Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK DENGAN BRONCHOPNEUMONI


DI RUANGAN PERINATOLOGI RSD GUNUNG JATI KOTA CIREBON

(Dianjurkan untuk memenuhi tugas salah satu Praktik Belajar Lapangan)

Disusun oleh:
Jihan Fitrina
21149011020

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

YPIB MAJALENGKA

2021
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Pneumonia merupakan peradangan alveoli atau pada parenchim
paru yg umumnya terjadi pada anak. (Suriadi Yuliani, 2001). Pneumonia
ialah suatu peradangan yg mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yg mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta dapat
menimbulkan konsolidasi jaringan paru & menimbulkan gangguan
pertukaran gas setempat. (Zul, 2018).
Bronchopneumoni merupakan salah satu jenis pneumonia yang
memiliki pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi di dalam bronchi & meluas ke parenkim paru yang berdekatan
di sekitarnya (Smeltzer & Suzanne C, 2016).
Bronkopneumonia menurut Ngastiyah (1997) merupakan salah
satu pembagian dari pneumonia menurut dasar anatomis. Pneumonia
adalah radang paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam,
seperti bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing (Ngastiyah, 2015).
2. ETIOLOGI
Umumnya individu yg terserang bronchopneumonia diakibatkan
karena adanya penurunan mekanisme pertahanan daya tahan tubuh
terhadap virulensi organisme patogen. Orang yg normal dan sehat
mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yg
terdiri atas: reflek glotis & batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yg
menggerakkan kuman ke arah keluar dari organ, & sekresi humoral
setempat.
Timbulnya bronchopneumonia biasanya disebabkan oleh virus, 
jamur, protozoa, bakteri, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra
M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain:
1. Virus: Legionella pneumoniae
2. Jamur: Aspergillus spesies, Candida albicans
3. Bakteri: Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam
paru-paru

1
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

3. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah
mikroorganisme (jamur, bakter, virus) & sebagian kecil oleh penyebab
lain seperti hidrokarbon (bensin, minyak tanah, & sejenisnya). Serta
aspirasi (masuknya isi lambung ke dalam saluran napas). Awalnya
mikroorganisme dapat masuk melalui percikan ludah (droplet) infasi ini
dapat masuk ke saluran pernapasan atas & menimbulkan reaksi
imunologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, di mana
ketika terjadi peradangan ini tubuh dapat menyesuaikan diri maka
timbulah gejala demam pada penderita. Reaksi peradangan ini dapat
menimbulkan secret. Semakin lama sekret semakin menumpuk di bronkus
maka aliran bronkus menjadi semakin sempit & pasien dapat merasa
sesak. Tidak Hanya terkumpul di bronkus, lama kelamaan secret dapat
sampai ke alveolus paru & mengganggu sistem pertukaran gas di paru.
Tidak Hanya menginfeksi saluran napas, bakteri ini dapat juga
menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat
membuat flora normal dalam usus menjadi agen patogen sehingga timbul
masalah GI tract.

2
4. Pathway

5. KLASIFIKASI

Berikut merupakan klasifikasi pneumonia:


1. Community Acquired Pneunomia dimulai juga sebagai penyakit
pernafasan umum & dapat berkembang menjadi sebuah pneumonia.
Pneumonia Streptococal ialah suatu  organisme penyebab umum.
Type pneumonia ini umumnya menimpa kalangan anak-anak atau
kalangan orang lanjut usia

3
2. Hospital Acquired Pneumonia dikenal juga sebagai pneumonia
nosokomial. Organisme seperti ini ialah suatu aeruginisa
pseudomonas. Klibseilla / aureus stapilococcus, ialah bakteri umum
penyebab hospital acquired pneumonia.
3. Lobar & Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi
infeksi. Saat Ini ini pneumonia diklasifikasikan berdasarkan
organisme, bukan cuma menurut lokasi anatominya.
4. Pneumonia viral, bakterial & fungi dikategorikan berdasarkan dari
agen penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk dapat
mengidentifikasikan organisme perusak (Reeves, 2001).
6. GEJALA KLINIS
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di
saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal,
penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas
seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung
kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul
sianosis (Barbara C. long, 1996). Terdengar adanya krekels di atas paru
yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara
oleh eksudat).
Tanda gejala yang muncul pada bronkopneumonia adalah:
1.   Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
a.  Nyeri pleuritik
b.  Nafas dangkal dan mendengkur
c.  Takipnea
2.   Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
a.  Mengecil, kemudian menjadi hilang
b.  Krekels, ronki,
c.  Gerakan dada tidak simetris
3.   Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
4.   Diafoesis
5.   Anoreksia
6.   Malaise

4
7.   Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah
menjadi kemerahan atau berkarat
8.   Gelisah
9.   Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
10. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati (Martin
tucker, Susan. 2000)
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan cara:


1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi
leukositosis ( meningkatnya jumlah neutrofil) ( Sandra M,Nettina
2001: 684).
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam.
Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta
tes sensifitas untuk mendeteksi agen infeksius (Barbara C, Long,
1996 : 435).
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan
status asam basa (Sandra M, Nettina, 2001 : 684).
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia.
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk
mendeteksi antigen mikroba (Sandra M, Nettina 2001 : 684).
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram thoraks
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali
dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus (Barbara C,
Long, 1996 : 435).
b. Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat (Sandra M, Nettina, 2001).

5
8. TERAPI/TINDAKAN PENANGANAN

1. Terapi oksigen (O2)


2. Antibiotic seperti; penisilin, kindomisin, eritromicin, dan sefalosforin.

Pada penyakit yang ringan, mungkin virus tidak perlu antibiotic. Pada
penderita yang rawat inap (penyakit berat) harus segera diberi
antibiotic. Pemilihan jenis antibiotic didasarkan atas umur, keadaan
umum penderita dan dugaan kuman penyebab.
a. Umur 3 bulan - 5 tahun, bila toksis mungkin disebabkan oleh
Streptokokus pneumonia, Hemofilus influenza atau Stafilokokus.
Pada umumnya tidak dapat diketahui kuman penyebabnya, maka
secara praktis dipakai :
Kombinasi:
Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari,
dan Kloramfenikol 50-100mg/kg/24 jam IV/oral, 4 kali sehari.
atau kombinasi:
Ampisilin 50-100 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan
Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari.
atau kombinasi :
Eritromisin 50 mg/kg/24 jam, oral, 4 kali sehari dan Kloramfenikol
(dosis sda).
b. Umur < 1 bulan, biasanya disebabkan oleh: Streptokokus
pneumonia, Stafilokokus atau Entero bacteriaceae.
Kombinasi:  
Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari,
dan Gentamisin 5-7 mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari.
atau kombinasi:
Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Gentamisin
5-7 mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari.
Kombinasi ini juga diberikan pada anak-anak lebih 3 bulan dengan
malnutrisi berat atau penderita immunocompromized.
c. Anak-anak > 5 tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh:
Streptokokus pneumonia:

6
- Penisilin prokain IM atau
- Fenoksimetilpenisilin 25.000-50.000 KI/kg/24 jam oral, 4 kali
sehari atau
- Eritromisin (dosis sda) atau
- Kotrimoksazol 6/30 mg/kg/24 jam, oral 2 kali sehari.
d. Mikoplasma pneumonia: Eritromisin (dosis sda).
Bila kuman penyebab dapat diisolasi atau terjadi efek samping obat
(misalnya alergi) atau hasil pengobatan tidak memuaskan, perlu
dilakukan reevaluasi apakah perlu dipilih antibiotic lain.
e. Lamanya pemberian antibiotic bergantung pada:
- kemajuan klinis penderita
- jenis kuman penyebab
3. Nebulizer, agar dapat mengencerkan dahak yang kental dan pemberian
bronkodilator.
4. Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan therapy
eritromicin 4x 500 mg / hari atau tetrasiklin 3-4 x 500mg/ hari.
5. Istirahat yang cukup.

9. KOMPLIKASI
a. Emfisema : terdapatnya pus pada rongga pleura.
b. Atelektasis     : pengembangan paru yang tidak sempurna.
c. Abses paru        : pengumpulan pus pada jaringan paru yg
mengalami peradangan.
d. Meningitis         : peradangan pada selaput otak.
e. Infeksi sistomik
f. Endokarditis     : peradangan pada endokardium.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN

Pengkajian Fokus
a. Demografi meliputi;nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama

7
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak
nafas, disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk
menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun
pagi selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2
tahun produksi sputum (hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali.
Penderita biasanya menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat
hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, bunyi nnafas krekels, warna
kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah
menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit
yang dapat memicu terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat
merokok, terpaan polusi kima dalam jangka panjang misalnya debu/
asap.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan
faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti
merokok.
Pola Pengkajian
1. Pernafasan
Gejala :
Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap dengan
produksi sputum setiap hari ( terutama pada saat bangun) selama
minimum 3 bulan berturut- turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi
sputum (Hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali Riwayat pneumonia
berulang, biasanya terpajan pada polusi kimia/ iritan pernafasan dalam
jangka panjang (misalnya rokok sigaret), debu/ asap (misalnya : asbes
debu, batubara, room katun, serbuk gergaji) Pengunaaan oksigen pada
malam hari atau terus -menerus.
Tanda:

8
Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untukbernafas, penggunaan otot
bantu pernafasan (misalnya : meninggikan bahu, retraksi supra klatikula,
melebarkan hidung).
Dada:
Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP ( bentuk
barel), gerakan difragma minimal.
Bunyi nafas : Krekels lembab, kasar.
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu
keseluruhan.
2. Sirkulasi
Gejala:
Pembengkakan ekstremitas bawah.
Tanda:
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi jantung / takikardi berat, disritmia, distensi vena
leher (penyakit berat) edema dependen, tidak berhubungan dengan
penyakit jantung. Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan
peningkatan diameter AP dada). Warna kulit / membrane mukosa :
normal atau abu-abu/ sianosis perifer. Pucat dapat menunjukan anemia.
3. Makanan / cairan
Gejala :
Mual / muntah.
Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema).
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.
Tanda:
Turgor kulit buruk.
Berkeringat.
Palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali.
4. Aktifitas / istirahat
Gejala:
Keletihan, keletihan, malaise.
Ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari- hari

9
karena sulit bernafas.
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam
posisi duduk tinggi.
Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau istirahat.
Tanda:
Keletihan.
Gelisah/ insomnia.
Kelemahan umum / kehilangan masa otot.
5. Integritas ego
Gejala:
Peningkatan faktor resiko.
Tanda:
Perubahan pola hidup.
Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
6. Hygiene
Gejala:
Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan
melakukan aktifitas sehari- hari.
Tanda:
Kebersihan buruk, bau badan.
7. Keamanan
Gejala:
Riwayat alergi atau sensitive terhadap zat / faktor
lingkungan.
Adanya infeksi berulang.
2. DIAGNOSE KEPERAWATAN
1.      Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum ditandai dengan adanya ronchi, dan
ketidakefektifan batuk. 
2.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada
jaringan paru (perubahan membrane alveoli) ditandai dengan sianosis,
PaO2 menurun, sesak nafas. 

10
3.      Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran
nafas ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil, akral teraba
panas. 
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan Keperawatan
1 Ketidak efektifan Setelah dilakukan a. Observasi TTV a. Member
bersihan jalan nafas asuhan terutama informasi tentang
berhubungan dengan keperawatan respiratory rate  pola pernafasan
peningkatan produksi selama (…x…) b. Auskultasi area pasien, tekanan
sputum ditandai diharapkan jalan dada atau paru, darah, nadi, suhu
dengan adanya nafas pasien catat hasil pasien.
ronchi, dan efektif dengan pemeriksaan  b. Crekcels, ronkhi
ketidakefektifan Kriteria hasil : c. Latih pasien dan mengi dapat
batuk. jalan nafas paten, batuk efektif dan terdengar saat
tidak ada bunyi nafas dalam  inspirasi dan
nafas tambahan, d. Lakukan suction ekspirasi pada
tidak sesak, RR sesuai indikasi tempat
normal (35- e. Memberi posisi konsolidasi
40x/menit), tidak semifowler atau sputum
ada penggunaan supinasi dengan c. Memudahkan
otot bantu nafas, elevasi kepala  bersihan jalan
tidak ada f. Anjurkan pasien nafas dan
pernafasan cuping minum air ekspansi
hidung hangat  maksimum paru
Kolaborasi : d. Mengeluarkan
g. Bantu sputum pada
mengawasi efek pasien tidak sadar
pengobatan atau tidak mampu
nebulizer dan batuk efektif
fisioterapi nafas e. Meningkatkan
lainnya. ekspansi paru

11
h. Berikan obat f. Air hangat dapat
sesuai indikasi, memudahkan
seperti mukolitik, pengeluaran
ekspektoran, secret
bronkodilator, g. Memudahkan
analgesic pengenceran dan
i. Berikan pembuangan
O2 lembab secret
sesuai indikasi h. Proses
medikamentosa
dan membantu
mengurangi
bronkospasme
i. Mengurangi
distress respirasi
2 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan a. Kaji frekuensi, a. Memberi
gas berhubungan asuhan (..x..) kedalaman, informasi tentang
dengan proses infeksi diharapkan kemudahan pernapasan pasien.
pada jaringan paru ventilasi pasien bernapas pasien. b. Kebiruan
(perubahan tidak terganggu b. Observasi warna menunjukkan
membrane alveoli) dengan kulit, membran sianosis.
ditandai dengan Kriteria Hasil : mukosa bibir. c. Untuk membuat
sianosis, GDA dalam c. Berikan pasien lebih
PaO2 menurun, sesak rentang normal lingkungan sejuk, nyaman.
nafas ( PO2 = 80 – 100 nyaman, ventilasi d. Meningkatkan
mmHg, PCO2 = cukup. inspirasi dan
35 – 45 mmHg, d. Tinggikan kepala, pengeluaran
pH = 7,35 – 7,45, anjurkan napas sekret.
SaO2 = 95 – 99 dalam dan batuk e. Mencegah terlalu
%), tidak ada efektif. letih.
sianosis, pasien e. Pertahankan f. Mengevaluasi
tidak sesak dan istirahat tidur. proses penyakit
rileks. f. Kolaborasikan dan mengurangi

12
pemberian distres respirasi.
oksigen dan
pemeriksaan lab
(GDA)
3 Hipertermi a. Kaji suhu tubuh a. Data untuk
berhubungan dengan pasien menentukan
inflamasi terhadap b. Pertahankan intervensi
infeksi saluran nafas lingkungan tetap b. Menurunkan suhu
ditandai dengan sejuk tubuh secara
peningkatan suhu c. Berikan kompres radiasi
tubuh, mengigil, akral hangat basah c. Menurunkan suhu
Setelah dilakukan
teraba panas.  pada ketiak, tubuh secara
asuhan
lipatan paha, konduksi
keperawatan
kening (untuk d. Peningkatan suhu
selama (...x...)
sugesti) tubuh
diharapkan suhu
d. Anjurkan pasien mengakibatkan
pasien turun atau
untuk banyak penguapan cairan
normal (36,5 –
minum tubuh meningkat,
37,5°C) dengan
e. Anjurkan sehingga
Kriteria Hasil:
mengenakan diimbangi dengan
pasien tidak
pakaian yang intake cairan yang
gelisah, pasien
minimal atau banyak
tidak menggigil,
tipis e. Pakaian yang tipis
akral teraba
f. Berikan mengurangi
hangat, warna
antipiretik sesuai penguapan cairan
kulit tidak ada
indikasi tubuh
kemerahan.
g. Berikan f. Antipiretik efektif
antimikroba jika untuk
disarankan menurunkan
demam
g. Mengobati
organisme
penyebab

13
DAFTAR PUSTAKA

14
https://www.academia.edu/30065493/LAPORAN_PENDAHULUAN_BRONCH
OPNEUMONIA_YYN

https://www.academia.edu/30852653/LAPORAN_PENDAHULUAN_BRONCH
OPNEUMONIA

https://www.academia.edu/34538376/LAPORAN_PENDAHULUAN_BRONKO
PNEUMONIA_PADA_ANAK

15

Anda mungkin juga menyukai