01 04
02 03
Influenza Faringitis
Sinusitis Rhinitis
01
Influenza
Definisi
Influenza adalah infeksi virus akut yang
disebabkan oleh virus influenza, dan menyebar
dengan mudah dari orang ke orang.Virus ini
beredar di seluruh dunia dan dapat
mempengaruhi orang tanpa memandang usia dan
jenis kelamin
Tanda dan Gelaja
1. Demam lebih dari 38 ͦ C pada orang dewasa dan pada anak 39,5 ͦ
C sampai 40 ͦ C.
2. Batuk
3. Nyeri kepala atau pusing
4. Nyeri pada tenggorakan
5. Hidung tersumbat
6. Hilangnya nafsu makan
7. Nyeri pada otot atau biasa disebut dengan pegal linu,
8. Tubuh terasa lemah lesu.
9. Mata merah, kulit merah (terutama wajah), serta kemerahan pada
mulut, tenggorokkan, dan hidung
Etiologi
Penyebab dari timbulnya influenza adalah Haemophillus influenza ( tipe A,B, dan
C) Penyakit influenza terjadi akibat infeksi virus influenza tipe A atau B.Virus
influenza memiliki 2 antigen protein pada permukaannya, yang dikenal dengan
komponen hemagglutinin (HA) dan neuraminidase (NA). Penularan influenza terjadi
melalui kontak erat dengan penderita. Virus dari penderita dapat menginfeksi orang lain
melalui droplet saat penderita sedang batuk atau bersin dan melalui . Influenza dapat
menular 2-5 hari sejak gejala dirasakan pada orang dewasa dan sampai dengan 10 hari
pada anak- anak.
Virus influenza A, B dan C masing-masing dengan banyak sifat mutagenic
Patofisiologi
yang mana virus tersebut dihirup lewat droplet mucus yang terarolisis dari
orang-orang yang terinfeksi. Virus ini menumpuk dan menembus permukaan
mukosa sel pada saluran nafas bagian atas, menghasilkan sel lisis dan
kerusakan epithelium silia. Neuramidase mengurangi sifat kental mukosa
sehingga memudahkan penyebaran eksudat yang mengandung virus pada
saluran nafas bagian bawah. Di suatu peradangan dan nekrosis bronchiolar dan
epithelium alveolar mengisi alveoli dan eksudat yang berisi leukosit, erithrosit
dan membrane hyaline. Hal ini sulit mengontrol influenza sebab permukaan sel
antigen virus memiliki kemampuan untuk berubah. Imunitas terhadap virus
influenza A dimediasi oleh tipe spesifik immunoglobin A (Ig A) dalam sekresi
nasal. Sirkulasi Ig G juga secara efektif untuk mentralkan virus. Stimulus Ig G
adalah dasar imunisasi dengan vaksin influenza A yang tidak aktif.
Patofisiologi
Setelah nekrosis dan desquamasi terjadi regenasi epithelium secara perlahan
mulai setelah sakit hari kelima. Regenerasi mencapai suatu maksimum kedalam
9 sampai 15 hari, pada saat produksi mucus dan celia mulai tampak. Sebelum
regenerasi lengkap epithelium cenderung terhadap invasi bacterial sekunder yang
berakibat pada pneumonia bacterial yang disebabkan staphiloccocus aureus.
Hemoglobin Meningkat
hematorit Meningkat
Penatalaksanaan Medis
01 Pengobatan
02 Antibiotik
03 Vitamin
Komplikasi
Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah pneumonia atau penyakit
radang paru. Bahaya komplikasi akan lebih parah jika terjadi pada anak-anak
atau pasien yang menderita penyakit kronis. Sebagai gambaran, setiap tahun
10-20% penduduk Amerika terserang influenza. Sebanyak 114.000 orang harus
menjalani perawatan di rumah sakit karena penyakitnya berkembang menjadi
komplikasi. Sebanyak 36.000 orang yang mengalami komplikasi berakhir
dengan kematian. Selain bersifat epidemik (menyebar di suatu daerah),
influenza juga dapat bersifat pandemik (menyebar ke seluruh negara atau
dunia). Influenza bersifat epidemis terutama pada musim dingin. Bahaya
kematian disebabkan adanya komplikasi penyakit yang berhubungan dengan
influenza.
WOC
Diagnosis Keperawatan
• Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan
produksi mukus dan penyempitan jalan napas.
• Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh behubungan
dengan peningkatan metabolisme, intake yang kurang dan output yang
berlebih.
• Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidakefektifan pola napas
dan ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen.
• Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
02
Sinusitis
Definisi
Sinusitis merupakan suatu proses peradangan pada mukosa atau selaput lendir
sinus parsial. Akibat peradangan ini dapat menyebabkan pembentukan cairan atau
kerusakan tulang dibawahnya. Sinus paranasal adalah ronga rongga yang terdapat
pada tulang – tulang di wajah. Terdiri dari sinus frontal (di dahi), sinus etmoid
(pangkal hidung), sinus maksila (pipi kanan dan kiri), sinus sphenoid (di belakang
sinus etmoid).
Etiologi
Menurut Amin dan Hardhi, 2015 Sinusitis paranasal salah satu fungsinya adalah menghasilkan
lender yang dialirkan ke dalam hidung, untuk selanjutnya dialirkan ke belakang, kearah
tenggorokan untuk ditelan di saluran pencernaan. Semua keadaan yang mengakibatkan
tersumbatnya aliran lendir dari sinus ke rongga hidung akan menyebabkan terjadinya sinusitis.
Secara garis besar penyebab sinusitis ada 2 macam, yaitu :
a. Faktor lokal adalah smua kelainan pada hidung yang dapat mnegakibatkan terjadinya sumbatan;
antara lain infeksi, alergi, kelainan anatomi, tumor, benda asing, iritasi polutan, dan gangguan pada
mukosilia (rambut halus pada selaput lendir)
b. Faktor sistemik adalah keadaan diluar hidung yang dapat menyebabkan sinusitis; antara lain
gangguan daya tahan tubuh (diabetes, AIDS), penggunaan obat – obat yang dapat mengakibatkan
sumbatan hidung.
Etiologi
❑ Penyebab Pada Sinusitis Akut
• Infeksi virus
• Bakteri
• Infeksi Jamur
⮚ Gejala Objektif :
▪ Pembengkakan dan Udem
▪ Sekret nasal
Klarifikasi
Sinusitis Akut Sinusitis Subakut Sinusitis Kronik
▪ Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam termoregulasi pasien
membaik
▪ Kriteria hasil: menggigil menurun, suhu tubuh membaik
No Intervensi Rasional
1. Monitor suhu tubuh Mengetahui kenaikan suhu tubuh secara
sesering mungkin tiba-tiba
2. Lakukan kompres hangat Menurunkan suhu tubuh
pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila
3. Memberi selimut pada Mendorong kehilangan panas melalui
pasien konduksi dan konveksi
Gejala rhinitis alergi yang khas yaitu serangan bersin berulang. Pada dasarnya
bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat
kontak dengan sejumlah besar debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologik
yaitu proses membersihkan sendiri (self cleaning process). Bersin dianggap
patologis bila terjadinya lebih dari 5 kali setiap serangan sebagai akibat
dilepaskannya histamin. Gejala lain seperti keluar ingus (rinore) yang encer dan
banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, kadang-kadang dapat disertai
dengan banyak keluar air mata atau hiperlakrimasi.
Etiologi
Salah satu penyebab tersering Rhinitis adalah Infeksi Saluran Pernapasan Atas. Infeksi Saluran
Pernapasan Atas Akut yang disebabkan oleh virus sering muncul dengan discharge hidung yang
tebal, bersin dan obstruksi hidung. Biasanya dapat hilang sendiri 7-10 hari, namun dapat bertahan
selama 3 minggu. (Schorer & Pien, 2012) Human rhinovirus (HRV) merupakan virus yang
menyebabkan lebih dari setengah kasus Infeksi Saluran Pernapasan Atas.Virus lain seperti
coronavirus, adenovirus, respiratory syncytial virus (RSV), virus influenza dan paravirus relatif
lebih sedikit dalam menjadi penyebab flu viral. Agen virus tersebut dapat dapat menginfeksi epitel
respirasi hidung dan komponen lain pada traktus respirasi atas dan bawah setelah inokulasi yang
terbawa oleh orang yang terinfeksi virus-virus tersebut. Meskipun inokulasi oral dapat menjadi
sumber alternatif transfer virus namun resikonya cenderung rendah. (Çatlı, et al., 2020).
Faktor Resiko
Pasien tersering dari penderita Rhinitis merupakan anak-anak umur antara 4-6 tahun, selain
itu faktor lingkungan sangat berpengaruh misalnya pada orang yang tinggal di wilayah
perkotaan lebih sering terkena Rhinitis (Moreis- Almeida, 2013) Pada orang tua infeksi virus
khususnya RV (rhinovirus) sangat berhubungan yang signifikan terhadap morbiditas dan
mortalitas. RV dapat dapat terlibat dalam eksaserbasi asma.melalui defisiensi imun bawaan
pada individu yang terkena asma. Infeksi RV juga dapat menyebabkan eksaserbasi PPOK,
dan kistik fibrosis. termasuk anak-anak dengan imunodefisiensi primer, pasien dengan
transplantasi organ, malignansi, HIV, diabetes dan autoimun. (Passioti, et al., 2014).
Patogenesis
Pemicu dari Rhinitis yang paling umum adalah Rhinovirus, Virus Influenza, Virus Parainfluenza, dan
Adenovirus. Virus ini menginfeksi sel epitel hidung, mengganggu membran, dan menyebabkan kematian sel.
(Çatlı, et al., 2020) Rongga hidung terbagi oleh septum hidung, yang terdiri tulang dan tulang rawan. Mukosa
hidung berfungsi mengatur suhu udara yang dihirup, pelembab dan membersihkan udara yang dihirup. Epitel
saluran napas hidung terdiri dari sel bersilia, sel goblet yang mensekresi lendir dan sel basal. Zona membran
basal dan dan menutupi struktur submukosa sehingga membentuk tautan antara paparan lingkungan dan
sistem kekebalan tubuh. Lendir hidung bertindak sebagai penghalang patogen. Selama peradangan,
pembersihan mukosiliar dapat terganggu menyebabkan penumpukan lendir yang berlebihan. Homeostasis
sementara peradangan mengakibatkan peningkatan permeabilitas vaskuler dan pembengkakan mengakibatkan
hidung tersumbat. (Eifan & Durham, 2016).
Patofisiologi
Studi mengungkapkan bahwa pada Rhinitis bukan disebabkan oleh kerusakan dari epitel hidung karena
pada biopsi sel epitel tampak utuh saat gejala penyakit sedang berlangsung. Rhinovirus dan Coronavirus
tidak memberikan efek sitopatik saat bereplikasi dalam lapisan mukosa hidung yang dikultur. Sedangkan
Virus Influenza A dan Adenovirus menghasilkan kerusakan atau menunjukan efek sitopatik. Flu adalah
akibat dari pelepasan sitokin, mediator lain serta masuknya PMN dialam epitel hidung. Pada infeksi
Rhinovirus PMN dapat naik menjadi 100x lipat di hari 1-2 inokulasi. Pelepasan PMN menyebabkan
perubahan pada sekret yang dihasilkan hidung. Sekret yang berwarna putih cenderung mengandung PMN
yang tinggi sementara sekret yang berwarna hijau cenderung menjadi hasil bahwa adanya aktivitas
enzimatik PMN (Terutama enzim mieloperoksidase). Pada Kultur Rhinovirus IL-8 berperan sebagai
kemoatraktan ampuh terhadap PMN yang diproduksi sel. IL-8 dan sitokin lain (seperti IL-1B dan IL-6)
dibuktikan ada dalam sekret hidung individu yang terinfeksi. Kenaikan Albumin dan Kinin (terutama
Bradikinin) disebabkan oleh Infeksi Rhinovirus Eksperimental. Bradikinin sendiri dapat menyebabkan
nyeri tenggorokan saat diuji coba pada individu yang sehat. (Sugiyono, 2016).
Manifestasi klinis
Tanda dan gejala dari Rhinitis ini antara lain hidung tersumbat. Selain itu produksi mukus berlebih, bersin,
mata berair dan hidung mengalami pruritus juga didapati pada pasien penderita penyakit ini (Çatlı, et al.,
2020). Gejala rhinitis alergi yang khas yaitu serangan bersin berulang. Pada dasarnya bersin merupakan gejala
yang normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. Hal ini
merupakan mekanisme fisiologik yaitu proses membersihkan sendiri (self cleaning process). Bersin dianggap
patologis bila terjadinya lebih dari 5 kali setiap serangan sebagai akibat dilepaskannya histamin. Gejala lain
seperti keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, kadang-kadang
dapat disertai dengan banyak keluar air mata atau hiperlakrimasi.
Tatalaksana
Penatalaksanaan untuk Rhinitis, dapat menggunakan obat antivirus yang efektif (Interferon-alpha,
Zanamivir, dll) meskipun pada sebagian sumber tidak direkomendasikan atau diutamakan. Amantadin dan
rimantadin antiviral pertama terhadap influenza telah digantikan dengan NIs (Neuraminidase Inhibitors).
Zanamivir dan oseltamivir telah menunjukan resistensi. NI digunakan sebagai profilaksis 48 jam setelah
paparan influenza untuk pengobatan 36 jam setelah gejala pertama muncul. Manfaat obat ini kecil namun
dapat mengurangi keparahan penyakit.
Antibiotik tidak diperlukan kecuali bakteri sekunder selama infeksi virus. Pengobatan tradisional
juga dapat digunakan untuk mengobati Rhinitis Akut Viral antara lain yaitu: hidrasi dengan banyak cairan,
herbal dan suplemen nutrisi (vitamin C), sup, madu. Sedangkan untuk meminimalisir tingkat gejala dapat
dengan istirahat yang teratur, pembatasan aktivitas, dan penghentian merokok. (Çatlı, et al., 2020)
WOC
NOC & NIC (Intervensi & Rasional)
⮚ Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya obstruksi secret
▪ Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan pola
nafas klien efektif.
▪ Kriteria hasil: Tidak menggunakan pernafasan cuping hidung, tidak ada suara nafas
tambahan, dan hasil TTV normal.
▪ Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri yang dirasakan klien dapat
berkurang atau menghilang
▪ Kriteria hasil: agar klien dapat mengetahui penanganan nyeri dan juga skala nyeri
pada klien dapat berkurang.
No. Intervensi Rasional
1. Monitor tanda-tanda vital Untuk menilai perkembangan kondisi
klien sebelum dan dan mengetahui keadaan umum klien.
sesudah mengonsumsi
obat yang diberikan.