DISUSUN OLEH :
MODUL V
1) Aan Danan Jaya C 9) Arom Firdaus
2) Aditya Eka P 10) Asiska Liliani
3) Alfi Wulandari 11) Asmuni Nur R
4) Amanah P 12) Asri Nur Listyowati
5) Angan Linda A 13) Asti Nur Aisyah
6) Ari Kusumawati 14) Dwi Astuti
7) Arif Adi Wibowo 15) Erna Yuniarti
8) Arum Dani Sasongko 16) Eni Kusumawati
I. PENGERTIAN
Influenza adalah : Suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan
terutama ditandai oleh demam, menggigil sakit otot, sakit kepala dan
sering disertai pilek, sakit tenggorokan dan batuk nonproduktif.
II. ETIOLOGI
Penyebab dari influenza adalah virus influenza. Ada tiga tipe yakni
tipe A, B dan C. Ketiga tipe ini dapat dibedakan dengan complement
fixation test. Tipe A merupakan virus penyebab influenza yang bersifat
epidemik. Tipe B biasanya hanya menyebabkan penyakit yang lebih
ringan daripada tipe A dan kadang-kadang saja sampai mengakibatkan
epidemik. Tipe C adalah tipe yang diragukan patogenesisnya untuk
manusia, mungkin hanya menyebabkan gangguan ringan saja. Virus
penyebab influenza merupakan suatu orthomyxovirus golongan RNA.
Struktur antigenik virus influenza meliputi antara lain 3 bagian utama
yaitu : Antigen S (soluble Antigen), hemaglutinin dan Neuramidase.
Antigen S merupakan suatu inti partikel virus yang terdiri atas
ribonuldeoprotein. Antigen ini spesifik untuk masing-masing tipe.
Hemaglutinin dan neuramidase berbentuk seperti duri dan tampak
menonjol pada permukaan virus. Hemaglutinin diperlukan untuk lekatnya
virus pada membran sel penjamu sedangkan neuromidase diperlukan
untuk pelepasan virus dari sel yang terinfeksi.
III. PATOFISIOLOGI
Virus influenza A, B dan C masing-masing dengan banyak sifat
mutagenik yang mana virus tersebut dihirup lewat droplet mukus yang
terarolisis dari orang-orang yang terinfeksi. Virus ini menumpuk dan
menembus permukaan mukosa sel pada saluran napas bagian atas,
menghasilkan sel lisis dan kerusakan epithelium silia. Neuramidase
mengurangi sifat kental mukosa sehingga memudahkan penyebaran
eksudat yang mengandung virus pada saluran napas bagian bawah. Di
suatu peradangan dan nekrosis bronchiolar dan epithelium alveolar
mengisi alveoli dan exudat yang berisi leukosit, erithrosit dan membran
hyaline. Hal ini sulit untuk mengontrol influenza sebab permukaan sel
antigen virus memiliki kemampuan untuk berubah. Imunitas terhadap
virus influenza A dimediasi oleh tipe spesifik immunoglobin A (lg A)
dalam sekresi nasal. Sirkulasi lg G juga secara efektif untuk menetralkan
virus. Stimulus lg G adalah dasar imunisasi dengan vaksin influenza A
yang tidak aktif.
Setelah nekrosis dan desquamasi terjadi regenerasi epithelium
secara perlahan mulai setelah sakit hari kelima. Regenerasi mencapai suatu
maximum kedalam 9 sampai 15 hari, pada saat produksi mukus dan celia
mulai tamapk. Sebelum regenerasi lengkap epithelium cenderung terhadap
invasi bakterial sekunder yang berakibat pada pneumonia bakterial yang
disebabkan oleh staphiloccocus Aureus.
Penyakit pada umumnya sembuh sendiri. Gejala akut biasanya 2
sampai 7 hari diikuti oleh periode penyembuhan kira-kira seminggu.
Penyakit ini penting karena sifatnya epidemik dan pandemik dan karena
angka kematian tinggi bersama sekunder. Resiko tinggi pada orang tua dan
orang yang berpenyakit kronik.
V. KOMPLIKASI
a) Viral pneumonia primer : Ditandai dengan dyspnea, cyanosis,
hemoptysis.
b) Bacterial pneumonia sekunder : Ditandai dengan : dyspnea, cyanosis,
hemoptysis dan sputum berdarah.
VI. PENULARAN
Penularan influenza secara alami berasal dari percikan ludah saat
bersin atau batuk. Penyebaran dapat pula berasal dari kontak langsung dan
kontak tak langsung.
Virus influenza B menyebar dalam waktu 1 hari sebelum gejala
timbul tetapi pada kasus influenza A baru tampak setelah 6
hari.penyebaran virus influenza pada anak berlangsung selama kurang dari
1 minggu pada influenza A dan sampai 2 minggu pada infeksi influenza B.
masa inkubasi influenza berkisar dari 1 sampai 7 hari tetapi umumnya
berlangsung 2 sampai 3 hari.
VII. PENCEGAHAN
Yang paling pokok dalam menghadapi influenza adalah
pencegahan. Infeksi dengan virus influenza akan memberian kekebalan
terhadap reinfeksi dengan virus yang homolog. Karena sering terjadi
perubahan akibat mutasi gen, antigen pada virus influenza akan berubah,
sehingga seorang msih mungkin diserang berulang kali dengan galur
(stain) virus influenza yang telah mengalami perubahan ini.
Kekebalan yang diperoleh melalui vaksinasi terdapat pada sekitar
70%. Vaksinasi perlu diberikan 3 sampai 4 minggu sebelum terserang
influenza. Karena terjadi perubahan-perubahan pada virus maka pada
permulaan wabah influenza biasanya hanya tersedia vaksin dalam jumlah
terbatas dan vaksin direkomendasikan untuk kelompok tertentu yang
mempunyai resiko meningkatnya komplikasi influenza : mereka yang
berusia lebih dari 65 tahun, mereka dengan penyakit yang kronik seperti
kardiovaskuler, diabetes melitus, immunosupresi atau disfungsi ginjal,
anemia berat dan pilmonal. Mereka ini dianjurkan untuk diberikan vaksin
setiap tahun menjelang musim dingin atau musim hujan. Bagi pasien yang
sedang menderita demam akut sebaiknya ditunda pemberian vaksin
sampai keadaan membaik.
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
a) Kepala dan leher
Observasi :
Memungkinkan adanya konjungtivitis.
Wajah memerah
Kemungkinan adanya lymphadenopathy cervival anterior
Sakit kepala, photophobia dan sakit retrobulbar
b) Pernapasan
Observasi :
Mulanya ringan : sakit tenggorokan; substernal panas; batuk
nonproduktif; coryza
Kemudian : batuk keras dan produktif; erythema pada langit-
langit yang lunak, langit-langit yang keras bagian belakang,
hulu kerongkongan/tekak bagian belakang, peningkatkan RR,
rhonchi dan crackles.
c) Abdominal
Observasi : Anorexia dan malaise (rasa tidak enal badan).
d) Neurologi
Observasi : Myalgia khususnya pada punggung dan kaki.
e) Suhu tubuh
Observasi : Tiba-tiba serangan demam (380 hingga 390C <>0 hingga
1030F) yang secara bertahap turun dan naik lagi pada hari ketiga.
II. DIAGNOSA
a) Inefektif perubahan jalan napas b.d obstruksi brhonchial
Data Subyektif :
Data Obyektif : Rhonchi, crackles (rales), tachypnea, batuk
(mulanya non-produktif, kemudian produktif), demam.
III.PERENCCANAAN
Tujuan-tujuan pasien :
a) Jalan udara pasien akan menjadi tetap dengan bunyi napas jelas.
b) Volume cairan pasien akan menjadi adekuat.
c) Pasien akan mampu untuk melakukan aktivitas harian tanpa
kelemahan.
d) Suhu tubuh pasien akan berada dalam batas normal.
IV. IMPLEMENTASI
a) Inefektif perubahan jalan napas b.d obstruksi brhonchial.
Intervensi :
1) Auskultasi paru-paru untuk rhonchi dan crackles
R : Menentukan kecukupan pertukaran gas dan luasan jalan napas
terhalangi oleh sekret.
2) Kaji karakteristik sekret : kuantitas, warna, konsistensi, bau.
R : Adanya infeksi yang dicurigai ketika sekret tebal, kuning atau
berbau busuk.
3) Kaji status hidrasi pasien: turgor kulit, mukosa membran, lidah,
intake dan output selama 24 jam, hematocrit.
R : Menentukan kebutuhan cairan. Cairan dibutuhkan jika turgor
kulit jelek. Mukosa membran lidah dan kering,intake output,
hematocrit tinggi.
4) Bantu pasien dengan membatuk bila perlu.
R : Membatuk mengeluarkan sekret.
5) Posisi pasien berada pada body aligment yang benar untuk pola
napas optimal (kepala tempat tidur 450, jika ditoleransi 900).
R : Sekresi bergerak oleh gravitasi selagi posisi berubah.
Meninggikan kepala tempat tidur menggerakan isi abdominal
menjauhi diaphragma untuk meningkatkan kontraksi
diaphragmatis.
6) Menjaga lingkungan bebas allergen (misal debu, bulu unggas,
asap) menurut kebutuhan individu.
R : Sekresi bergerak oleh gravitasi selagi posisi berubah.
Meninggikan kepala tempat tidur menggerakan isi abdominal
menjauhi diaphragma untuk meningkatkan kontraksi
diaphragmatis.
7) Tingkatkan kelembaban ruangan dengan dingin ringan.
R : Melembabkan dan menipiskan sekret guna memudahkan
pengeluarannya.
8) Berikan decongestans (NeoSynephrine) seperti pesanan.
R : Memudahkan pernapasan melalui hidung dan cegah kekeringan
membran mukosa oral.
9) Mendorong meningkatkan intake cairan dari 1 ½ sampai 2 l/hari
kecuali kontradiksi.
R : Mencairkan sekret sehingga lebih mudah dikeluarkan.
V. EVALUASI
Hasil Pasien Data Yang Menunjukkan Bahwa Hasil Dicapai
Jalan napas patent Jalan napas bersih dan pernapasan berlangsung tanpa
hambatan. Tidak ada batuk. Bunyi napas jelas.
Volume cairan berada Intake cairanmeningkat. Kulit lembab. Membran
dalam batas-batas mukosa oral lembab. Hemoglobin = 15,5 1,1 g/dl
normal. untuk pria. 13,7 1,0 g/dl untuk wanita. Hematocrit
= 42%-50% untuk pria, 35%-47% untuk wanita.
Output urine normal dengan konsentrasi normal.
Tidak ada albuminuria.
Aktivitas dilakukan Pasien menunjukkan kemampuan untuk melakukan
tanpa kelelahan atau aktivitas harian tanpa kelelahan atau
ketidaknyaman. ketidaknyamanan. Tenaga pulih.
Suhu badan dalam Suhu tubuh normal 380C (98,60F).
batas normal.
DAFTAR PUSTAKA
Wilson F. Susan, dkk, (1990) “Respiratory Disorders” by Mosby-Year Book.
Inc.
Grimes E. Deanne, dkk, (1990) “Infectious Diseases” Clinical Nursing Series by
Mosby-Year Book. Inc
Noer Sjaifoellah, (1996) “Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam“ Jilid I, Edisi 3,
Jakarta.
FIK UI. 2000. “Kumpulan Makalah Pelatihan Asuhan Keperawatan Keluarga”.
FK UI. Jakarta
Bailon dan Maglaya. 1978. “Perawatan Kesehatan Keluarga”. Depkes RI.
Jakarta
NANDA. 2000. “Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2001-2002”.
NANDA. Philadelphia