Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

GANGGUAN TRAKTUS RESPIRATORIUS


ATAS INFEKSI JALAN NAFAS ATAS (ISPA):
(INFLUENZA, SINUSITIS, RHINITIS,
FARINGITIS)
Dosen Pengampu: Abdul Majid, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.KMB
Nama Kelompok

Syahvira Nur Ramadhan R011211053


Nirmala Yulia Akbar R011211105
Andi Fitriani R011211051
Pembahasan

01 04
02 03
Influenza Faringitis
Sinusitis Rhinitis
01
Influenza
Definisi
Influenza adalah infeksi virus akut yang
disebabkan oleh virus influenza, dan menyebar
dengan mudah dari orang ke orang.Virus ini
beredar di seluruh dunia dan dapat
mempengaruhi orang tanpa memandang usia dan
jenis kelamin
Tanda dan Gelaja
1. Demam lebih dari 38 ͦ C pada orang dewasa dan pada anak 39,5 ͦ
C sampai 40 ͦ C.
2. Batuk
3. Nyeri kepala atau pusing
4. Nyeri pada tenggorakan
5. Hidung tersumbat
6. Hilangnya nafsu makan
7. Nyeri pada otot atau biasa disebut dengan pegal linu,
8. Tubuh terasa lemah lesu.
9. Mata merah, kulit merah (terutama wajah), serta kemerahan pada
mulut, tenggorokkan, dan hidung
Etiologi
Penyebab dari timbulnya influenza adalah Haemophillus influenza ( tipe A,B, dan
C) Penyakit influenza terjadi akibat infeksi virus influenza tipe A atau B.Virus
influenza memiliki 2 antigen protein pada permukaannya, yang dikenal dengan
komponen hemagglutinin (HA) dan neuraminidase (NA). Penularan influenza terjadi
melalui kontak erat dengan penderita. Virus dari penderita dapat menginfeksi orang lain
melalui droplet saat penderita sedang batuk atau bersin dan melalui . Influenza dapat
menular 2-5 hari sejak gejala dirasakan pada orang dewasa dan sampai dengan 10 hari
pada anak- anak.
Virus influenza A, B dan C masing-masing dengan banyak sifat mutagenic
Patofisiologi
yang mana virus tersebut dihirup lewat droplet mucus yang terarolisis dari
orang-orang yang terinfeksi. Virus ini menumpuk dan menembus permukaan
mukosa sel pada saluran nafas bagian atas, menghasilkan sel lisis dan
kerusakan epithelium silia. Neuramidase mengurangi sifat kental mukosa
sehingga memudahkan penyebaran eksudat yang mengandung virus pada
saluran nafas bagian bawah. Di suatu peradangan dan nekrosis bronchiolar dan
epithelium alveolar mengisi alveoli dan eksudat yang berisi leukosit, erithrosit
dan membrane hyaline. Hal ini sulit mengontrol influenza sebab permukaan sel
antigen virus memiliki kemampuan untuk berubah. Imunitas terhadap virus
influenza A dimediasi oleh tipe spesifik immunoglobin A (Ig A) dalam sekresi
nasal. Sirkulasi Ig G juga secara efektif untuk mentralkan virus. Stimulus Ig G
adalah dasar imunisasi dengan vaksin influenza A yang tidak aktif.
Patofisiologi
Setelah nekrosis dan desquamasi terjadi regenasi epithelium secara perlahan
mulai setelah sakit hari kelima. Regenerasi mencapai suatu maksimum kedalam
9 sampai 15 hari, pada saat produksi mucus dan celia mulai tampak. Sebelum
regenerasi lengkap epithelium cenderung terhadap invasi bacterial sekunder yang
berakibat pada pneumonia bacterial yang disebabkan staphiloccocus aureus.

Penyakit pada umumnya sembuh sendiri. Gejala akut biasanya 2 sampai 7


hari diikuti oleh period penyembuhan kira-kira seminggu. Penyakit ini penting
karena sifatnya epidemic dan pandemic dank arena angka kematian tinggi
bersama sekunder. Resiko tinggi pada orang tua dan orang berpenyakit kronik.
Prosedur Diagnostik
Tes Diagnostik Penemuan
Tes Laboratorium Positif untuk virus influenza
Kultur jaringan nasal atau secret
pharyngeal
Kultur sputum Positif untuk bakteri pada infeksi
sekunder
Fluorescent antibody yang mengotori Positif untuk virus influen
secret
Hemagglutination inhibition or Meningkat 4x pada antibody antara
complement fixation test tahap akut dan pemulihan
Urinalysis Albuminuria
Kecepatan sedimentasi meninggi Erythrosit
Jumlah WBC Leukopenia (<5000 mm3) atau
leukositosis (11.000-15000 mm3)

Hemoglobin Meningkat
hematorit Meningkat
Penatalaksanaan Medis

01 Pengobatan

02 Antibiotik

03 Vitamin
Komplikasi
Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah pneumonia atau penyakit
radang paru. Bahaya komplikasi akan lebih parah jika terjadi pada anak-anak
atau pasien yang menderita penyakit kronis. Sebagai gambaran, setiap tahun
10-20% penduduk Amerika terserang influenza. Sebanyak 114.000 orang harus
menjalani perawatan di rumah sakit karena penyakitnya berkembang menjadi
komplikasi. Sebanyak 36.000 orang yang mengalami komplikasi berakhir
dengan kematian. Selain bersifat epidemik (menyebar di suatu daerah),
influenza juga dapat bersifat pandemik (menyebar ke seluruh negara atau
dunia). Influenza bersifat epidemis terutama pada musim dingin. Bahaya
kematian disebabkan adanya komplikasi penyakit yang berhubungan dengan
influenza.
WOC
Diagnosis Keperawatan
• Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan
produksi mukus dan penyempitan jalan napas.
• Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh behubungan
dengan peningkatan metabolisme, intake yang kurang dan output yang
berlebih.
• Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidakefektifan pola napas
dan ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen.
• Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
02
Sinusitis
Definisi

Sinusitis merupakan suatu proses peradangan pada mukosa atau selaput lendir
sinus parsial. Akibat peradangan ini dapat menyebabkan pembentukan cairan atau
kerusakan tulang dibawahnya. Sinus paranasal adalah ronga rongga yang terdapat
pada tulang – tulang di wajah. Terdiri dari sinus frontal (di dahi), sinus etmoid
(pangkal hidung), sinus maksila (pipi kanan dan kiri), sinus sphenoid (di belakang
sinus etmoid).
Etiologi
Menurut Amin dan Hardhi, 2015 Sinusitis paranasal salah satu fungsinya adalah menghasilkan
lender yang dialirkan ke dalam hidung, untuk selanjutnya dialirkan ke belakang, kearah
tenggorokan untuk ditelan di saluran pencernaan. Semua keadaan yang mengakibatkan
tersumbatnya aliran lendir dari sinus ke rongga hidung akan menyebabkan terjadinya sinusitis.
Secara garis besar penyebab sinusitis ada 2 macam, yaitu :
a. Faktor lokal adalah smua kelainan pada hidung yang dapat mnegakibatkan terjadinya sumbatan;
antara lain infeksi, alergi, kelainan anatomi, tumor, benda asing, iritasi polutan, dan gangguan pada
mukosilia (rambut halus pada selaput lendir)
b. Faktor sistemik adalah keadaan diluar hidung yang dapat menyebabkan sinusitis; antara lain
gangguan daya tahan tubuh (diabetes, AIDS), penggunaan obat – obat yang dapat mengakibatkan
sumbatan hidung.
Etiologi
❑ Penyebab Pada Sinusitis Akut
• Infeksi virus
• Bakteri
• Infeksi Jamur

❑ Penyebab Pada Sinusitis Kronik


• Sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak sembuh
• Alergi
• Karies dentis ( gigi geraham atas )
• Septum nasi yang bengkok sehingga menggagu aliran mucosa.
• Benda asing di hidung dan sinus paranasal.
• Tumor di hidung dan sinus paranasal.
Tanda dan Gejala
⮚ Gejala Subjektif :
▪ Nyeri
▪ Sakit kepala
▪ Nyeri pada tekanan
▪ Gangguan penghidung

⮚ Gejala Objektif :
▪ Pembengkakan dan Udem
▪ Sekret nasal
Klarifikasi
Sinusitis Akut Sinusitis Subakut Sinusitis Kronik

Sinusitis akut merupakan Sinusitis sub akut


Fase kronik dimulai
suatu proses infeksi di merupakan infeksi sinus
setelah 12 minggu dan
dalam sinus yang yang berlangsung dari 4
berlangsung sampai
berlangsug dari satu hari minggu sampai 12
waktu yang tidak terbatas.
sampai 3 minggu. minggu.
Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens mukosiliar (mucociliary clearance)
di dalam KOM. Mukus juga mengandung substansi antimicrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan
tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan. Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan
bila terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat.
Akibatnya terjadi tekanan negative di dalam ronga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi
ini biasa dianggap sebagai rinosinusitis non-bacterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan. Bila
kondisi ini menetap, secret yang terkumpul dalam sinus merupakan media baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri.
Secret menjadi purulen. Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut bacterial dan memerlukan terapi antibiotic. Jika terapi
tidak berhasil (misalnya karena ada faktor predisposisi), inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan bacteri anaerob berkembang.
Mukosa makin membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi
kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan tindakan operasi.
WOC
Prioritas Masalah
❑ Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada hidung

❑ Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya sekret


yang mengental.

❑ Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan asupan diet kurang.

❑ Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit


NOC & NIC (Intervensi & Rasional)
❖ Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada hidung
▪ Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri yang
dirasakan klien berkurang atau menghilang
▪ Kriteria hasil: skala nyeri berkurang, mengetahui penanganan nyeri, Klien
mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau menghilang.
No Intervensi Rasional
  Monitor tanda-tanda Mengetahui perkembangan dan
vital
menilai keadaan umum pasien
sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
2. Kolaborasi pemberian Obat analgesik dapat menurunkan
obat
atau menghilangkan rasa nyeri.
analgesik
3. Lakukan terapi akupresur Terapi akupresur diharapkan bisa
setiap hari dalam dalam satu menurunkan skala nyeri setelah
pekan pertama untuk pengobatan dengan obat analgesik.
mengatasi nyeri
NOC & NIC (Intervensi & Rasional)
❖ Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya sekret yang mengental
▪ Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam bersihan jalan nafas
klien meningkat
▪ Kriteria hasil: Tidakmenggunakan pernafasan cuping hidung, tidak ada suara nafas
tambahan, TTV normal, tidak ada retraksi dada
No. Intervensi Rasional
1. Monitor pola nafas Mengetahui keadaan umum pasien dan
dan menilai perkembangan kondisi pasien
bunyi nafas (ronkhi) pasien
2. Posisikan pasien semi fowler Mengurangi sesak yang dirasakan
Pasien
3. Berikan minum hangat Agar merasa tenang dan nyaman
4. Ajarkan pasien batuk efektif Agar klien mampu
mengeluarkan dahak atau lendir yang
mengental
NOC & NIC (Intervensi & Rasional)
❖ Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan diet kurang
▪ Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan 5x24 jam status nutrisi pasien
membaik
▪ Kriteria hasil: porsi makanan yang dihabiskan meningkat, nafsu makan membaik, berat
badan membaik.
No Intervensi Rasional
1. Identifikasi status nutrisi Membantu mengetahui nutrisi yang
masuk dalam tubuh pasien
2. Identifikasi makanan yang Dapat meningkatkan status makan
disukai Pasien
3. Monitor berat badan Mempertahankan berat badan
4. Sajikan makanan secara menarik dan Dengan menu yang bervariasi, dapat
suhu yang sesuai menumbuhkan nafsu makan klien
sehingga kebutuhan nutrisi klien
kembali terpenuhi
5. Anjurkan makan sedikit Dengan sedikit tapi sering dapat
tapi sering mengurangi penekanan pada lambung
NOC & NIC (Intervensi & Rasional)
❖ Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

▪ Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam termoregulasi pasien
membaik
▪ Kriteria hasil: menggigil menurun, suhu tubuh membaik

No Intervensi Rasional
1. Monitor suhu tubuh Mengetahui kenaikan suhu tubuh secara
sesering mungkin tiba-tiba
2. Lakukan kompres hangat Menurunkan suhu tubuh
pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila  
3. Memberi selimut pada Mendorong kehilangan panas melalui
pasien konduksi dan konveksi

4. Berikan antipiretik Digunakan untuk mengurangi demam dengan


aksi sentralnya pada
hipotalamus.
5. Berikan pengobatan untuk terjadinya mengigil Menggigil seringkali mendahului
memuncaknya suhu adanya infeksi umum.
03
Rhinitis
Definisi

Rhinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan


oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah
tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya
suatu mediator kimia ketika terjadi paparan berulang dari
alergen spesifik tersebut.Rinitis alergi adalah kelainan pada
hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan
tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang
diperantarai oleh IgE.11,12.
Klarifikasi
Dahulu rhinitis alergi dibedakan dalam dua macam berdasarkan sifat berlangsungnya, yaitu rinitis
alergi musiman (seasonal, hay fever, polinosis) dan rhinitis alergi sepanjang tahun (perenial). berbeda
dalam sifat berlangsungnya. Saat ini digunakan klasifikasi rinitis alergi berdasarkan rekomendasi dari
WHO Iniative ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2001, yaitu berdasarkan sifat
berlangsungnya dibagi menjadi intermiten atau kadang-kadang (bila gejala kurang dari 4 hari dalam
seminggu atau kurang dari 4 minggu). Dan persisten/menetap (bila gejala lebih dari 4 hari dalam
seminggu dan atau lebih dari 4 minggu). Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rinitis
alergi dibagi menjadi ringan bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktifitas harian, bersantai,
berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu, serta tingkat sedang atau berat bila
terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut di atas.
Gejala klinik

Gejala rhinitis alergi yang khas yaitu serangan bersin berulang. Pada dasarnya
bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat
kontak dengan sejumlah besar debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologik
yaitu proses membersihkan sendiri (self cleaning process). Bersin dianggap
patologis bila terjadinya lebih dari 5 kali setiap serangan sebagai akibat
dilepaskannya histamin. Gejala lain seperti keluar ingus (rinore) yang encer dan
banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, kadang-kadang dapat disertai
dengan banyak keluar air mata atau hiperlakrimasi.
Etiologi
Salah satu penyebab tersering Rhinitis adalah Infeksi Saluran Pernapasan Atas. Infeksi Saluran
Pernapasan Atas Akut yang disebabkan oleh virus sering muncul dengan discharge hidung yang
tebal, bersin dan obstruksi hidung. Biasanya dapat hilang sendiri 7-10 hari, namun dapat bertahan
selama 3 minggu. (Schorer & Pien, 2012) Human rhinovirus (HRV) merupakan virus yang
menyebabkan lebih dari setengah kasus Infeksi Saluran Pernapasan Atas.Virus lain seperti
coronavirus, adenovirus, respiratory syncytial virus (RSV), virus influenza dan paravirus relatif
lebih sedikit dalam menjadi penyebab flu viral. Agen virus tersebut dapat dapat menginfeksi epitel
respirasi hidung dan komponen lain pada traktus respirasi atas dan bawah setelah inokulasi yang
terbawa oleh orang yang terinfeksi virus-virus tersebut. Meskipun inokulasi oral dapat menjadi
sumber alternatif transfer virus namun resikonya cenderung rendah. (Çatlı, et al., 2020).
Faktor Resiko
Pasien tersering dari penderita Rhinitis merupakan anak-anak umur antara 4-6 tahun, selain
itu faktor lingkungan sangat berpengaruh misalnya pada orang yang tinggal di wilayah
perkotaan lebih sering terkena Rhinitis (Moreis- Almeida, 2013) Pada orang tua infeksi virus
khususnya RV (rhinovirus) sangat berhubungan yang signifikan terhadap morbiditas dan
mortalitas. RV dapat dapat terlibat dalam eksaserbasi asma.melalui defisiensi imun bawaan
pada individu yang terkena asma. Infeksi RV juga dapat menyebabkan eksaserbasi PPOK,
dan kistik fibrosis. termasuk anak-anak dengan imunodefisiensi primer, pasien dengan
transplantasi organ, malignansi, HIV, diabetes dan autoimun. (Passioti, et al., 2014).
Patogenesis
Pemicu dari Rhinitis yang paling umum adalah Rhinovirus, Virus Influenza, Virus Parainfluenza, dan
Adenovirus. Virus ini menginfeksi sel epitel hidung, mengganggu membran, dan menyebabkan kematian sel.
(Çatlı, et al., 2020) Rongga hidung terbagi oleh septum hidung, yang terdiri tulang dan tulang rawan. Mukosa
hidung berfungsi mengatur suhu udara yang dihirup, pelembab dan membersihkan udara yang dihirup. Epitel
saluran napas hidung terdiri dari sel bersilia, sel goblet yang mensekresi lendir dan sel basal. Zona membran
basal dan dan menutupi struktur submukosa sehingga membentuk tautan antara paparan lingkungan dan
sistem kekebalan tubuh. Lendir hidung bertindak sebagai penghalang patogen. Selama peradangan,
pembersihan mukosiliar dapat terganggu menyebabkan penumpukan lendir yang berlebihan. Homeostasis
sementara peradangan mengakibatkan peningkatan permeabilitas vaskuler dan pembengkakan mengakibatkan
hidung tersumbat. (Eifan & Durham, 2016).
Patofisiologi
Studi mengungkapkan bahwa pada Rhinitis bukan disebabkan oleh kerusakan dari epitel hidung karena
pada biopsi sel epitel tampak utuh saat gejala penyakit sedang berlangsung. Rhinovirus dan Coronavirus
tidak memberikan efek sitopatik saat bereplikasi dalam lapisan mukosa hidung yang dikultur. Sedangkan
Virus Influenza A dan Adenovirus menghasilkan kerusakan atau menunjukan efek sitopatik. Flu adalah
akibat dari pelepasan sitokin, mediator lain serta masuknya PMN dialam epitel hidung. Pada infeksi
Rhinovirus PMN dapat naik menjadi 100x lipat di hari 1-2 inokulasi. Pelepasan PMN menyebabkan
perubahan pada sekret yang dihasilkan hidung. Sekret yang berwarna putih cenderung mengandung PMN
yang tinggi sementara sekret yang berwarna hijau cenderung menjadi hasil bahwa adanya aktivitas
enzimatik PMN (Terutama enzim mieloperoksidase). Pada Kultur Rhinovirus IL-8 berperan sebagai
kemoatraktan ampuh terhadap PMN yang diproduksi sel. IL-8 dan sitokin lain (seperti IL-1B dan IL-6)
dibuktikan ada dalam sekret hidung individu yang terinfeksi. Kenaikan Albumin dan Kinin (terutama
Bradikinin) disebabkan oleh Infeksi Rhinovirus Eksperimental. Bradikinin sendiri dapat menyebabkan
nyeri tenggorokan saat diuji coba pada individu yang sehat. (Sugiyono, 2016).
Manifestasi klinis
Tanda dan gejala dari Rhinitis ini antara lain hidung tersumbat. Selain itu produksi mukus berlebih, bersin,
mata berair dan hidung mengalami pruritus juga didapati pada pasien penderita penyakit ini (Çatlı, et al.,
2020). Gejala rhinitis alergi yang khas yaitu serangan bersin berulang. Pada dasarnya bersin merupakan gejala
yang normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. Hal ini
merupakan mekanisme fisiologik yaitu proses membersihkan sendiri (self cleaning process). Bersin dianggap
patologis bila terjadinya lebih dari 5 kali setiap serangan sebagai akibat dilepaskannya histamin. Gejala lain
seperti keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, kadang-kadang
dapat disertai dengan banyak keluar air mata atau hiperlakrimasi.
Tatalaksana
Penatalaksanaan untuk Rhinitis, dapat menggunakan obat antivirus yang efektif (Interferon-alpha,
Zanamivir, dll) meskipun pada sebagian sumber tidak direkomendasikan atau diutamakan. Amantadin dan
rimantadin antiviral pertama terhadap influenza telah digantikan dengan NIs (Neuraminidase Inhibitors).
Zanamivir dan oseltamivir telah menunjukan resistensi. NI digunakan sebagai profilaksis 48 jam setelah
paparan influenza untuk pengobatan 36 jam setelah gejala pertama muncul. Manfaat obat ini kecil namun
dapat mengurangi keparahan penyakit.
Antibiotik tidak diperlukan kecuali bakteri sekunder selama infeksi virus. Pengobatan tradisional
juga dapat digunakan untuk mengobati Rhinitis Akut Viral antara lain yaitu: hidrasi dengan banyak cairan,
herbal dan suplemen nutrisi (vitamin C), sup, madu. Sedangkan untuk meminimalisir tingkat gejala dapat
dengan istirahat yang teratur, pembatasan aktivitas, dan penghentian merokok. (Çatlı, et al., 2020)
WOC
NOC & NIC (Intervensi & Rasional)
⮚ Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya obstruksi secret

▪ Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan pola
nafas klien efektif.
▪ Kriteria hasil: Tidak menggunakan pernafasan cuping hidung, tidak ada suara nafas
tambahan, dan hasil TTV normal.

No. Intervensi Rasional


1. Monitor pola nafas dan Untuk menilai perkembangan kondisi

bunyi nafas pada klien. klien dan mengetahui keadaan umum


klien.
2. Anjurkan klien agar rajin Minum air hangat dapat membuat klien
minum air hangat menjadi lebih nyaman.
NOC & NIC (Intervensi & Rasional)
⮚ Nyeri akut berhubungan dengan nyeri hidung karena inflamasi

▪ Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri yang dirasakan klien dapat
berkurang atau menghilang
▪ Kriteria hasil: agar klien dapat mengetahui penanganan nyeri dan juga skala nyeri
pada klien dapat berkurang.
No. Intervensi Rasional
1. Monitor tanda-tanda vital Untuk menilai perkembangan kondisi
klien sebelum dan dan mengetahui keadaan umum klien.
sesudah mengonsumsi
obat yang diberikan.

2. Anjurkan klien Pemberian obat yang tepat pada klien


untuk dapat meredakan alergi yang terjadi
  mengonsumsi obat yang
telah diberikan pada klien lebih cepat jika
secara teratur. klien mengonsumsi
obat tersebut secara teratur.
NOC & NIC (Intervensi & Rasional)
⮚ Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan bersin, hidung dan mata berair pada siang hari selama 1 bulan
terakhir.
▪ Tujuan: Setelahdilakukan tindakan keperawatan klien dapat beraktivitas normal
kembali
▪ Kriteria hasil: Klien dapat mengetahui bagaimana penanganan gangguan rasa nyaman dan dapat
beraktivitas normal kembali.

No. Intervensi Rasional


1. Anjurkan klien agar rajin Minum air hangat dapat membuat klien
minum air hangat menjadi lebih nyaman.
04
Faringitis
Definisi
Faringitis adalah peradangan pada tenggorokan atau faring.
Kondisi ini disebut juga radang tenggorokan, yang ditandai
dengan tenggorokan terasa nyeri, gatal, dan sulit menelan.
Faringitis adalah salah satu penyakit yang termasuk dalam infeksi
saluran pernapasan atas (ISPA). Diawali dengan demam, batuk,
hidung tersumbat, dan sakit tenggorokan adalah gejala-gejala yang
dialami oleh penderita ISPA.
Etiologi
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh virus
(40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin, dan lain-lain (Rusmarjono dkk, 2007 )
Faringitis atau radang tenggorokan paling sering disebabkan oleh infeksi virus
atau bakteri yang disebabkan oleh daya tahan lemah. Jenis virusnya bisa beragam namun
umumnya berasal dari golongan virus influenza, adenovirus, rhinovirus, dan Epstein-
Barr. Faringitis juga bisa disebabkan oleh penyebaran infeksi dari penyakit lain, seperti
pilek, flu, pertusis, campak, cacar, dan mononucleosis
Tanda dan Gelaja
Berikut tanda dan gejala lainnya:
1. Awitan akut disertai mual muntah
2. Faring hiperemis
3. Nyeri tenggorokan
4. Tonsil bengkak dengan eksudasi
5. Kelenjar getah bening leher anterior bengkak dan nyeri
6. Uvula bengkak dan merah
7. Ekskoriasi hidung disertai lesi impetigo sekunder
8. Ruam skarlatina
9. Petekie palatinum mole
10. Nyeri telan
11. Sulit menelan
Patofisiologi
Invasi virus maupun bakteri ke dalam mukosa faring akan menyebabkan inflamasi
lokal pada dinding faring kemudian streptokokus grup A beta hemolitikus disebut
sebagai bakteri yang paling sering menyebabkan faringitis masuk ke dalam sel epitel
tenggorokan dan melepaskan toksin dan protease yang menyebabkan kerusakan
jaringan hebat melalui pembentukan kompleks antigen antibodi berupa demam
rematik,kerusakan otot jantung,dan glomerulonefritis akut,penyakit faringitis dapat
menular melalui sekret hidung dan tenggorokan yang di tularkan secara droplet
infection.
WOC
Diagnosis Keperawatan,NOC dan NIC
No Diagnosis Keperawatan NOC NIC
1 Keditakefektifan bersihan jalan Tujuan setelah 1. Anjurkan untuk minum air
napas Berhubungan dilakukan tindakan keperawatan selama hangat. Rasional: Untuk
dengan peningkatan praduksi 3x24 jam diharapkan klien dapat mencuirkan sputum agar
sekret ditandai dengan alanya bernapas dengan lancer/efektif. Kriteria mindah dikeluarkan
sputum yang ber kebihan, hasil: 2. . Ajari pasien untuk batuk
peningkatan frekuensi pernapasan 1.Klien dapat efektif. Rasional: agar

mengeluarkan sputum 2.Frekuensi pasien daput secara mandiri

permapasan dalam batas megeluarkan

normal (16-20 x/menit)


2. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan Tujuan: setelah dilakukan 1.Kaji nyeri yang ada
pada faring ditandai dengan klien tampak tindak an keperawatan selama 3x24 jam Rasionalnya : megetahui
meringis, suhu tubuh, nadi dan RR men diharapkan nyeri berkurang tingkat nyeri dam sebagai dasar
ingka, klien mengeluh nyeri tenggorokan. sampai hilang diitandai dengan Kriteria dalam tindakan
diharapkan Hasil 2.Observasi
suhu tubuh klien dalam -Klien merasakan nyeri
tanda vital Rasionalnya :
nya berkurang mengetahui
Diagnosis Keperawatan,NOC dan NIC
batas normal -.Klien tidak tampak meringis Kelainan umum yang ada
pada
pasien.

3. Hipertermi bertubuhan dengan Tujuan setelah dilakukan Tindakan 1. Sesuaikan suhu


peradangan keperawatan selama3x24 jam, lingkungan.
Kriteriahasil: suhu tubuh 36,5-37,5 Rasional:untuk
kenyamanan pasien.

2. Monitor suhu minimal 2


jam sekali,sesuai dengan
kebutuhan.
Rasional:mengevaluasi
efektivitas intervensi dan
menjamin keakuratan data.
3.Anjurkan asupan cairan
oral.
Rasional:
-Membantu menurunkan
suhu tubuh.
-Mencegah Dehidrasi.
Kesimpulan
Influenza adalah suatu infeksi saluran nafas atas yang disebabkan oleh virus influenza yang
tersebar di udara bebas yang dapat menyerang semua tingkat usia yang sering terjadi saat musim
dingin yang ditandai dengan gejala demam mendadak, otot-otot sakit , badan terasa dingin, sakit
kepala ,batuk, pilek, dan badan terasa lemah.
Penyakit influenza disebabkan oleh Myxovirus influ¬enza. Virus ini menyerang saluran
pernapasan dan bisa mengakibatkan peradangan. Penularan penyakit influenza dapat melalui dua
cara, yaitu penularan pernafasan dan penularan kontak.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai