Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA

UNSTABLE ANGINA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Keperawatan

Medikal Bedah

Disusun oleh :

Saudah

2007.14901.315

PROGRAM PENDIDIKAN NERS STIKES WIDYAGAMA HUSADA

MALANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit jantung koroner (CHD = Coronary Heart Disease) atau penyakit
arteri koroner (CAD = Coronary Arteri Disease) masih tetap merupakan
ancaman kesehatan. Penyakit jantung koroner adalah terbentuknya plak-plak
lemah yang disebut ateroma yang menyebabkan aterosklerosis. Penyakit
jantung koroner (PJK) merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar di
dunia dengan prevalensi 213 kasus dari setiap 100.000 orang berusia di atas
30 tahun.1 Salah satu manifestasi PJK adalah angina pektoris tidak stabil.
Menurut Data Statistik American Heart Association (AHA) 2008, pada tahun
2005 jumlah penderita yang menjalani perawatan medis di Amerika Serikat
akibat PJK hampir mencapai 1,5 juta orang dengan 1,1 juta orang (80%)
menunjukkan kasus Angina Pektoris Tidak Stabil (APTS) atau Infark Miokard
Tanpa Elevasi ST (NSTEMI) (Trisnaamijaya dkk, 2014).
Indonesia masuk kedalam kategori Negara berpenghasilan menengah.
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2008, penyebab kematian di
Indonesia dalam 12 tahun terakhir menunjukan proporsi kematian disebabkan
oleh penyakit tidak menular, dari 42% menjadi 60%. Stroke, hipertensi,
penyakit jantung iskemik dan penyakit jantung lainnya adalah penyakit tidak
menular utama penyebab kematian. Prevalensi penyakit jantung sendiri
mencapai 12,5%, yang terdiri dari penyakit jantung iskhemik, infark miokard
akut, gagal jantung, aritmia jantung, demam reumatik akut, kardiomiopati dan
penyakit jantung iskemik (30,17%) dan Case Fatality Rate (CFR) tertinggi
terjadipada kasus infark miokard akut (13,49%) (Irmawaty, 2018).
Kejadian penyakit jantung yang paling sering adalah penyakit jantung
koroner, serangan jantung dan kondisi sakit jantung lainnya, Penyakit jantung
koroner meliputi sindroma koroner akut (SKA) yang merupakan kumpulan
sindroma klinis nyeri dada disebabkan oleh kerusakan miokard yang di
istilahkan dengan infark miokard. SKA terdiri dari unstable angina (UA) atau
angina pektoris tidak stabil (APTS), infark miokard dengan ST-elevasi dan
tanpa ST-elevasi. (Mahmudah, 2017). Angina pectoris tidak stabil dapat
dicegah dengan berusaha melakukan pola hidup yang sehat, seperti menjaga
pola makan hingga melakukan olahraga yang rutin.
B. Tujuan
1. Mengetahui definisi unstable angina
2. Mengetahui penyebab unstable angina
3. Mengetahui pentalaksanaan unstable angina
4. Mengetahui konsep asuhan keperawatan unstable angina
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana pasien mendapat
serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada
yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu
aktifitas dan segera hilang bila aktifitas berhenti (Wijaya & Putri, 2013).
Aktivitas fisik dan emosi menyebabkan jantung bekerja lebih berat dan
karena itu menyebabkan meningkatnya kebutuhan jantung akan oksigen. Jika
arteri menyempit atau tersumbat sehingga aliran darah ke otot tidak dapat
memenuhi kebutuhan jantung akan oksigen, maka bisa terjadi
kekurangan oksigen dapat menyebabkan nyeri (Kasron, 2012). Tetapi
pada umumnya dapat dibedakan 3 tipe angina yaitu :
1. Angina pectoris stabil
Pada keadaan ini, tidak selalu menyebabkan terjadinya iskemik
seperti waktu istirahat. Angina pektoris akan timbul pada setiap
aktifitas yang dapat meningkatkan denyut jantung, tekanan darah
dan status jantung sehingga kebutuhan O2 akan bertambah seperti
pada aktifitas fisik yang berat, namun hilang dengan segera dan ketika
di istirahatkan atau menggunakan pengobatan terhadap angina. Rasa
sakitnya dapat menyebar ke lengan, punggung, atau area lain.
2. Variant angina
Bentuk ini jarang terjadi dan biasanya timbul pada saat istirahat, akibat
penurunan suplai O2 darah ke miokard secara tiba-tiba. Penelitian
terbaru menunjukkanterjadinya obsruksi yang dinamis akibat spasme
koroner baik pada arteri yang sakit maupun yang norma. Peningkatan
obstruksi koroner yang tidak menetap ini selama terjadinya angina
waktu istirahat jelas disertai penurunan aliran darah arteri koroner.
3. Unstable angina (angina tak stabil / ATS)
Merupakan jenis angina yang sangat berbahaya dan
membutuhkan waktu penanganan segera. Dijumpai pada individu
dengan penyakit arteri coroner yang memburuk. Angina ini biasanya
menyertai peningkatan beban jantung. Hal ini tampaknya terjadi
akibat aterosklerosis koroner, yang ditandai perkembangan thrombus
yang mudah mengalami spasme. Terjadi spasme sebagai respon
terhadap peptide vasoaktif yang dikeluarkan trombosit yang
tertarik ke area yang mengalami kerusakan. Seiring dengan
pertumbuhan thrombus, frekuensi dan keparahan serangan angina
tidak stabil meningkat dan individu beresiko mengalami kerusakan
jantung. Unstable angina dapat juga dikarenakan kondisi kurang
darah (anemia). Angina pada pertama kali atau angina stabil dengan
frekuesi berat dan lamanya meningkat. Timbul di waktu istirahat atau
kerja ringan. Biasanya lebih parah dan hilang dalam waktu yang
lama, dan tidak akan hilang saat beristirahat ataupun pengobatan
angina.

B. Etiologi
Biasanya angina merupakan akibat dari penyakit arteri pembuluh jantung
menurut Kasron (2012), yaitu :
1. Faktor penyebab angina pectoris antara lain:
a) Arteriosklerosis
b) Spasme arteri pembuluh jantung
c) Anemia berat
d) Artritis
e) Aorta insufisiensi: stenosis katup aorta (penyempitan katup aorta),
regurgitasi katup aorta (kebocoran katup aorta).
f) Stenosis subaortik hipertrofik
g) Spasme arterial (kontraksi sementara pada arteri yang terjadi secara
tiba-tiba)
2. Faktor risiko terjadinya angina pectoris antara lain:
a) Dapat diubah (dimodifikasi)
1) Diet (hyperlipidemia)
2) Rokok
3) Hipertensi
4) Stress
5) Obesitas
6) Kurang aktifitas
7) Diabetes Mellitus
8) Pemakaian kontrasepsi oral
9) Tidak dapat diubah
10) Usia
11) Jenis kelamin
12) Keturunan
b) Faktor pencetus serangan angina
Faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan antara lain:
1) Emosi
2) Stress
3) Kerja fisik terlalu berat
4) Hawa terlalu panas dan lembab
5) Terlalu kenyang
6) Banyak perokok

C. Patofisiologi
Mekanisme timbulnya angina pektoris tidak stabil didasarkan pada
ketidakadekuatan supply oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan
karena kekauan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner (ateriosklerosis
koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab ateriosklerosis, namun
jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas
perkembangan ateriosklerosis. Ateriosklerosis merupakan penyakit arteri
koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan
meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan
meningkat pada jantung yang sehat maka arteri koroner berdilatasi dan
megalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke otot jantung. Namun apabila
arteri koroner mengalami kekakuan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan
tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan
oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.
Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No (nitrat
Oksida) yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan
tidak adanya fungsi ini dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan
timbul spasmus koroner yang memperberat penyempitan lumen karena
suplai oksigen ke miokard berkurang. Penyempitan atau blok ini belum
menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75 %.
Bila penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu dengan aktifitas berlebihan
maka suplai darah ke koroner akan berkurang. Sel-sel miokardium
menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi mereka.
Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, rahang dan
daerah abdomen.Pada saat beban kerja suatu jaringan meningkat,
kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Apabila kebutuhan oksigen
meningkat pada jantung yang sehat, maka arteri-arteri koroner akan berdilatasi
dan mengalirkan lebih banyak oksigen kepada jaringan. Akan tetapi jika
terjadi kekakuan dan penyempitan pembuluh darah seperti pada
penderita arteosklerotik dan tidak mampu berespon untuk berdilatasi
terhadap peningkatan kebutuhan oksigen.

D. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala angina pectoris menurut Kasron (2012), yaitu:
1. Nyeri dada substernal atau retrosternal menjalar ke leher,
tenggorokan daerah interskapula atau lengan kiri.
2. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa
panas, kadang - kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest
discomfort).
3. Durasi nyeri berlangsung 1 - 5 menit, tidak lebih dari 30 menit.
4. Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.
5. Gejala penyerta: sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul
keringat dingin, palpitasi, dizziness.
6. Gambaran EKG: depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik.
7. Gambaran EKG seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan.
8. Nyeri juga bisa dirasakan di bahu kiri atau lengan kiri sebelah
dalam, punggung, tenggorokan, rahang atau gigi, lengan kanan (kadang
- kadang)

E. Komplikasi
1. Kematian karena jantung secara mendadak
2. Infarksi miokardium yang akut (serangan jantung)
3. Aritmia kardiak (Smeltzer & Bare 2012).

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektrokardiografi (EKG) menurut Wijaya & Putri (2013), yaitu :
a) Monitor EKG terdapat aritmia
b) Rekam EKG lengkap terdapat T inverted/iskemik, segmen ST elevasi
ataupun depresi dan gelombang Q, patologis ini menunjukkan telah
terjadi nekrosis

2. Foto Rontgen Dada


Foto rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang
normal, tetapi pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang
membesar (Kasron, 2012).
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu spesifik dalam diagnosis
angina pectoris. Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis
infark miokard jantung akut maka sering dilakukan pemeriksaan
enzim CPK, SGOT, atau LDH. Enzim tersebut akan meninggi pada
infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal.
Pemeriksaan lipid darah seperti kadar kolesterol, HDL, LDL, dan
trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan faktor risiko seperti
hyperlipidemia dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk
menemukan diabetes mellitus yang juga merupakan faktor risiko bagi
pasien angina pectoris (Kasron, 2012).

G. Penatalaksanaan
Ada dua tujuan utama penatalaksanaan angina pectoris menurut
Smeltzer & Bare (2012) :
1. Mencegah terjadinya infark miokard dan kematian jaringan, dengan
demikian meningkatkan kuantitas hidup.
2. Mengurangi symptom dan frekuensi serta beratnya ischemia, dengan
demikian meningkatkan kualitas hidup.

Prinsip penatalaksanaan angina pectoris adalah meningkatkan pemberian


oksigen (dengan meningkatkan aliran darah pembuluh jantung) dan
menurunkan kebutuhan oksigen (dengan mengurangi kerja jantung).

1. Terapi Non Farmakologis


Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan
kebutuhan oksigen jantung antara lain: pasien harus berhenti
merokok, karena merokok mengakibatkan takikardia dan naiknya
tekanan darah, sehingga memaksa jantung bekerja keras. Orang
obesitas dianjurkan menurunkan berat badan untuk mengurangi
kerja jantung. Mengurangi stress untuk menurunkan kadar adrenalin
yang dapat menimbulkan vasokontriksi pembulu darah. Pengontrolan
gula darah. Penggunaan kontrasepsi dan kepribadian seperti sangat
kompetitif, agresif atau ambisius.
2. Terapi farmakologis untuk anti angina dan anti ischemia
3. Tujuan penatalaksanaan medis angina adalah untuk menurunkan
kebutuhan oksigen jantung dan untuk meningkatkan suplai oksigen.
Secara medis tujuan ini dicapai melalui terapi farmakologi dan control
terhadap factor risiko. Secara bedah tujuan ini dicapai melalui
revaskularisasi suplai darah jantung melalui bedah pintas arteri koroner
atau angioplasty koroner transluminal perkutan (PTCA=
percutaneous transluminal coronary angioplasty). Biasanya diterapkan
kombinasi antara terapi medis dan pembedahan.
a) Penyekat Beta adrenergic
Obat ini merupakan terapi utama pada angina. Penyekat beta dapat
menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan
frekuensi denyut jantung, kontraktilitas, tekanan di arteri dan
peregangan pada dinding ventrikel kiri. Efek samping biasanya
muncul bradikardi dan timbul blok atrioventrikuler. Obat penyekat
beta antara lain: atenolol, metoprolol, propranolol, nadolol.
b) Nitrat dan Nitrit
Merupakan vasodilator endothelium yang sangat bermanfaat untuk
mengurangi symptom angina pectoris, di samping juga
mempunyai efek antitrombotik dan antiplatelet. Nitrat menurunkan
kebutuhan oksigen miokard melalui pengurangan preload
sehingga terjadi pengurangan volume ventrikel dan tekanan
arterial. Salah satu masalah penggunaan nitrat jangka panjang
adalah terjadinya toleransi terhadap nitrat. Untuk mencegah
terjadinya toleransi dianjurkan memakai nitrat dengan periode
bebas nitrat yang cukup yaitu 8 - 12 jam. Obat golongan nitrat
dan nitrit adalah: amil nitrit, ISDN, isosorbid mononitrat
nitrogliserin. Nitrogliserin biasanya diletakkan dibawah lidah
(sublingual) atau di pipi (kantong bukal) dan akan menghilangkan
nyeri iskemia dalam 3 menit.
c) Kalsium Antagonis
Obat ini bekerja dengan cara menghambat masuknya kalsium
melalui saluran kalsium melalui saluran kalsium, yang akan
menyebabkan relaksasi otot polos pembuluh darah sehingga terjadi
vasodilatasi pada pembuluh darah epikardial dan sistemik. Kalsium
antagonis juga menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan cara
menurunkan resistensi vaskuler sistemik. Golongan obat kalsium
antagonis adalah amlodipin, berpridil, diltiazem, felodipin, isradipin,
nikardipin, nifedipin, nimodipin, verapamil.
H. Pathway

Aterosklerosis
Pajanan Stress Latihan fisik Makan
atau spasme
terhadap makanan
pembuluh darah
dingin berat

Vasokonstriksi Adrenalin Kebutuhan Aliran O2 ke


pembuluh darah meningkat O2 meningkat jantung
menurun

Aliran O2 arteri korona Hipoksia otot


menurun

Peningkatan Terjadi Iskemia otot


asam laktat metabolisme
anaerob Peningkatan
tekanan
jantung
Kontraksi
miokardium Reseptor
menurun nyeri
Perubahan terangsang
Lelah
hemodinamika
TD dan nadi
Ansietas
Fungsi ventrikel terganggu meningkat Nyeri dada

Intoleransi
aktivitas
Penurunan curah jantung Nyeri akut

Ketakutan
dan cemas
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Riwayat kesehatan dahulu
a) Riwayat serangan jantung sebelumnya
b) Riwayat penyakit pernafasan kronis
c) Riwayat penyakit hipertensi, DM dan ginjal
d) Riwayat perokok
e) Diet rutin dengan tinggi lemak
3. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga penyakit jantung, DM, hipertensi, stroke dan
penyakit pernafasan (asma).
4. Riwayat kesehatan sekarang
a) Faktor pencetus yang paling sering menyebabkan angina adalah
kegiatan fisik, emosi yang berlebihan atau setelah makan.
b) Nyeri dapat timbul mendadak (dapat atau tidak berhubungan
dengan aktivitas).
c) Kualitas nyeri: sakit dada dirasakan di daerah midsternal dada
anterior, substernal prekordial, rasa nyeri tidak jelas tetapi
banyak yang menggambarkan sakitnya seperti ditusuk- tusuk,
dibakar ataupun ditimpa benda berat/tertekan.
d) Penjalaran rasa nyeri rahang, leher dan lengan dan jari
tangan kiri, lokasinya tidak tentu seperti epigastrium, siku rahang,
abdomen, punggung dan leher.
e) Gejala dan tanda yang menyertai rasa sakit seperti: mual,
muntah keringat dingin, berdebar - debar, dan sesak nafas.
f) Waktu atau lamanya nyeri: pada angina tidak melebihi 30 menit
dan umumnya masih respon dengan pemberian obat-obatan
anti angina, sedangkan pada infark rasa sakit lebih 30 menit
tidak hilang dengan pemberian obat –obatan anti angina, biasanya
akan hilang dengan pemberian analgesic.
5. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
b) Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah dapat normal, meningkat ataupun menurun.
2) Heart rate/nadi dapat terjadi bradikardi/takikardi, kuat/lemah,
teratur ataupun tidak
3) Respirasi meningkat
4) Suhu dapat normal ataupun meningkat
c) Kepala
1) pusing, berdenyut selama tidur atau saat terbangun
2) Tampak perubahan ekspresi wajah seperti meringis, merintih.
3) Terdapat/tidak nyeri pada rahang.
d) Leher
1) Tampak distensi vena jugularis
2) Terdapat/tidak nyeri pada leher
e) Thorak
1) Jantung
Bunyi jantung normal atau terdapat bunyi jantung
ekstra S3/S4 menunjukkan gagal jantung atau penurunan
kontraktilitas, kalau murmur menunjukkan gangguan katup
jantung atau disfungsi otot papilar, perikarditis.Irama
jantung dapat normalteratur (vesikuler) atau (unvesikuler)
tidak
2) Paru-paru
Suara nafas teratur tapi bisa juga tidak, terdapat batuk
dengan atau tanpa produksi sputum, terdapat sputum bersih,
kental ataupun berwarna merah muda.
3) Abdomen
Terdapat nyeri atau rasa terbakar epigastrik (ulu hati), Bising usus
normal atau menurun
f) Ekstremitas
Ekstremitas dingin dan berkeringat dingin, terdapat edema perifer
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Intoleransi aktivitas
3. Penurunan curah jantung
4. Ansietas
C. Perencanaan

NO Diagnosa KODE DX TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI

1. Nyeri akut 0077 Setelah dilakukan SLKI : kontrol nyeri (L.08063) SIKI:
berhubunga SDKI tindakan keperawatan
No Indikator 1 2 3 4 5 Manajemen nyeri
n dengan selama 2x24 jam
(1.08238)
agen diharapkan kontrol 1 Melaporkan nyeri
 Observasi
pencedera nyeri meningkat terkontrol
- Identifikasi nyeri
fisiologis 2 Kemampuan
PQRST
ditandai mengenali
- Identifikasi respon
dengan penyebab nyeri
nyeri non verbal
klien 3 Kemampuan
- Identifikasi pengaruh
mengeluh menggunkan
nyeri terhadap kualitas
nyeri teknik non
hidup
farmakologis
- Monitor keberhasilan
4 Dukungan orang terapi komplementer
terdekat - Monitor efek samping
Keterangan penilaian : penggunaan analgesic
 Terapeutik
1= menurun, 2= cukup menurun, 3=sedang, 4=cukup meningkat,
- Berikan terapi non
5=meningkat
farmakologis seperti
kompres hangat
- Fasilitasi istirahat tidur
 Edukasi
- Jelaskan
penyebab,periode dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan analgesic
secara tepat
- Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu

2 Penurunan 0008 SDKI Setelah dilakukan SLKI : curah jantung (SLKI L.02008) Perawatan Jantung
curah tindakan keperawatan Kriteria 1 2 3 4 5 (1.02075)
jantung selama 3x24 jam 1.tekanan darah 1. Observasi
berhubunga diharapkan curah 2.CRT - identifikasi
n dengan jantung (SLKI 3.central tanda gejala
perubahan L.02008) meningkat vennouse primer
afterload dengan kriteria sebagai pressure penurunan
ditandai berikut : curah jantung
Keterangan :
dengan meliputi
1: memburuk, 2: cukup memburuk, 3: sedang, 4: cukup membaik, 5:
tekanan kelelahan,
membaik
darah dan dyspnea dll
nadi - monitor
meningkat tekanan darah
- monitor EKG
12 sadapan
2. Terapeutik
- posisikan
pasien semi
fowler atau
fowler dengan
kaki ke bawah
atau posisi
nyaman
- berikan diet
jatung yang
sesuai seperti
batasi asupan
kafein, natrium,
kolesterol, dan
makanan tinggi
lemak
- berikan terapi
untuk
mengurangi
stress
- berikan
oksigen untuk
mempertahanka
n saturasi
oksigen >94%
3. Edukasi
- anjurkan
aktivitas fisik
sesuai toleransi
- anjurkan
aktivitas fisik
secara bertahap
- anjurkan
berhenti
merokok
4. Kolaborasi
- kolaborasi
pemberian
antiaritmia jika
perlu
- rujuk ke
program
rehabilitasi
jantung
DAFTAR PUSTAKA

Irmawaty, A. I. (2018). Analisa Praktik Klinik Kperawatan Pada Pasien Coronary


Artery Disease (CAD) Unstable Angina Pectoris (UAP) Dengan Intervensi
Inovasi Rendam Kaki Dengan Air Hangat Terhadap Kualitas Tidur Di Ruang
Intensive Cardiac Care Unit (ICCU) RSUD Abdul Wahab Sjahran. 1–25.

Kasron. 2012. Kelainan dan penyakit jantung. Yogyakarta: Nuha Medika

Mahmudah, A. (2017). Perbedaan Karakteristik Faktor Risiko Tradisional Pada


Angina Pektoris Stabil Dengan Sindroma Koroner Akut Di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.

Trisnaamijaya, D., Pangemanan, J., & Mandang, V. (2014). Hubungan Antara


Perilaku Merokok Dan Kejadian Angina Pektoris Tidak Stabil. E-CliniC, 2(1),
1–6. https://doi.org/10.35790/ecl.2.1.2014.3597

Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah2,Keperawatan


Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai