Oleh :
SITI NURHAYATI
( NIM : 1824201042 )
Mengetahui,
Kepala Ruangan
Ns.WINARNININGSIH, S.Kep
NIP. 196810011990012003
LAPORAN PENDAHULUAN
PNEMONIA
A. Definisi
Pnemonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang
biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) (Silvia A.
Prince). Dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan
agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspiri substansi
asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsilidasi dan
dapat dilihat melalui gambaran radiologis (NANDA NIC-NOC, 2015)
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli,
serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat. (Dahlan,Zuh 2006).
B. Etiologi
Menurut Nanda Nic-Noc (2015) peenyebaran infeksi terjadi melalui
droplet dan sering disebabkan oleh streptoccus pnemonia, melalui slang infus
oleh staphylococcus aureus sedangkan pada oemakaian ventilatr oleh P.
Aeruginosa dan enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan keadan
pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi ligkungan,
penggunaan antibiotic yang tidak tepat. Setelah masuk paru-paru organism
bermultiplikasi dan jika telah berhasil mengahlahkan mekanisme pertahanan
paru, terjadi pnemonia. Selan di atas penyebab terjadinya pnemonia sesuai
penggolongannya yaitu:
1. Bacteria: diplococcus pnemonia, pnemococcus, streptokokus
hemolyticus, streptokoccus aureus, hemophilus influinzae,
mycobacterium tuberkolusis, bacillus friedlander.
2. Virus: repiratory syncytial virus, adeno virus, V. Sitomegalik, V.
Influenza.
3. Mycoplasma pnemonia
4. Jamur: histoplasma capsulatum cryptococcus neuroformans,
blastomyces dermatitides, coccidodies immitis, aspergilus species,
candida albicans.
5. Aspirasi: makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion,
benda asing
6. Pnemonia hipostatik
7. Sindrom loefflet
C. Manifestasi Klinis
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering
terjadi pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5-40,5
bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsang atau
terkadang euphoria dan lebih aktif dari normal, beberapa anak bicara
dengan kecepatan yang tidak biasa.
2. Meningismus, yaitu tanda-tanda mengingeal tanpa infeksi meninges.
Terjadi dengan awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit kepala,
nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda kernig dan
brudzinski, dan akan berkurang saat suhu turun,
3. Anoreksia, merupakan hal yang umum disertai dengan penyakit masa
kanak-kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap
sampai derajat yang lebioh besar atau lebih sedikit melalui tahap demam
dari penyakit, seringkali memanjang sampai tahap pemulihan.
4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang
merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat,
tetapi dpat mementap selama sakit.
5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering
menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan
dari nyeri apendiksitis.
7. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengklakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan
dan menyusu pada bayi.
8. Keluhan nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer dan
sedikit (rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pada tipe dan atau
tahap infeksi.
9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat
menjadi bukti hanya selama fase akut.
10. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar
mengi, krekels.
C. Klasifikasi
klasifikasi pneumonia dapat dibagi menjadi :
Klasifikasi berdasarkan anatomi. (IKA FKUI)
1. Pneumonia Lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu
atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai
pneumonia bilateral atau “ganda”.
2. Penumonia Lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir
bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk
bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga
pneumonia loburalis.
3. Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses iflamasi yang terjadi di dalam
dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobural.
Klasifikasi Pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan:
1. Pneumonia Komunitas
Dijumpai pada H. Influenza pada pasien perokok, pathogen atipikal pada
lansia, gram negative pada pasien dari rumah jompo, dengan adanya
PPOK, penyakit penyerta kardiopolmonal/jamak, atau paska terapi
antibiotika spectrum luas.
2. Pneumonia Nosokomial
Tergantung pada 3 faktor yaitu: tingkat berat sakit, adanya resiko
untukjenis pathogen tertentu, dan masa menjelang timbul onset
pneumonia.
a. Pneumonia Aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman, pneumonitis kimia akibat aspirasi
bahan tosik, akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan
atau lambung edema paru, dan obstruksi mekanik simple oleh
bahan padat.
Edukasi
a. Ajarkan batuk efektif
b. Anjurkan minum air hangat
Kolaborasi
Pemberian nebulizer untuk mengencerkan
dahak.
Observasi
a. Identifikasi kemampuan batuk
b. Monitor adanya retensi sputum
Terapiutik
a. Atur posisi semi fowler atau fowler
b. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan
pasien
c. Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
b. Anjurkan tarik napas dalam melalui
hidung selama 4 detik, ditahan selama 2
detik kemudian keluarkan dari mulut
dengan bibir mecucu selama 8 detik
c. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam
hingga 3 kali
d. Anjurkan batuk kuat langsung setelah tarik
napas dalam yg ke 3
Kolaborasi
Pemberian mukolitik atau ekspektoran
Kolaborasi
Pemberian oksigen dan terapi injeksi
Observasi
a. Monitor kecepatan aliran oksigen
danposisi alat terapi oksigen
b. Monitor efektifitas terapi oksigen
c. Monitor tanda-tanda hipoventilasi,
toksikasi dan atelektasis
d. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi
oksigen
e. Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapiutik
a. Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan
trachea
b. Pertahankan kepatenan jalan napas
c. Siapkan dan atur peralatan pemberian
oksigen
d. Tetap berikan oksigen saat pasien
ditransportasi
e. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai
dengan tingkat mobilitas dan kebutuhan
pasien
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemberian
oksigen
Kolaborasi
a. Penentuan dosis oksigen
b. Penggunaan oksigen saataktivitas dan tidur
3. Pola napas tidak Pola napas membaik dalam 1. Manajemen Jalan Napas (I.14509) 2.
waktu 2x 24 jam(L.01004)
efektif b.d depresi
Kriteria Hasil: Observasi
pusat pernapasan Dispnea menurun a. Monitor pola napas dan bunyi napas
Penggunaan otot bantu tambahan
napas menurun b. Monitor adanya sputum
RR membaik
Kedalaman napas Terapiutik
membaik a. Pertahankan kepatenan jalan napas
b. Posisikan semi fowler atau fowler
c. Berikan minum hangat
d. Berikan oksigen jika perlu
Terapiutik
a. Atur interval pengukuran sesuai
dengan kondisi pasien
b. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan jika
perlu
4. Defisit nutrisi Status nutrisi membaik 1. Manajemen Nutrisi (I.03119)
(D.0019) (L.03030)
Kriteria Hasil: Observasi
Porsi makanan yang a. Identifikasi status nutrisi
dihabiskan meningkat b. Identifikasi adanya alergi / intoleransi
Kekuatan otot pengunyah makanan
meningkat c. Ident6tifikasi perlunya penggunaan NGT
Kekuatan otot menelan d. Monitor berat badan
meningkat
Nyeri abdomen menuru Terapiutik
Berat badan membaik Lakukan oral higiene sebelum makan
IMT membaik a. Sajikan makanan secara menarik
Frekuensi makan membaik b. Berikan makanan dengan kandungan
Nafsu makan membaik nutrien sesuai kebutuhan
Bising usus membaik c. Hentikan penggunaan NGT jika asupan
Membran mukosa membaik oral bisa ditoleransi
Edukasi
a. Anjurkan posisi duduk jika memungkinkan
b. Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
Dengan ahli gizi dalam menentukan jumlah
kalori dan nutrien yang dibutuhkan
Observasi
a. Identifikasi faktor yang mempengaruhi
asupan gizi
b. Identifikasi perubahan berat badan dan
pola makan
c. Identifikasi kemampuan menelan, mual
muntah dan kelainan eliminasi
d. Monitor hasil laboratorium
Terapiutik
a. Timbang berat badan dan ukur
antropometri
Hitung perubahan berat badan
b. Atur interval waktu pemantauan
c. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
a. Jelaskan tujuan prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan
Kolaborasi
Dengan ahli gizi dalam menentukan jumlah
kalori dan nutrien yang dibutuhkan
Edukasi
a. Anjurkan tirah baring, melakukan aktivitas
bertahap
b. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
Dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
2. Dukungan Perawatan Diri (I.11348)
Observasi
a. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan
diri
b. Monitor tingkat kemandirian
c. Identifikasi kebutuhan alat bantu
Terapiutik
Sediakan lingkungan yang terapiutik
a. Siapkan keperluan pribadi
b. Dampingi dalam melakukan perawatan diri
sampai mandiri
c. Fasilitasi untuk menerima eadaan
ketergantungan
d. Fasilitasi kemandirian
Edukasi
Anjurkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai
Kolaborasi
Ajarkan personal higiene
Observasi
a. Identifikasi kontraindikasi kompres dingin
dan kondisi kulit yang akan di kompres
b. Periksa suhu alat kompres
c. Monitor iritasi kulit
Terapiutik
a. Pilih metode yang nyaman dan mudah
didapat
b. Pilih lokasi kompres
c. Balut alat kompres dingin dengan kain
pembalut
d. Lakukan kompres dingin pada daerah yang
cedera
Edukasi
Jelaskan prosedur penggunaan kompres dingin
Kolaborasi
Ajarkan kompres dingin
3. Manajemen Deman (I.03099)
Observasi
a. Monitor tanda-tanda vital
b. Monitor intake dan output cairan
c. Monitor komplikasi akibat demam
Terapiutik
a. Tutupi badan dengan selimut / pakaian
dengan tepat
b. Lakukan tepid sponge jika perlu
c. Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
b. Anjurkan perbanyak minum
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit,
antipiretik, antibiotik jika perlu
Keterangan :
b.d = berhubungan dengan
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, Zul. 2006. Buku Ajar Ilmu Pernyakit Dalam. Jakarta: balai penerbit FKUI
Dochterman, Joanne McCloskey et al.2004.Nursing Interventions Classification
(NIC).Missouri : Mosby
Moorhead, Sue et al. 2008. Nursing Outcome Classification (NOC).Missouri :
Mosby
Nurarif, Amin Huda. 2015. Nanda. Nic NocJakarta: penerbit buku kedokteran
EGC
Smeltzer, Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
&Suddarth volume 1.Jakarta:EGC
TIM Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnose Keperawatan Indonesia
edisi1 cetakan III(Revisi). Jakarta ,DPP PPNI.
TIM Pokja SLKI DPP PPNI.2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia edisi
1cetakan II . Jakarta ,DPP PPNI.
TIM Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
edisi 1cetakan II . Jakarta ,DPP PPNI.