Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Sungguh suatu kesyukuran yang memiliki makna
tersendiri, karena walaupun dalam keadaan terdesak, kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan karya tulis ini, kami membahas tentang
“Penyalahgunaan Obat”. Apa yang kami lakukan dalam karya tulis ini, masih
jauh yang diharapkan dan isinya masih terdapat kesalahan – kesalahan baik
dalam penulisan kata maupun dalam menggunakan ejaan yang benar. Oleh
karena itu, kritikan dan saran yang sifatnya membangun, sangat kami
harapkan sehingga makalah ini menjadi sempurna.

Makassar, 14 Januari 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI..................................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 3

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 3


B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 4
C. Tujuan ................................................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................. 5

A. Defenisi Penyalahgunaan zat / Obat ...................................................................... 5


B. Obat Medis yang Sering Disalahgunakan ............................................................. 5
C. Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Obat................................................ 10
D. Pencegahan Penyalahgunaan Obat Medis ........................................................... 12

BAB III PENUTUP......................................................................................................................... 13

A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 14

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak masa prasejarah umat manusia telah menggunakan berbagai zat
dengan harapan akan mengurangi rasa sakit fisik atau mengubah kondisi
kesadaran. Hampir seluruh manusia telah menemukan semacam zat
beracun yang mempengaruhi sistem saraf pusat, menghilangkan
penderitaan fisik dan mental atau menghasilkan euforia. Terlepas dari
konsekuensi mengonsumsi zat-zat semacam itu yang sering kali sangat
merusak, efek awalnya biasanya menyenangkan, suatu faktor yang
mungkin menjadi akar penyalahgunaan zat.
Orang-orang yang menyalahgunakan obat-obatan mengalami
kerugian yang sangat besar karenanya hubungan pribadi yang dekat
sering kali hancur, dan performa kerja sangat menurun. Kerugian karena
penyalahgunaan obat termasuk kematian dini para penyalahguna,
penanganan para penyalahguna, kriminalitas, dan penyakit medis yang
sering kali ditimbulkan oleh penyalahgunaan obat.
Beberapa obat-obatan medis yang sering kita jumpai saat ini sudah
banyak disalahgunakan oleh para remaja untuk memberikan efek yang
sama seperti halnya saat menggunakan narkoba. Mereka
menyalahgunakan obat-obatan medis tersebut karena obat tersebut dapat
dijumpai dengan mudah di lingkungannya sendiri dan harganya pun lebih
murah jika dibandingkan dengan narkoba itu sendiri. Untuk itu,
berdasarkan latar belakang ini, kami akan mencoba membahas tentang
swamedikasi dan penyalahgunaan obat-obat medis yang pada saat ini
menjadi wabah di lingkungan masyarakat.

3
B. Rumusan Masalah
Secara garis besar, masalah yang dirumuskan dalam makalah ini
yaitu:
1. Apakah yang dimaksud penyalahgunaan zat / obat?
2. Obat medis apa saja yang sering disalahgunakan?
3. Apa sajakah faktor yang menyebabkan terjadinya penyalahgunaan
obat?
4. Bagaimanakah pencegahan penyalahgunaan obat-obat medis?
C. Tujuan

Adapun tujuan dari disusunnya makalah ini adalah agar mahasiswa


mengetahui tentang obat medis apa saja yang terkadang disalahgunakan
dan bahaya penyalahgunaan obat-obatan tersebut.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian penyalahgunaan obat


Penyalahgunaan zat / obat adalah penggunaan zat secara terus
menerus bahkan sampai setelah terjadi masalah. Penggunaan zat secara
patologis dikelompokkan dalam dua kategori: penyalahgunaan zat dan
ketergantungan zat. Ketergantungan zat ditandai oleh adanya berbagai
masalah yang berkaitan dengan konsumsi suatu zat. Ini mencakup
penggunaan zat yang lebih banyak dari yang dimaksudkan, mencoba
untuk berhenti, namun tidak berhasil, memiliki berbagai masalah fisik
atau psikologis yang semakin parah karena penggunaan obat, dan
mengalami masalah dalam pekerjaan atau dengan teman-teman.
Penyalahgunaan obat merupakan suatu keadaan dimana suatu obat
digunakan tidak untuk tujuan mengobati penyakit, akan tetapi
digunakan untuk mencari atau mencapai tujuan tertentu seperti ingin
mendapatkan kenikmatan dari pemakaian obat tersebut.
2. Obat medis yang sering disalahgunakan
a. Paracetamol
Obat demam atau panas yang tergolong populer saat ini adalah
paracetamol atau acetaminophen. Obat ini tergolong antipyretic
(penurun panas). Untuk dewasa biasanya 500 mg per tablet, 3x
sehari jika perlu. Jangan sampai meminumnya lebih dari satu tablet
sekali minum, dan tentunya sebaiknya sesuai dengan anjuran
dosisnya (jika 3x sehari artinya diminum setiap 6-8 jam).
Paracetamol ini muncul dalam berbagai kemasan obat dengan merek
yang berbeda-beda baik pada obat penurun panas, maupun pada
obat batuk, atau flu.
Paracetamol pada saat ini sering disalahgunakan oleh kalangan
remaja menjadi obat yang memberikan rasa tenang (seperti

5
narkotik). Karena penjualan obat yang sekarang sangat bebas serta
beredar pula di apotik dimana – mana dan tanpa pengawasan yang
ketat, bermacam obat pereda demam seperti paracetamol ini juga
sering disalahgunakan oleh kalangan remaja maupun dewasa.
Apabila obat ini disalahgunakan, tentunya akan menyebabkan
kerusakan hati dan ginjal.
b. Obat penghilang rasa nyeri
Obat pereda atau penghilang rasa nyeri sering menjadi sahabat
orang dewasa untuk menghilangkan rasa sakit di tubuh. Sayangnya
seringkali orang menjadi ketergantungan terhadap obat penghilang
rasa nyeri dan mengalami overdosis hingga menyebabkan kematian.
Obat nyeri yang juga sering disalahgunakan adalah Obat
somadril yang fungsinya untuk mengatasi penyakit nyeri otot, nyeri
sendi, serta rematik, dan telah lama beredar di sejumlah warung
obat, diduga sering disalahgunakan untuk kepentingan teler atau
mabuk para pembelinya. Bila obat ini digunakan dalam dosis yang
tinggi maka akan menyebabkan gangguan koordinasi motorik,
gangguan konsentrasi, hipotensi, dan bahkan dapat menyebabkan
koma jika terus-menerus digunakan dalam jumlah yang banyak.
c. Misoprostol / Cytotec
Misoprostol yang efektif digunakan untuk mencegah penyakit
maag dan radang lambung, belakangan ini semakin banyak
disalahgunakan untuk menggugurkan kandungan. Cytotec
sebetulnya untuk mengobati maag dan dilarang keras digunakan
untuk perempuan hamil dan ibu menyusui. Cytotec sebetulnya
mempunyai indikasi untuk mengobati maag kronis. Cara kerjanya
dalam mengobati lambung adalah menetralisir asam lambung yang
tinggi (yang menjadi penyebab mual dan muntah pasien maag).
Selain itu cytotec mampu melapisi dinding usus yang terluka, yang
menjadi penyebab meningkatnya asam lambung. Tetapi efek

6
samping dari obat ini yaitu memacu kontraksi sel otot polos di mulut
rahim wanita yang dapat menyebabkan keguguran (pada wanita
hamil). Oleh sebab itu, obat ini tidak disarankan bagi wanita hamil.
Jika obat ini disalahgunakan oleh wanita hamil untuk
melakukan aborsi, maka Pelaku aborsi bisa mengalami pendarahan
terus menerus. Kalau pendarahan terjadi tanpa bisa dicegah, bisa
saja pelaku aborsi meninggal dunia.
d. Flunitrazepam
Obat flunitrazepam digunakan untuk pengobatan seperti
gangguan kecemasan dan insomnia. Tapi efek kuat dari obat ini yang
membuat orang tertidur panjang hingga 2-8 jam kadang digunakan
untuk kejahatan agar si korban tertidur.
Obat ini tidak memiliki rasa dan bau serta larut dalam air yang
membuatnya sulit dideteksi sehingga banyak orang tidak
menyadarinya ketika ia dicampurkan ke dalam makanan atau
minuman. Sekitar 10 menit setelah obat tersebut dikonsumsi,
seseorang mungkin akan merasa pusing dan bingung, merasa udara
di sekitarnya terlalu panas atau terlalu dingin serta mual. Secara
perlahan ia juga akan mengalami kesulitan berbicara dan bergerak
hingga akhirnya pingsan. Puncak dari efek ini terjadi dalam waktu 2
jam dan bisa bertahan hingga 8 jam. Umumnya orang yang konsumsi
obat ini tidak bisa mengingat apa yang terjadi selama ia berada
dalam pengaruh obat.
Jika obat ini dikombinasikan dengan alkohol, maka efeknya
terhadap memori dan kemampuan menilai sesuatu akan lebih besar.
Efek samping dari penggunaan obat ini termasuk penurunan tekanan
darah, gangguan memori, mengantuk, gangguan penglihatan, pusing,
merasa bingung, gangguan pencernaan dan gangguan pada retensi
urine.

7
e. Kodein yang disalahgunakan sebagai morfin
Kodein adalah salah satu turunan morfin, bisa juga diubah
menjadi narkotik yang lebih kuat seperti heroin. Kodein sebenarnya
adalah obat yang sering diresepkan dokter, bisa digunakan sebagai
analgetika (penghilang rasa sakit), anti diare dan antitusive
(penekan batuk). Apoteker/pharmacist harus berhati-hati, karena
kodein dapat juga disalahgunakan, jika diminum langsung ternyata
ada sekian persen yang diubah menjadi morfin di saluran
pencernaan.
Lebih parah lagi bila ternyata pembeli memang sengaja
membeli kodein untuk di ubah menjadi morfin atau heroin. Jika
kodein disalahgunakan menjadi morfin, maka akan menyebabkan
hilangnya rasa nyeri, ketegangan berkurang dan adanya rasa
nyaman diikuti perasaan seperti mimpi dan rasa mengantuk. Jika
terus menerus disalahgunakan, tentunya akan menyebabkan
ketergantungan dan meninggal karena overdosis.
f. Obat anti-cemas
Sisa-sisa kecemasan bisa diobati dengan obat anti-cemas yang
sesuai, terapi perilaku atau psikoterapi. Obat anti-cemas disebut juga
ansiolitik atau obat penenang, diberikan untuk mengatasi gejala-
gejala kecemasan. Obat anti-cemas memiliki efek mengendurkan
otot-otot, mengurangi ketegangan, membantu tidur dan mengurangi
kecemasan. Yang paling sering digunakan adalah benzodiazepin.
Obat ini mempercepat relaksasi mental dan fisik dengan cara
mengurangi aktivitas saraf di dalam otak. Tetapi benzodiazepin bisa
menyebabkan ketergantungan fisik dan pemakaian pada alkoholik
harus sangat hati-hati.
Contoh benzodiazepin adalah:
 Alprazolam
 Klordiazepoksid

8
 Diazepam
 Flurazepam
 Lorazepam
 Oksazepam
 Temazepam
 Triazolam

Alprazolam adalah salah satu obat anticemas yang sering


disalahgunakan dan paling banyak menimbulkan ketergantungan.
Alprazolam adalah obat yang cara kerjanya memperlambat
pergerakan bahan kimia di dalam otak yang membuat
ketidakseimbangan. Dengan cara kerja ini, ketegangan saraf
(kecemasan) seseorang pun berkurang, sehingga si pemakai relatif
tenang.
Obat ini dapat menyebabkan ketergantungan jika digunakan
dalam pemakaian jangka panjang. Jika obat ini disalahgunakan, maka
akan menyebabkan kesulitan berkonsentrasi dan dapat terjadi
halusinasi.
g. Dextromethorpan
Dextromethorpan (atau biasa disebut pil dekstro) adalah suatu
obat penekan batuk (anti tusif) yang dapat diperoleh secara bebas,
dan banyak dijumpai pada sediaan obat batuk maupun flu. Dosis
dewasa adalah 15-30 mg, diminum 3-4 kali sehari.
Obat-obatan yang mengandung dextromethorpan sangat
mudah ditemukan, dapat dibeli sesuai kantong remaja, dan legal.
Mendapatkannya sangat mudah, yaitu dengan membeli di toko obat
atau mencarinya di kotak kotak obat dirumahnya. Dan karena
ditemukan pada obat-obatan bebas, maka remaja mengasumsikan
bahwa DXM tidaklah berbahaya.
Meskipun DXM dapat dikonsumsi secara aman pada dosis 15
hingga 30 miligram untuk menekan batuk, namun pengguna

9
biasanya mengkonsumsi lebih dari 360 mg bahkan lebih.
Mengkonsumsi dalam jumlah banyak produk yang mengandung
DXM dapat menyebabkan halusinasi, hilang kendali dari kendaraan
(pada saat mengemudi), dan sensasi ‘out of body’.
h. Dexametasone
Dexametasone (micronized) 0.5 mg dan clorpeniramina maleat
2 mg adalah obat-obatan yang lazim dipakai untuk mengobati alergi
sehingga sering diberikan pada penyakit alergi menahun seperti
asma bronchiale, urticaria dan berbagai penyakit alergi lainnya. Obat
yang mengandung komponen ini sering disalahgunakan untuk
menggemukkan badan karena dampak menahan airnya, atau untuk
meningkatkan kualitas tidur pemakainya. Efek sampingnya adalah
timbulnya penyakit pencernaan seperti penyakit maag, luka di
lambung, kelainan pencernaan lainnya. Karena sifatnya yang
menahan air, menyebabkan penderita meningkat nafsu makannya
dan bertambah berat.
Selain itu obat yang mengandung Dexamethasone merupakan
pemicu timbulnya penyakit kencing manis, apalagi kalau pemakai
mempunyai riwayat penyakit kencing manis di keluarga. Obat ini
juga menyebabkan timbulnya beberapa penyakit kejiwaan bila
dipakai secara berkesinambungan. Karena dampaknya
imunosupresif, pemakai mudah menderita penyakit infeksi virus dan
jamur pada tubuhnya. Pemakai jangka panjang juga akan menderita
pengeroposan tulang yang disebut sebagai osteoporosis. Bila
penderita terlalu sensitive, dapat pula terjadi shok, yang berujung
dengan kematian.
3. Faktor-faktor penyebab penyalahgunaan obat
Motivasi dan penyebabnya seseorang menyalahgunakan obat bisa
bermacam-macam, antara lain:

10
1. Ada orang-orang yang bertujuan untuk mengurangi atau
meniadakan rasa tertekan (stres dan ketegangan hidup).
2. Ada orang-orang yang bertujuan untuk sekadar mendapatkan
perasaan nyaman, menyenangkan.
3. Ada orang-orang yang memakainya untuk lari dari realita dan
tanggung jawab kehidupan.
4. Faktor-faktor Lingkungan
Para remaja dapat menyalahgunakan obat-obatan dikemudian
harinya jikalau kita memanjakan mereka, melindungi mereka secara
berlebih-lebihan, tidak mengizinkan mereka untuk mandiri, tidak
pernah melatih mereka menghadapi dan menyelesaikan persoalan-
persoalan mereka sendiri. Sehingga masa kecil yang seperti itu,
maka akan menghasilkan :
 Pribadi yang tidak matang / labil dan selalu ingin lari dari
tanggung jawab.
 Pribadi yang ikut-ikutan. Apalagi sedang mengalami tekanan
lingkungan dimana sebagai pemuda / remaja yang sedang
mencari identitas pribadi, mereka akan tergoda untuk menjadi
bagian dari grup di mana penggunaan obat-obatan oleh satu
orang bisa diikuti oleh setiap orang dalam grup itu.
 Ketergantungan total pada orangtuanya. Keterpisahan dengan
orangtua (kematian atau putusnya hubungan) akan
menyebabkan si anak kehilangan pegangan, apalagi jikalau ia
menghadapi tekanan-tekanan hidup yang lain.
 Pendidikan keluarga yang buruk seringkali diberikan oleh tipe-
tipe keluarga dengan latar belakang orangtua yang bercerai, ibu
yang mengepalai rumah tangga dan menekan si ayah, kedua
orangtua yang memanjakan anak tunggal, orangtua peminum,
pergaulan bebas dan sebagainya.

11
5. Faktor kontribusi : Hubungan interpersonal yang terganggu, atau
keadaan orang tua yang patologis/kacau.
6. Faktor pencetus : Pengaruh teman kelompok, dan tersedianya
obat/zat.
4. Pencegahan penyalahgunaan obat medis
Tips untuk mengantisipasi penyalahgunaan obat-obatan medis :
1. Apotek dan toko obat perlu mewaspadai terhadap pembelian obat-
obatan medis seperti yang telah disebutkan sebelumnya dalam
jumlah yang tidak wajar.
2. Apoteker perlu menjadi front liner atau petugas gardu terdepan
dalam memberi pelayanan, agar dapat berkomunikasi secara
langsung dengan konsumen atau masyarakat, sehingga dapat
segera mengantisipasi dan mengambil sikap terhadap hal-hal yang
tidak wajar terkait dengan pembelian obat-obatan medis di apotik.
3. Orang tua diharapkan rajin mengontrol kamar tidur, lemari pakaian
atau buku, laci putra-putrinya untuk mengetahui barang-barang
yang tersimpan di dalamnya. Jika ditemukan obat-obatan medis,
perlu segera dipastikan apakah putra-putri anda memerlukan obat
tersebut atau tidak.
4. Jika masyarakat menemukan oknum pengedar pil dekstro atau
obat-obatan lain yang bertujuan untuk disalahgunakan, diharapkan
segera melaporkan pada pihak keamanan, karena pil dekstro atau
obat-obatan lain walaupun dapat dibeli secara bebas tapi
sebenarnya obat-obatan tersebut hanya boleh dijual di apotik atau
toko obat berizin.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyalahgunaan zat / obat adalah penggunaan zat secara terus
menerus bahkan sampai setelah terjadi masalah. Penggunaan zat secara
patologis dikelompokkan dalam dua kategori: penyalahgunaan zat dan
ketergantungan zat. Ketergantungan zat ditandai oleh adanya berbagai
masalah yang berkaitan dengan konsumsi suatu zat. Ini mencakup
penggunaan zat yang lebih banyak dari yang dimaksudkan, mencoba
untuk berhenti, namun tidak berhasil.
Terkait dengan semakin maraknya penyalahgunaan obat medis
terutama penyalahgunaan dextromethorpan, banyak bermunculan oknum
penjual pil dekstro murni dalam bentuk serbuk yang dikemas/dimasukan
kedalam kapsul atau bahkan dicampur dengan obat-obatan terlarang
lainnya seperti ekstasi, metamfetamin, dll.
Untuk mewaspadai/mencegah meningkatnya dampak buruk akibat
penyalahgunaan obat-obatan medis diperlukan peran tenaga kesehatan
(termasuk apoteker), orang tua, guru, masyarakat dan instansi
keamanan/kepolisian secara bersama dan berkesinambungan.

B. Saran
Di era modern ini, obat-obat yang disalahgunakan bukan hal yang
sulit lagi didapatkan. Bahkan obat-obat yang beredar dipasaran terkadang
disalahgunakan oleh banyak remaja saat ini. Untuk itu, sebagai apoteker,
kita sebaiknya tahu tentang obat-obat apa saja yang sering disalahgunakan
pada saat ini dan kita sebaiknya mampu memberikan penyuluhan
kedepannya nanti tentang bahaya dari penyalahgunaan obat-obat
tersebut

13
DAFTAR PUSTAKA

Martono, Lydia Harlina. 2006. Pencegahan dan Penyalahgunaan Narkoba.

Jakarta: Balai Pustaka.

Kee, Joyce L. 1996. Farmakologi: pendekatan proses keperawatan. Jakarta:

EGC.

Semium, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Kanisius.

14

Anda mungkin juga menyukai