung 10-20 menit atau lebih dan juga diikuti dengan
diaphoresis (keringat dingin), dispnea, mual, muntah, nyeri perut bahkan
sinkop serta kelelahan karena iskemik (American Heart Association, 2018).
Tanda dan gejala Infark Miokard menurut (Kasron, 2015), adalah:
a. Nyeri Dada
Nyeri yang lama yaitu minimal 30 menit, Nyeri dada yang terjadi secara
mendadak atau spontan dan terus-menerus tidak mereda, biasanya di atas
region sterna bawah dan abdomen bagian atas, ini merupakan gejala
utama.Nyeri dan rasa tertekan pada dada itu bisa disertai dengan keluarnya
keringat dingin atau perasaan takut. Biasanya nyeri dada menjalar ke lengan
kiri, bahu, leher sampai ke epigastrium, akan tetapi pada orang tertentu
nyeri yang terasa hanya sedikit.
b. Sesak Nafas
Sesak nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan akhir
diastolik ventrikel kiri, di samping itu perasaan cemas bisa menimbulkan
hiperventilasi.Pada infark yang tanpa gejala nyeri, sesak nafas merupakan
tanda adanya disfungsi ventrikel kiri yang bermakna.
c. Gejala Gastrointestinal
Peningkatan aktivitas vagal menyebabkan mual dan muntah, dan
biasanya lebih sering pada infark inferior, dan stimulasi diafragma pada
infak inferior juga bisa menyebabkan cegukan.
d. Gejala Lain
Termasuk palpitasi, rasa pusing atau sinkop dari aritmia ventrikel dan
gelisah.
5. Penatalaksanaan
Pasien yang mengalami NSTEMI di istirahatkan ditempat tidur atas
pemantauan EKG untuk memantau segmen ST dan irama jantung. Beberapa
komponen utama harus di berikan setiap pasien NSTEMI yaitu:
a. Istirahat
b. Diet jantung, rendah garam, makanan lunak.
c. Memberi digitalis untuk membantu kontraksi jantung atau memperlambat
frekuensi Pada jantung, Hasil yang diharapkan peningkatan curah jantung
menurun.
d. Vena dan volume darah peningkatan diuresis dapat mengurangi edema.
Pada pemberian ini pasien harus dipantau agar hilangnya ortopnea, dispnea,
berkurangnya krekel, dan edema perifer. Apabila terjadi keracunan ditandai
dengan mual dan muntah, anoreksia, namun selanjutnya terjadi perubahan
pada irama, ventrikel premature, bradikardi kontrak, gemini (denyut normal
dan premature saling berganti ), dan takikardia atria proksimal.
1) Pemberian Diuretic, untuk memacu eksresi natrium dan air melalui
ginjal. jika sudah diresepkan harus diberikan pada waktu siang hari
supaya tidak terganggu istirahat pasien pada malam hari, intake dan
output pasien perlu dicatat agar pasien tidak mengalami kehilangan
cairan saat diberikan diuretic, pasien juga perlu menimbang berat badan
setiap hari, supaya tiadak terjadi perubahan pada turgor kulit, perlu di
perhatikan tanda-tanda dehidrasi.
2) Morfin, diberikan agar dapat mengurangi sesak pada asma cardial,
namun hati-hati depresi pada pernapasan.
3) Pemberian oksigen
4) Terapi natrium nitropurisida dan vasodilator, obat-obatan vasoaktif
merupakan pengobatan pertama pada pasien gagal jantung dalam
mengurangi impedansi (tekanan) terhadap penyemburan darah oleh
ventrikel.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Biomarker Jantung : Pemeriksaan Elektro Kardiogram (EKG)
Segmen ST merupakan hal penting untuk menentukan risiko terhadap
pasien. Pada Trombolisis Myocardial (TIMI) III Registry, adanya depresi
segmen ST baru yaitu 0,05 mV merupkan predikat outcome yang buruk.
Kauletal meningkat secara progresif yaitu memberatnya depresi segmen
ST maupun perubahan troponin T keduanya memberikan tambahan
informasi prognosis pasien dengan NSTEMI.
Ketika trombus tidak menyebabkan oklusi total, maka tidak terjadi
elevasi segmen ST. Gambaran EKG pasien Non STEMI beragam, bisa
berupa depresi segmen ST, inversi gelombang T, gelombang T yang datar
atau pseudo-normalization, atau tanpa perubahan EKG saat presentasi.
Untuk menegakkan diagnosis Non STEMI, perlu dijumpai depresi segmen
ST ≥ 0,5 mm di V1-V3 dan ≥ 1 mm di sandapan lainnya. Selain itu dapat
juga dijumpai elevasi segmen ST tidak persisten (Prasnatika, 2019).
b. Echocardiografi pada Pasien Non-ST Elevasi Miokardial Infark
1) Fraksi ejeksi
Fraksi ejeksi adalah daya sembur jantung dari ventrikel ke aorta.
Freksi pada prinsipnya adalah presentase dari selisih volume akhir
diastolik dengan volume akhir sistolik dibagi dengan volume akhir
diastolik.Nilai normal > 50%.Dan apabila < dari 50% fraksi ejeksi
tidak normal.
2) Angiografi coroner
Untuk menentukan derajat stenosis pada arteri koroner.Apabila
pasien mengalami derajat stenosis 50% pada pasien dapat diberikan
obat-obatan. Dan apabila pasien mengalami stenosis lebih dari 60%
maka pada pasien harus di intervensi dengan pemasangan stent.
7. Komplikasi
a. Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik merupakan suatu kondisi dimana terjadi hipoksia
jaringan sebagai akibat dari menurunnya curah jantung, meskipun volume
intravaskuler cukup. Sebagian besar kondisi syok ini disebabkan oleh
infark miokard akut adalah hilangnya 40 % atau lebih jaringan otot pada
ventrikel kiri dan nekrosis vokal di seluruh ventrikel karena
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan supply oksigen miokardium.
Pendapat lain mengatakan bahwa syok kardiogenik adalah kelainan
jantung primer yang menyebabkan kelainan fungsi jaringan yang tidak
cukup untuk mendistribusi bahan makanan dan mengambil sisa
metabolisme. Syok kardiogenik adalah ketidakmampuan jantung
mengalirkan cukup darah ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme, akibat dari gangguan fungsi pompa jantung (Prasnatika,
2019).
b. Edema Paru
Edema paru akut juga bisa terjadi sebagai komplikasi infark miokard
akut, dimana terjadi penurunan fungsi pompa otot miokard dan
menurunnya fungsi ejeksi ventrikel kiri. Kondisi ini menimbulkan
perubahan pada keseimbangan gaya starling tekanan kapiler alveolar,
berupa peningkatan tekanan hidrostatik kapiler alveolar disertai kebocoran
cairan ke intersisial dan alveoli. Penyebab kelainan paru yang paling
umum adalah :
1) Gagal jantung sisi kiri (penyakit katup mitral) dengan akibat
peningkatan tekanan kapiler paru danmembanjiri ruang interstitial dan
alveoli.
2) Kerusakan pada membrane kapiler paru yang disebabkan oleh infeksi
seperti pneumonia atau terhirupnya bahan - bahan yang berbahaya
seperti gas klorin atau gas sulfur dioksida. Masing-masing
menyebabkan kebocoran protein plasma dan cairan secara cepat
keluar dari kapiler (Prasnatika, 2019).
8. Penyimpangan KDM
BAB II

TINJAUAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pasien dengan penyakit jantung menurut Brunner &
Suddarth (2014) meliputi:
1. Riwayat Kesehatan
Pasien yang mengalami infark miokard (biasanya disebut serangan jantung)
memerlukan intervensi medis dan perawatan segera dan mungkin tindakan
penyelamatan nyawa misalnya: pengurangan nyeri dada atau pencegahan
disritmia. Untuk pasien seperti ini, beberapa pertanyaan terpilih mengenai
nyeri dada dan gejala yang berhubungan (seperti napas pendekatau palpitasi),
alergi obat dan riwayat merokok ditanyakan bersamaan dengan pengkajian
kecepatan, irama jantung, tekanan darah, dan pemasangan pipa infus.
Pertanyaan yang sesuai mencakup:
a. Pernapasan:
1) Pernahkah Anda mengalami sesak napas?
2) Kapan Anda mengalami sesak napas?
3) Bagaimana Anda membuat napas Anda menjadi lebih baik?
4) Apa yang membuatnya menjadi lebih buruk?
5) Berapa lama sesak napas tersebut mengganggu Anda?
6) Aktivitas penting apa yang Anda hentikan akibat gangguan napas?
7) Apakah Anda menggunakan obat untuk memperbaiki pernapasan?
8) Apakah obat yang Anda minum mempengaruhi pernapasan anda?
9) Kapan biasanya Anda minum obat?
b. Sirkulasi:
1) Gambarkan nyeri yang Anda rasakan di dada?
2) Apakah nyeri menyebar kelengan, leher, dagu atau punggung?
3) Adakah sesuatu yang tampaknya menyebabkan nyeri?
4) Berapa lama biasanya rasa nyeri berlangsung?
5) Apa yang dapa tmeringankan rasa nyeri?
6) Apakah Anda mengalami penambahan atau pengurangan berat badan
akhir-akhir ini?
7) Apakah Anda mengalami pembengkakan pada tangan, kaki atau
tungkai (atau pantat bila lama tidur)?
8) Apakah Anda pernah mengalami pusing atau rasa melayang? Pada
situasi apa hal itu terjadi?
9) Apakah Anda mengalami perubahan pada tingkat energi Anda?
10) Apakah Anda merasakan jantung Anda berpacu, meloncat atau
berdenyut cepat?
11) Apakah Anda mengalami masalah dengan tekanan darahAnda?
12) Apakah Anda mengalami sakit kepala? Apa yang kemungkinan
menyebabkannya?
13) Apakah Anda mengalami tangan atau kaki terasa sangat dingin?
Kapan biasanya terjadi?
2. PemeriksaanFisik
a. Tingkat kesadaran.
b. Nyeri dada (temuan klinik yang paling penting).
c. Frekuensi dan irama jantung: Disritmia dapat menunjukkan tidak
mencukupinya oksigen ke dalam miokard.
d. Bunyi jantung: S3 dapat menjadi tanda dini ancaman gagal jantung.
e. Tekanan darah: Diukur untuk menentukan respon nyeri dan pengobatan,
perhatian tekanan nadi, yang mungkin akan menyempit setelah serangan
miokard infark, menandakan ketidakefektifan kontraksi ventrikel.
f. Nadi perifer: Kaji frekuensi, irama dan volume.
g. Warna dan suhu kulit.
h. Paru-paru: Auskultasi bidang paru pada interval yang teratur terhadap
tanda-tanda gagal ventrikel (bunyi crakles pada dasar paru).
i. Fungsi gastrointestinal: Kaji mortilitas usus, trombosis arteri mesenterika
merupakan potensial komplikasi yang fatal.
j. Status volume cairan: Amati haluaran urin, periksa adanya edema, adanya
tanda dini syok kardiogenik merupakan hipotensi dengan oliguria.
B. Masalah Keperawatan

1. Penurunan Curah Jantung


a. Definisi : Ketiakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh
b. Penyebab:
1) Perubahan irama jantung
2) Perubahan frekuensi jantung
3) Perubahan kontraktilitas
4) Perubahan preload
5) Perubahan afterload
c. Gejala dan Tanda Mayor
1) Subjektif
a) Perubahan irama jantung : Palpitasi
b) Perubahan preload : Lelah
c) Perubahan afterload : Dyspnea
d) Perubahan kontraktilitas : Paroxysmal noctumal dyspnea (PND),
ortopnea, batuk
2) Objektif
a) Perubahan irama jantung: Bradikardi/takikardi, gambaran EKG
aritmia atau gangguan konduksi
b) Perubahan preload : Edema, distensi vena jugularis, central
venous pressure (CVP) meningkat/menurun, hepatomegali
c) Perubahan afterload : Tekanan darah meningkat/menurun, nadi
perifer teraba lemah, capillary refill time >3 detik, oliguria, warna
kulit pucat dan/atau sianosis
d) Perubahan kontraktilitas: Terdengar suara jantung S3 dan/atau S4,
ejection fraction (EF) menurun
2. Ansietas
a. Definisi : Kondisi emosi dan pengalaman subyektif terhadap objek yang tidak
jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman
b. Penyebab : Krisis situasional, kebutuhan tidak terpenuhi, krisis
maturasional, ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap kematian,
kekhawatiran mengalami kegagalan, disfungsi sistem keluarga, hubungan
orang tua-anak tidak memuaskan, faktor keturunan (temperamen mudah
teragitasi sejak lahir), penyalahgunaan zat, terpapar bahaya lingkungan
(mis. toksin, polutan, dan lain-lain), kurang terpapar informasi
c. Tanda dan Gejala Mayor
1) Subjektif : Merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat, sulit
berkonsenstrasi
2) Objektif : Tampak gelisah, tampak tegang. sulit tidur
d. Tanda dan Gejala Minor
1) Subjektif : Mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi, merasa tidak
berdaya
2) Objektif : Frekuensi napas meningkat, frekuensi nadi meningkat,
tekanan darah meningkat, diaforesis, tremos, muka tampak pucat,
suara bergetar, kontak mata buruk sering berkemih, berorientasi pada
masa lalu
3. Gangguan Pertukaran Gas
a. Definisi : Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau eliminasi
karbondiksida pada membran alveolus-kapiler
b. Penyebab : Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, perubahan membran
alveolus-kapiler
c. Tanda dan Gejala Mayor
1) Subjektif : Dispnea
2) Objektif : PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia, pH
arteri meningkat/menurun, bunyi napas tambahan
d. Tanda dan Gejala Minor :
1) Subjektif : Pusing, penglihatan kabur
2) Objektif : Sianosis, diaforesis, gelisah, napas cuping hidung, pola
napas abnormal (cepat / lambat, regular/iregular, dalam/dangkal),
warna kulit abnormal (mis. pucat, kebiruan), kesadaran menurun
4. Nyeri Akut
a. Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang dirasakan seseorang
berkaitan dengan adanya kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan
onset mendadak atau lambat, berintensitas ringan hingga berat, menetap,
yang berlangsung kurang dari 3 bulan
b. Penyebab : Agen pencedera fisiologis, kimiawi maupun agen fisik. Agen
pencedera fisiologis dapat berupa inflamasi, iskemia atau adanya
neoplasma; agen kimiawi dapat berupa terbakar atau teritasi bahan kimia
iritan; dan agen pencidera fisik dapat berupa adanya amputasi, prosedur
operasi, trauma atau latihan fisik yang berlebihan.

c. Tanda dan Gejala Mayor


1) Subjektif: mengeluh nyeri
2) Objektif: tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi
meningkat dan mengalami kesulitan tidur.
d. Tanda dan Gejala Minor
1) Objektif: tekanan darah meningkat, perubahan pola nafas, perubahan
nafsu makan, proses berfikir terganggu, menarik diri, mengalami
diaphoresis serta hanya berfokus padadiri sendiri.
5. Intoleransi Aktivitas
a. Definisi : Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
b. Penyebab :
1) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Imobilitas
5) Gaya hidup monoton
c. Tanda dan Gejala Mayor
1) Subjektif : mengeluh lelah
2) Objektif : frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
d. Tanda dan Gejala Minor :
1) Subjektif : dispnea saat/setelah aktivitas, merasa tidak nyaman setelah
beraktivitas, merasa lemah
2) Objektif : tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat,
gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas, gambaran
EKG menunjukkan iskemia, sianosis
C. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSIS LUARAN INTERVENSI


Penurunan Curah Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung
Jantung keperawatan selama … x 24 jam, diharapkan Observasi
curah jantung meningkat dengan - Identifikasi tanda/gejala primer
Kriteria Hasil: - Penurunan curah jantung (meliputi dispenea, kelelahan, adema
a. Kekuatan nadi perifer meningkat ortopnea paroxysmal nocturnal dyspenea, peningkatan CPV)
b. Ejection fraction (EF) meningkat - Identifikasi tanda /gejala sekunder penurunan curah jantung
c. Cardiac todex (CI) meningkat (meliputi peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena
d. Left ventricular stroke work index jugularis, palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
(LVSWI) meningkat - Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika
e. Stroke volume index (SVI) meningkat perlu)
f. Palpitasi menurun - Monitor intake dan output cairan
g. Brakikardia menurun - Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
h. Takikardia menurun - Monitor saturasi oksigen
i. Gambaran EKG aritmia menurun - Monitor keluhan nyeri dada (mis.
j. Lelah menurun - Intensitas, lokasi, radiasi, durasi, presivitasi yang mengurangi
k. Edema menurun nyeri)
l. Distensi vena jugularis menurun - Monitor EKG 12 sadapoan
m. Dispena menurun - Monitor aritmia (kelainan irama dan frekwensi)
n. Oliguria menurun - Monitor nilai laboratorium jantung (mis. Elektrolit, enzim
o. Pucat/sianosis menurun jantung, BNP, Ntpro-BNP)
p. Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND) - Monitor fungsi alat pacu jantung
menurun - Periksa tekanan darah dan frekwensi nadi sebelum dan
q. Ortopnea menurun sesudah aktifitas
r. Batuk menurun - Periksa tekanan darah dan frekwensi nadi sebelum pemberian
s. Suara jantung S3 menurun obat (mis.
t. Suara jantung S4 menurun - Betablocker, ACE inhibitor, calcium channel blocker,
u. Murmur jantung menurun digoksin)
v. Berat badan menurun Terapeutik
w. Hepatomegaly menurun - Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki
x. Pulmonary vascular resistance (PVR) kebawah atau posisi nyaman
menurun - Berikan diet jantung yang sesuai (mis.
y. Systernic vascular resistance menurun - Batasi asupan kafein, natrium, kolestrol, dan makanan tinggi
z. Tekanan darah membaik lemak)
aa. Capillary refill time (CPT) membaik - Gunakan stocking elastis atau pneumatik intermiten, sesuai
bb. Pulmonary artery wedge pressure indikasi
(PAWP) membaik - Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi hidup sehat
cc. Central venous pressure membaik - Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu
- Berikan dukungan emosional dan spiritual
- Berikan oksigen untuk memepertahankan saturasi oksigen
>94%
Edukasi
- Anjurkan beraktivitas fisik secara toleransi
- Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
- Anjurkan berhenti merokok
- Anjurkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
- Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output
cairan harian
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
- Rujuk ke program rehabilitasi jantung
Ansietas Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas
keperawatan selama … x 24 jam, diharapkan Observasi
kecemasan menurun dengan - Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi,
Kriteria Hasil : waktu, stressor)
a. Verbalisasi kebingungan menurun - Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
b. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang Teraupetik
dihadapi menurun - Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
c. Perilaku gelisah menurun kepercayaan
d. Perilaku tegang menurun - Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
e. Keluhan pusing menurun memungkinkan
f. Anoreksia menurun - Pahami situasi yang membuat ansietas dengarkan dengan
g. Palpitasi menurun penuh perhatian
h. Frekuensi pemapasan menurun - Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
i. Frekuensi nadi menurun - Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
j. Tekanan darah menurun - Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan.
k. Diaforesis menurun - Edukasi
l. Tremor menurun - Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami.
m. Pucat menurun - Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,pengobatan,
n. Konsentrasi membaik dan prognosis
o. Pola tidur membaik - Anjurkan keluarga untuk bersama pasien,jika perlu
p. Perasaan keberdayaan membaik - Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
q. Kontak mata membaik - Latih teknik relaksasi : terapi musik klasik.
r. Pola berkemih membaik Kolaborasi
s. Orientasi membaik - Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu

Gangguan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi


Pertukaran Gas keperawatan selama … x 24 jam, diharapkan Observasi
pertukaran gas meningkat dengan - Monitor rekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
Kriteria hasil : - monitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea,
a. Tingkat kesadaran meningkat hipervventilasi, kussmaul Cheynestokes, Biot, ataksik
b. Dispnea menurun - Monitor kemampuan batuk efektif
c. Bunyi napas tambahan menurun - Monitor aadanya produksi sputum
d. Pusing menurun - Monitor adanya sumbatan jalan napas
e. Penglihatan kabur menurun - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
f. Diaforesis menurun - Auskultasi bunyi napas
g. Gelisah menurun - Monitor saturasi oksigen
h. Napas cuping hidung menurun - Monitor nilai AG D
i. PCO2 membaik - Monitor hasil x-ray toraks
j. PO2 membaik Terapeutik
k. Takikardia membaik - Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
l. pH arteri membaik - Dokumentasikan hasil pemantauan
m. Sianosis membaik Edukasi
n. Pola napas membaik - Jelaskan tujuan dan proseddur pemantauan
o. Warna kulit membaik - Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

Nyeri Akut Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri


keperawatan selama … x 24 jam, diharapkan Observasi
Nyeri - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
akut menurun dengan intensitas nyeri
Kriteria hasil : - Identifikasi skala nyeri
a. Keluhan nyeri menurun - Identifikasi respon nyeri non verbal
b. Merasa depresi (tertekan) menurun - Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
c. Gelisah menurun - Untuk mengetahui lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
d. Perasaan takut mengalami cedera berulang kualitas, intensitas
menurun - nyeri
e. Sikap protektif menurun - Untuk mengetahui skala nyeri
f. Pola tidur membaik - Untuk mengetahui mimik wajah yang
g. Anoreksia menurun - diperlihatkan pasien saat nyeri muncul
h. Fokus membaik - Untuk mengetahui apa saja yang
i. Berfokus pada diri sendiri menuru - memperberat dan memperingan keadaan
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi
- komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
- mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
- hipnosis, akupresur, terapi musik,
- biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
- teknik imajinasi terbimbing, kompres
- hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
- mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Intoleransi Tujuan : Setelah dilakukan intervensi Manajemen energi
aktivitas keperawatan selama … X 24 jam, diharapkan Observasi
toleransi - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
aktifitas meningkat dengan kelelahan
Kriteria Hasil: - Monitor kelelahan fisik dan emosional
a. Frekuensi nadi menurun - Monitor pola dan jam tidur
b. Kemudahan dalam melakukan aktivitas - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
sehari-hari meningkat selama melakukan aktivitas
c. Kecepatan berjalan meningkat Teraupetik
d. Jarak berjalan meningkat - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
e. Kekuatan tubuh bagian atas meningkat - Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau pasif
f. Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat - Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
g. Keluhan lelah menurun - Fasilitasi duduk disisi tempat tidur jika
h. Dispnea saat aktivitas menurun - tidak dapat berpindah atau berjalan
i. Dispnea setelah aktivitas menurun Edukasi
j. Perasaan lemah menurun - Anjurkan tirah baring
k. Aritmia saat aktivitas menurun - Ajarkan melakukan aktivitas secara bertahap
l. Aritmia setelah aktivitas menurun - Anjurkan menghubungi perawat jika ada tanda dan gejala
m. Sianosis menurun kelelahan tidak berkurang
n. Tekanan darah membaik - Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
o. Frekuensi napas membaik Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R.Y. 2016. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular
Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Kasron, 2015. Kelainan dan Penyakit Jantung. Yogyakarta: Nuha Medika

Prasnatika, W., Wijayanti, D. P., Putra, K. W. R., & Sulistyowati, A. (2019). Asuhan
Keperawatan pada Tn. R dengan Diagnosa Medis Infark Miokard Akut
(NSTEMI) di RSUD Bangil-Pasuruan (Doctoral dissertation, Akademi
Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo).

Risnah, dkk. (2022). Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia.


Jakarta Timur:trans Info Timur

Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi VI. Jakarta: Interna
Publishing; 2014.

Tim Pokja PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta


Selatan:Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta


Selatan:Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta


Selatan:Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai