Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA LANSIA DENGAN GASTRITIS

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Stase

Keperawatan Gerontik

Disusun Oleh :

M. Haikal Al-Fath

J.0105.19.028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BUDI LUHUR
CIMAHI
2020
LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS

A. DEFINISI
Gastritis adalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung,
yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau
bahan iritan lain (Rona Sari, 2010).

Gastritis adalah inflamasi (peradangan) dari mukosa lambung. Inflamasi ini


mengakibatkan leukosit menuju ke dinding lambung sebagai respon terjadinya
kelainan pada bagian tersebut. Berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan
eritema mukosa, sedangkan hasil foto memperlihatkan ketidakteraturan bentuk
(iregularitas) mukosa (Wibowo, 2014).

Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung. Gastritis akut berlangsung


selama beberapa jam sampai beberapa hari dan sering kali disebabkan oleh diet
yang tidak bijaksana (memakan makanan yang mengiritasi dan sangat berbumbu
atau makanan yang terinfeksi). (Smeltzer, 2011).

B. ETIOLOGI
Penyebab gastritis akut dan gastritis kronis adalah pola makan yang tidak
teratur, konsumsi obat penghilang nyeri jangka panjang, konsumsi kopi, alkohol,
merokok, stres fisik, stres psikologis, usia tua, kelainan autoimun, chrone disease,
penyakit bile reflux, infeksi bakteri, dan penyakit lain seperti HIV/AIDS, infeksi
parasit dan gagal hati atau ginjal (Brunner & Suddarth, 2004; Jackson, 2012).

C. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Smelzer (Smelzer dikutip Ardiansyah, 2014) manifestasi gastritis
cukup bervariasi, mulai dari keluhan ringan hingga muncul pendarahan pada
saluran cerna bagian atas. Pada beberapa pasien, gangguan ini tidak menimbulkan
gejala yang khas. Manifestasi klinis gastritis akut dan kronis hampir sama, yaitu
diantaranya:

1. Manifestasi Klinis Gastritis Akut

a) Anoreksia

b) Nyeri pada epigastrium

c) Mual dan muntah

d) Perdarahan saluran cerna (hematemesis melena)

e) Anemia (tanda lebih lanjut)

2. Manifestasi Klinis Gastritis Kronis

a) Mengeluh nyeri ulu hati


b) Anoreksia

c) Nausea

D. PATOFISIOLOGI
Inflamasi dalam waktu lama pada lambung disebabkan baik oleh bakteri H.
phylori, Obat obatan (NSAID, aspirin, sulfanomida steroid, digitalis) dan Kafein.
Obat-obatan (NSAID, aspirin, sulfanomida steroid, digitalis) dapat mengganggu
pembentukan sawat mukosa lambung, sedangkan H. phylori akan melekat pada
epitel lambung yang berakibat menghancurkan lapisan mukosa lambung sehingga
menurunkan barrier lambung terhadap asam dan pepsin. Salah satu yang
menyebabkan inflamasi dalam waktu lama adalah kafein, kafein dapat menurunkan
produksi bikarbonat yang dapat berakibat menurunkan kemampuan protektif
terhadap asam. (Joyce M.Black & Jane Hokanson Hawks, 2014).
Dari menurunkan barrier lambung terhadap asam dan pepsin akan
berakibat difusi kembali asam lambung dan pepsin. Setelah itu, akan terjadi
inflamasi dan erosi mukosa lambung. Inflamasi akan membuat nyeri epigastrium
akan memunculkan masalah Nyeri akut sehingga menurunkan sensori untuk makan
dan akan berakibat menjadi anoreksia. Mual, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, Muntah, Kekurangan volume cairan, Erosi mukosa lambung akan
menurunkan tonus dan peristaltik lambung serta mukosa lambung kehilangan
integritas jaringan. Dari menurunnya tonus dan peristaltik lambung, maka akan
terjadi refluk isi duodenum kelambung yang akan menyebabkan mual, serta
dorongan ekspulsi isi lambung kemulut dan akhirnya muntah. Dengan adanya
anoreksia, mual dan muntah akan memunculkan masalah Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, selain itu dengan adanya muntah, mukosa
lambung kehilangan integritas jaringan berakibat terjadinya perdarahan yang akan
memunculkan masalah Kekurangan volume cairan. (Joyce M.Black & Jane Hokanson
Hawks, 2014).

E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita gastritis adalah peptic ulcers,
pendarahan pada lambung dan risiko kanker lambung. Penurunan fungsi saluran
pencernaan juga menyebabkan usia lanjut lebih mudah untuk mengalami penyakit
autoimmune atrophic gastritis. Hal ini terjadi ketika selsel kekebalan tubuh yang
diproduksi menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung,
menyebabkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung,
menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu proses
absorpsi vitamin B-12. Kekurangan B12 akhirnya dapat mengakibatkan pernicious
anemia, sebuah kondisi serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh
sistem dalam tubuh (Jackson, 2012).

F. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan medis yang bertujuan untuk pengobatan

1. Gastritis Akut

Faktor utama adalah menghilangkan etiologinya, diet lambung dengan


porsi kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam
lambung. Penatalaksanaan sebaiknya meliputi pencegahan terhadap setiap
pasien dengan resiko tinggi, pengobatan terhadap penyakit yang mendasari dan
menghentikan obat yang dapat menjadi penyebab, serta dengan pengobatan
supportif. Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian antasida.
Pencegahan ini terutama bagi pasien yang menderita penyakit dengan keadaan
klinis yang berat. Untuk pengguna anti inflamasi nonsteroid pencegan terbaik
adalah dengan Misaprostol.

2. Gastritis Kronik

Pengobatan gastritis kronis bervariasi, tergantung pada penyakit yang


dicurigai. Bila terdapat ulkus duodenum, dapat diberikan antibiotic untuk
membatasi Helicobacter Pylory. Namun demikian lesi tidak selalu muncul
dengan gastritis kronik. Alkohol dan obat yang diketahui mengiritasi lambung
harus dihindari. Bila terjadi defisiensi besi (disebabkan oleh perdarahan kronis),
maka penyakit ini harus diobati. Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi
diet dan meningkatkan istirahat serta memulai farmakoterapi. Helicobacter
Pylory dapat diatasi dengan antibiotik.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeeriksa adanya antibodi H.


pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah
kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak
menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah juga dilakukan
untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat perdarahan lambung akibat
gastritis.
2. Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses
atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
3. Endoskopi, khususnya gastroduodenoskopi. Hasil pemeriksaan akan ditemukan
gambaran mukosa sembab, merah, mudah berdarah atau terdapat perdarahan
spontan, erosi mukosa yang bervariasi.

H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi : Nama pasien, Umur, Jenis kelamin, Suku /Bangsa, Pendidikan,
Pekerjaan, Alamat, tingkat pendidikan.
b. Keluhan Utama : Klien biasanya mengeluh nyeri uluh hati atau nyeri
epigastrium
c. Riwayat Penyakit Sekarang : Gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul
dirasakan secara mendadak atau bertahap, faktor pencetus, upaya untuk
mengatasi masalah tersebut.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu : Meliputi penyakit yang berhubungan dengan
penyakit sekarang, riwayat dirumah sakit, dan riwayat pemakaian obat.
e. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Biasanya klien tampak lemas, terdapat adanya nyeri tekan
pada epigastrium.
1) Sistem pernafasan (B1)
Tampak sesak napas karena adanya nyeri pada epigastrium.
2) Sistem kardiovaskuler (B2)
Takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer
lambat, warna kulit pucat.
3) Sistem Persarafan (B3)
Sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu,
disorientasi, nyeri epigastrum.
4) Sistem Perkemihan (B4)
Oliguria, gangguan keseimbangan cairan.
5) Sistem Pencernaan (B5)
Klien akan mengalami anoreksia, mual muntah dapat muncul

akibat proses ptologis organ visceral (seperti obstruksi) atau secara


sekunder akibat iritasi bising usus menurun, dan gerakan peristaltic usus

turun (<12x/menit).

2. Diagnosa
a. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi mukosa
lambung.
b. Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat dan output cair yang
berlebih (mual dan muntah)
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anorexia
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
e. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang penyakit
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri Akut Tupan : 1. Berikan makanan lunak sedikit demi 1. Dilatasi gaster dapat
Setelah diberikan asuhan sedikit dan berikan minuman hangat. terjadi bila pemberian
keperawatan selama 3x24 jam 2. Ajarkan teknik distraksi dan makanan terlalu cepat
diharapkan nyeri teratasi. reklasasi. atau terlalu banyak.
Tupen : 3. Kolaborasi dalam pemberian 2. Dapat membuat klien jadi
Setelah diberikan asuhan analgetik. lebih baik dan melupakan
keperawatan selama 1x24jam 4. Edukasi keluarga untuk terlibat nyeri.
dalam asuhan keperawatan
diharapkan nyeri berkurang 3. Analgetik dapat memblok
dengan KH: reseptor nyeri pada
- Skala nyeri berkurang 3 (0- susunan saraf pusat.
10) 4. membantu menjaga
klien dan mengambil
- Tidak tampak meringis
keputusan
-
2. Nutrisi Kurang Dari Tupan : 1. Anjurkan pasien untuk makan sedikit 1. Menjaga nutrisi tetap
kebutuhan tubuh Setelah diberikan asuhan demisedikit dengan porsi kecil terpenuhi dan mencegah
keperawatan selama 3x24 jam namun sering. terjadinya mual dan muntah
diharapkan nutrisi kurang dari 2. Berikan makanan yang lunak dan yang berlanjut.
kebutuhan tubuh teratasi makanan yang di sukai pasien/di 2. Untuk mempermudah pasien
Tupen : gemari. dalam mengunyah makanan.
Setelah diberikan asuhan 3. timbang BB pasien setiap hari dan 3. Mengetahui status nutrisi
keperawatan selama 1x24 jam pantau turgor kulit,mukosa bibir dll pasien.
diharapkan nutrisi terpenuhi 4. Anjurkan dan ajarkan melakukan 4. Menimbulkan rasa segar,
dengan KH : kebersihan mulut sebelum makan. mengurangi rasa tidak nyaman,
- Porsi makan bertambah sehingga berefek
- Tidak ada mual muntah meningkatkan nafsu makan

3. Intoleransi Aktivitas Tupan : 1. Observasi sejauh mana klien 1. Mengetahui aktivitas yang
Setelah diberikan asuhan dapat melakukan aktivitas. dapat dilakukan klien.
keperawatan selama 3x24 jam 2. Berikan lingkungan yang 2. Menigkatkan istirahat
klien.
diharapkan intoleransi aktivitas tenang.
3. Membantu bila perlu,
teratasi 3. Berikan bantuan dalam
harga diri ditingkatkan
Tupen: aktivitas.
bila klien melakukan
Setelah diberikan asuhan 4. Jelaskan pentingnya
sesuatu sendiri.
keperawatan selama 1x24 jam beraktivitas bagi klien.
4. Klien tahu pentingnya
diharapkan tidak ada
beraktivitas.
kelemahan dengan KH:
- Klien tidak tampak lemas
- Tidak ada mual muntah
- Nafsu makan bertambah
5. Risiko Kekurangan Tupan : 1. Penuhi kebutuhan individual 1. Intake cairan yang adekuat
volume cairan Setelah diberikan asuhan anjurkan klien untuk minum air akan mengurangi resiko
keperawatan selama 3x24 jam putih hangat dehidrasi pasien
diharapkan tidak terjadi 2. Awasi tanda-tanda vital, evaluasi 2. menunjukkan status
kekurangan volume cairan turgor kulit, pengisian kapiler dan dehidrasi atau
Tupen : membran mukosa kemungkinan peningkatan
Setelah diberikan asuhan 3. Berikan terapi IV line sesuai kebutuhan penggantian
keperawatan selama 1x24 jam indikasi cairan.
diharapkan tidak ada tanda- 4. Kolaborasi pemberian 3. Mengganti kehilangan
cimetidine dan ranitidine
tanda kekurangan volume cairan yang hilang dan
cairan dengan KH: memperbaiki
- Tidak ada mual muntah keseimbanngan cairan
- Nafsu makan bertambah segera.
- Mukosa bibir lembab 4. Cimetidine dan ranitidine
- Turgor kulit lembab berfungsi untuk
menghambat sekresi
asam lambung
DAFTAR PUSTAKA

Reonaldo, (2015) Laporan pendahuluan gastritis pada lansia diunduh pada tanggal 23
April 2020 dari https://www.academia.edu

Dyah Rasminingsih, (2017) Asuhan Keperawatan Pada gangguan Sistem Pencernaan


:Gastritis pada lansia diunduh pada tanggal 23 April 2020 dari
https://www.jurnal.fk.unandac.id

Rona Sari, (2010) Hubungan Pola Makan Dengan Timbulnya Gastritis Pad Pasien
Di Universitas Muhammadiyah Malang Medical Center (Umc), Jurnal
Keperawatan ,Vol.1 No.2

Adelia Carisna, (2015) Laporan Pendahuluan Immunodeficiency diunduh pada


tanggal 23 April 2020 dari https://www.academia.edu

Anda mungkin juga menyukai