PENDAHULUAN
Tuntutan pekerjaan yang terus meningkat tentu menjadi hal utama yang
harus diperhatikan dalam menjaga kesehatan individu tiap manusia.
Kesibukan mendorong mereka untuk lebih giat dan cepat dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan. Biasanya mereka memilih untuk
menyeleseikan dua pekerjaan dalam waktu yang bersamaan, yang tentu
memerlukan energi yang lebih besar agar mampu menyelesaikannya. Hal ini
tentu akan mengganggu kes ehatan otot mereka, karena otot-otot tersebut
dengan sengaja dipekerjakan secara berlebihan yang akhirnya dapat memicu
timbulnya gejala nyeri otot.
Nyeri otot atau myalgia adalah rasa sakit atau nyeri yang muncul pada
bagian otot, yang biasanya terkait dengan tingkat ketegangan suatu otot.
Nyeri otot dapat terjadi pada tiap individu dan tak memandang usia, yang jika
penyakit ini berlangsung berkepanjangan akan mengakibatkan penyakit yang
lebih serius, yaitu penyakit arterial peripheral (PAD), bahkan penyakit
jantung.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1.2.1.1 Mampu membuat sediaan gel dengan zat aktif piroksikam untuk
pengobatan penyakit nyeri otot sesuai dengan standart CPOB
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.2 Mampu merancang tahapan pada proses pra formulasi sediaan gel
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Bagi Praktikan
1.3.1.1 Mahasiswa mampu mengembangkan kompetisi dalam pembuatan
sediaan gel dengan zat aktif piroksikam untuk mengobati atau
mengatasi nyeri otot
1.3.2 Manfaat Bagi Masyarakat
1.3.2.1 Sebagai salah satu alternatif terhadap pengobatan penyakit nyeri otot
melalui sediaan gel
1.3.3 Manfaat Bagi Institusi
TINJAUAN PUSTAKA
Myalgia atau nyeri otot berasal dari bahasa Yunani (myo yang berarti otot
dan algos yang berarti nyeri) adalah rasa sakit atau nyeri yang muncul pada
bagian otot, yang biasanya terkait dengan tingkat ketegangan suatu otot.
Kondisi ini bisa melibatkan ligamen, tendon, dan fasia (jaringan ikat yang
menghubungkan otot dengan otot dan jaringan disekitarnya seperti saraf dan
pembuluh darah).
2.1.2 Penyebab
3) Infeksi
Adanya proses inflamasi atau bahkan infeksi nyeri otot biasanya menjalar
ke seluruh tubuh. Sebagai contoh pada saat flu karena infeksi virus, kita
dapat merasakan nyeri-nyeri di seluruh tubuh.
4) Efek samping obat-obatan
Beberapa obat yang dapat menimbulkan nyeri otot adalah obat golongan
statin yang berfungsi menurunkan kolestrol, kelompok obat penghambat
ACE (Angiotensin converting enzyme) untuk menurunkan tekanan darah,
dan kokain.
2.1.3 Akibat
2.1.4 Pengobatan
2.2.2 Indikasi
Piroksikam adalah obat anti-inflamasi non-steroid yang berfungsi
meredakan rasa sakit. Obat ini juga digunakan sebagai analgetik pada
kondisi radang. Obat ini sering digunakan untuk mengurangi gejala-
gejala artritis, seperti inflamasi, pembengkakan, serta kaku dan nyeri
otot.
2.2.4 Penyimpanan
Penyimpanan bahan aktif piroksikam yaitu disimpan pada suhu
ruangan (15-30 C) dan dijauhkan dari cahaya langsung dan tempat
yang lembap. Piroksikam disimpan dalam wadah tertutup rapat, tidak
tembus cahaya.
2.2.5 Interaksi
Berikut adalah interaksi obat piroksikam dengan obat-obat lain :
1) Aspirin : jika piroxicam diberikan bersamaan dengan aspirin, kadar
piroxicam dalam plasma mengalami penurunan sekitar 80% dari
nilai normal.
2) Methotrexate : NSAID menghambat akumulasi methotrexate di
ginjal. Ini menyebabkan obat-obat golongan NSAID bisa
meningkatkan toksisitas methotrexate.
2.3.1 Definisi
2.3.2 Syarat
1) Memiliki viskositas dan daya lekat tinggi, serta tidak mudah mengalir
pada permukaan kulit. Hal ini bertujuan agar saat disimpan, sediaan ini
dapat bersifat solid namun sifat soliditasnya dapat diubah sehingga
mudah dioleskan pada permukaan kulit.
2) Memiliki sifat tiksotropi atau daya alir tetap. Sifat tiksotropi
menunjukkan tingginya konsistensi sediaan dalam wadah, namun dapat
dituang dan tersebar mudah.
3) Memiliki derajat kejernihan tinggi yang menunjukkan adanya nilai
estetika dalam sediaan ini, sehingga menambah nilai akseptabilitas
sediaan di masyarakat.
4) Daya lubrikasi atau pelumasan yang tinggi.
2.4.2 Karakteristik
1. Piroksikam
2. CMC-Na
CMC-Na memiliki pemerian yaitu berupa serbuk atau granul, putih
sampai krem, higroskopis. Kelarutan dari CMC-Na adalah mudah
terdispersi dalam air membentuk larutan koloida, tidak larut dalam etanol,
eter, dan pelarut organik lain. CMC-Na stabil pada pH 2-10, pengendapan
terjadi pada pH dibawah 2. Viskositas larutan berkurang dengan cepat jika
pH diatas 10. Menunjukan viskositas dan stabilitas maksimum pada pH 7-9.
CMC-Na disimpan dalam wadah tertutup rapat. Kegunaan dari CMC-Na
yaitu sebagai peningkat viskositas. Konsentrasi CMC-Na untuk topikal
adalah 3-6%
3. Gliserol
Gliserol memiliki pemerian yaitu berupa cairan seperti sirup, jernih, tidak
berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat, higroskopik, jika
disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk
massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu kurang lebih
200 C. Kelarutan dari gliserol yaitu dapat bercampur dengan air dan dengan
etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan
dalam minyak lemak. Kegunaan dari gliserol yaitu sebagai humektan.
Penyimpanan gliserol yaitu dalam wadah tertutup baik
4. Nipagin
Nipagin memiliki pemerian yaitu berupa hablur atau serbuk tidak
berwarna, atau kristal putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, dan
mempunyai rasa sedikit panas. Kelarutan dari nipagin yaitu mudah larut
dalam etanol, eter; praktis tidak larut dalam minyak; larut dalam 400 bagian
air. Kegunaan dari nipagin adalah sebagai antifungi atau pengawet.
Konsentrasi nipagin adalah 0.02–0.3% untuk topikal
5. Aquades
Aqudes memiliki pemerian yaitu cairan jernih tidak berwarna, tidak
berbau, tidak berasa. Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam
bentuk fisik (es, air, dan uap). Air harus disimpan dalam wadah yang sesuai,
yaitu wadah tetutup baik. Pada saat penyimpanan dan penggunaannya harus
terlindungi dari kontaminasi partikel – partikel ion dan bahan organik yang
dapat menaikkan konduktivitas dan jumlah karbon organik. Serta harus
terlindungi dari partikel – partikel lain dan mikroorganisme yang dapat
tumbuh dan merusak fungsi air.
2.4.3 Definisi Formulasi
1. Piroksikam
Piroksikam sebagai bahan aktif yang berkhasiat untuk meredakan
rasa nyeri dan dibuat dalam sediaan gel karena bahan aktif ini
memiliki berat molekul yang paling rendah diantara turunan oksikam
lainnya dan lebih bersifat nonpolar, sehingga zat aktif piroksikam
tingkat difusi ke dalam membran absorbsinya lebih besar.
2. CMC-Na
CMC-Na sebagai bahan tambahan dalam sediaan gel ini berfungsi
sebagai pembentuk gel. Tujuan pemberian CMC-Na ini adalah untuk
mengantisipasi terjadinya flokulasi pada sediaan gel.
3. Gliserol
Gliserol sebagai bahan tambahan dalam sediaan gel ini berfungsi
sebagai humektan. Tujuan pemberian humektan pada sediaan ini
adalah untuk menambah volume, mempertahankan kelembaban,
mengurangi aktivitas air, dan melakukan fungsi penting untuk
meningkatkan kelembutan. Kelembaban yang ada menentukan
aktivitas dari suatu mikroba.
4. Nipagin
Nipagin sebagai bahan tambahan pada sediaan gel ini berfungsi
sebagai pengawet. Tujuan pemberian pengawet pada sediaan ini
adalah untuk mengurangi kecepatan pertumbuhan mikroba pada
sediaan, karena mikroba akan berkembang biak dengan cepat pada
kondisi lembap atau mengandung air.
5. Aquades
Aquades sebagai bahan tambahan pada sediaan gel ini berfungsi
sebagai pelarut.
2.5 Produksi
1. Bangunan
2. Ruangan
a. Penataan ruangan-ruangan pembuatan, termasuk ruangan
penyimpanan harus sesuai dengan urutan proses pembuatan,
sehingga tidak menimbulkan lalu lintas kerja yang simpang siur
dan tidak menimbulkan terjadi pencemaran silang.
b. Dinding lantai dan langit-langit setiap ruangan pembuatan,
termasuk ruangan penyimpanan harus rata, bebas dari keretakan
dan mudah di bersihkan
c. Dinding setinggi sekurang-kurangnya 150 cm dan lantai setiap
ruangan pembuatan termasuk ruangan penyimpanan harus kedap
air. Dinding ruangan pembuatan selain kedap air, harus licin.
d. Ruangan pembuatan dan ruang penunjang seperti ruang
administrasi dan jamban harus bersih, tidak mengganggu dan
tidak mencemari proses pembuatan
e. Penyimpanan dari ketentuan pada butir 2 dan butir 3 harus
memperoleh izin tertulis dari direktur jendral atau kepala kantor
wilayah.
3. Deskripsi Bangunan
a. Lantai
Lantai ruangan produksi tablet terbuat dari semen yang di
lapisi epoksi sehingga lantai mempunyai permukaan yang rata,
mudah di bersihkan, tidak menahan partikel, tahan terhadap
detergen dan disinfektan.
b. Dinding
Dinding ruangan terbuat dari tembok yang dilapisi epoksi
sehingga permukaan dinding menjadi licin dan rata, kedap air,
mudah di bersihkan, tahan terhadap detergen, disinfektan, tidak
menahan partikel dan tidak menjadi tempat bersarangnya
binatang kecil.
c. Langit-langit
Langit-langit ruangan terbuat dari beton yang dilapisi epoksi
sehingga permukaan langit-langit menjadi licin dan rata, air,
mudah di bersihkan, tahan terhadap detergen, disinfektan, tidak
menahan partikel.
d. Pengaturan udara
Sirkulasi dan pengaturan udara harus baik.Terdapat tempat
sirkulasi udara dengan sirkulasi udara yang baik sesuai dengan
ruangan.
e. Lokasi area
Lokasi area bangunan harus tahan terhadap gempa dan banjir.
c. Grey area
Area ini disebut juga area kelas D. Ruangan ataupun area yang
masuk dalam kelas ini adalah ruang produksi produk non steril, ruang
pengemasan primer, ruang timbang, laboratorium mikrobiologi (ruang
preparasi, ruang uji potensi dan inkubasi), ruang sampling di gudang.
Setiap karyawan yang masuk ke area ini wajib mengenakan gowning
(pakaian dan sepatu grey). Antara black area dan grey area dibatasi
ruang ganti pakaian grey dan airlock. Karakteristik grey area:
1. Desain ruangan di butuhkan perlakuan khusus. Seperti penanganan
khusus terhadap udara, rancang bangun dan kontruksi ruangan,
seperti lantai dan langit-langit tidak boleh bercelah dan tahan
terhadap bahan kimia. Dinding harus terbuat dari beton dan di cat
dengan cat yang tahan dicuci, seperti pintu dan peralatan lainnya
tidak boleh terbuat dari kayu
4. Untuk memasuki area ini personal harus mencuci tangan dan kaki
serta pakaian nya pun harus bersih
d. White area
2. Colloid Mill
3. Homogenizer
4. Mixer
5. Pot Gel
1. Personil yang bekerja di area bersih dan steril dipilih secara seksama
untuk memastikan bahwa mereka dapat diandalkan untuk bekerja dengan
penuh disiplin dan tidak mengidap suatu penyakit atau dalam kondisi
kesehatan yang dapat menimbulkan bahaya pencemaran mikrobiologis
terhadap produk.
4. Pakaian rumah dan pakaian kerja regular tidak boleh dibawa masuk ke
dalam kamar ganti pakaian yang berhubungan dengan ruang ber-Kelas B
dan C. Untuk tiap personil yang bekerja di Kelas A/B, pakaian kerja steril
(disterilkan atau disanitasi dengan memadai) harus disediakan untuk tiap
sesi kerja.
Prosedur Personalia Masuk ke Ruang Produksi Steril
5. Sarung tangan ecara rutin didisinfeksi selama bekerja. Masker dan sarung
tangan hendaklah diganti paling sedikit pada tiap sesi kerja.
6. Personil yang memasuki area bersih atau area steril harus mengganti dan
mengenakan pakaian khusus yang juga mencakup penutup kepala dan
kaki. Pakaian ini tidak boleh melepaskan serat atau bahan partikulat dan
hendaklah mampu menahan partikel yang dilepaskan oleh tubuh.
d. Masker disposible
2.6 Evaluasi
2.6.1 Definisi
Tahapan akhir produksi dimana menekan pada kegiatan pemastian
dan pemeriksaan sediaan yang telah sesuai dengan spesifikasi mutu
standart sediaan baik secara nasional maupun internasional.
1. Organoleptis
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengamati bau, warna, bentuk,
rasa saat gel diaplikasikan (pengamatan dilakukan secara visual)
2. Homogenitas
4. pH
Uji pH ini, dilakukan untuk mengetahui derajat keasaman
campuran gel piroxicam apakah sesuai dengan pH standartnya. Alat
yang digunakan untuk pengujian ini adalah pH meter Backman.
5. Ukuran partikel
Dilakukan dengan mengoleskan gel pada objek gelas bersih
kemudian ditutup dengan cover glass, kemudian diamati menggunakan
mikroskop. Diamati pada beebrapa bagian apakah menunjukkan ukuran
yang sama atau berbeda jauh.
6. Uji konsistensi
Dilakukan dengan mengamati perubahan konsistensi dari sediaan gel
yang dibuat apakah terjadi pemisahan antara bahan pembentuk gel
dengan pembawanya yaitu air.
7. Daya sebar
Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui seberapa cepat dan besar
zat aktif yang digunakan dapat menyebar dan segera diabsorpsi dari
sediaan gel.
8. Uji stabilitas
Uji stabilitas gel dilakukan untuk mengetahui terjadinya perubahan
baik secara fisik maupun kimiawi dari sediaan yang telah dibuat.
9. Uji waktu kering
Uji waktu kering ini dilakukan untuk mengetahui seberapa cepat
proses absorpsi yang diperlukan untuk mendapatkan efek terapi yang
diinginkan.
2.6.3 Standart
1. Ukuran partikel
Untuk melihat ukuran dari suatu partikel pada bahan aktif gel, dapat dilihat
melalui mikroskop, yang dengan rentang 0,4mm - 0,5 mm.
2. pH
sediaan semi solid sebaiknya memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit
yaitu 4,5 – 6,5
3. Daya sebar
Daya sebar gel yang baik yaitu sekitar 5 – 7 cm
4. Waktu kering
METODE PRAKTIKUM
3.1 Formula
Piroxicam 5g
CMC-Na 3%
Gliserol 25%
Nipagin 0,02 %
Aquades ad 10 g
1. Piroxicam = 5 g
3
2. CMC-Na = x 10 = 0,3 g
100
3. Aquades untuk CMC-Na = 20 x 0,3
= 6 mL
25
4. Gliserol = x 10 = 2,5 g
100
0,02
5. Nipagin = x 10 = 0,002 g
100
6. Aquades = 10 – (5+0,3+2,5+0,002)
= 10 – 7,8 = 2,2 g
2) Sudip
3) Sendok tanduk
4) Sendok porselin
5) Batang pengaduk
6) Etiket
7) Perkamen
8) Gelas ukur
9) Anak timbangan
10) Timbangan
1) Piroxicam
2) CMC-Na
3) Gliserol
4) Nipagin
5) Aqua destilasi
6) Propilen glikol
1) Viskositas
Alat yang digunakan adalah Brokfield Viscometer. Sediaan
dimasukkan ke dalam gelas beaker 250mL, lalu spindel diturunkan ke
dalam sediaan hingga batas yang ditentukan. Pengukuran dilakukan
dengan kecepatan yang berbeda-beda. Pada masing-masing pengukuran
dengan perbedaan kecepatan (rpm) dibaca skalanya ketika jarum merah
yang bergerak telah stabil. Lalu hitung nilai viskositas
2) pH
Uji pH ini, dilakukan dengan menggunakan pH-meter, dengan cara
perbandingan 60 g : 200 mL air yang digunakan untuk mengencerkan,
kemudian aduk ad homogen. Diamkan agar mengendap, dan airnya yang
diukur dengan pH meter.
3) Daya Lekat
Diletakkan gel secukupnya di atas objek glass yang telah ditentukan
luasnya. Diletakkan objek glass yang lain di atas gel tersebut. Kemudian
ditekan dengan bahan tambahan 50 gram selama 5 menit. Dipasang objek
glass pada alat uji dan dicatat waktu yang diperlukan objek glass pada saat
terlepas. Prosedur diulang sebanyak 3 kali.
4) Daya sebar
Gel ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian diletakkan ditengah kaca bulat
berskala. Di atas geldiletakkan kaca bulat lain atau bahan transparan lain
dan pemberat sehingga berat kaca bulat dan pemberat 150 g, didiamkan
selama beberapa menit, kemudian dicatat diameter penyebarannya.
Diamati hingga sediaan berhenti menyebar. Daya sebar gel yang baik
antara 5-7 cm.
5) Uji Kejernihan
Uji kejernihan dapat dilakukan dengan cara mengoleskan gel pada
objek glass. Kemudian gel yang diletakkan pada objek glass diamati
dengan menggunakan lampu.