MYALGIA
Disusun oleh :
DESI ANGGRAENI
J.0105.19.009
A. Definisi
Nyeri otot (Myalgia) adalah pengalaman emosional dan sensorik yang tidak menyenangkan
berhubugan dengan resiko terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan
kondisi terjadinya kerusakan (Kneale, 2011).
Nyeri otot termasuk salah satu keluhan yang cukup sering diderita oleh manusia apa lagi oleh
lansia. Lansia dapat mengalami nyeri otot hanya sesaat atau sampai beberapa hari, beberapa
bulan bahkan menahun yang membuat terganggunya aktivitas dalam kehidupan sehari-hari
(Billhantomo, 2013).
Myalgia dapat dikatakan sebagai sakit pada otot, berat, kaku atau rasa kram atau nyeri otot dan
dapat terjadi kram di kaki di malam hari. Kelemahan otot juga dapat terjadi tanpa rasa
ketidaknyamanan dan dapat dilihat pada penderita ketika tidak mampu membuka tutup botol,
kesulitan menjentikkan jari atau kesulitan berdiri dari duduk di kursi (Tomaszewski, 2011).
B. Etiologi
Penyebab umum myalgia adalah penggunaan otot yang salah atau otot yang terlalu tegang.
Pemakaian otot yang berlebihan dapat mengakibatkan otot-otot yang digunakan mengalami
kekurangan oksigen,sehingga terjadi suatu proses oksidasi anaerob yang akan menghasilkan
asam laktat. Asam laktat inilah yang akan menimbulkan rasa pegal atau nyeri (Sumardiono, dkk.,
2017).
Mialgia dapat disebabkan dari penggunaan obat. Misalnya, statin (obat kolesterol),
Glukokortikoid, obat imunologis, dan antimikroba menyebabkan miopati, penyakit yang
memengaruhi jaringan otot. Tiba-tiba menghentikan dosis tinggi dari obat-obatan atau opioid,
benzodiazepin, kafein, atau alkohol ini dapat memicu mialgia (Holder K., 2016). Selain itu
myalgia juga dapat disebabkan oleh penggunaan otot berlebihan, cedera, dan ketegangan,
penyebab ini biasanya menyebabkan myalgia akut (Johns Hopkins Medicine, 2018). Mialgia
kronis dapat disebabkan oleh sejumlah penyakit atau sebagai respons terhadap pemicu tertentu
seperti trauma atau vaksinasi (Barhum, 2019).
C. Patofisiologi
Gejala umum nyeri otot ini, di samping rasa sakit, adalah pembengkakan pada otot. setelah
latihan yang menyebabkan nyeri yang sangat parah, otot tampak lebih besar dari sebelumnya.
Namun ini terjadi bukan karena massa otot yangmeningkat, tetapi lebih karena otot mengalami
peradangan sebagai respon terhadap kerusakan mikroskopis pada otot.
Penyebab umum myalgia adalah penggunaan otot yang salah atau otot yang terlalu tegang.
Pemakaian otot yang berlebihan dapat mengakibatkan otot-otot yang digunakan mengalami
kekurangan oksigen,sehingga terjadi suatu proses oksidasi anaerobyang akan menghasilkan
asam laktat. Asamlaktat inilah yang akan menimbulkan rasa pegal atau nyeri.
Peranan Asam Laktat sangat penting karena memungkinkan tubuh untuk mengubah glikogen
menjadi energi tanpa perlu kehadiran oksigen, seperti glikolisis aerobik normal (proses dimana
tubuh menggunakan glikogen untuk energi). Dengan mengubahnya menjadi asam laktat dan
bukannya ATP seperti biasa, ketika tidak ada oksigen yang banyak tersedia, bukan hanya
beberapa detik. Setelah tubuh memiliki cukup cadangan oksigen, glikogen dapat kembali
dikonversi ke ATP dan asam laktat dapat dikonversi kembali menjadi glukosa oleh hati dan
jaringan lain yang akan digunakan kemudian. Hal ini membuat penggunaan glikogen jauh lebih
efisien ketika tubuh kekurangan pasokan oksigen.
D. Manifestasi Klinis
Nyeri otot yang dalam adalah gejala utama mialgia. Rasa sakitnya terasa seperti otot yang
ditarik. Namun, dengan mialgia kronis, nyeri otot tetap terasa baik saat bergerak maupun saat
beristirahat. Otot juga bisa lunak dan bengkak (Barhum, 2019).
Gejala tambahan mialgia menurut Light A.R., dkk., (2010) meliputi :
1. Nyeri otot yang dalam di area lokal atau nyeri yang menyebar
2. Nyeri pegal atau tajam
3. Nyeri ringan atau berat yang dapat berlangsung beberapa menit atau konstan
4. Demam dan menggigil jika ada infeksi
5. Nyeri sendi terkait dengan nyeri otot
6. Kelelahan itu membuatnya sulit melakukan segala aktivitas normal
7. Merasa tertekan jika rasa sakitnya konstan
E. Diagnosa Penunjang
Mialgia adalah gejala, bukan diagnosis (Cleveland Clinic, 2017). Diagnosis kondisi yang
mendasari biasanya melibatkan potensi penyebab nyeri otot yang berkaitan dengan penyakit
lain, terutama nyeri otot dan / atau peradangan yang menjadi keluhan utama. oleh karena itu,
pengujian diarahkan untuk menemukan kondisi yang mendasarinya yang mungkin telah memicu
timbulnya nyeri otot (Bahrum, 2019).
1. Riwayat medis adalah langkah awal ketika seseorang melaporkan nyeri otot. Proses ini
melibatkan riwayat lengkap dari cedera dan penyakit sebelumnya dan saat ini dan obat-
obatan yang saat ini sedang diminum.
2. Pemeriksaan fisik terlihat pada lokasi nyeri, bukti kekakuan dan kelemahan, dan
pengamatan gaya berjalan (cara berjalan) dan postur.
3. Pemeriksaan darah sangat membantu dalam mendeteksi kerusakan otot, peradangan dan
untuk menyingkirkan beberapa kondisi yang mendasarinya.
4. Pencitraan, termasuk rontgen dan pemindaian Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat
digunakan untuk mendiagnosis dan menyingkirkan penyebab mialgia yang berbeda.
5. Studi konduksi saraf dapat menentukan apakah saraf yang memasok otot berfungsi normal,
seperti halnya dengan myositis, yang menyebabkan peradangan dan degenerasi jaringan
otot (Paganoni, S., 2012).
F. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
1) Obat-obatan: pereda rasa nyeri, obat antiradang nonsteroid (NSAID), obat untuk
meningkatkan kadar serotonin dan norepinephrine (neurotransmiter yang memodulasi
fungsi tidur, rasa nyeri, dan sistem imun) mungkin diresepkan dalam dosis rendah.
Fibromyalgia biasanya merespons obat-obatan yang diresepkan termasuk obat anti-
kejang (seperti Lyrica) dan anti-depresan (Cymbalta), yang berfokus pada respon
kimiawi tubuh terhadap rasa sakit. Selain itu, obat penghilang rasa sakit dan obat
antiinflamasi dapat langsung diberikan ke daerah yang sakit untuk mengurangi rasa
sakit (Wright, C.L., dkk., 2010).
2) Terapi fisik adalah pengobatan paling umum untuk mialgia kronis. Ini dapat
meningkatkan fleksibilitas pada otot yang sakit dan dengan memperkuat jaringan di
sekitarnya. Terapis juga dapat membantu Anda menemukan cara untuk mengelola stres
dan fokus pada ergonomi di tempat kerja dan di rumah. Ergonomi meningkatkan ruang
kerja dan lingkungan Anda untuk meminimalkan risiko cedera atau bahaya (Bahrum,
2019).
2. Non Farmakologi
1) Anjurkan klien untuk istirahat yang cukup
2) Anjurkan untuk olah raga teratur sesuai kemampuan tubuh
3) Ajarkan terapi kompres hangat untuk membantu menurunkan nyeri
4) Anjurkan klien untuk banyak minum air bening.
5) Hindari aktivitas fisik yang konstan dalam waktu lama (duduk didepan komputer,
mengerjakan tugas, dll.)
G. Pencegahan
Pencegahan myalgia meliputi :
1. Melakukan stretching atau peregangan otot sebelum dan sesudah aktivitas fisik
2. Melakukan pemanasan sebelum berolahraga dan pendinginan setelah berolahraga
3. Banyak minum untuk mencegah dehidrasi, terutama pada saat banyak aktivitas
4. Berolahraga secara teratur, seperti jogging, bersepeda, berenang dan sebagainya
5. Hindari aktivitas fisik yang konstan terlalu lama. Sebagai contoh pada saat duduk lama di
depan komputer atau mengerjakan tugas, maksimal setelah 1 jam sediakan waktu sebentar
di sela-sela aktivitas untuk meregangkan otot-otot pinggang. Jangan berdiri diam terlalu
lama, selingi dengan aktivitas berjalan-jalan kecil.
6. suplemen atau vitamin B kompleks
Billhantomo, Rimas. (2013). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Myalgia Subscapularis Dextra Di
BBRSBD Surakarta, (Online), (eprints.ums.ac.id/26845/12/NASKAH__PUBLIKASI.pdf, diakses 23 April
2020.
Holder, K. (2016). Myalgias and Myopathies: Drug-Induced Myalgias and Myopathies. FP Essent 440 : 23
- 7. Di akses dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26734833-myalgias-and-myopathies-drug-induced-
myalgias-and-myopathies/ tanggal, 23 April 2020
https://www.google.com/amp/s/www.honestdocs.id/myalgia.amp?espv=1
Kneale. (2011). Buku Keperawatan Ortopedik & Trauma. Ed. 2. Jakarta : EGC.
Light, A.R., Vierck, C.J., Light, K.C., (2010). Myalgia and Fatigue: Translation from Mouse Sensory Neurons
to Fibromyalgia and Chronic Fatigue Syndromes. In: Kruger L, Light AR, editors. Translational Pain
Research: From Mouse to Man. Boca Raton (FL)., CRC, Press/Taylor & Francis. Chap. II. Diakses di
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK57253 tanggal 23 April 2020.
Paganoni, S., Amato, A. (2013). Electrodiagnostic evaluation of myopathies. Phys Med Rehabil Clin N Am.
24 (1) : 193 - 207. Diakses di https://doi.org/10.1016/j.pmr.2012.08.017 tanggal 23 April 2020.
Tomaszewski M, Stepien KM, Tomaszewska J, et al. (2011). Statin-induced myopathies. Pharmacol Rep
PR 2011; 63:859–66
Wright C.,L., Miss S.D., Ross R.L., Jones K.D., (2010). Duloxetine for the treatment of fibromyalgia. Expert
Rev Clin Immonul, 6 (5) : 745 - 756. Diakses di https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1586/eci.10.64
tanggal 23 April 2020.