Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKOPNEUMONIA

Oleh

FATWANI S

11120009002

Pembimbing Akademik pembimbing lahan

Ns.Suryadi,S.Kep.,M.Kep

NIDN :

PROGRSM STUDI S1-KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

ANDINI PERSADA MAMUJU

SULAWESI BARAT TAHUN 2023


LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKOPNEUMONIA

A. Defenisi
bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus
paru-paru yang di tandai dengan adanya bercak-bercak infitrat yang disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, dan benda asing (Wijayaningsih, 2013).
Bronkopneumonia adalah cadangan parenkim paru-paru yang meluas sampai
bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada paru melalui saluran
pernapasan atau melalui hematogen sampai bronkus (Riyadi dan Sukarmin, 2009).
B. Etiologi
Secara umum bronkopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme pertahanan
tubuh terhadap virulensi organisme pathogen. Orang normal dan sehat memiliki
mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernapasan yang terdiri atas : reflek
glottis dan batuk, adanya lapisan mucus, gerakan silia yang menggerakkan kuman
keluar dari organ dan sekresi humoral setempat. Timbulnya bronkopneumonia
disebabkan oleh bakteri virus dan jamur, antara lain:
1. Bakteri : Streptococcus, staphylococcus, H. Influenza, klebsiella
2. Virus : Legionella pneumonia
3. Jamur : Aspergillus spesies, candida albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung dalam paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama (Nurarif dan Kusuma, 2015)
C. Patofisiologi
Sebagian besar penyebabnya dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme (jamur,
bakteri, virus) awalnya mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet)
invasi ini dapat masuk keseluruhan pernapasan atas dan menimbulkan reaksi
imonologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, dimana ketika terjadi
peradangan ini tubuh menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada penderita.
Reaksi ini dapat menimbulkan secret, semakin lama secret semakin menumpuk
dibronkus maka aliran bronkus menjadi semakin sempit dan pasien dapat merasa
sesak. Tidak hanya terkumpul di bronkus lama-kelamaan secret dapat sampai ke
alveolus paru dan mengganggu system pertukaran gas diparu.
Tidak hanya menginfeksi saluran napas, bakteri ini juga dapat menginfeksi saluran
cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal dalam
usus menjadi agen pathogen sehingga timbulmaslah GI.
Dalamkeadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme.
Keadaan ini disebabkan adanya mekanisme pertahanan paru, terdapatnya bakteri
didalm paru menunjukkan adanya gangguan daya tahan tubuh, sehingga
mikroorganisme dapat berkembang biakdan mengakibatkan timbulnya infeksi
penyakit. Masuknya mikroorganisme kedalam saluran napas dan paru dapat melalui
berbagai cara, antara laininhalasi langsung dari udara, aspirasi dari bahan-bahan yang
ada dinasofaring dan orofaringserta perluasan langsung dari tempat-tempat lain,
penyebaran secara hematogen (Nurarif dan Kusuma, 2013).
D. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang muncul pada penderita bronkopneumonia menurut (Nurarif
dan Kusuma, 2013), ialah :
1. Biasanya didahului infeksi traktus respiratori bagian atas
2. Demam (39-40 derajat celcius) kadang-kadang disertai kejang karena demam
yang tinggi
3. Anak yang gelisah, dan adnya nyeri dada yang terasa seperti di tusuk-tusuk, yang
dicetuskan saat bernapas dan batuk
4. Pernapasan cepat dan dangkal disertasi pernapasan cupingdan sianosis sekitar
hidung dan mulut
5. Kadang-kadang disertasi muntah dan diare
6. Adanya bunyi tambahan pernapasan seperti ronchi, wheezing
7. Rasa lelah akibat reaksi peradangan hipoksia apabila infeksinya serius
8. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mokus yang menyebabkan
atelectasis absorbsi.
E. Komplikasi
1. Obstruksi jalan napas
2. Gagal napas-pleura effusion
3. Empyema
4. Otitis media akut
5. Atelectasis
6. Emfisema
7. Meningitis (Nurarif dan Kusuma, 2013)
F. Penatalaksanaan
Ada dua jenis penatalaksaan pada pasien bronkopneumonia yaitu secara asuhan
keperawatamn dan medis (Nugroho, 2015) :
1. Asuhan keperawatan
a. Melakukan fisioterapi dada atau mengajarkan batuk efektif pada anak yang
mengalami gangguan bersihan jalan napas
b. Mengatur posisi semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi
c. Memberikan kompres untuk menurunkan demam
d. Pantau input dan output untuk memonitor balance cairan
e. Bantu pasien memenuhi kebutuhan ADLs
f. Monitor tanda-tanda vital
g. Kolborasi pemberian O2
h. Memonitor status nutrisi dan berkolaborasi dengan ahli gizi
2. Medis
a. Farmakologi
Pemberian antibiotic misalnya pensilin G, streptomisin, ampicillin, dan
gentamicin. Pemberian antibiotic ini berdasarkan usia, keadaan penderita, dan
kuman penyebabnya.
b. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologi yaitu foto thoraks, terdapat konsolidasi satu atau
bebrapa lobus yang bercak-bercak
2. Pemeriksaan laboratorium biasnya terjadi peningkatan leukosit
3. Pemeriksaan AGD untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhbungan dengan oksigen
4. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah: untuk mengetahui
mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok diberikan.
G. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
Menurut Dermawan (2012) pengkajian adalah pemikiran dasaryang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan
kepeawatan klien, baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan. Pengkajian pada
anak menurut Nursalam (2008) antara lain :
1. Usia : Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak terjadi
pada anak berusia dibawah 3 tahun.
2. Keluhan utama : Saat dikaji biasanya penderita bronkopneumonia mengeluh
sesak napas.
3. Riwayat penyakit sekarang : Pada penderita bronkopneumonia biasanya
merasakan sulit untuk bernapas, dan disertai dengan batuk berdahak, terlihat
alat bantu pernapas, adanya suara napas tambahan, penderita biasanya juga
lemah dan tidak nafu makan, kadang disertai diare.
4. Riwayat penyakit dahulu : Anak sering menderita penyakit saluran pernapasan
bagian atas, memiliki riwayat penyakit campak, atau pertussis serta memiliki
faktor pemicu bronkopneumonia misalnya riwayat terpapar asap rokok, debu,
atau polusi dalam jangka panjang.
5. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi, perlu diperhatikan adanya sianosis, dispneu, pernapasan cuping
hidung, distensi abdomen, batuk semula non produktif menjadi produktif,
serta nyeri pada dada pada saat menarik napas. Batasan takipnea pada anak
2 bulan-12 bulan adalah 50 kali/menit atau lebih, sementara untuk anak
berusia 12 bulan-5 tahun 12 bulan adalah 40 kali/menit atau lebih. Perlu
diperhatikan adnya tarikan dinding dada ke dalam fase inspirasi. Pada
pneumonia berat, tarikan dinding dada ke dalam akan tampak jelas.
b. Palpasi fremitus biasnya terdengar lemah pada bagian yang terdapat cairan
atau secret, getaran hanya teraba pada sisi yang tidak terdapat secret.
c. Normalnya perkusi pada paru adalah sonor, namun untuk kasus
bronkopneumonian biasanya saat diperkusi terdengar bunyi redup.
d. Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke
hidung atau mulut bayi. Pada anak pneumonia akan terdengar stridor,
ronchi, atau wheezing. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara
napas akan berkurang, ronchi halus pada posisi yang sakit, ronchi basah
pada masa resolusi. Pernapasan bronkial, egotomi, bronkoponi, kadang-
kadang terdengar bising gesek pleura.
6. Penegakan diagnosis : Pemeriksaan laboratorium, leukosit meningkat dan
LED meningkat, X-foto dada terdapat bercak-bercak infiltrate yang tersebar
(bronkopneumonia) atau yang meliputi satu atau sebagian besar lobus.
b. Diagnosa
Diagnose keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon
pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialami baik
secara actual maupun secara potensial. Diagnose keperawtan bertujuan unutk
mengindetifikasi respon pasien terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan
(PPNI, 2016).
Masalah keperawatan yang muncul menurut (SDKI, 2017) :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi –
perfusi, perubahan membrane alveolus – kapiler
3. Risiko deficit nutrisi berhungan dengan kurangnya asupan makanan,
ketidkmampuan mencerna makanan, faktor psikologis (mis. Stress,
keenggangan untuk makan)
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan antara suplai dengan kebutuhan
oksigen, kelemahan
5. Cemas berhubungan dengan perpisahan orang tua, lingkungan yang asing,
ketidaknyamanan
6. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan terpisah dari orang tua,
keterbatasan lingkungan
7. Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidakseimbangan
cairan (mis. Dehidrasi intoksikasi air), diare.
c. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan (SDKI DPP PPNI 2018) (SLKI DPP PPNI 2019).
d. Implementasi
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan
yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu
klien untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respons
yang ditimbulkan oleh masalah keperawatan kesehatan (Ali, 2016).
e. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil mennetukan seberapa
jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses
menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahap proses mulai dari pengkajian,
diagnose, perencanaan, timdakan dan evaluasi (Ali, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan (2012) Proses Keperawatan Penerapan Konsep dan Kerangka Kerja.
Yogyakarta : Goysen Publishing
Riyadi dan Sukarmin (2009) Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi Pertama.
Yogyakartam : Graha Ilmu
SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
SLKI DPP PPNI 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
SIKI DPPPPNI 2018. Sandar Intervensi Keperawatan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai