Anda di halaman 1dari 26

TUGAS KEGAWATDARURATAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


KEGAWATDARURATAN DENGAN OVERDOSIS

OLEH :
KELAS A TINGKAT IV

SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI (ITEKES BALI)
TAHUN AJARAN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena tanpa berkat dan rahmat Nya-lah kami tidak dapat menyelesaikan
makalah tentang Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan dengan Overdosis
tepat pada waktu yang telah di tentukan. Kami juga berterimakasih kepada
pihak yang baik secara langsung ataupun tidak langsung membantu kami
dalam mengerjakan makalah ini. Penulisan makalah ini merupakan salah
satu tugas yang di berikan pada mata pelajaran Keperawatan
Kegawatdaruratan pada semester VII di ITEKES BALI.

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua


pihak yang membantu dan menyelesaikan makalah ini, khususnya pada
dosen yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata


kesempurnaan. Karena itu penulis meminta saran maupun kritik secara
terbuka. Semoga makalah ini bisa menjadi pedoman dan bermanfaat bagi
para pembaca dan dosen penguji. Terimakasih

Denpasar, 28 September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................2
C. Tujuan Masalah ......................................................................................2
D. Masalah ..................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Overdosis
1. Definisi ...............................................................................................4
2. Jenis – jenis ........................................................................................4
3. Etiologi ...............................................................................................6
4. Manifestasi klinis ...............................................................................7
5. Komplikasi .........................................................................................8
6. Pemeriksaan penunjang.......................................................................8
7. Penatalaksanaan..................................................................................8
8. WOC ...................................................................................................10
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan.....................................................................14
2. Diagnosa Keperawatan........................................................................19
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
3. Intervensi Keperawatan.......................................................................19
4. Implementasi Keperawatan ................................................................21
5. Evaluasi Keperawatan ........................................................................22
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan .............................................................................................23
B. Saran .......................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Overdosis adalah keadaan dimana seseorang mengalami gejala
terjadinya keracunan yang mengakibatkan ketidaksadaran akibat obat yang
melebihi dosis yang bisa diterima oleh tubuh. Overdosis obat adalah hal
yang sangat serius dan mengancam nyawa. overdosis obat bisa
menyebabkan kerusakan setiap sistem tubuh manusia, tergantung jenis
obat dan dosis obat yang dikosumsi.
Overdosis atau kelebihan dosis terjadi akibat tubuh mengalami
keracunan akibat obat. OD sering terjadi bila menggunakan narkoba dalam
jumlah banyak dengan rentang waktu terlalu singkat, biasanya digunakan
secara bersamaan antara putaw, pil, heroin digunakan bersama alkohol.
Atau menelan obat tidur seperti golongan barbiturat (luminal) atau obat
penenang (valium, xanax, mogadon/BK).
Mengkonsumsi obat lebih dari resep yang diberikan, misalnya jika
seseorang memakai narkoba walaupun hanya seminggu, tetapi apabila dia
memakai lagi dengan takaran yang sama seperti biasanya kemungkinan
besar terjadi OD. Pada kasus overdosis obat jika tidak ditangani dengan
segera dapat mengakibatkan komplikasi seperti dehidrasi, koma, henti
jantung dan paling fatal adalah kematian.
Maka dari itu, peran perawat sangat penting untuk penanganan
kegawatdaruratan agar tidak terjadi komplikasi, sehingga perawat harus
tahu konsep kegawatdaruratan, konsep overdosis obat atau NAPZA, dan
penanganan pada pasien overdosis, untuk itu kelompok mengangkat
masalah kegawatdaruratan overdosis obat sebagai makalah untuk
memberikan gambaran kepada pembaca mengenai konsep asuhan
keperawatan kegawatdaruratan overdosis obat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian overdosis?

1
2. Bagaimana etiologi overdosis?
3. Apa manifestasi klinis overdosis?
4. Apa saja jenis-jenis overdosis?
5. Apa saja manifestasi klinis pada persalinan?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada kegawatdaruratan overdosis
obat.?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan kegawatdaruratan
overdosis obat.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu :
a. Memahami konsep overdosis.
b. Memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan
kegawatdaruratan pada permasalahan yang dikarenakan oleh obat
yaitu overdosis obat.
D. Manfaat
1. Bagi instansi pendidikan
Memberikan konstribusi laporan kasus bagi pengembangan praktik
keperawatan dan pemecahan masalah khususnya dalam bidang atau
profesi keperawatan.
2. Bagi Pembaca
Dapat memberikan informasi serta menambah pengetahuan dan
wawasan bagi para pembaca tentang proses asuhan keperawatan
kegawatdaruratan pada overdosis.
3. Bagi Penulis
Makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam
menambah pengetahuan dan memeroleh pengalaman.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Overdosis


1. Pengertian
Overdosis adalah keadaan dimana seseorang mengalami gejala
terjadinya keracunan yang mengakibatkan ketidaksadaran akibat obat
yang melebihi dosis yang bisa diterima oleh tubuh. Overdosis obat
sering disangkutkan dengan terjadinya heroin digunakan bersama
alcohol. (Wikipedia, 14 april 2013 02:05 ). Overdosis adalah keracunan
pada penggunaan obat baik yang tidak disengaja maupun disengaja
dengan maksud bunuh diri.
2. Jenis-jenis Overdosis
Beberapa jenis intoksikasi/overdosis yang sering ditemui pada
kasus penggunaan NAPZA diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Intoksikasi Opioida
Intoksikasi Opioida di tunjukkan dengan adanya tanda dan
gejala penurunan kesadaran, (stupor sampai koma), pupil pinpoint
(dilatasi pupil karena anoksia akibat overdosis ), pernafasan kurang
dari 12x/menit samapai henti nafas, ada riwayat pemakaian opioida
(needle track sign), bicara cadel, dan gangguan atensi atau daya
ingat.
b. Intoksikasi sedatif hipnotik (Benzodiazepin)
Intoksikasi sedatif hipnotik (benzodiazepin) yang fatal
sering terjadi pada anak – anak atau individu dengan gangguan
pernafasan atau bersama obat depresi susunan saraf pusat lainnya,
seperti opioida. Gejala intoksidasi benzodiazepin yang progresif
adalah hiporefleksia, nistagmus, dan kjurang siap siaga, ataksia,
berdiri tidak stabil. Selanjutnya gejala berlanjut dengan

3
pemburukan ataksia, lemah, letih, konfunsi, somnolen, koma,
hipotermi, dempresi samapai henti pernafasan.
c. Intoksikasi Amfetamin
Tanda dan gejala intoksikasi/overdosis amfetamin biasanya 
ditunjukkan dengan adanya dua atau lebih gejala-gejala seperti :
takikardi atau bradikardi, dilatasi pupil,  peningkatan
atau penurunan  tekanan darah, banyak keringat atau kedinginan,
mual atau muntah, penurunan BB, agitasi atau retardasi
psikomotor, kelelahan otot, depresi sistem pernapasan, nyeri dada
atau aritmia jantung, kebingungan, kejang-kejang, diskinesia,
distonia atau koma.
Pada penyalahgunaan yang ringan, gejala yang timbul,
antara lain agitasi, takikardi, hipertensi, dilatasi pupil yang
kelihatan jelas, trimus, dan berkeringat. Pada kasus yang berat
dapat terjadi hipertermia, koagulasi intravaskuler yang menyebar,
rhabdomiolisis, dan gagal ginjal akut.Kematian mungkin terjadi
dan jika sembuh dapat terjadi kerusakan hati dengan mekanisme
yang belum diketahui.
d. Intoksikasi Alkohol
Ditunjukkan dengan adanya gejala – gejala 1 atau lebih
bicara cadel, inkoordinasi, jalan sempoyongan nistagmus, tidak
dapat memusatkan perhatian,daya ingat menurun dan stupor atau
koma. Penatalaksanaan untuk klien yang mengalami koma adalah
dengan menidurkan klien terlentang dan posisi “ face down” untuk
mencegah aspirasi, melakukan observasi tanda vital dengan ketat
tiap 15 menit, emmberikan tindakan kolaboratif dengan pemberian
Thiamine 100 mg secra IV untuk profolksis terjadinya Wenicke
Encephalopaty kemudian memberikan 50 ml dextrose 5 % secara
IV serta dengan memberikan 0,4-2 mg Naloksone bila klien
memiliki riwayat atau kemungkinan pemakaian opiodia.

4
e. Intoksikasi Kokain
Tanda dan gejala yang muncul diantaranya adalah takikardi
atau bradikardi, dilatasi pupil, peningkatan atau penurunan tekanan
darah, berkeringat atau rasa dingin, mual muntah, penurunan berat
badan, agitasi atau retardasi psikomotor, kelemahan otot, depresi,
nyeri dada atau aritmia jantung. Penatalaksanaan setelah
pemeberian bantuan hidup dasar adalah dengan melakukan
tindakan kolaborasi berupa terapi terapi simtomatik, psikotik sesuai
gejala yang ditemukan.
3. Etiologi
a. Keadaan ini sering terjadi dan faktor penyebabnya adalah :
1) Usia.
Lansia sering lupa bahwa ia sudah minum obat, sehingga
sering terjadi kesalahan dosis karena lansia minum lagi
2) Merek dagang.
Banyaknya merek dagang untuk obat yang sama, sehingga
pasien bingung, misalnya furosemid (antidiuretik) dikenal
sebagai lasix, uremia dan unex.
3) Penyakit.
Penyakit yang menurunkan metabolisme obat dihati atau
sekresi obat melalui ginjal akan meracuni darah.
4) Gangguan emosi dan mental.
Menyebabkan ketagihan penggunaan obat untuk terapi
penyakit (habituasi) misalnya barbiturate, antidepresan dan
tranquilizer.
5) Mengkonsumsi lebih dari satu jenis narkoba.
Misalnya mengkonsumsi putau hamper bersamaan dengan
alcohol atau obat tidur seperti valium, megadom/ BK, dll.
6) Mengkonsumsi obat lebih dari ambang batas kemampuannya.
Misalnya jika seseorang memakai narkoba walaupun hanya
seminggu, tetapi apabilah dia memakai lagi dengan takaran
yang sama seperti biasanya kemungkinan besar terjadi OD.

5
7) Kualitas barang yang dikonsumsi berbeda.
b. Faktor ketidakpatuhan terhadap pengobatan :
1) Kurang pahamnya pasien tentang tujuan pengobatan itu
2) Tidak mengertinya pasien tentang pentingnya mengikuti aturan
pengobatan yang ditetapkan sehubungan dengan prognosisnya
3) Sukarnya memperoleh obat itu diluar rumah sakit
4) Mahalnya harga obat
5) Kurangnya perhatian dan kepedulian keluarga, yang mungkin
bertanggung jawab atas pembelian atau pemberian obat itu
kepada pasien
6) Efek samping dapat timbul akibat menaikan dosis obat yang
biasanya tidak bereaksi, mengganti cara pemberian obat, atau
memakai obat dengan merek dagang lain.
Keracunan pada obat dapat terjadi, baik pada penggunaan untuk
maksud terapi maupun pada penyalahgunaan obat. Keracunan pada
penggunaan obat untuk maksud terapi dapat terjadi karena dosis yang
berlebih (overdosis) baik yang tidak disengaja maupun disengaja
dengan maksud bunuh diri, karena efek samping obat yang tidak
diharapkan dan sebagai akibat interaksi beberapa obat yang digunakan
secara bersama-sama. Kematian akibat penggunaan obat jarang terjadi.
Hal yang dapat menimbulkan reaksi dan mungkin mengakibatkan
kematian, terutama pada penggunaan obat secara IV, penggunaan obat
golongan depresan, penisilin dan turunannya, golongan anti koagulan,
obat jantung, k-klorida golongan diuretik dan insulin.
4. Manefestasi klinis overdosis umum
a. Penurunan kesadaran
b. Frekuensi pernapasan kurang dari 12kali/menit
c. Pupil miosis
d. Adanya riwayat pemakaian obat-obat terlarang
e. suhu tubuh menurun.
f. kuku, bibir menjadi kebiru- biruan.

6
g. Adanya suara- suara mengorok atau mendengkur yang berasal dari
tenggorokkan yang menandakan bahwa seorang itu mengalami
kesulitan dalam melakukan pernafasan yang benar.
5. Komplikasi
a. Gagal ginjal
b. Kerusakan hati
c. Gangguan pencernaan
d. Gangguan pernafasan
6. Pemeriksaan penunjang
1. Analisa urin
Bertujuan untuk mendeteksi adanya NAPZA dalam tubuh
(benzodiazepine, barbiturate, amfetamin, kokain, opioida, kanabis).
Pengambilan urine hendaknya tidak lebih dari 24 jam dari saat
pemakaian zat terakhir dan pastikan urine tersebut urin pasien
2. Penunjang lain
Untuk menunjang diagnosis dan komplikasi dapat pula dilakukan
pemeriksaan
a. Laboratorium rutin darah, urin
b. EKG, EEG
c. Foto toraks
d. Dan lain-lain sesuai kebutuhan (HbsAg, HIV, Tes fungsi hati,
Evaluasi psikologik, Evaluasi social.
7. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis (Terapi Organo-Biologi)
Terapi ini antara lain, ditujukan untuk :
a. Terapi terapi keadaan Intoksikasi
1) Intoksikasi Opioida
Beri Naloxone HC 1 0,4 mg IV, IM atau SC dapat pula
diulang setelah 2-3 menit sampai 2-3 kali.
2) Intoksikasi Canabis (Ganja)
Ajaklah bicara yang menenangkan pasien. Bila perlu beli :
Diazepam 10-30 mg oral atau parenteral, Clobazam 3x10 mg.

7
3) Intoksikasi Kokain dan Amfetamin
Beri Diazepam 10-30 mg oral atau parenteral, Klodiazepoksid 10-
25 mg oral atau Clobazam 3x10 mg. Dapat diulang setelah 30
menit sampai 60 menit. Untuk mengatasi palpitasi beri Propanolol
3x10-40 mg oral.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Usahakan agar pernafasan berjalan lancar, yaitu :
1) Lurus dan tengadahkan leher kepada pasien (jika diperlukan
dapat memberikan bantalan dibawah bahu).
2) Kendurkan pakaian yang terlalu ketat
3) Hilangkan obstruksi pada saluran pernafasan
4) Bila perlu berikan oksigen
b. Usahakan agar peredaran darah berjalan lancar
1) Bila jantung berhenti, lakukan massage jantung eksternal,
injeksi adrenalin0,1-0,2 cc IM.
2) Bila timbul asidosis (bibir dan ujung jari membiru,
hiperventilasi) karena sirkulasi darah yang tidak memadai, beri
infus Sodium Bikarbonat 50ml.
c. Pasang infus dan berikan cairan cairan (RL atau NaCl 0,9%)
dengan kecepatan rendah (10-12 tpm) terlebih dahulu sampai ada
indikasi untuk memberikan cairan. Tambahkan kecepatan sesuai
dengan kebutuhan, jika didapatkan tanda-tanda kemungkinan
dehidrasi.
d. Lakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk melihat kemungkinan
adanya perdarahan atau trauma yang membahayakan.
e. Observasi terhadap kemungkinan kejang. Bila timbul kejang
berikan diazepam 10 mg melalui IV atau perinfus dan dapat
diulang sesudah 20 menit jika kejang belum teratasi.
f. Bila ada hipoglikemi, beri 50ml glukosa 50% IV.

8
8. WOC Overdosis

Napza

Melalui saluran Melalui saluran Melalui aliran darah


pernafasan (tembakau, pencernaan (alcohol, (heroin, amfetamin,
heroin, ganja, kokain) amfetamin, magic morfin)
mushroom, pil ekstasi)
Setelah dihirup, masuk Jantung – seluruh
slrn pernafasan Setelah dimakan/ diminum tubuh
masuk saluran pencernaan
Tenggorokan – Aliran darah ke otak
bronkus – bronkiolus Mulut – tenggorokan –
– paru2 – alveolus lambung – usus halus
Mengganggu transmisi
neurotransmiter
Absorbsi di usus
Diserap di pembuluh halus
darah kapiler
Masuk pembuluh darah
Jantung – seluruh (hati – jantung – seluruh
tubuh melalui darah tubuh

9
Transmisi neurotransmiter
terganggu

Stimulan (laju Depresan (laju Halusinogen (mendistrosi laju


neurotransmitter dipercepat) neurotransmitter diperlambat) neurotransmitter) cnth :
contoh : kafein, kokain, cnth : opioda marijuana, magic mushroom
amphetmin, shabu-shabu dan
ekstasi Risiko perilaku
↓ kerja fungsi tubuh kekerasan
Halusinasi
terhadap orang
Pemakaian berulang lain

Sayatan untuk Mutilasi diri


Penumpukan zat dan penggunaan obat ↑
kerusakan sel

Keracunan dan Intoksikasi napza


overdosis

10
B1 B2 B3

Asap rokok
Merangsang SSP
berlebihan, zat Rangsangan pada Gangguan pada Gangguan
iritan formasio hipotalamus fungsi
Inhibisi pada batang retikularis diensefalon
otak (medulla Terjadi inflamasi Pengaturan suhu
oblongata dan Parasimpatis Disfungsi otak
tubuh terganggu
ponsvardi berikatan dengan tengah
↑ produksi mucus
reseptor kolinergik
dan ↓ gerak cilia Suhu tubuh
Pusat respirasi Disfungsi
meningkat,
terganggu dan ↓ denyut jantung medulla dan
kejang, kulit
bahkan rusak Akumulasi mucus/ pons
teraba hangat,
mikroorganisme
Hipotensi konvulsi
CO2 ↑ menekan Hipertermia Letargi, stupor,
pusat pernafasan Dispnea, suara nafas
Suplai darah koma, pupil
tambahan, perubahan
inadekuat pinpoint, konfusi,
frekuensi nafas
Takipnea, dyspnea, bicara tidak jelas
sianosis, gagal nafas, Aritmia,
chyne stokes Ketidakefektifan bradikardia, Penurunan curah
bersihan jalan jantung Risiko jatuh
kelemahan,
Ketidakefektifan pola nafas sianosis
nafas
11
B4 B5
Depresi pada
Gangguan pada Gangguan pada
Stimulasi fleksus mientrik
korda spinalis hipotalamus
langsung emetic
chemareceptor Peristaltic usus ↓,
Tonus ureter dan stimulasi defekasi ↓ Pusat pengaturan nafsu
trigger zone di
vesica urinaria ↑ makan terganggu
batang otak
Feses tertahan
Tonus sfingter ↑
Aktivasi beberapa Anoreksia, berat badan
saraf kranialis – Air banyak menurun
Sfingter tidak
wajah – diserap di usus
dapat relaksasi
kerongkongan – besar
Ketidakseimbangan
Pengeluaran urin abdomen dan nutrisi kurang dari
terhambat dan diafragma Perubahan pola kebutuhan tubuh
menurun, defekasi, feses
berkemih sedikit, Mual, berkeringat keras dan
distensi kandung berbentuk
kemih Respon muntah
Retensi urin yang Konstipasi
terkoordinasi

Risiko kekurangan
volume cairan
12
B. Konsep Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Dengan Overdosis
1. Pengkajian Keperawatan
a. Primary survey
Sebelum penyalahgunaan terjadi biasanya dalam bentuk
pendidikan, penyebaran informasi mengenai bahaya narkoba, pendekatan
melalui kekuarga, dan lain-lain. Instansi pemerintah seperti halnya
BKKBN, lebih banyak berperan pada tahap intervensi ini. Kegiatan yang
dilakukan seputar pemberian informasi melalui berbagai bentuk materi
KTE yang di tunjukkan kepada remaja langsung dan keluarga.
B1 : Breath, kaji pernapasana klien. Apakah klien mengalami gangguan
dalam bernapas.
B2 : Blood, kaji apakah terjadi perdarahan yang menyumbat jalan napas
dan cek tekanan darah pasien.
B3 : Brain, kaji apakah klien mengalami gangguan pada proses berfikir.
B4 : Bladder, kaji apakah ada terjadi kerusakan pada daerah ginjal yang
dikarenakan overdosis karna keasaman obat tersebut.
B5 : Bowel, kaji intake dan output pasien.

Pengkajian pada primary survey meliputi :


1) Airway support
Pada klien dengan overdosis yang perlu diperhatikan adalah ada
tidaknya sumbatan pada jalan napas seperti lidah. Lidah merupakan
penyebab utama tertutupnya jalan napas pada klien tidak sadar
karena pada kondisi ini lidah klien akan terjatuh ke belakang rongga
mulut. Hal ini akan mengakibatkan tertutupnya trakea sebagai jalan
napas. Sebelum diberikan bantuan pernapasan, jalan napas harus
terbuka. Teknik yg dapat digunakan adalah cross finger (silang jari).
Jika terdapat sumbatan bersihkan dengan teknik finger sweep
(sapuan jari).

13
cross finger

finger sweep

Adapun Teknik untuk membuka jalan napas :


a) Head tilt / chin lift
Teknik ini dapat digunakan jika penderita tidak mengalami
cedera kepala, leher dan tulang belakang

Gbr. headtilt/chinlift

14
b) Jaw trust

Gbr. jaw trust

2) Breathing support
Setelah dipastikan bahwa jalan napas aman, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan penilaian status pernapasan klien,
apakah masih bernapas atau tidak. Teknik yg digunakan adalah
LOOK, LISTEN and FEEL (LLF). LLF dilakukan tidak lebih dari
10 menit, jika klien masih bernapas, tindakan yg dilakukan adalah
pertahankan jalan napas agar tetap terbuka, jika klien tidak
bernapas, berikan 2 x bantuan pernapasan dgn volume yg cukup.
3) Circulation support
Circulation support adalah pemberian ventilasi buatan dan kompresi
dada luar yang diberikan pada klien yang mengalami henti jantung.
Selain itu untuk mempertahankan sirkulasi spontan dan
mempertahankan sistem jantung paru agar dapat berfungsi optimal
dilakukan bantuan hidup lanjut (advance life support).
4) Disability
Pemantauan status neurologis secara cepat meliputi. tingkatan
kesadaran dan GCS, dan ukur reaksi pupil serta tanda-tanda vital
5) Exposure
Lakukan pengkajian head to toe.
6) Folley kateter
Pemasangan kateter pada klien overdosis biasanya dilakukan untuk
melakukan perhitungan balance cairan.

15
7) Gastric tube
Salah satu Penatalaksanaan yang bisa dilakukan adalah kumbah
lambung yang bertujuan untuk membersihkan lambung serta
menghilangkan racun dari dalam lambung. Prosedur kumbah
lambung :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Membawa alat dekat pasien
3. Atur posisi pasien dalam sikap fowler bila sadar
4. Pasang sampiran
5. Pasang pengalas : satu dibawah dagu klien yg dipentingkan
dbagian punggung dan satu diletakkan pada sisi dimana
ember diletakkan
6. Letakkan ember diatas kain pel d bawah TT
7. Perawat cuci tangan dan masang sarung tangan
8. Ambil selang sende langsung dan keluarkan air dari dalam
selang
9. Selang diukur dari epigastrika mulut ditambah dari mulut
kebawah telinga ( 40-45 cm) kemudian diberikan tanda
10. Memasang selang yang telah diklem perlahan-lahan
kedalam lambung melalui mulut
11. Pastikan apakah selang lambung benar-benar telah masuk
kedalam lambung dengan cara memasukkan pangkalnya
kedalam air dan klem dibuka. Jika tidak ada gelembung
udara yang keluar maka selang sudah masuk kedalam
lambung. Sebaiknya jika ada udara yang keluar berarti
sonde dimasukkan keparu-paru
12. Atur posisi pasien, berbaring tanpa bantal dengan kepala
lebih rendah
13. Kosongkan isi lambung dengan cara merendahkan dan
mengarahkan sonde kedalam ember.
14. Jepit selang dan pasang corong pada pangkal selang
lambut / spuit besar (100 cc), tinggi corong/spuit + 30 cm

16
diatas lambung, kemudian menuangkan cairan perlahan-
lahan + 500 cc kedalam corong yang sedikit dimiringkan
sambil klem dibuka.
15. Sebelum cairan terakhir dalam corong/spuit habis, cairan
yang masuk tadi keluarkan kembali dengan cara
merendahkan corong dan tuangkan kedalam ember (jangan
terlalu rendah agar selaput lender lambung tidak hisap
masuk kedalam selang lambung
16. Lakukan berulang-ulang sampai cairan yang keluar
kelihatan jernih kemudian pangkal selang lambung.
17. Keluarkan selang lambung perlahan-lahan dengan cara
menarik sonde berlahan-lahan, kemudian selang + corong di
masukkan dalam kom.
18. Beri air untuk kumur kepada klien, kemudian mulut dan
sekitarnya dibersihkan dengan tissue
19. Angkat pengalas dan rapikan klien
20. Bersih kan alat-alat dan perawat cuci tangan

8) Heart monitor
Lakukan pemantauan peningkatan detak jantung, peningkatan
tekanan darah dan kerusakan sistem kardiovaskuler.

Setelah primary survey dan intervensi krisis selesai, perawat harus


mengkaji riwayat pasien :
A : Allergies ( jika pasien tidak dapat memberikan informasi
perawat bisa menanyakan keluarga atau teman dekat
tentang riwayat alergi pasien )
M : Medication ( overdosis obat : ekstasi )
P : Past medical history ( riwayat medis lalu seperti masalah
kardiovaskuler atau pernapasan
L : Last oral intake ( obat terakhir yang dikonsumsi : ekstasi)
E : Even ( kejadian overdosisnya obat, dekskripsi gejala,

17
keluhan utama, dan mekanisme overdosis)

b. Secondary survey
Pada saat penggunaan sesudah terjadi dan diperlukan upaya
penyembuhan (treatmen). Fase ini meliputi : fase penerimaan awal
(intialintek) antara 1-3 hari dengan melakukan pemeriksaan fisik dan
mental dan fase detoksifikasi dan terapi komplikasi medic, antara 1-3
minggu untuk melakukan pengurangan ketergantungan bahan-bahan
adiktif secara bertahap. Tindakan yang harus dilakukan adalah
melakukan tindakan keperawatan head to toe.

2. Diagnosa keperawatan
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d intoksikasi
2) Ketidakefektifan pola nafas b.d depresi susunan syaraf pusat
3) Risiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (konsumsi
psikotropika yang berlebihan secara terus menerus)
4) Penurunan curah jantung b.d penurunan denyut jantung
5) Risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain b.d halusinasi
6) Mutilasi diri b.d sayatan untuk penggunaan obat meningkat
7) Hipertermia b.d pengaturan suhu tubuh terganggu
8) Risiko jatuh b.d disfungsi medulla dan pons
9) Retensi urin b.d sfingter tidak dapat relaksasi
10) Konstipasi b.d peristaltic usus menurun dan stimulasi defekasi menurn
11) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d pusat
pengaturan nafsu makan terganggu

3. Intervensi keperawatan
1) Bersihan jalan napas tidak efektif b.d intoksikasi
Tujuan : pasien menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif
Kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24
jam, pasien menunjukkan kemudahan bernapas, pergerakan sumbatan
keluar dari jalan napas.

18
Intervensi :
1. Kaji frekuensi, kedalaman dan upaya pernapasan
2. Pengisapan jalan napas : mengeluarkan sekret dari jalan napas
dengan memasukkan sebuah kateter pengisap ke dalam jalan
napas oral dan/atau trakea
3. Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui
penurunan atau ketiadaan ventilasi dan adanya suara napas
tambahan
4. Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan pada
sputum, seperti warna, karakter jumlah dan bau
5. Konsultasikan dengan tim medis dalam pemerian oksigen, jika
perlu

2) Pola napas tidak efektif b.d depresi susunan syaraf pusat


Tujuan : Pasien menunjukkan pola pernapasan efektif
Kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24
jam, pasien menunjukkan status pernapasan : status ventilasi dan
pernapasan yang tidak terganggu, kedalaman inspirasi dan kemudahan
bernapas.
Intervensi :
1. Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernapasan
2. Pantau pola pernapasan
3. Auskultasi suara napas, perhatikan area penurunan/tidak adanya
ventilasi dan adanya suara napas tambahan
4. Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik
relaksasi untuk memperbaiki pola pernapasan.
3) Penurunan curah jantung b.d penurunan denyut jantung
Tujuan : Tidak terjadi Penurunan curah jantung
Kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24
jam, pasien menunjukkan tanda vital dalam rentang normal, dapat
mentoleransi aktivitas, tidak kelelahan, dan tidak ada penurunan
kesadaran.

19
Intervensi :
1. Observasi tekanan, evaluasi kualitas nadi
2. Berikan posisi kepala (> tinggi dari ekstremitas)
3. Lakukan pemeriksaan EKG
4. Kolaborasi pemeberian O2
5. Kolaborasi pemberian obat vasodilator
4) Resiko Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
(konsumsi psikotropika yang berlebihan secara terus menerus).
Tujuan : pengembalian volume cairan klien.
Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam
hidrasi adekuat dan status nutrisi adekuat maupun keseimbangan cairan
pasien dalam batas normal.
Intervensi :
1. Pantau cairan elektrolit pasien (intake/output)
R/ mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mengatur
keseimbangan elektrolit.
2. Manajemen cairan (timbang berat badan, ttv, intake/output)
R/ meningkatkan keseimbangan cairan dan mencegah
komplikasi akibat dari kadar elektrolit serum yang tidak
diharapkan.
3. Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila haus
R/ agar dapat mencatat intake pasien
4. Kolaborasi : laporkan dan catat haluaran kurang/lebih dari batas
normal dan berikan terapi IV sesuai program.

4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan implementasi dari rencana
asuhan keperawatan yang telah disusun sebelumnya berdasarkan
prioritas yang telah diambil dimana tindakan yang diberikan mencakup
tindakan mandiri dan kolaborasi (Tarwoto, 2003).

20
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir proses
keperawatan dengan cara menilai sejauh mana tujuan dari rencana
tercapai atau tidak (Alimul, 2006).

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Overdosis merupakan keadaan dimana seseorang mengalami gejala
terjadinya keracunan yang diakibatkan konsumsi obat yang melebihi
dosis yang bisa diterima oleh tubuh. Sebelum penyalahgunaan terjadi
biasanya dilakukan penyuluhan atau pemberian informasi dalam bentuk
pendidikan, penyebaran informasi mengenai bahaya narkoba,
pendekatan melalui kekuarga, dan lain-lain. Asuhan keperawatan pada
kegawatdaruratan overdosis dimulai dari tahap pengkajian yang
meliputi primary survey dan secondary survey. Pada primary survey
dilakukan airway support, breathing support, circulation support,
disability, exposure, folley kateter, gastric tube, heart monitor. Pada
secondary survey tindakan yang harus dilakukan adalah melakukan
pemeriksaan fisik secara keseluruhan (head to toe). Kemudian
dilanjutkan dengan penegakan diagnose, membuat perencanaan
keperawatan, melakukan implementasi dan melakukan evaluasi terkait
asuhan keperawatan yang telah dilakukan.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari masih banyak
kekurangan pengetahuan serta kekurangan dalam penulisan. Hal
tersebut terjadi karena penulis masih dalam proses pembelajaran
sehingga diharapkan untuk kritik dan saran dari rekan-rekan sekalian
untuk dapat membimbing dan membantu pembelajaran lebih lanjut.

22
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif A. H, Kusuma H., 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan


diagnosa medis dan NANDA NIC-NOC. Penerbit : Mediacation.
Yogyakarta.

Hanun, Habibah. Hanida, Wika. Sudibrata, Ari. 2019. Penyalahgunaan NAPZA.


Universitas Sumatera Utara : Medan
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/63568/086%20
.pdf?sequence=1&isAllowed=y)

Hawari, Dadang.,2003, Penyalahgunaan Dan Ketergantungan NAPZA, FKUI,


Jakarta

Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
PPNI: Jakarta Selatan.

23

Anda mungkin juga menyukai