Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA KLIEN KEGAWATAN


OVERDOSIS

Dosen Pembimbing :
Hepta Nur Anugrahini, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :
1. Ariffatul Azizah (P27820119007)
2. Lovita Salsabila Balkis (P27820119022)

Tingkat III Reguler A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SOETOMO
SURABAYA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, puji syukur atas kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Kritis Pada Klien Kegawatan
Overdosis” ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keprawatan
Kritis. Kami juga berharap dengan adanya makalah ini dapat menjadi salah satu
sumber literatur atau sumber informasi pengetahuan bagi pembaca.
Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan.Oleh karena itu, kami memohon maaf jika ada hal-hal yang kurang
berkenan dan kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
menjadikan ini lebih sempurna.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Surabaya, 30 Juli 2021

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum..............................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus.............................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Kegawatan Overdosis..............................................................3
2.1.1 Definisi.........................................................................................3
2.1.2 Etiologi.........................................................................................3
2.1.3 Patofisiologi.................................................................................5
2.1.4 Manifestasi Klinis........................................................................5
2.1.5 Komplikasi...................................................................................6
2.1.6 Penatalaksanaan...........................................................................6
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang...............................................................8
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien Overdosis............................8
2.2.1 Pengkajian....................................................................................8
2.2.2 Diagnosa Keperawatan................................................................13
2.2.3 Intervensi Keperawatan...............................................................14
2.2.4 Implementasi Keperawatan..........................................................15
2.2.5 Evaluasi Keperawatan..................................................................15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................17
3.2 Saran.......................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan hal utama yang paling diinginkan oleh seseorang,
sehingga jika seseorang mengalami gangguan kesehatan, akan mencari cara
untuk memulihkan kesehatannya seperti sedia kala. Mengkonsumsi obat
merupakan salah satu cara yang ditempuh seseorang agar kembali sehat.
Namun, karena semua orang ingin segera sembuh, sehingga orang yang
sakit mengonsumsi obat yang berlebih tanpa adanya resep dokter, sehingga
obat yang diminum tidak sesuai dengan dosis yang seharusnya dengan tujuan
yang dianggap dapat mempercepat proses kesembuhan. Hal tersebut justru
dapat menyebabkan overdosis. Penggunaan obat secara berlebihan atau
melebihi dosis yang telah ditentukan tidak akan memberikan manfaat bagi
kesehatan.
Overdosis obat adalah hal yang serius dan mengancam nyawa. Apabila
overdosis obat terjadi maka akan menyebabkan kerusakan setiap system
tubuh manusia, tergantung dengan jenis obat dan dosis obat yang dikonsumsi.
Overdosis merupakan keracunan pada pengguna obat baik disengaja maupun
tidak di sengaja, hal ini dapat terjadi pada setiap umur. Overdosis dapat
ditemukan pada obat sakit kepala.Gejala ini dapat menyebabkan pingsan,
henti napas, henti jantung, dan bahkan kematian. Saat overdosis antibiotik,
obat ini bisa membuat bakteri resisten terhadap obat tersebut. Namun,
overdosis dapat ditemukan dalam obat apa pun.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan overdosis?
2. Apakah etiologi dari overdosis?
3. Apakah patofisiologis dari overdosis?
4. Apakah manifestasi klinis dari overdosis?
5. Apa saja komplikasi dari overdosis?
6. Apakah penatalaksanaan dari overdosis?
7. Apakah pemeriksaan penunjang dari overdosis?

1
2

8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien dengan overdosis?


1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mamapu menjelaskan tentang kegawat daruratan
dengan masalah overdosis.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Definisi Overdosis.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Etologi dari Overdosis.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan Patofisiologi dari Overdosis.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan Manifestasi Klinis dari
Overdosis.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan Komplikasi dari Overdosis.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan Penatalaksanaan dari
Overdosis.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan Pemeriksaan Penunjang dari
Overdosis.
8. Mahasiswa mampu menjelaskan cara pembuatan asuhan
keperawatan dengan masalah Overdosis.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Kegawatan Overdosis


2.1.1 Definisi
Kegawatan darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan
tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan
kecacatan lebih lanjut. Salah satu kejadian gawat darurat yang juga
mengancam nyawa manusia adalah overdosis. Overdosis merupakan
keracunan pada penggunaan obat baik yang tidak disengaja maupun
disengaja dengan maksud bunuh diri. Overdosis merupakan keadaan
dimana seseorang mengalami gejala terjadinya keracunan yang
mengakibatkan ketidaksadaran akibat obat yang melebihi dosis yang
bisa diterima oleh tubuh. Overdosis/intoksikasi adalah kondisi fisik dan
perilaku abnormal akibat penggunaan zat yg dosisnya melebihi batas
toleransi tubuh. Overdosis atau kelebihan dosis terjadi akibat tubuh
mengalami keracunan akibat obat. OD sering terjadi bila menggunakan
narkoba dalam  jumlah banyak dengan rentang waktu terlalu singkat,
biasanya digunakan secara bersamaan antara putaw, pil, heroin
digunakan bersama alkohol. Atau menelan obat tidur seperti golongan
barbiturat (luminal) atau obat  penenang (valium, xanax, mogadon/BK)
2.1.2 Etiologi
a. Faktor penyebabnya adalah :
1) Usia. Lansia sering lupa bahwa ia sudah minum obat, sehingga
sering terjadi kesalahan dosis karena lansia minum lagi
2) Merek dagang. Banyaknya merek dagang untuk obat yang
sama, sehingga pasien bingung, misalnya furosemid
(antidiuretik) dikenal sebagai lasix, uremia dan unex.
3) Penyakit. Penyakit yang menurunkan metabolisme obat dihati
atau sekresi obat melalui ginjal akan meracuni darah.

3
4

4) Gangguan emosi dan mental. Menyebabkan ketagihan


penggunaan obat untuk terapi penyakit (habituasi) misalnya
barbiturate, antidepresan dan tranquilizer.
5) Mengkonsumsi lebih dari satu jenis narkoba misalnya
mengkonsumsi putau hamper bersamaan dengan alcohol atau
obat tidur seperti valium, megadom/ BK, dll.
6) Mengkonsumsi obat lebih dari ambang batas kemampuannya,
misalnya jika seseorang memakai narkoba walaupun hanya
seminggu, tetapi apabilah dia memakai lagi dengan takaran
yang sama seperti biasanya kemungkinan besar terjadi OD.
7) Kualitas barang dikonsumsi berbeda.
b. Faktor ketidakpatuhan terhadap pengobatan :
1) Kurang pahamnya pasien tentang tujuan pengobatan itu
2) Tidak mengertinya pasien tentang pentingnya mengikuti aturan
pengobatan yang ditetapkan sehubungan dengan prognosisnya
3) Sukarnya memperoleh obat itu diluar rumah sakit
4) Mahalnya harga obat
5) Kurangnya perhatian dan kepedulian keluarga, yang mungkin
bertanggung jawab atas pembelian atau pemberian obat itu
kepada pasien
6) Efek samping dapat timbul akibat menaikan dosis obat yang
biasanya tidak bereaksi, mengganti cara pemberian obat, atau
memakai obat dengan merek dagang lain.
Overdosis obat dapat terjadi, baik pada penggunaan untuk
maksud terapi maupun pada penyalahgunaan obat.Keracunan pada
penggunaan obat untuk maksud terapi dapat terjadi karena dosis
yang berlebih (overdosis) baik yang tidak disengaja maupun
disengaja dengan maksud bunuh diri, karena efek samping obat
yang tidak diharapkan dan sebagai akibat interaksi beberapa obat
yang digunakan secara bersama-sama.Kematian akibat penggunaan
obat jarang terjadi.Hal yang dapat menimbulkan reaksi dan
5

mungkin mengakibatkan kematian, terutama pada penggunaan obat


secara IV, penggunaan obat golongan depresan, penisilin dan
turunannya, golongan anti koagulan, obat jantung, k-klorida
golongan diuretik dan insulin.
2.1.3 Patofisiologi
Ketika seseorang mengalami overdosis obat ada beberapa saluran yang
terganggu yaitu saluran cerna dan saluran pernapasan. di saluran
pencernaan akan menimbulkan mual, muntah dan diare, sedangkan
padasaluran pernapasan terjadi korosi di trakea sehingga terjadi
pembengkakanatau edema pada laring. Pembengkakan ini lah yang
akan menghambat jalan napasa atau terjadilah obstruksi jalan napas. Di
salauran pencernaandan saluaran pernapasan pembulu darah terganggu
karena darah menyerapobat dalam jumlah yang banyak, terganggunya
ini akan mengakibatkan gangguan saraf otonom yang akan
menyebabkan nyeri kepala, kelemahandan gangguan di pusat
pernapasan. Di pusat pernapasan yang terganggu pernapasan pasien
akan cepat dan dalam yang akan mengakibatkan alkolisis respiratori
2.1.4 Manifestasi Klinis
a. Penurunan kesadaran
b. Wajah pucat membiru
c. kuku, bibir menjadi kebiru- biruan.
d. Suhu tubuh menurun, tubuh dingin dan lembab, menggigil
e. Frekuensi Nafas lambat (kurang dari 12kali/menit), hingga henti
nafas.
f. Adanya suara- suara mengorok atau mendengkur yang berasal dari
tenggorokkan yang menandakan bahwa seorang itu mengalami
gangguan jalan nafas.
g. Nyeri tekan pada thoraks
h. Kejang
i. Pupil miosis
j. Adanya riwayat pemakaian obat-obat terlarang
6

2.1.5 Komplikasi
Kelebihan dosis pemakaian obat, dapat menyebabkan :
a. Gagal ginjal
b. Kerusakan hati
c. Gangguan pencernaan
d. Gangguan pernafasan
2.1.6 Penatalaksanaan
a. Tindakan emergensi
1) Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi.
2) Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak
bernafasspontanatau pernapasan tidak adekuat.
3) Circulation: Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan
perbaikiperfusi jaringan.
b. Identifikasi penyebab keracunan
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi
hendaknya usaha mencari penyebab keracunan ini tidak sampai
menunda usahausaha penyelamatan penderita yang harus segera
dilakukan.
c. Eliminasi racun.
1) Rangsang muntah akan sangat bermanfaat bila dilakukan dalam
1 jam pertama sesudah menelanbahan beracun, bila sudah lebih
dari 1 jam tidak perlu dilakukan rangsangmuntah kecuali bila
bahan beracun tersebut mempunyai efek yang
menghambatmobilitas (memperpanjang pengosongan) lambung.
Rangsang muntah dapat dilakukan secara mekanis dengan
merangsang palatum mole atau dinding belakang faring,atau
dapat dilakukan dengan pemberian obat- obatan :
a) Sirup Ipecac, diberikan sesuai dosis yang telah ditetapkan.
b) Apomorphine Sangat efektif dengan tingkat keberhasilan
hampir 100%,dapat menyebabkanmuntah dalam 2 - 5 menit.
Dapat diberikan dengan dosis 0,07 mg/kg BB secara
subkutan.
7

Kontraindikasi rangsang muntah :


a. Keracunan hidrokarbon, kecuali bila hidrokarbon tersebut
mengandungbahan-bahan yang berbahaya seperti camphor,
produk-produk yang mengandunghalogenat atau aromatik,
logam berat dan pestisida. Keracunan bahan korossif
Keracunan bahan - bahan perangsang CNS ( CNS stimulant,
seperti strichnin)
b. Penderita kejang
c. Penderita dengan gangguan kesadaran
2) Kumbah Lambung akan berguna bila dilakukan dalam 1-2 jam
sesudah menelan bahan beracun, kecuali bila menelan bahan
yangdapat menghambat pengosonganl ambung.
Kumbah lambung tidak boleh dilakukan jika kejang pada
penderita dengan gangguan kesadaran atau penderita-penderita
dengan resiko aspirasi jalan nafas harus dilindungi dengan cara
pemasangan pipa endotracheal. Penderita diletakkan dalam
posisi trendelenburg dan miring kekiri, kemudian di masukkan
pipa orogastrik dengan ukuran yang sesuai dengan pasien,
pencucian lambung dilakukan dengan cairan garam fisiologis
( normal saline/ PZ ) atau ½ normal saline 100 ml atau kurang
berulang-ulang sampai bersih.
3) Pemberian Norit (jangan diberikan bersama obat muntah),
pemberian norit harus menunggu paling tidak 30 – 60menit
sesudah emesis.
Indikasi pemberian norit untuk keracunan :
a) Obat-obat analgesik/antiinflammasi : acetamenophen,
salisilat, antiinflamasi non steroid, morphine,
propoxyphene.·
b) Anticonvulsants/sedative : barbiturat, carbamazepine,
chlordiazepoxide, diazepam phenytoin, sodium valproate.
c) Lain-lain : amphetamine, chlorpheniramine, cocaine,
digitalis, quinine, theophylline, cyclicanti-depressants. Norit
8

tidak efektif pada keracunan Fe, lithium, cyanida, asam basa


kuat dan alkohol.
d) Catharsis Efektivitasnya masih dipertanyakan. Jangan
diberikan bila ada gagal ginjal, diare yang berat (severe
diarrhea), ileus paralitik atau trauma abdomen.
e) Diuretika paksa (Forced diuretic). Diberikan pada
keracunan salisilat dan phenobarbital (alkalinisasi urine).
Tujuan untuk mendapatkan produksi urine 5,0
ml/kg/jam,hati-hatijangan sampai terjadi overload cairan.
Harus dilakukan monitor dari elektrolit serum pada
pemberian diuresis paksa.
Kontraindikasi : eudema otak dan gagal ginjal
d. Pemberian antidotum, jika memungkinkan
Pengobatan supportif pemberian cairan dan elektrolit. Perhatikan
nutrisi penderita pengobatan simtomatik (kejang, hipoglikemia,
kelainan elektrolit, dsb.)
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium
Pengukuran kadar KhE dengan sel darah merah dan plasma,
penting untuk memastikan diagnosis keracunan IFO akut maupun
kronik (Menurun sekian % dari harga normal ).
Kercunan akut : Ringan : 40 - 70 %
Sedang : 20 - 40 % Berat : < 20 %
Keracunan kronik bila kadar KhE menurun sampai 25 - 50 % setiap
individu yang berhubungan dengan insektisida ini harus segara
disingkirkan dan baru diizinkan bekerja kemballi kadar KhE telah
meningkat > 75 % N
b) Patologi Anatomi ( PA )
Pada keracunan acut,hasil pemeriksaan patologi biasanya tidak
khas.sering hanya ditemukan edema paru,dilatsi kapiler,hiperemi
paru,otak dan organ-organ lainnya.
9

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien Overdosis


2.2.1 Pengkajian
1. Pengkajian Primer (Primary Survey)
Bertujuan untuk mengidentifikasi dan memperbaiki segera masalah
yang mengancam kehidupan. (Ria Ramadhani, dkk : 2013).
a. Airway Support
Pada klien dengan overdosis yang perlu diperhatikan
adalah ada tidaknya sumbatan pada jalan napas seperti lidah.
Lidah merupakan penyebab utama tertutupnya jalan napas
pada klien tidak sadar karena pada kondisi ini lidah klien akan
terjatuh ke belakang rongga mulut. Hal ini akan mengakibatkan
tertutupnya trakea sebagai jalan napas. Sebelum diberikan
bantuan pernapasan, jalan napas harus terbuka. Teknik yg dapat
digunakan adalah cross finger (silang jari). Jika terdapat
sumbatan bersihkan dengan teknik finger sweep (sapuan jari).

2.1 cross finger

2.2 finger sweep


10

Adapun Teknik untuk membuka jalan napas :


1) Head tilt / chin lift
Teknik ini dapat digunakan jika penderita tidak mengalami
cedera kepala, leher dan tulang belakang

Gbr. 2.3 headtilt/chinlift

2) Jaw trust

Gbr. 2.4 jaw trust

b. Breathing Support
Setelah dipastikan bahwa jalan napas aman, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan penilaian status pernapasan klien,
apakah masih bernapas atau tidak. Teknik yg digunakan adalah
LOOK, LISTEN and FEEL (LLF). LLF dilakukan tidak lebih dari
10 menit, jika klien masih bernapas, tindakan yg dilakukan adalah
pertahankan jalan napas agar tetap terbuka, jika frekuensi
nafas klien kurang dari normal atau klien mengalami henti nafas,
berikan bantuan pernapasan dengan volume yang cukup, jika
frekuensi nafas lebih dari normal ( > 20 x/menit atau >3x/10 detik)
berikan terapi oksigenasi.
11

Look  : lihat ada pergerakan dada atau tidak


Listen : dengar jika ada suara nafas tambahan (snoring, gargling,
crowing)
Feel  : rasakan hembusan nafas klien
c. Circulation Support
Circulation support adalah pemberian ventilasi buatan dan
kompresi dada luar (Resusitasi Jantung Paru) yang diberikan pada
klien yang mengalami henti jantung. Selain itu untuk
mempertahankan sirkulasi spontan dan mempertahankan sistem
jantung paru agar dapat berfungsi optimal dilakukan bantuan
hidup lanjut (advance life support).
d. Disability
Pemantauan status neurologis secara cepat meliputi tingkatan
kesadaran dan GCS, dan ukur reaksi pupil serta tanda-tanda vital.
e. Exposure
Melakukan pemeriksaan head to toe secara cepat.
f. Folley Katheter
Pemasangan kateter pada klien overdosis biasanya dilakukan
untuk melakukan perhitungan balance cairan.
g. Gastric tube
Salah satu Penatalaksanaan yang bisa dilakukan adalah
kumbah lambung yang bertujuan untuk membersihkan lambung
serta menghilangkan racun dari dalam lambung.
h. Heart Monitor
Lakukan pemantauan peningkatan detak jantung, peningkatan
tekanan darah dan kerusakan sistem kardiovaskuler. Setelah
primary survey dan intervensi krisis selesai, perawat harus
mengkaji riwayat pasien
A: Allergies ( jika pasien tidak dapat memberikan informasi
perawat bisa menanyakan keluarga atau teman dekat tentang
riwayat alergi pasien )
M : Medication ( overdosis obat : ekstasi )
12

P : Past medical history ( riwayat medis lalu seperti masalah


kardiovaskuler atau pernapasan
L : Last oral intake ( obat terakhir yang dikonsumsi : ekstasi)
E : Even ( kejadian overdosisnya obat, dekskripsi gejala, keluhan
utama, dan mekanisme overdosis)
2. Pengkajian Sekunder (Secondary Survey)
Pemeriksaan lengkap yang dilakukan secara head to toe, hanya
dilakukan setelah kondisi klien mulai stabil. (Ria Ramadhani, dkk :
2013). Pada tahap ini terdapat 2 fase:
a. Fase Intialintek, 1 – 3 hari digunakan untuk pemeriksaan fisik dan
mental
b. Fase detoksifikasi dan terapi komplikasi medic, antara 1 – 3
minggu untuk melakukan pengurangan ketergantungan bahan-
bahan adiktif secara bertahap.
3. Anamnesa
Anamnesa dilakukan setelah klien sadar dan dalam kondisi stabil atau
bisa ditanyakan melalui keluarga klien.
a. Identitas
Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, usia, pendidikan,
pekerjaan, alamat dan diagnose medis, disertai identitas
penanggung jawab dan hubungan penanggung jawab dengan klien.
b. Keluhan Utama
Keluhan yang menjadi dasar klien masuk Rumah Sakit. Umumnya
keluarga klien mengatakan bahwa klien mengalami penurunan
kesadaran dan anggota tubuh tampak pucat.
c. Riwayat penyakit saat ini
Pada riwayat keluhan klien saat ini, keluarga klien umumnya akan
mengatakan bahwa tubuh klien tampak membiru terutama pada
bibir, wajah dan ekstermitas.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adakah riwayat penyakit dahulu yang memicu klien hingga
mengalami overdosis obat.
13

e. Riwayat penyakit keluarga


Riwayat kesehatan keluarga yang dapat menurun, seperti penyakit
jantung, hipertensi, diabetes mellitus, dan lain-lain.
f. Pemeriksaan Fisik
B1 : Breath
Kaji pernapasan klien. Umumnya klien akan mengalami distress
pernapasan, yang ditandai dengan bradipnea, saturasi oksigen
menurun.
B2 : Blood
Pada pengkajian ini umumnya ditemukan tekanan darah klien
rendah (hipotensi), bradikardi.
B3 : Brain
Pada saat pertama kali datang, klien umumnya mengalami
penurunan kesadaran bahkan tidak sadar. Klien juga akan
mengalami penurunan sensori.
B4 : Bladder
Pada kasus dengan overdosis tinggi, klien bisa mengalami
kerusakan pada organ ginjal.
B5 : Bowel
Kaji intake dan outtake klien.
B6 : Bone
Pada kasus overdosis klien akan mengalami kelemahan.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Pola Napas Tidak Efektif b.d hambatan upaya napas d.d dispnea, fase
ekspirasi memanjang, pola napas abnormal (bradipnea). (D.0005)
2. Risiko Aspirasi d.d penurunan tingkat kesadaran. ( D.0006)
14

2.2.3 Intervensi Keperawatan


Tindakan Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan & Kriteria
Keperawatan Intervensi Rasionalisasi
Hasil
1. Pola Napas Tidak Setelah dilakukan 1. Monitor pola napas. 1. Untuk mengetah
Efektif b.d tindakan keperawatan usaha napas klie
hambatan upaya selama 5 menit agar diketahui
napas d.d dispnea, diharapkan pola napas sedini mungkin j
fase ekspirasi membaik, dengan terdapat kelainan
memanjang, pola criteria hasil:
napas abnormal 1. Dispnea menurun 2. Monitor bunyi napas 2. Untuk mengetah
(bradipnea). 2. Pola napas tambahan. sedini mungkin
membaik bunyi napas
tambahan akibat
penurunan
kesadaran klien d
dapat memberika
peanganan denga
segera.
3. Pertahankan 3. Untuk membantu
kepatenan jalan napas membebaskan ja
dengan head tilt chin napas klien.
lift
2. Risiko Aspirasi Setelah dilakukan 1. Monitor tingkat 1. Untuk mengetah
d.d penurunan tindakan keperawatan kesadaran, batuk, tingkat kesadara
tingkat kesadaran. selama 5 menit muntah, dan klien.
diharapkan tingkat kemampuan menelan.
aspirasi menurun 2. Monitor status 2. Untuk mengukur
dengan criteria hasil : pernapasan. penurunan dispn
3. Pertahankan 3. Untuk membantu
1. Tingkat kesadaran
kepatenan jalan membebaskan ja
meningkat
napas. napas klien akiba
2. Dispnea menurun
penurunan
3. Sianosis menurun
15

kesadaran.

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi atau tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas
spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan
intervensi keperawatan. (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Tindakan
keperawatan ini dilaksanakan sesuai intervensi yang telah direncanakan
agar mendapatkan hasil yang maksimal. Tindakan keperawatan ini ada 2
jenis yaitu tindakan mandiri perawat (observasi, terapeutik, dan edukasi)
dan tindakan kolaboratif.
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian perkembangan kondisi pasien setelah
dilakukan tindakan keperawatan yang mengacu pada kriteria hasil.
(Nusdin, 2014). Tahap terakhir ini berupa gambaran terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan dengan melihat perkembangan masalah
klien seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Evaluasi dilakukan berdasarkan
SOAP (Subjuctive, Objective, Assesement, Plan) yang didasarkan pada
respon dan tujuan yang sudah dicapai atau belum.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Overdosis merupakan keadaan dimana seseorang mengalami gejala
terjadinya keracunan yang mengakibatkan ketidaksadaran akibat obat
yang melebihi dosis yang bisa diterima oleh tubuh. Keracunan obat
dapat terjadi, baik pada penggunaan untuk maksud terapi maupun pada
penyalahgunaan obat.Keracunan pada penggunaan obat untuk maksud
terapi dapat terjadi karena dosis yang berlebih (overdosis) baik yang
tidak disengaja maupun disengaja dengan maksud bunuh diri, karena
efek samping obat yang tidak diharapkan dan sebagai akibat interaksi
beberapa obat yang digunakan secara bersama-sama. Biasanya
kejadian tersebut terjadi pada penguna NAPZA dan para lansia serta
penggunaan insektisida. Overdosis obat terjadi ketika seseorang
mengonsumsi lebih dari dosis resep atau obat yang dijual bebas.
Penatalaksanaan dari overdosis juga disesuaikan dengan efek dan obat
yang digunakan.
3.2 Saran
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini banyak memiliki
kekurangan dan jauh kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
membutuhkan kritik dan saran yang membangun. Untuk tenaga
kesehatan lebih memberikan keperawatan dengan lebih baik dan selalu
memeriksa ulang dari obat-obatan non farmakologinya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, A. 2020. Makalah Asuhan Keperawatan pada Kasus Overdosis dan


Keracunan Obat. https://www.scribd.com/document/479196410/Askep-
Rcun-dan-Overdosis (diakses pada tanggal 30 Juli 2021)

Nahria, S. 2014. Asuhan Keperawatan Overdosis.


https://www.scribd.com/doc/238210589/Askep-Overdosis-Jadi (diakses
pada tanggal 30 Juli 2021)

Nur, Aryani, dkk. 2019. Asuhan Keperawatan Overdosis.


https://pdfcoffee.com/askep-overdosisdocx-pdf-free.html (diakses pada
tanggal 30 Juli 2021)

Ramadhani, Ria., dkk. 2013. Pengkajian Gawat Darurat pada Pasien Dewasa.
https://www.academia.edu/10950378/pengkajian_kegawatdaruratan
(Diakses pada tanggal 30 Juli 2021)

TIM POKJA SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

TIM POKJA SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

TIM POKJA SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai