B. ETIOLOGI
Biasanya angina merupakan akibat dari penyakit arteri pembuluh jantung menurut
Kasron (2012), yaitu :
1. Faktor penyebab angina pectoris antara lain:
a. Arteriosklerosis
b. Spasme arteri pembuluh jantung
c. Anemia berat
d. Artritis
e. Aorta insufisiensi: stenosis katup aorta (penyempitan katup aorta), regurgitasi
katup aorta (kebocoran katup aorta).
f. Stenosis subaortik hipertrofik
g. Spasme arterial (kontraksi sementara pada arteri yang terjadi secara tiba-tiba)
2. Faktor risiko terjadinya angina pectoris antara lain:
a. Dapat diubah (dimodifikasi)
o Diet (hyperlipidemia)
o Rokok
o Hipertensi
o Stress
o Obesitas
o Kurang aktifitas
o Diabetes Mellitus
o Pemakaian kontrasepsi oral
b. Tidak dapat diubah
o Usia
o Jenis kelamin
o Keturunan
c. Faktor pencetus serangan angina
Faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan antara lain:
o Emosi
o Stress
o Kerja fisik terlalu berat
o Hawa terlalu panas dan lembab
o Terlalu kenyang
o Banyak perokok
C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan
suplai oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekauan arteri dan
penyempitan lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara
pasti apa penyebab ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang
bertanggungjawab atas perkembangan ateriosklerosis.
Ateriosklerosis merupakan penyakir arteri koroner yang paling sering
ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen
juga meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka artei
koroner berdilatasi dan megalirkan lebih banyak darah dan oksigen keotot jantung.
Namun apabila arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat
ateriosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan
kebutuhan akan oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan suplai darah)
miokardium.
Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No (nitrat
Oksid0 yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak
adanya fungsi ini dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus
koroner yang memperberat penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard
berkurang. Apabila kebutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai oksigen
menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif untuk membentuk
energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya asam laktat
nyeri akan reda.
D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala angina pectoris menurut Kasron (2012), yaitu:
1. Nyeri dada substernal atau retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan daerah
interskapula atau lengan kiri.
2. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas, kadang-
kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).
3. Durasi nyeri berlangsung 1-5 menit, tidak lebih dari 30 menit.
4. Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.
5. Gejala penyerta: sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin,
palpitasi, dizziness.
6. Gambaran EKG: depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik.
7. Gambaran EKG seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan.
8. Nyeri juga bisa dirasakan di bahu kiri atau lengan kiri sebelah dalam, punggung,
tenggorokan, rahang atau gigi, lengan kanan (kadang-kadang).
Ada 5 hal yang perlu digali dari anamnesa mengenai angina pectoris yaitu: lokasinya,
kualitasnya, lamanya, faktor pencetus, faktor yang bisa meredakan nyeri dada
tersebut. (Kasron, 2012).
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan medis adalah memperkecil kerusakan jantung
sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya komplikasi.
Adapun penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien yang menderita angina pektoris
adalah sebagai berikut :
1. Tirah baring, posisi semi fowler.
2. Monitor EKG
2. Infus D5% 10 – 12 tetes / menit
3. Oksigen 2 – 4 liter / menit
4. Analgesik : morphin 5 mg atau petidin 25 – 50 mg
5. Obat sedatif : diazepam 2 – 5 mg
6. Bowel care : laksadin
7. Antikoagulan : heparin tiap 4 – 6 jam / infus
8. Diet rendah kalori dan mudah dicerna
9. Psikoterapi untuk mengurangi cemas.
Prinsip penatalaksanaan angina pectoris adalah meningkatkan pemberian oksigen
(dengan meningkatkan aliran darah pembuluh jantung) dan menurunkan kebutuhan
oksigen (dengan mengurangi kerja jantung).
1. Terapi Non Farmakologis Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk
menurunkan kebutuhan oksigen jantung antara lain: pasien harus berhenti
merokok, karena merokok mengakibatkan takikardia dan naiknya tekanan darah,
sehingga memaksa jantung bekerja keras. Orang obesitas dianjurkan
menurunkan berat badan untuk mengurangi kerja jantung. Mengurangi stress
untuk menurunkan kadar adrenalin yang dapat menimbulkan vasokontriksi
pembulu darah. Pengontrolan gula darah. Penggunaan kontrasepsi dan
kepribadian seperti sangat kompetitif, agresif atau ambisius.
2. Terapi farmakologis untuk anti angina dan anti ischemia
3. Tujuan penatalaksanaan medis angina adalah untuk menurunkan kebutuhan
oksigen jantung dan untuk meningkatkan suplai oksigen. Secara medis tujuan ini
dicapai melalui terapi farmakologi dan control terhadap factor risiko. Secara
bedah tujuan ini dicapai melalui revaskularisasi suplai darah jantung melalui
bedah pintas arteri koroner atau angioplasty koroner transluminal perkutan
(PTCA= percutaneous transluminal coronary angioplasty). Biasanya diterapkan
kombinasi antara terapi medis dan pembedahan.
d. Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung ( D.
0008 )
Intervensi : Perawatan Jantung ( I. 02075 )
a. Observasi :
• Identifikasi tanda dan gejala primer penurunan curah jantung ( meliputi.
Dyspnea, kelelahan, edema)
• Identifikasi tanda/ gejala sekunder penurunan curah jantung ( meliputi
peningkatan berat badan, hepatomegaly, distensi vena jugularis, palpitasi,
ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
• Monitor tekanan darah ( termasuk tekanan darah ortostatik, jika perlu)
• Monitor intake dan output cairan
• Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
• Monitor saturasi oksigen
• Monitor keluhan nyeri dada ( mis. Intensitas, lokasi, radiasi, durasi,
presivitasi yang mengurangi nyeri)
• Monitor EKG 12 sadapan
• Monitor aritmia ( kelainan irama dan frekuensinya)
• Monitor nilai laboratorium jantung ( mis. Elektrolit, enzim jantung, BNP,
NTpro-BNP)
• Monitor funsi alat pacu jantung
• Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah aktivitas
• Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat (mis.
Beta bioker, ACE, inhibitor, calcium channel blocker, dlgoksin)
b. Terapeutik:
• Posisikan pasien semi-Fowler atau fowler dengan kaki ke bawah atau
posisi nyaman
• Berikan diet jantung yang sesuai (mis, batasi asupan kafein, natrium,
klesterol, dan makanan tinggi lemak)
• Gunakan stocking elastis atau pneumatic intermiten, sesuai indikasi
• Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat
• Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress, jika perlu
• Berikan dukungan emosional dan spiritual
• Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen > 94%
c. Edukasi:
• Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
• Ajurkan beraktivitas fisik secara bertahap
• Anjurkan berhenti merokok
• Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
• Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian
d. Kolaborasi:
• Kolaborasi pemeriksaan antiaritmia, jika perlu
• Rujuk ke program rehabiliasi jantung
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ancam terhadap konsep diri ( D. 0056 )
Intervensi: manajemen Energi ( I. 05178 )
a. Observasi,
• Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
• Monitor kelelahan fisik dan emosional
• Monitor pola dan jam tidur
• Monitori lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
b. Terapeutik,
• Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus ( mis. Cahaya, suara,
kunjungan)
• Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/ atau aktif
• Berikan aktivitas distraksi yang menenagkan
• Failitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
c. Edukasi,
• Anjurkan tira baring
• Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
• Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
• Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
d. Kolabrasi:
• Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri ( D. 0080 )
Intervensi : Reduksi Ansietas ( I. 09314 )
a. Observasi
• Identifikasi saat tingkat ansietas berubah ( mis. Kondisi, waktu, stressor)
• Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
• Mnitori tanda- tanda ansietas ( verbal dan verbal )
b. Terapeutik
• Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
• Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
• Pahami situasi yang membuat ansietas
• Dengarkan dengan penuh perhatian
• Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
• Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
• Motivasi mengindetifikasi situasi yang memicu kecemasan
• Diskusikan perencanaan realisasi tentang peristiwa yang akan dating
c. Edukasi
• Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
• Informasikan secara factual mengenal diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
• Anjukan keluarga untuk tetap bersama klien, jika perlu
• Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
• Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
• Latih kegiatan penglihatan untuk mengurangi ketegangan
• Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
• Latih teknik relaksasi
d. Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kekeliruan mengikuti anjuran ( D. 0111)
Intervensi : Edukasi kesehatan ( I. 12383)
a. Observasi
• Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
• Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
b. Terapeutik
• Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
• Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
• Berikan kesempatan untuk bertanya
c. Edukasi
• Jelaskan fakor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
• Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
• Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidupbersih dan sehat
DAFTAR PUSTAKA
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: definisi dan Kriteria Hasil
Defisit
pengetahuan
Penurunan Curah
Jantung
Intoleransi Aktifitas