Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONCOPNEUMONIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Laboratorium Klinik


Program Studi S1 Keperawatan

Disusun Oleh :

Muhammad Hisyam Farhan ( 202002002 )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Muhammad Hisyam Farhan

NIM : 2020.02.002

Prodi : S1 Keperawatan

Judul LP : Laporan Pendahuluhan broncopneumonia

Berdasarkan hasil bimbingan oleh Dosen Pembimbing, sejak tanggal :

Banyuwangi, Juli 2022

Mahasiswa

Muhammad Hisyam Farhan

NIM. 2020.02.002

Pembimbing Institut Pembimbing Klinik

Ns.Ninis Indriani, M.Kep.,Sp. Kep.Anak Sinar Surya Putri, S.Kep.Ns

NIK. 060210308 NIK. 2016.146

Koordinator PLKK

Ukhtul izzah, S.Kep., Ners., M.Kep., CWCS

NIDN. 0705028404
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Bronchopneumoni merupakan salah satu jenis pneumonia yang memiliki pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi &
meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer & Suzanne C, 2002).
Bronkopneumonia menurut Ngastiyah (1997) merupakan salah satu pembagian dari
pneumonia menurut dasar anatomis. Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat
disebabkan oleh bermacam-macam, seperti bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing
(Ngastiyah, 1997).
Pneumonia merupakan peradangan alveoli atau pada parenchim paru yg
umumnya terjadi pada anak. (Suriadi Yuliani, 2001). Pneumonia ialah suatu peradangan
yg mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yg mencakup bronkiolus
respiratorius, alveoli, serta dapat menimbulkan konsolidasi jaringan paru & menimbulkan
gangguan pertukaran gas setempat. (Zul, 2001).
2. Etiologi
Umumnya individu yg terserang bronchopneumonia diakibatkan karena adanya
penurunan mekanisme pertahanan daya tahan tubuh terhadap virulensi organisme
patogen. Orang yg normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap
organ pernafasan yg terdiri atas : reflek glotis & batuk, adanya lapisan mukus, gerakan
silia yg menggerakkan kuman ke arah keluar dari organ, & sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia biasanya disebabkan oleh virus, jamur, protozoa,
bakteri, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara
lain:
1. Virus : Legionella pneumoniae
2. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
3. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
3. PATOFISIOLOGI

Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme (jamur,


bakter, virus) & sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (bensin, minyak
tanah, & sejenisnya). Serta aspirasi (masuknya isi lambung ke dalam saluran napas).
Awalnya mikroorganisme dapat masuk melalui percikan ludah (droplet) infasi ini dapat
masuk ke saluran pernapasan atas & menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh. Reaksi
ini menyebabkan peradangan, di mana ketika terjadi peradangan ini tubuh dapat
menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada penderita. Reaksi peradangan ini
dapat menimbulkan secret. Semakin lama sekret semakin menumpuk di bronkus maka
aliran bronkus menjadi semakin sempit & pasien dapat merasa sesak. Tidak Hanya
terkumpul di bronkus, lama kelamaan secret dapat sampai ke alveolus paru &
mengganggu sistem pertukaran gas di paru. Tidak Hanya menginfeksi saluran napas,
bakteri ini dapat juga menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini
dapat membuat flora normal dalam usus menjadi agen patogen sehingga timbul masalah
GI tract.
4. PATHWAY
5. KLASIFIKASI

Berikut merupakan klasifikasi pneumonia :

1. Community Acquired Pneunomia dimulai juga sebagai penyakit pernafasan


umum & dapat berkembang menjadi sebuah pneumonia. Pneumonia
Streptococal ialah suatu organisme penyebab umum. Type pneumonia ini
umumnya menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang lanjut usia

2. Hospital Acquired Pneumonia dikenal juga sebagai pneumonia nosokomial.


Organisme seperti ini ialah suatu aeruginisa pseudomonas. Klibseilla / aureus
stapilococcus, ialah bakteri umum penyebab hospital acquired pneumonia.

3. Lobar & Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi.


Saat Ini ini pneumonia diklasifikasikan berdasarkan organisme, bukan cuma
menurut lokasi anatominya.

4. Pneumonia viral, bakterial & fungi dikategorikan berdasarkan dari agen


penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk dapat mengidentifikasikan
organisme perusak.(Reeves, 2001).

6. GEJALA KLINIS

Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran


pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita
bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil,
demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas
menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis (Barbara C. long, 1996).
Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi
konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat).

Tanda gejala yang muncul pada bronkopneumonia adalah:

1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan

a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur

c. Takipnea

2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi

a. Mengecil, kemudian menjadi hilang

b. Krekels, ronki,

c. Gerakan dada tidak simetris

3. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium

4. Diafoesis

5. Anoreksia

6. Malaise

7. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi


kemerahan atau berkarat

8. Gelisah

9. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan

10. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati (Martin tucker,


Susan. 2000)

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan cara:

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan darah

Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis ( meningkatnya


jumlah neutrofil) ( Sandra M,Nettina 2001: 684).

b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan
untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensifitas untuk mendeteksi
agen infeksius (Barbara C, Long, 1996 : 435).

c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa (Sandra
M, Nettina, 2001 : 684).

d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia.

e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen
mikroba (Sandra M, Nettina 2001 : 684).

2. Pemeriksaan Radiologi

a. Rontgenogram thoraks

Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi


pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali dijumpai pada infeksi
stafilokokus dan haemofilus (Barbara C, Long, 1996 : 435).

b. Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh


benda padat (Sandra M, Nettina, 2001).

8. TERAPI/TINDAKAN PENANGANAN

1. Terapi oksigen (O2)

2. Antibiotic seperti ; penisilin, kindomisin, eritromicin, dan sefalosforin.

Pada penyakit yang ringan, mungkin virus tidak perlu antibiotic. Pada penderita
yang rawat inap (penyakit berat) harus segera diberi antibiotic. Pemilihan jenis antibiotic
didasarkan atas umur, keadaan umum penderita dan dugaan kuman penyebab.

a. Umur 3 bulan-5 tahun, bila toksis mungkin disebabkan oleh Streptokokus


pneumonia, Hemofilus influenza atau Stafilokokus. Pada umumnya tidak dapat
diketahui kuman penyebabnya, maka secara praktis dipakai :
Kombinasi :
Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari, dan
Kloramfenikol 50-100mg/kg/24 jam IV/oral, 4 kali sehari.
atau kombinasi :
Ampisilin 50-100 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Kloksasilin 50 mg/kg/24
jam IM/IV, 4 kali sehari.
atau kombinasi :
Eritromisin 50 mg/kg/24 jam, oral, 4 kali sehari dan Kloramfenikol (dosis sda).
b. Umur < bulan, biasanya disebabkan oleh : Streptokokus pneumonia, Stafilokokus
atau Entero bacteriaceae.
Kombinasi :  
Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari, dan
Gentamisin 5-7 mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari.
atau kombinasi :
Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Gentamisin 5-7 mg/kg/24
jam, 2-3 kali sehari.
Kombinasi ini juga diberikan pada anak-anak lebih 3 bulan dengan malnutrisi
berat atau penderita immunocompromized.
c. Anak-anak > 5 tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh :
Streptokokus pneumonia :
- Penisilin prokain IM atau
- Fenoksimetilpenisilin 25.000-50.000 KI/kg/24 jam oral, 4 kali sehari atau
- Eritromisin (dosis sda) atau
- Kotrimoksazol 6/30 mg/kg/24 jam, oral 2 kali sehari.
Mikoplasma pneumonia : Eritromisin (dosis sda).
d. Bila kuman penyebab dapat diisolasi atau terjadi efek samping obat (misalnya
alergi) atau hasil pengobatan tidak memuaskan, perlu dilakukan reevaluasi apakah
perlu dipilih antibiotic lain.
e. Lamanya pemberian antibiotic bergantung pada :
- kemajuan klinis penderita
jenis kuman penyebab
3. Nebulizer, agar dapat mengencerkan dahak yang kental dan pemberian bronkodilator.

4. Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan therapy eritromicin 4x 500


mg / hari atau tetrasiklin 3-4 x 500mg/ hari.

5. Istirahat yang cukup.

9. KOMPLIKASI

a. Emfisema : terdapatnya pus pada rongga pleura.


b. Atelektasis     : pengembangan paru yang tidak sempurna.
c. Abses paru        : pengumpulan pus pada jaringan paru yg mengalami peradangan.
d. Meningitis         : peradangan pada selaput otak.
e. Infeksi sistomik
f. Endokarditis     : peradangan pada endokardium.
A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Pengkajian Fokus
a. Demografi meliputi;nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak
nafas, disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk
menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun pagi
selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun produksi
sputum (hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali. Penderita biasanya
menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat hiperinflasi dengan peninggian
diameter AP, bunyi nnafas krekels, warna kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar
kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah
menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang
dapat memicu terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan
polusi kima dalam jangka panjang misalnya debu/ asap.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan
faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti
merokok.

Pola Pengkajian
1. Pernafasan
Gejala :
Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap dengan
produksi sputum setiap hari ( terutama pada saat bangun) selama minimum 3
bulan berturut- turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (Hijau,
putih/ kuning) dan banyak sekali Riwayat pneumonia berulang, biasanya terpajan
pada polusi kimia/ iritan pernafasan dalam jangka panjang (misalnya rokok
sigaret), debu/ asap (misalnya : asbes debu, batubara, room katun, serbuk gergaji)
Pengunaaan oksigen pada malam hari atau terus -menerus.
Tanda :
Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untukbernafas, penggunaan otot
bantu pernafasan (misalnya : meninggikan bahu, retraksi supra klatikula,
melebarkan hidung).
Dada :
Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP ( bentuk barel),
gerakan difragma minimal.
Bunyi nafas : Krekels lembab, kasar.
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu keseluruhan.

2. Sirkulasi
Gejala :
Pembengkakan ekstremitas bawah.
Tanda :
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi jantung / takikardi berat, disritmia, distensi vena
leher (penyakit berat) edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit
jantung. Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan diameter
AP dada). Warna kulit / membrane mukosa : normal atau abu-abu/ sianosis
perifer. Pucat dapat menunjukan anemia.

3. Makanan / cairan
Gejala :
Mual / muntah.
Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema).
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.
Tanda :
Turgor kulit buruk.
Berkeringat.
Palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali.

4. Aktifitas / istirahat
Gejala :
Keletihan, keletihan, malaise.
Ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari- hari
karena sulit bernafas.
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam
posisi duduk tinggi.
Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau istirahat.
Tanda :
Keletihan.
Gelisah/ insomnia.
Kelemahan umum / kehilangan masa otot.

5. Integritas ego
Gejala :
Peningkatan faktor resiko.
Tanda :
Perubahan pola hidup.
Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
6. Hygiene
Gejala :
Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan
melakukan aktifitas sehari- hari.
Tanda :
Kebersihan buruk, bau badan.
7. Keamanan
Gejala :
Riwayat alergi atau sensitive terhadap zat / faktor
lingkungan.
Adanya infeksi berulang.
2. DIAGNOSE KEPERAWATAN
1.      Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum ditandai dengan adanya ronchi, dan ketidakefektifan batuk. 
2.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada jaringan paru
(perubahan membrane alveoli) ditandai dengan sianosis, PaO2 menurun, sesak
nafas. 
3.      Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran nafas ditandai
dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil, akral teraba panas. 
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan Keperawatan

1 Ketidak efektifan Setelah dilakukan a. Observasi TTV a. Member


bersihan jalan nafas asuhan terutama informasi tentang
berhubungan dengan keperawatan respiratory rate  pola pernafasan
peningkatan produksi selama (…x…) b. Auskultasi area pasien, tekanan
sputum ditandai diharapkan jalan dada atau paru, darah, nadi, suhu
dengan adanya nafas pasien catat hasil pasien.
ronchi, dan efektif dengan pemeriksaan  b. Crekcels, ronkhi
ketidakefektifan Kriteria hasil : c. Latih pasien dan mengi dapat
batuk. jalan nafas paten, batuk efektif dan terdengar saat
tidak ada bunyi nafas dalam  inspirasi dan
nafas tambahan, d. Lakukan suction ekspirasi pada
tidak sesak, RR sesuai indikasi tempat
normal e. Memberi posisi konsolidasi
(35-40x/menit), semifowler atau sputum
tidak ada supinasi dengan c. Memudahkan
penggunaan otot elevasi kepala  bersihan jalan
bantu nafas, tidak f. Anjurkan pasien nafas dan
ada pernafasan minum air ekspansi
cuping hidung hangat  maksimum paru
Kolaborasi : d. Mengeluarkan
sputum pada
g. Bantu pasien tidak sadar
mengawasi efek atau tidak mampu
pengobatan batuk efektif
nebulizer dan e. Meningkatkan
fisioterapi nafas ekspansi paru
lainnya. f. Air hangat dapat
h. Berikan obat memudahkan
sesuai indikasi, pengeluaran
seperti mukolitik, secret
ekspektoran, g. Memudahkan
bronkodilator, pengenceran dan
analgesic pembuangan
i. Berikan secret
O2 lembab h. Proses
medikamentosa
sesuai indikasi
dan membantu
mengurangi
bronkospasme
i. Mengurangi
distress respirasi

2 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan a. Kaji frekuensi, a. Memberi


gas berhubungan asuhan (..x..) kedalaman, informasi tentang
dengan proses infeksi diharapkan kemudahan pernapasan pasien.
pada jaringan paru ventilasi pasien bernapas pasien. b. Kebiruan
(perubahan tidak terganggu b. Observasi warna menunjukkan
membrane alveoli) dengan kulit, membran sianosis.
ditandai dengan Kriteria Hasil : mukosa bibir. c. Untuk membuat
sianosis, GDA dalam c. Berikan pasien lebih
PaO2 menurun, sesak rentang normal lingkungan sejuk, nyaman.
nafas ( PO2 = 80 – 100 nyaman, ventilasi d. Meningkatkan
mmHg, PCO2 = cukup. inspirasi dan
35 – 45 mmHg, d. Tinggikan kepala, pengeluaran
pH = 7,35 – 7,45, anjurkan napas sekret.
SaO2 = 95 – 99 dalam dan batuk e. Mencegah terlalu
%), tidak ada efektif. letih.
sianosis, pasien e. Pertahankan f. Mengevaluasi
tidak sesak dan istirahat tidur. proses penyakit
rileks. f. Kolaborasikan dan mengurangi
pemberian distres respirasi.
oksigen dan
pemeriksaan lab
(GDA)

3 Hipertermi Setelah dilakukan a. Kaji suhu tubuh a. Data untuk


berhubungan dengan asuhan pasien menentukan
inflamasi terhadap keperawatan b. Pertahankan intervensi
infeksi saluran nafas selama (...x...) lingkungan tetap b. Menurunkan suhu
ditandai dengan diharapkan suhu sejuk tubuh secara
peningkatan suhu pasien turun atau c. Berikan kompres radiasi
tubuh, mengigil, akral normal (36,5 – hangat basah c. Menurunkan suhu
teraba panas.  pada ketiak, tubuh secara
lipatan paha, konduksi
kening (untuk d. Peningkatan suhu
sugesti) tubuh
d. Anjurkan pasien mengakibatkan
untuk banyak penguapan cairan
minum tubuh meningkat,
37,5°C) dengan
e. Anjurkan sehingga
Kriteria Hasil:
mengenakan diimbangi dengan
pasien tidak
pakaian yang intake cairan yang
gelisah, pasien
minimal atau banyak
tidak menggigil,
tipis e. Pakaian yang tipis
akral teraba
f. Berikan mengurangi
hangat, warna
antipiretik sesuai penguapan cairan
kulit tidak ada
indikasi tubuh
kemerahan.
g. Berikan f. Antipiretik efektif
antimikroba jika untuk
disarankan menurunkan
demam
g. Mengobati
organisme
penyebab

DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.academia.edu/30065493/
LAPORAN_PENDAHULUAN_BRONCHOPNEUMONIA_YYN diakses pada tanggal 23 April
2019
2. https://www.academia.edu/30852653/LAPORAN_PENDAHULUAN_BRONCHOPNEUMONIA
diakses pada tanggal 23 April 2019
3. https://www.academia.edu/34538376/
LAPORAN_PENDAHULUAN_BRONKOPNEUMONIA_PADA_ANAK diakses pada tanggal 23
April 2019

LEMBAR KONSUL

Nama : Muhammad Hisyam Farhan

NIM : 2020.02.002
Prodi : S1 Keperawatan

Judul LP : Laporan Pendahuluan Broncopneumonia

NO HARI/ PEMBIMBING PERBAIKAN/MASUKAN PARAF


TANGGAL

Anda mungkin juga menyukai