Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Undang-undang dan Etika Kefarmasian
Disusun oleh :
TASIKMALAYA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Sungguh suatu
kesyukuran yang memiliki makna tersendiri, karena walaupun dalam keadaan terdesak, saya
dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan karya tulis ini, saya membahas tentang “Analisis kasus polda metro
bekuk tujuh penjual obat illegal, pelaku terancam 15 tauhun bui”. Apa yang saya lakukan dalam
karya tulis ini, masih jauh yang diharapkan dan isinya masih terdapat kesalahan-kesalahan baik
dalam penulisan kata maupun dalam menggunakan ejaan yang benar. Oleh karena itu, kritikan
dan saran yang sifatnya membangun, sangat saya harapkan sehingga makalah ini menjadi
sempurna.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………
BAB IV PENUTUP………………………………………………………………………..
4.1 SIMPULAN…………………………………………………………………….
4.2 SARAN………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Makalah ini dimasukkan sebagai pedoman, agar mahasiswa mengetahui tentang obat
medis apa saja yang terkadang disalahgunakan dan bahaya penyalahgunaan obat-obatan
tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
Penyalahgunaan zat/ obat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan
sampai setelah terjadi masalah (stuart & sundeen, 1998). Penggunaan zat secara patologis
dikelompokan dalam dua kategori : penyalahgunaan zat dan ketergantungan zat.
Ketergantungan zat ditandai oleh adanya berbagai masalah yang berkaitan dengan konsumsi
suatu zat. Ini mencakup penggunaan zat yang lebih banyak dari yang dimaksudkan,
mencoba untuk berhenti, namun tidak berhasil, memiliki berbagai masalah fisik atau
psikologis yang semakin parah karena penggunaan obat, dan mengalami masalah dalam
pekerjaan atau dengan teman-teman.
Penyalahgunaan obat merupakan suatu keadaan dimana suatu obat digunakan tidak
untuk tujuan pengobati penyakit, akan tetapi digunakan untuk mencari atau mencapai tujuan
tertentu seperti ingin mendapatkan kenikmatan dari pemakaian obat tersebut.
Alprazolam adalah salah satu obat anti cemas yang sering disalahgunakan dan
paling banyak menimbulkan ketergantungan. Alprazolam adalah obat yang cara kerjanya
memperlambat pergerakan bahan kimia di dalam otak yang membuat ketidakseimbangan.
Dengan cara kerja ini, ketegangan saraf (kecemasan) seseorang pun berkurang, sehingga
si pemakai relative tenang.
7. Dextromethorpan
Dextromethorphan (atau bisa disebut pil dekstro) adalah suatu obat penekan batuk
(anti tusif) yang dapat diperoleh secara bebas, dan banyak dijumpai pada sediaan obat
batuk maupun flu. Dosis dewasa adalah 15-30 mg, diminum 3-4 kali sehari.
Efek anti batuknya bisa bertahan 5-6 jam setelah penggunaan per-oral. Jika
digunakan sesuai aturan, jarang menimbulkan efek samping yang berarti.
Sebelum FDA (Food and Drug Administration) mengganti narootic codein
dengan dextromethorphan sebagai obat penekan batuk yang dijual bebas sekitar tahun
1970-an, remaja dengan mudah mendapatkannya untuk disalahgunakan. Bertahun-tahun,
remaja membuat penemuan bahwa mereka dapat merasa ‘high,mabuk’ dengan
mengkonsumsi obat-obatan bebas yang mengandung dextromethorphan (juga disebut
DXM). Ditemukan pada tablet, kapsul, dan gel, seperti juga sirup, dextromethorphan ini
terkandung di obat-obatan yang diberi label DM, batuk, penekan batuk atau truss
(mengandung “truss” pada nama obatnya).
Obat-obatan yang mengandung dextromethorphan sangat mudah ditemukan,
dapat dibeli sesuai kantong remaja, dan legal. Mendapatkannya sangat mudah, yaitu
dengan membeli di toko obat atau mencarinya di kotak-kotak obat dirumahnya. Dan
karena ditemukan pada obat-obatan bebas, maka remaja mengasumsikan bahwa DXM
tidaklah berbahaya.
Meskipun DXM dapat dikonsumsi secara aman pada dosis 15-30 mg untuk
menekan batuk, namun pengguna biasanya mengkonsumsi lebih dari 360 mg bahkan
lebih. Mengkonsumsi dalam jumlah banyak produk yang mengandung DXM dapat
menyebabkan halusinasi, hilang kendali dari kendaraan (pada saat mengemudi), dan
sensasi ‘out of body’.
Efek samping lainnya yang mungkin terjadi dari penyalahgunaan DXM yaitu
bingung, sulit mengambil keputusan, penglihatan yang buram, pusing, paranoia, keringat
berlebih,bicara mencerca, mual, muntah-muntah, sakit perut, detak jantung yang tidak
normal, tekanan darah tinggi, pusing, lesu, mati rasa pada jari kaki dan tangan, pucat,
kulit yang kering dan gatal, hilang kesadaran, demam, kerusakan pada otak dan bahkan
kematian. Ketika mengkonsumsi dalam jumlah banyak, DXM juga dapat menyebabkan
hyperthermia, atau demam tinggi.
8. Dexametasone
Dexametason (micronized) 0,5 mg dan clorpeniramina maleat 2 mg adalah obat-
obatan yang lazim dipakai untuk mengobati alergi sehingga sering diberikan pada
pengakit alergi menahun seperti asma bronchiale, urtikaria dan berbagai penyakit alergi
lainnya. Obat yang mengandung komponen ini sering disalahgunakan untuk
menggemukkan badan karena dampak menahan airnya, atau untuk meningkatkan kualitas
tidur pemakainya. Efek sampingnya adalah timbulnya penyakit pencernaan seperti
penyakit maag, luka di lambung, kelainan pencernaan lainnya. Karena sifatnya yang
menahan air, menyebabkan penderita nafsu makan dan bertambah berat.
Selain itu obat yang mengandung dexametason merupakan pemicu timbulnya
penyakit kencing manis, apalagi kalau pemakaian mempunyai riwayat penyakit kencing
manis di keluarga. Obat ini juga menyebabkan timbulnya beberapa penyakit kejiwaan
bila dipakai secara berkesinambungan. Karena dampaknya imunosupresif, pemakai
mudah menderita penyakit infeksi virus dan jamur pada tubuhnya. Pemakai jangka
panjang juga akan menderita pengeroposan tulang yang disebut sebagai osteoporosis.
Bila penderita terlalu sensitive, dapat pula terjadi shok, yang berujung dengan kematian.
2.3 Faktor-faktor penyebab penyalahgunaan Obat
Motivasi dan penyebabnya seseorang menyalahgunakan obat bisa bermacam-macam,
antara lain :
1. Ada orang-orang yang bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan rasa tertekan (stress
dan ketegangan hidup)
2. Ada orang-orang yang bertujuan untuk sekedar mendapatkan perasaan nyaman,
menyenangkan.
3. Ada orang-orang yang memakainya untu lari dari realita dan tanggungjawab kehidupan.
4. Faktor-faktor lingkungan.
Para remaja dapat menyalahgunakan obat-obatan dikemudian harinya jikalau kita
memanjakan mereka, melindungi mereka secara berlebih-lebihan, tidak mengizinkan
mereka untuk mandiri, tidak pernah melatih mereka menghadapi dan menyelesaikan
persoalan-persoalan mereka sendiri. Sehingga masa kecil seperti itu, akan menghasilkan
:
a. Pribadi yang tidak matang/ labil dan selalu ingin lari dari tanggungjawab. Seorang
anak yang tidak bisa menghadapi dan menyelesaikan persoalan-persoalan hidupnya
sendiri akan cenderung memilih obat-obatan jikalau ia mau melepaskan diri dan lari
dari realita kehidupan yang menekan.
b. Pribadi yang ikut-ikutan. Apalagi sedang mengalami tekanan lingkungan dimana
sebagai pemuda atau remaja yang sedang mencari identitas pribadi, mereka akan
tergoda untuk menjadi bagian dari grup dimana penggunaan obat-obatan oleh satu
orang bisa diikuti oleh setiap orang dalam grup itu.
c. Ketergantungan total pada orang tuannya. Keterpisahan dengan orang tua (kematian
atau putusnya hubungan) akan menyebabkan si anak kehilangan pegangan, apabila ia
menghadapi tekanan-tekanan hidup yang lain.
d. Pendidikan keluarga yang buruk seringkali diberikan oleh tipe-tipe keluarga dengan
latar belakang orang tua yang bercerai, ibu yang mengepalai rumah tangga dan
menekan si ayah, kedua orang tua yang memanjakan anak tunggal, orang tua
peminum, pergaulan bebas dan sebagainya.
5. Faktor kontribusi : hubungan interpersonal yang terganggu, atau keadaan orang tua yang
patoligis/ kacau.
6. Faktor pencetus : pengaruh teman kelompok, dan tersedianya obat/zat.
2.4 Pencegahan pengalahgunaan obat medis
Terkait dengan semakin maraknya penyalahgunaan obat medis terutama penyalahgunaan
dextromethorphan, banyak bermunculan oknum penjual pil dekstro murni dalam bentuk
serbuk yang dikemas/ dimasukan kedalam kapsul atau bahkan dicampur dengan obat-obatan
terlarang lainnya seperti ekstasi, metamfetamin, dan lain-lain.
Untuk mewaspadai atau mencegah meningkatnya dampak buruk akibat penyalahgunaan
obat-obatan medis diperlukan peran tenaga kesehatan (termasuk apoteker), orang tua, guru,
masyarakat dan instansi keamanan atau kepolisian secara bersama dan berkesinambungan.
Tips untuk mengantisifasi penyalahgunaan obat-obat medis :
1. Apotek dan toko obat perlu mewaspadai terhadap pembelian obat-obatan medis seperti
yang telah disebutkan sebelumnya dalam jumlah yang tidak wajar.
2. Apoteker perlu menjadi front liner atau petugas gardu terdepan dalam memberi
pelayanan, agar dapat berkomunikasi secara langsung dengan konsumen atau masyarakat,
sehingga dapat segera mengantisipasi dan mengambil sikap terhadap hal-hal yang tidak
wajar terkait dengan pembelian obat-obatan medis di apotek.
3. Orang tua diharapkan rajin mengontrol kamar tidur, lemari pakaian atau buku, laci putra-
putrinya untuk mengetahui barang-barang yang tersimpandi dalamnya. Jika ditemukan
obat-obatan medis, perlu segera dipastikan apakah putra-putri anda memerlukan obat
tersebut atau tidak.
4. Jika masyarakat menemukan oknum pengedar pil dekstro atau obat-obatan lain yang
bertujuan untuk disalahgunakan, diharapkan segera melaporkan pada pihak keamanan,
karena pil dexro atau obat-obatan lain walaupun dapat dibeli secara bebas tapi sebenarnya
obat-obatan tersebut hanya boleh dijual di apotek atau toko obat berizin.
BAB III
PEMBAHASAN
Polda Metro Bekuk 7 Penjual Obat Ilegal, Pelaku Terancam 15 Tahun Bui
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono
mengatakan, tujuh orang tersebut yakni MY (19), MA (28), HS (29), MS (29), SF (29),
ML (29) dan MD (18). Ketujuhnya ditangkap di lokasi yang berbeda."Ada yang
ditangkep di Bekasi Kota, Jakarta Timur, Tangerang dan Jakarta Barat. Kebanyakan
lokasinya itu di toko kosmetik dan ada juga di toko obat," kata Argo di Polda Metro Jaya,
Jakarta Selatan, Kamis (7/02/2019).
Para tersangka ini menjual obat-obatan terhadap para konsumen dengan harga
mulai dari Rp 10.000 hingga Rp 25.000 per paket dengan plastik klip kecil. "Dari sales 1
butirnya ini satu begini isi 5 itu antara Rp 10.000 sampai Rp 25.000 dengan isi 3-5 butir,
seperti ini dijualnya ya per paket," ucapnya. Sementara itu, Kepala BPOM DKI Zulfikar
menerangkan bahwa obat-obat tersebut berfungsi sebagai obat penenang dan bukan obat-
obatan terlarang. Namun, obat itu dapat diedarkan atau dijual jika adanya resep secara
resmi dari dokter."Dosisnya peningkatan dosis 5 sampai 10 kali itulah menimbulkan efek
halusinasi tadi. Kalau pada dosis terapi dia tidak ada masalah itulah pengobatannya,"
terangnya. "Mungkin ya dampaknya kalau dipergunakannya jadi obat penenang kan ini
lama-lama kecanduan juga bisa berbahaya. Tapi kalau pada dosis terapi untuk orang anti
Parkinson tremor biasanya dipergunakan pada kasus skizofrenia di rumah sakit jiwa,
kalau kasarnya begitulah," sambungnya. "Barang bukti yang kita sita jumlah obat 13.003
butir, Tramadol (tablet putih) 7.797 butir, Hexymer (tablet kuning) 4.116 butir,
Alprazolam 20 butir, Trihexyphenidyl (Double Y) 440 butir, Double LL 630 butir dan
uang hasil penjualan sinilai Rp 5.672.000," katanya.
Kasus tersebut melanggar dua pasal mengenai Undang Undang Kesehatan No. 36
tahun 2009. Adapun Pasal tersebut pasal 196 dan pasal 197.
Dimana Pasal 196 yang berbunyi “Setiap orang yang dengan sengaja
memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/ atau alat kesehatan yang tidak
memenuhi standard an/ atau persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu
sebagaimana dimaksusd dalam Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).”
Dan pasal 197 yang berbunyi “Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi
atau mengedarkan sediaan farmasi dan/ atau alat kesehatan yang baik memiliki izin edar
sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 15 (lima belas) tahun dan denda palinga banyak Rp 1.500.000.000,00 (satu miliar
lima ratus juta rupiah).”
Kaus tersebut juga terjerat pidana Pasal 62 ayat (1) Jo Pasal 8 ayat (1) huruf a dan
UU RI No 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, dipidana paling lama 5 tahun
penjara atau pidana denda paling banyak Rp 2 miliar.
3.3 Solusi
Menurut FDA (Food and Drug Administration), tramadol bukan termasuk obat
golongan narkotik, namun memiliki efek mirip dengan narkotik (sintetik opiat) yaitu
ketergantungan dan efek adiksi (penambahan jumlah dosis).
Trihexyphenidyl (THP) obat ini untuk mengatasi gejala Parkinson dan juga
digunakan untuk mengurangi efek samping obat antipsikotik pada pasien gangguan jiwa
atau skizofrenia. Skizofrenia adalah gangguan mental yang terjadi dalam jangka panjang.
Gangguan ini menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi, delusi atau waham,
kekacauan berpikir dan perubahan perilaku. Gejala tersebut merupakan gejala dari
psikosis, yaitu kondisi dimana penderitanya kesulitan membedakan kenyataan dengan
pikirannya sendiri.
Alprazolam adalah salah satu obat anti cemas yang sering disalahgunakan dan
paling banyak menimbulkan ketergantungan. Alprazolam adalah obat yang cara kerjanya
memperlambat pergerakan bahan kimia di dalam otak yang membuat ketidakseimbangan.
Dengan cara kerja ini, ketegangan saraf (kecemasan) seseorang pun berkurang, sehingga
si pemakai relative tenang.
Maka dari itu BPOM, BNN, Kepolisian serta masyarakat, harus lebih
memperketat dalam pengawasan ini. Karena banyak kemungkinan yang terjadi ketika
pecandu yang sudah tidak mampu membeli obat tersebut untuk memuaskan dirinya
melakukan segala cara seperti mencuri, menjadi kurir, maupun berbagai macam hal
lainnya demi mendapatkan uang untuk membeli obat tersebut. Jadi selain merusak diri
sendiri, penyalahgunaan obat dapat merugikan orang lain.
Selain itu bagi yang sudah kecanduan maka perlu dilakukan rehabilitas.
Rehabilitas narkoba adalah suatu proses pemulihan seseorang dari gangguan penggunaan
narkoba, pemulihan ini bersifat jangka pendek maupun panjang. Tujuannya adalah untuk
mengubah perilaku serta mengembalikan fungsi individu tersebut di masyarakat.
Meskipun sebenarnya bukan hanya penyalahgunaan narkoba yang masuk dalam kategori
rehabilitasi ini. Namun penderita lain yang mempunyai penyakit serius serta orang yang
cacat juga memerlukan pengobatan medis untuk mencapai kemampuan fisik psikologis,
dan social yang maksimal.
Begitu juga halnya dengan orang yang memiliki penyakit kronis, baik dari segi
fisik ataupun psikologisnya. Rehabilitas di sini bukan sekedar pemulihan dalam segi
medis dan dengan cara medis pula. Masih menurut Arnot, gangguan psikiatrik dan fisik
tak hanya perlu tindakan medis khusus saja, melainkan juga memerlukan sikap simpatik.
Di sinilah peran dokter dalam melakukan pendekatan akan membantu penderita atau
pasien untuk mengatasi gangguan fisik atau psikiatriknya. Dengan hal ini penderita juga
akan menyadari potensi maksimal mereka baik secara psikiatrik, fisik, dan social di dunia
luar yang nyata. Selain dari bantuan medis peran orang tua dan keluarga berperan dalam
penyembuhan penderita tersebut.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Simpulan
1. Penyalahgunaan narkotik dan obat-obatan terlarang dapat mengakibatkan sindrom
ketergantungan apabila penggunaannya tidak berada di bawah pengawasan dan
petunjuk tenaga kesehatan dan mempunyai keahlian dan kewenagan untuk itu. Hal ini
tidak saja merugikan bagi pengguna, akan tetapi juga berdampak social, ekonomi dan
keamanan nasional, sehingga hal ini merupakan ancaman bagi kehidupan bangsa dan
Negara.
2. Kasus tersebut melanggar dua pasal mengenai Undang Undang Kesehatan No. 36
tahun 2009. Adapun Pasal tersebut pasal 196 dan pasal 197. Kaus tersebut juga
terjerat pidana Pasal 62 ayat (1) Jo Pasal 8 ayat (1) huruf a dan UU RI No 8 tahun
1999 tentang perlindungan konsumen, dipidana paling lama 5 tahun penjara atau
pidana denda paling banyak Rp 2 miliar
3. Peningkatan pengawasan orang tua terhadap anak-anak supaya tidak terjerumus pada
penyalahgunaan obat-obat terlarang
4. Bagi yang sudah kecanduan maka perlu dilakukan rehabilitas. Rehabilitas narkoba
adalah suatu proses pemulihan seseorang dari gangguan penggunaan narkoba,
pemulihan ini bersifat jangka pendek maupun panjang. Tujuannya adalah untuk
mengubah perilaku serta mengembalikan fungsi individu tersebut di masyarakat.
Selain dari bantuan medis peran orang tua dan keluarga berperan dalam
penyembuhan penderita tersebut.
5. BPOM, BNN, Kepolisian serta masyarakat, harus lebih memperketat dalam
pengawasan ini. Karena banyak kemungkinan yang terjadi ketika pecandu yang sudah
tidak mampu membeli obat tersebut untuk memuaskan dirinya melakukan segala cara
seperti mencuri, menjadi kurir, maupun berbagai macam hal lainnya demi
mendapatkan uang untuk membeli obat tersebut. Jadi selain merusak diri sendiri,
penyalahgunaan obat dapat merugikan orang lain.
4.2 Saran
Di era modern ini, obat-obatan yang disalahgunakan bukan hal yang sulit lagi
didapatkan. Bahkan obat-obat yang beredar dipasaran terkadang disalahgunkan oleh
banyak remaja saat ini. Untuk itu kita sebagai tenaga kesehatan khususnya apoteker, kita
sebaiknya tahu tentang obat-obat apa saja yang sering disalahgunakan pada saat ini dan
kita sebaiknya mampu memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya kalangan
remaja tentang bahaya dari penyalahgunaan obat-obat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anif, Moh. Drs, Apt. Ilmu Farmasi. 1984. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Badan Narkotika Nasional. 2014. Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba bagi remaja,
apapun alasannya penyalahgunaan NARKOBA hanya memperpendek umurmu. Jakarta :
Ikatan Apoteker Indonesia.
Martono, Lydia Harlina. 2006. Pencegahan dan Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta : Balai
Pustaka