Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuntutan pekerjaan yang terus meningkat tentu menjadi hal utama yang
harus diperhatikan dalam menjaga kesehatan individu tiap manusia.
Kesibukan mendorong mereka untuk lebih giat dan cepat dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan. Biasanya mereka memilih untuk
menyeleseikan dua pekerjaan dalam waktu yang bersamaan, yang tentu
memerlukan energi yang lebih besar agar mampu menyelesaikannya. Hal ini
tentu akan mengganggu kes ehatan otot mereka, karena otot-otot tersebut
dengan sengaja dipekerjakan secara berlebihan yang akhirnya dapat memicu
timbulnya gejala nyeri otot.

Nyeri otot atau myalgia adalah rasa sakit atau nyeri yang muncul pada
bagian otot, yang biasanya terkait dengan tingkat ketegangan suatu otot.
Nyeri otot dapat terjadi pada tiap individu dan tak memandang usia, yang jika
penyakit ini berlangsung berkepanjangan akan mengakibatkan penyakit yang
lebih serius, yaitu penyakit arterial peripheral (PAD), bahkan penyakit
jantung.

Dalam pengobatan penyakit ini, dapat digunakan obat berbahan


piroksikam yang mana mekanisme kerja dari bahan aktif ini adalah dengan
menghambat sintesa prostaglandin dengan cara menghambat kerja enzym
cyclooxygenase sehingga akan menghambat terjadinya nyeri dan radang.
karena bahan aktif ini memiliki berat molekul yang kecil dari pada turunan
oksikam lainnya, sehingga piroksikam memiliki kemampuan menembus
kulit lebih besar dibandingkan turunan oksikam lainnya.
Sediaan yang cocok untuk permasalah ini adalah gel, dikarenakan selain
zat aktif piroksikam tingkat difusi ke dalam membran absorbsinya lebih besar
dalam sediaan ini, dengan sediaan gel partikel-partikel yang terkandung
didalamnya baik anorganik maupun organik mampu terpenetrasi oleh cairan
pembawanya.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1.2.1.1 Mampu membuat sediaan gel dengan zat aktif piroksikam untuk
pengobatan penyakit nyeri otot sesuai dengan standart CPOB
1.2.2 Tujuan Khusus

1.2.2.1 Mampu merancang dasar pembelajaran konsep keilmuan tentang


sediaan gel

1.2.2.2 Mampu merancang tahapan pada proses pra formulasi sediaan gel

1.2.2.3 Mampu merancang tahapan pada proses produksi sediaan gel

1.2.2.4 Mampu merancang evaluasi terhadap sediaan gel

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Bagi Praktikan
1.3.1.1 Mahasiswa mampu mengembangkan kompetisi dalam pembuatan
sediaan gel dengan zat aktif piroksikam untuk mengobati atau
mengatasi nyeri otot
1.3.2 Manfaat Bagi Masyarakat
1.3.2.1 Sebagai salah satu alternatif terhadap pengobatan penyakit nyeri otot
melalui sediaan gel
1.3.3 Manfaat Bagi Institusi

1.3.3.1 Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas


lembaga pedidikan yang ada, termasuk para pendidik yang ada
didalamnya, dan penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan, serta
pemerintah secara umum

1.3.3.2 Sebagai pertimbangan untuk diterapkan di dalam dunia pendidikan


pada institusi Putra Indonesia Malang sebagai solusi terhadap
permasalahan yang ada

1.3.3.3 Sebagai Study Center Learning yang menaungi mahasiswa


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Penyakit

2.1.1 Definisi Myalgia (Nyeri Otot )

Myalgia atau nyeri otot berasal dari bahasa Yunani (myo yang berarti otot
dan algos yang berarti nyeri) adalah rasa sakit atau nyeri yang muncul pada
bagian otot, yang biasanya terkait dengan tingkat ketegangan suatu otot.
Kondisi ini bisa melibatkan ligamen, tendon, dan fasia (jaringan ikat yang
menghubungkan otot dengan otot dan jaringan disekitarnya seperti saraf dan
pembuluh darah).

2.1.2 Penyebab

Adapun penyebab dari munculnya nyeri otot diantaranya :

1) Aktivitas fisik yang berlebih


Aktivitas fisik yang berlebih, cepat, dan terlalu sering akan memicu
munculnya nyeri otot. Karena dengan melakukan aktivitas yang berlebih,
akan memaksakan otot untuk bekerja lebih giat. Aktivitas yang terlalu
banyak tidak sebanding dengan pasokan oksigen dari pembuluh darah,
sehingga terjadi penumpukan asam laktat pada otot. Asam laktat inilah
yang menyebabkan otot menjadi nyeri.
2) Cedera
Pada saat melakukan aktivitas fisik dengan posisi yang salah, dapat
menyebabkan otot menjadi cedera, kemudian timbul nyeri. Hal ini
biasanya terjadi pada para atlet yang sedang bermain dan posisi yang
dilakukan salah, sehingg tiba-tiba otot menjadi tegang dan akan terasa
sakit.

3) Infeksi
Adanya proses inflamasi atau bahkan infeksi nyeri otot biasanya menjalar
ke seluruh tubuh. Sebagai contoh pada saat flu karena infeksi virus, kita
dapat merasakan nyeri-nyeri di seluruh tubuh.
4) Efek samping obat-obatan
Beberapa obat yang dapat menimbulkan nyeri otot adalah obat golongan
statin yang berfungsi menurunkan kolestrol, kelompok obat penghambat
ACE (Angiotensin converting enzyme) untuk menurunkan tekanan darah,
dan kokain.

2.1.3 Akibat

Meskipun kebanyakan orang berpikir, bahwa nyeri punggung atau nyeri


otot tidak terlalu berbahaya, tetapi bisa menjadi gejala dari penyakit yang
lebih serius, yaitu penyakit arterial peripheral (PAD), bahkan penyakit
jantung.

PAD berkembang ketika arteri kaki menjadi tersumbat dengan plak


seperti kumpulan lemak dan kolesterol yang membatasi atau menyumbat
aliran darah di kaki secara keseluruhan. Ini mengakibatkan nyeri otot di betis,
paha, dan pantat. Kekurangan oksigen ini menyebabkan nyeri dan PAD bisa
meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke.

2.1.4 Pengobatan

Pengobatan penyakit nyeri o tot dapat dilakukan dengan :

1) Obat-obatan : obat-obatan pereda rasa nyeri, obat antiradang nonsteroid


(NSAID), obat untuk meningkatkan kadar serotonin dan norephrine
(neurotransmitter yang memodulasi fungsi tidur, rasa nyeri, dan sistem
imun).
2) Terapi fisik yaitu dengan melakukan terapi pijat, dengan
mengistirahatkan area tubuh yang mengalami rasa sakit dan nyeri,
mengompres dengan es batu di area yang terpengaruh untuk meredakan
rasa sakit.

2.2 Tinjauan Tentang Zat Aktif


2.2.1 Gambar Struktur Molekul

1) Rumus molekul : C15H13N3O4S.

2) Berat Molekul : 331,35.

2.2.2 Indikasi
Piroksikam adalah obat anti-inflamasi non-steroid yang berfungsi
meredakan rasa sakit. Obat ini juga digunakan sebagai analgetik pada
kondisi radang. Obat ini sering digunakan untuk mengurangi gejala-
gejala artritis, seperti inflamasi, pembengkakan, serta kaku dan nyeri
otot.

2.2.3 Efek Samping


Adapun efek samping dari penggunaan obat piroxicam diantaranya
perut terasa kembung, nyeri ulu hati, konstipasi atau diare, sakit
kepala.

2.2.4 Penyimpanan
Penyimpanan bahan aktif piroksikam yaitu disimpan pada suhu
ruangan (15-30 C) dan dijauhkan dari cahaya langsung dan tempat
yang lembap. Piroksikam disimpan dalam wadah tertutup rapat, tidak
tembus cahaya.

2.2.5 Interaksi
Berikut adalah interaksi obat piroksikam dengan obat-obat lain :
1) Aspirin : jika piroxicam diberikan bersamaan dengan aspirin, kadar
piroxicam dalam plasma mengalami penurunan sekitar 80% dari
nilai normal.
2) Methotrexate : NSAID menghambat akumulasi methotrexate di
ginjal. Ini menyebabkan obat-obat golongan NSAID bisa
meningkatkan toksisitas methotrexate.

3) Diuretik : piroxicam dapat mengurangi efek natriuretik furosemide


dan tiazid pada beberapa pasien.

4) ACE (Angiotensin Converting Enzym) Inhibitor : NSAID dapat


mengurangi efek antihipertensi ACE-inhibitor, dapat
mengakibatkan kerusakan fungsi ginjal, yang biasanya bersifat
reversibel.

5) Lithium : NSAID meningkatkan kadar lithium dalam plasma dan


mengurangi klirens lithium dari ginjal. Sehingga kAonsentrasi
minimum lithium rata-rata meningkat 15% dan clearance ginjal
mengalami penurunan sekitar 20%. Jadi jika obat-obat golongan
NSAID dan lithium diberikan bersamaan, tanda-tanda toksisitas
lithium harus diamati secara seksama.

2.3 Tinjauan Tentang Sediaan

2.3.1 Definisi

Gel (kadang-kadang disebut jeli) merupakan sistem semipadat yang


terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau
molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. (FI EDISI IV)

2.3.2 Syarat

Dalam pembuatan sediaan gel, haruslah memenuhi syarat atau standart


sebagai berikut :

1) Memiliki viskositas dan daya lekat tinggi, serta tidak mudah mengalir
pada permukaan kulit. Hal ini bertujuan agar saat disimpan, sediaan ini
dapat bersifat solid namun sifat soliditasnya dapat diubah sehingga
mudah dioleskan pada permukaan kulit.
2) Memiliki sifat tiksotropi atau daya alir tetap. Sifat tiksotropi
menunjukkan tingginya konsistensi sediaan dalam wadah, namun dapat
dituang dan tersebar mudah.
3) Memiliki derajat kejernihan tinggi yang menunjukkan adanya nilai
estetika dalam sediaan ini, sehingga menambah nilai akseptabilitas
sediaan di masyarakat.
4) Daya lubrikasi atau pelumasan yang tinggi.

2.3.3 Keuntungan dan Kerugian


a) Keuntungan sediaan gel
Keuntungan sediaan gel dengan tipe hidrogel adalah kemampuan
penyebarannya pada kulit baik dan daya lekatnya yang tinggi yang
tidak menyumbat pori sehingga tidak mengganggu pernapasan oleh
pori kulit.
b) Kerugian sediaan gel
Kekurangan dari sediaan gel dengan tipe hidrogel adalah harus
menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga diperlukan
penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih
pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah
dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi
dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal.

2.3.4 Penggolongan Gel


1. Berdasarkan sifat fasa koloid
a) Gel anorganik
Gel anorgani merupakan gel sistem satu fase. Ia terdiri dari
makromolekul organik yang tersebar serba sama dalam suatu cairan
sedemikian sehingga tidak terlihat adanya ikatan molekul makro
yang terdispersi dalam cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari
makromolekul sintetik (misal karbomer) atau dari gom logam.
Contoh: tragakan dan karbopol.
b) Gel organik
Gel organik merupakan gel sistem dua fase. Gel sistem dua fase
terbentuk jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yg
terpisah dalam sistem. Jika ukuran partikel dari fase terdispersi
relatif besar, maka partikel anorganik tidak larut, hampir secara
keseluruhan terdispersi pada fasa kontinu. Contoh: gel aluminium
hidroksida dan magma bentonit.

2. Berdasarkan sifat pelarut


a) Hidrogel (pelarut air)
Gel golongan ini menggunakan pelarut air. Pada umumnya
terbentuk oleh molekul polimer hidrofilik yang saling sambung
melalui ikatan kimia atau kohesi seperti interaksi ionik, ikatan
hidrogen atau interaksi hidrofobik. Hidrogel punya
biokompatibilitas yg tinggi karena tegangan permukaan yg rendah
dengan cairan biologi jaringan sehingga meminimalkan kekuatan
adsorbsi protein dan adesi sel. Kekuatan hidrogel yaitu memiliki
kekuatan mekanik dan kekerasan yg rendah.
b) Organogel
Pelarutnya bukanlah air atau pelarut organik. Contoh gel golongan
ini adalah plastibase (suatu polietilen dengan BM rendah yang
terlarut dalam minyak mineral), dispersi logam stearat dalam
minyak dan cocoa butter.
c) Xerogel
Gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut yang
rendah. Xerogel sering dihasilkan dari evaporasi pelarut,sehingga
sisa-sisa kerangka gel yang tertinggal.

3. Berdasarkan jenis fase terdispersi


a) Gel fase tunggal : Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul
organik yang tersebar sama dalam suatu cairan sedemikian hingga
tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi
dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul
sintetik misalnya karboner atau dari gom alam misanya tragakan.
b) Gel sistem dua fase : Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel
dari fase terdispersi relatif besar , massa gel kadang-kadang
dinyatakan sebagai magma misalnya magma bentonit. Baik gel
maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semipadat
jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan.Sediaan harus
dikocok dahulu sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas.
2.4 Praformulasi dan Formulasi

2.4.1 Definisi Praformulasi

Praformulasi adalah langkah awal atau investigasi terhadap


karakteristik bahan yang digunakan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam proses formulasi sediaan obat yang stabil secara fisika,
kimia, dan dengan ketersediaan hayati yang menguntungkan atau menjadi
keunggulan bahan. Dimana studi inilah yang nantinya akan berpengaruh pada
hasil dari formula yang tepat, sehingga menghasilkan produk akhir berupa
sediaan farmasi yang stabil, berkhasiat, aman dan nyaman ketika digunakan.

2.4.2 Karakteristik

1. Piroksikam

Pemerian dari piroksikam adalah berupa serbuk, hampir putih atau


coklat terang atau kuning terang; tidak berbau. Bentuk monohidrat
berwarna kuning. Piroksikam memiliki kelarutan sangat sukar larut
dalam air, dalam asam-asam encer dan sebagian besar pelarut organik;
sedikit larut dalam etanol dan dalam larutan alkali mengandung air.
Khasiat dari piroksikam yaitu sebagai analgetik-antipiretik dan
antiinflamasi. Bentuk sediaan gel memiliki dosis 0,5-1%. Piroksikam
disimpan dalam wadah tetutup rapat, tidak tembus cahaya; dan disimpan
pada suhu tidak lebih dari 30o C

2. CMC-Na
CMC-Na memiliki pemerian yaitu berupa serbuk atau granul, putih
sampai krem, higroskopis. Kelarutan dari CMC-Na adalah mudah
terdispersi dalam air membentuk larutan koloida, tidak larut dalam etanol,
eter, dan pelarut organik lain. CMC-Na stabil pada pH 2-10, pengendapan
terjadi pada pH dibawah 2. Viskositas larutan berkurang dengan cepat jika
pH diatas 10. Menunjukan viskositas dan stabilitas maksimum pada pH 7-9.
CMC-Na disimpan dalam wadah tertutup rapat. Kegunaan dari CMC-Na
yaitu sebagai peningkat viskositas. Konsentrasi CMC-Na untuk topikal
adalah 3-6%

3. Gliserol
Gliserol memiliki pemerian yaitu berupa cairan seperti sirup, jernih, tidak
berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat, higroskopik, jika
disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk
massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu kurang lebih
200 C. Kelarutan dari gliserol yaitu dapat bercampur dengan air dan dengan
etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan
dalam minyak lemak. Kegunaan dari gliserol yaitu sebagai humektan.
Penyimpanan gliserol yaitu dalam wadah tertutup baik

4. Nipagin
Nipagin memiliki pemerian yaitu berupa hablur atau serbuk tidak
berwarna, atau kristal putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, dan
mempunyai rasa sedikit panas. Kelarutan dari nipagin yaitu mudah larut
dalam etanol, eter; praktis tidak larut dalam minyak; larut dalam 400 bagian
air. Kegunaan dari nipagin adalah sebagai antifungi atau pengawet.
Konsentrasi nipagin adalah 0.02–0.3% untuk topikal

5. Aquades
Aqudes memiliki pemerian yaitu cairan jernih tidak berwarna, tidak
berbau, tidak berasa. Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam
bentuk fisik (es, air, dan uap). Air harus disimpan dalam wadah yang sesuai,
yaitu wadah tetutup baik. Pada saat penyimpanan dan penggunaannya harus
terlindungi dari kontaminasi partikel – partikel ion dan bahan organik yang
dapat menaikkan konduktivitas dan jumlah karbon organik. Serta harus
terlindungi dari partikel – partikel lain dan mikroorganisme yang dapat
tumbuh dan merusak fungsi air.
2.4.3 Definisi Formulasi

Formulasi adalah serangkain kegiatan membuat komposisi bahan yang


mana harus memenuhi suatu mekanisme bahan yang akan digunakan. Dimana
penentuan bahan haruslah melewati suatu proses studi praformulasi.

2.4.4 Spesifikasi Bahan

1. Piroksikam
Piroksikam sebagai bahan aktif yang berkhasiat untuk meredakan
rasa nyeri dan dibuat dalam sediaan gel karena bahan aktif ini
memiliki berat molekul yang paling rendah diantara turunan oksikam
lainnya dan lebih bersifat nonpolar, sehingga zat aktif piroksikam
tingkat difusi ke dalam membran absorbsinya lebih besar.
2. CMC-Na
CMC-Na sebagai bahan tambahan dalam sediaan gel ini berfungsi
sebagai pembentuk gel. Tujuan pemberian CMC-Na ini adalah untuk
mengantisipasi terjadinya flokulasi pada sediaan gel.
3. Gliserol
Gliserol sebagai bahan tambahan dalam sediaan gel ini berfungsi
sebagai humektan. Tujuan pemberian humektan pada sediaan ini
adalah untuk menambah volume, mempertahankan kelembaban,
mengurangi aktivitas air, dan melakukan fungsi penting untuk
meningkatkan kelembutan. Kelembaban yang ada menentukan
aktivitas dari suatu mikroba.
4. Nipagin
Nipagin sebagai bahan tambahan pada sediaan gel ini berfungsi
sebagai pengawet. Tujuan pemberian pengawet pada sediaan ini
adalah untuk mengurangi kecepatan pertumbuhan mikroba pada
sediaan, karena mikroba akan berkembang biak dengan cepat pada
kondisi lembap atau mengandung air.
5. Aquades
Aquades sebagai bahan tambahan pada sediaan gel ini berfungsi
sebagai pelarut.

2.5 Produksi

2.5.1 Ruang Produksi


Ruang produksi adalah suatu ruang yang dirancang dengan khusus
sebagai tempat dilaksanakan kegiatan produksi dimana di dalamnya
mengakomodasi berbagai macam kebutuhan produksi (alat, bahan,
personal, manajemen) dengan spesifikasi khusus. Adapun syarat ruang
produksi sebagai berikut.

1. Bangunan

Syarat bangunan, sebagai berikut.

a. Bangunan industri harus didirikan di lokasi yang terhindar dari


pencemaran dan tidak mencemari lingkungan
b. Bangunan industri harus memenuhi persyaratan hygiene dan
sanitasi
c. Bangunan industri harus memiliki ruang-ruang pembuatan yang
rancang bangun dan luasnya sesuai dengan bentuk, sifat dan
jumlah obat yang dibuat. Jenis dan jumlah alat yang digunakan,
jumlah karyawan yang bekerja serta fungsi ruangan.
d. Memungkinkan kegiatan produksi dilakukan diarea yang saling
berhubungan antara satu ruangan dengan ruangan yang lain
mengikuti urutan tahap produksi
e. Bangunan industri di dirikan atas sifat yang kokoh, dengan tujuan
agar bisa terhindar dari bencana seperti gempa dan banjir.

2. Ruangan
a. Penataan ruangan-ruangan pembuatan, termasuk ruangan
penyimpanan harus sesuai dengan urutan proses pembuatan,
sehingga tidak menimbulkan lalu lintas kerja yang simpang siur
dan tidak menimbulkan terjadi pencemaran silang.
b. Dinding lantai dan langit-langit setiap ruangan pembuatan,
termasuk ruangan penyimpanan harus rata, bebas dari keretakan
dan mudah di bersihkan
c. Dinding setinggi sekurang-kurangnya 150 cm dan lantai setiap
ruangan pembuatan termasuk ruangan penyimpanan harus kedap
air. Dinding ruangan pembuatan selain kedap air, harus licin.
d. Ruangan pembuatan dan ruang penunjang seperti ruang
administrasi dan jamban harus bersih, tidak mengganggu dan
tidak mencemari proses pembuatan
e. Penyimpanan dari ketentuan pada butir 2 dan butir 3 harus
memperoleh izin tertulis dari direktur jendral atau kepala kantor
wilayah.

3. Deskripsi Bangunan
a. Lantai
Lantai ruangan produksi tablet terbuat dari semen yang di
lapisi epoksi sehingga lantai mempunyai permukaan yang rata,
mudah di bersihkan, tidak menahan partikel, tahan terhadap
detergen dan disinfektan.
b. Dinding
Dinding ruangan terbuat dari tembok yang dilapisi epoksi
sehingga permukaan dinding menjadi licin dan rata, kedap air,
mudah di bersihkan, tahan terhadap detergen, disinfektan, tidak
menahan partikel dan tidak menjadi tempat bersarangnya
binatang kecil.
c. Langit-langit
Langit-langit ruangan terbuat dari beton yang dilapisi epoksi
sehingga permukaan langit-langit menjadi licin dan rata, air,
mudah di bersihkan, tahan terhadap detergen, disinfektan, tidak
menahan partikel.
d. Pengaturan udara
Sirkulasi dan pengaturan udara harus baik.Terdapat tempat
sirkulasi udara dengan sirkulasi udara yang baik sesuai dengan
ruangan.
e. Lokasi area
Lokasi area bangunan harus tahan terhadap gempa dan banjir.

4. Macam- macam Ruangan


Area pabrik dibagi menjadi 4 zona dimana masing-masing
zona memiliki spesifikasi tertentu. Empat zona tersebut meliputi:
a. Unclassified Area
Area ini merupakan area yang tidak dikendalikan
(Unclassified area) tetapi untuk kepentingan tertentu ada
beberapa parameter yang dipantau. Termasuk didalamnya adalah
laboratorium kimia (suhu terkontrol), gudang (suhu terkontrol
untuk cold storage dan cool room), kantor, kantin, ruang ganti dan
ruang teknik.
b. Black area
Area ini disebut juga area kelas E. Ruangan ataupun area yang
termasuk dalam kelas ini adalah koridor yang menghubungkan
ruang ganti dengan area produksi, area staging bahan kemas dan
ruang kemas sekunder. Setiap karyawan wajib mengenakan
sepatu dan pakaian black area (dengan penutup kepala).
Karakteristik black area :
1. Ruangannya tidak perlu steril

2. Jumlah karyawan yang berada di area tersebut

3. Ruangan dan alat tidak membutuhkan penangan yang khusus


baik udara maupun kontruksi bangunan

4. Fungsi dari pembangunan area ini adalah sebagai tempat


penyimpanan bahan baku obat, serta tempat dimana para
karyawan bisa dengan leluasa melakukan tugas mereka tanpa
adanya penangan khusus.

c. Grey area
Area ini disebut juga area kelas D. Ruangan ataupun area yang
masuk dalam kelas ini adalah ruang produksi produk non steril, ruang
pengemasan primer, ruang timbang, laboratorium mikrobiologi (ruang
preparasi, ruang uji potensi dan inkubasi), ruang sampling di gudang.
Setiap karyawan yang masuk ke area ini wajib mengenakan gowning
(pakaian dan sepatu grey). Antara black area dan grey area dibatasi
ruang ganti pakaian grey dan airlock. Karakteristik grey area:
1. Desain ruangan di butuhkan perlakuan khusus. Seperti penanganan
khusus terhadap udara, rancang bangun dan kontruksi ruangan,
seperti lantai dan langit-langit tidak boleh bercelah dan tahan
terhadap bahan kimia. Dinding harus terbuat dari beton dan di cat
dengan cat yang tahan dicuci, seperti pintu dan peralatan lainnya
tidak boleh terbuat dari kayu

2. Kebebasan personal untuk masuk area ini sudah di kurangi

3. Fungsi dari pembangunan area ini adalah sebagai tempat produksi


obat-obatan,di mna tempat ini sangat penting dari semua area yang
ada, karena proses intinya ada di ruangan ini

4. Untuk memasuki area ini personal harus mencuci tangan dan kaki
serta pakaian nya pun harus bersih

d. White area

Area ini disebut juga area kelas C, B dan A (dibawah LAF).


Ruangan yang masuk dalam area ini adalah ruangan yang digunakan
untuk penimbangan bahan baku produksi steril, ruang mixing untuk
produksi steril, background ruang filling, laboratorium mikrobiologi
(ruang uji sterilitas). Setiap karyawan yang akan memasuki area ini
wajib mengenakan pakaian antistatik (pakaian dan sepatu yang tidak
melepas partikel). Antara grey area dan white area dipisahkan oleh
ruang ganti pakaian white dan airlock. Airlock berfungsi sebagai ruang
penyangga antara 2 ruang dengan kelas kebersihan yang berbeda
untuk mencegah terjadinya kontaminasi dari ruangan dengan kelas
kebersihan lebih rendah ke ruang dengan kelas kebersihan lebih
tinggi. Berdasarkan CPOB, ruang diklasifikasikan menjadi kelas A, B,
C, D dan E, dimana setiap kelas memiliki persyaratan jumlah partikel,
jumlah mikroba, tekanan, kelembaban udara dan air change rate.
Karakteristik white area:

1. Ruangan , peralatan, pakaian, dan personalia harus bersih dan


steril.

2. Ruangan mempunyai rancangan khusus, seperti tembok dengan cat


yang tahan dicuci, pintu dan peralatan lainnya tidak boleh terbuat
dari kayu.

3. Udara dari luar tidak boleh memasuki ruangan. Menggunakan


sanitasi udara

4. Fungsi dari white area adalah sebgai tempat produksi sediaan-


sediaan steril, yaitu tempat yang bebas dari bahaya mikroba
ataupun virus.

2.5.2 Alat Produksi

Alat-alat yang digunakan dalam produksi pembuatan gel, yaitu.

1. Mortir dan stamper


Mortir dengan permukaan kasar merupakan mortir pilihan untuk
pembuatan emulsi yang baik.

2. Colloid Mill

Terdiri atas rotor dan stator dengan permukaan penggilingan yang


dapat diatur. Colloid mill digunakan untuk memperoleh derajat
dispersi cairan dalam cairan yang tinggi

3. Homogenizer

Homogenizer digunakan untuk memperkecil ukuran fase dispers


kemudian meningkatkan luas permukaan. Homogenizer bekerja
dengan cara menekan cairan dimana cairan tersebut dipaksa melalui
suatu celah yang sangat sempit lalu dibenturkan ke suatu dinding
atau ditumbuhkan pada peniti-peniti metal yang ada di dalam celah
tersebut. Homogenizer umumnya terdiri dari pompa yang menaikkan
tekanan dispersi pada kisaran 500-5000 psi, dan suatu lubang yang
dilalui cairan dan mengenai katup penghomogenan yang terdapat
pada tempat katup dengan suatu spiral yang kuat. Ketika tekanan
meningkat, spiral ditekan dan sebagian dispersi tersebut bebas di
antara katup dan tempat (dudukan) katup. Pada titik ini, energi yang
tersimpan dalam cairan sebagian tekanan dilepaskan secara spontan
sehingga produk menghasilkan turbulensi yang kuat dan shear
hidrolik. Cara kerja homogenizer ini cukup efektif sehingga bisa
didapatkan diameter partikel rata-rata kurang dari 1 mikron.

4. Mixer

Mixer memiliki sifat menghomogenkan sekaligus memperkecil


ukuran partikel tapi efek menghomogenkan lebih dominan

5. Pot Gel

Sebagai wadah dari hasil pembuatan sediaan gel.


2.5.3 Personal

Berikut adalah beberapa persyaratan CPOB yang terkait dengan


personalia yang bekerja di ruang steril :

1. Personil yang bekerja di area bersih dan steril dipilih secara seksama
untuk memastikan bahwa mereka dapat diandalkan untuk bekerja dengan
penuh disiplin dan tidak mengidap suatu penyakit atau dalam kondisi
kesehatan yang dapat menimbulkan bahaya pencemaran mikrobiologis
terhadap produk.

2. Hanya personil dalam jumlah terbatas yang diperlukan boleh berada di


area bersih; hal ini penting khususnya pada proses aseptik. Inspeksi dan
pengawasan dilaksanakan sedapat mungkin dari luar area bersih.

3. Standar higiene perorangan dan kebersihan yang tinggi adalah esensial.


Personil yang terlibat dalam pembuatan produk steril diinstruksikan
untuk melaporkan semua kondisi kesehatan yang dapat menyebabkan
penyebaran cemaran.

4. Pakaian rumah dan pakaian kerja regular tidak boleh dibawa masuk ke
dalam kamar ganti pakaian yang berhubungan dengan ruang ber-Kelas B
dan C. Untuk tiap personil yang bekerja di Kelas A/B, pakaian kerja steril
(disterilkan atau disanitasi dengan memadai) harus disediakan untuk tiap
sesi kerja.
Prosedur Personalia Masuk ke Ruang Produksi Steril

5. Sarung tangan ecara rutin didisinfeksi selama bekerja. Masker dan sarung
tangan hendaklah diganti paling sedikit pada tiap sesi kerja.

6. Personil yang memasuki area bersih atau area steril harus mengganti dan
mengenakan pakaian khusus yang juga mencakup penutup kepala dan
kaki. Pakaian ini tidak boleh melepaskan serat atau bahan partikulat dan
hendaklah mampu menahan partikel yang dilepaskan oleh tubuh.

Personil yang bekerja di ruang steril HARUS dilengkapi dengan pakaian


steril yang benar
Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan dalam produksi gel :
a. Baju Pelindung

Baju Pelindung ini sebaiknya terbuat dari bahan yang impermeable


(tidak tembus cairan), tidak melepaskan serat kain, dengan lengan
panjang, bermanset dan tertutup di bagian depan.
b. Sarung Tangan

Sarung tangan yang dipilih harus memiliki permeabilitas yang


minimal sehingga dapat memaksimalkan perlindungan bagi petugas dan
cukup panjang untuk menutup pergelangan tangan. Sarung tangan terbuat
dari latex dan tidak berbedak (powder free). Khusus untuk penanganan
sediaan sitostatika harus menggunakan dua lapis.
c. Kacamata Pelindung

d. Masker disposible

2.6 Evaluasi

2.6.1 Definisi
Tahapan akhir produksi dimana menekan pada kegiatan pemastian
dan pemeriksaan sediaan yang telah sesuai dengan spesifikasi mutu
standart sediaan baik secara nasional maupun internasional.

2.6.2 Prinsip Kerja

Prinsip kerja evaluasi pada sediaan gel adalah sebagai berikut:

1. Organoleptis
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengamati bau, warna, bentuk,
rasa saat gel diaplikasikan (pengamatan dilakukan secara visual)
2. Homogenitas

Homogenitas sediaan gel ditunjukkan dengan tercampurnya bahan-


bahan yang digunakan dalam formula gel, baik bahan aktif maupun
bahan tambahan secara merata. Sampel gel dioleskan pada sekeping
kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus
menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran
kasar. Sediaan diambil 3 bagian yaitu atas, tengah dan bawah.
3. Viskositas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kekentalan dari sediaan
gel piroxicam. Alat yang digunakan adalah Brokfield Viscoumeter.

4. pH
Uji pH ini, dilakukan untuk mengetahui derajat keasaman
campuran gel piroxicam apakah sesuai dengan pH standartnya. Alat
yang digunakan untuk pengujian ini adalah pH meter Backman.
5. Ukuran partikel
Dilakukan dengan mengoleskan gel pada objek gelas bersih
kemudian ditutup dengan cover glass, kemudian diamati menggunakan
mikroskop. Diamati pada beebrapa bagian apakah menunjukkan ukuran
yang sama atau berbeda jauh.
6. Uji konsistensi
Dilakukan dengan mengamati perubahan konsistensi dari sediaan gel
yang dibuat apakah terjadi pemisahan antara bahan pembentuk gel
dengan pembawanya yaitu air.
7. Daya sebar
Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui seberapa cepat dan besar
zat aktif yang digunakan dapat menyebar dan segera diabsorpsi dari
sediaan gel.
8. Uji stabilitas
Uji stabilitas gel dilakukan untuk mengetahui terjadinya perubahan
baik secara fisik maupun kimiawi dari sediaan yang telah dibuat.
9. Uji waktu kering
Uji waktu kering ini dilakukan untuk mengetahui seberapa cepat
proses absorpsi yang diperlukan untuk mendapatkan efek terapi yang
diinginkan.

2.6.3 Standart

1. Ukuran partikel
Untuk melihat ukuran dari suatu partikel pada bahan aktif gel, dapat dilihat
melalui mikroskop, yang dengan rentang 0,4mm - 0,5 mm.
2. pH
sediaan semi solid sebaiknya memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit
yaitu 4,5 – 6,5
3. Daya sebar
Daya sebar gel yang baik yaitu sekitar 5 – 7 cm
4. Waktu kering

Uji waktu kering yang dilakukan dengan stopwatch ditandai dengan


hilangnya lapisan sediaan yang dioleskan tersebut yang akan menguap
sempurna dengan memerlukan waktu sekitar 15 – 30 detik.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Formula

Piroxicam 5g

CMC-Na 3%

Gliserol 25%

Nipagin 0,02 %
Aquades ad 10 g

3.2 Perhitungan Bahan

1. Piroxicam = 5 g
3
2. CMC-Na = x 10 = 0,3 g
100
3. Aquades untuk CMC-Na = 20 x 0,3
= 6 mL
25
4. Gliserol = x 10 = 2,5 g
100
0,02
5. Nipagin = x 10 = 0,002 g
100
6. Aquades = 10 – (5+0,3+2,5+0,002)
= 10 – 7,8 = 2,2 g

3.3 Perincian Alat dan Bahan


a. Alat

1) Mortir dan stamper

2) Sudip

3) Sendok tanduk

4) Sendok porselin

5) Batang pengaduk

6) Etiket

7) Perkamen

8) Gelas ukur

9) Anak timbangan

10) Timbangan

11) Cawan petri

12) Penangas air


b. Bahan

1) Piroxicam

2) CMC-Na

3) Gliserol

4) Nipagin

5) Aqua destilasi

6) Propilen glikol

3.4 Prosedur Pembuatan Sediaan

1) Siapkan alat dan bahan, membersihkan meja, menyetarakan timbangan

2) Ditimbang piroxicam 5 g, masuk mortir gerus ad homogen,sisihkan

3) Ditimbang 0,3 g CMC-Na, masuk mortir dan ditambahkan air 20


kalinya CMC-Na = 6 mL air gerus ad gomogen

4) Ditambahkan piroxycam ke dalam mortir aduk ad homogen

5) Ditimbang gliserol 2,5 mg, masukkan ke dalam mortar sedikit demi


sedikit, aduk ad homogen dan membentuk massa gel

6) Tambahkan nipagin 0,002 g yang dilarutkan dalam 400 bagian air = 8


mL, aduk ad larut

7) Tambahkan sisa air, aduk ad homogen

8) Timbang kembali massa gel sampai dengan 10 gram

9) Masukkan dalam wadah yang sesuai


3.5 Prosedur Evaluasi

1) Viskositas
Alat yang digunakan adalah Brokfield Viscometer. Sediaan
dimasukkan ke dalam gelas beaker 250mL, lalu spindel diturunkan ke
dalam sediaan hingga batas yang ditentukan. Pengukuran dilakukan
dengan kecepatan yang berbeda-beda. Pada masing-masing pengukuran
dengan perbedaan kecepatan (rpm) dibaca skalanya ketika jarum merah
yang bergerak telah stabil. Lalu hitung nilai viskositas

2) pH
Uji pH ini, dilakukan dengan menggunakan pH-meter, dengan cara
perbandingan 60 g : 200 mL air yang digunakan untuk mengencerkan,
kemudian aduk ad homogen. Diamkan agar mengendap, dan airnya yang
diukur dengan pH meter.

3) Daya Lekat
Diletakkan gel secukupnya di atas objek glass yang telah ditentukan
luasnya. Diletakkan objek glass yang lain di atas gel tersebut. Kemudian
ditekan dengan bahan tambahan 50 gram selama 5 menit. Dipasang objek
glass pada alat uji dan dicatat waktu yang diperlukan objek glass pada saat
terlepas. Prosedur diulang sebanyak 3 kali.

4) Daya sebar
Gel ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian diletakkan ditengah kaca bulat
berskala. Di atas geldiletakkan kaca bulat lain atau bahan transparan lain
dan pemberat sehingga berat kaca bulat dan pemberat 150 g, didiamkan
selama beberapa menit, kemudian dicatat diameter penyebarannya.
Diamati hingga sediaan berhenti menyebar. Daya sebar gel yang baik
antara 5-7 cm.

5) Uji Kejernihan
Uji kejernihan dapat dilakukan dengan cara mengoleskan gel pada
objek glass. Kemudian gel yang diletakkan pada objek glass diamati
dengan menggunakan lampu.

Anda mungkin juga menyukai