Disusun oleh :
Yuliana
P27906120038
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
BRONKHOPNEUMONIA
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada paru-paru yang
dapat disebabkan oleh bermacam-macam penyebab seperti virus, bakteri,
jamur, benda asing (Andra & Yessie, 2013). Sebuah penelitian oleh Betz
dan Sowden 2002 (dikutip dalam Andra & Yessie, 2013)
bronkopneumonia adalah peradangan akut parenkim paru yang biasanya
berasal dari infeksi. Kesimpulannya bronkopneumonia merupakan jenis
penyakit infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di
daerah bronkus dan sekitar alveoli.
2. Etiologi
a. Bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah
staphylococcus aureus, streptococus, aeruginosa, legionella,
hemophillus, influenza, eneterobacter.
b. Bakteri-bakteri tersebut berada pada kerongkongan manusia sehat,
setelah system pertahanan menurun oleh sakit, usia tua, atau
malnutrisi, bakteri tersebut segera memperbanyak diri dan
menyebabkan kerusakan.
c. Virus penyebab pneumonia diantaranya yaitu virus influenza,
adenovirus,chicken-pox (cacar air). Meskipun virus-virus ini
menyerang saluran pernafasan bagian atas, tetapi gangguan ini dapat
memicu pneumonia, terutama pada anak-anak.
d. Organisme mirip bakteri yaituMicoplasma pneumonia. Pneumonia
jenis ini berbeda dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu
pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan
ini sering disebut pneumonia yang tidak tipikal. Mikoplasma ini
menyerang segala jenis usia.
e. Jamur penyebab pneumonia yaitu candida albicans (Meadow, 2015)
3. Manifestasi klinik
a. Peningkatan suhu tubuh yang mendadak biasanya didahului oleh
infeksi traktus respiratorius bagian atas, kadang timbul kejang
b. Pernafasan cepat dan dangkal di sekitar pernafasan cuping hidung
c. Sianosis sekitar hidung dan mulut
d. Kadang-kadang muntah dan diare
e. Batuk, pada permulaan penyakit tidak ditemukan, tapi setelah
beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif
4. Patofisiologi dan pathway
Infeksi saluran napas bawah yang paling sering diderita dan beresiko
besar pada anak-anak yaitu pneumonia (Corwin, 2009). Kerusakan
jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme di paru banyak
disebabkan dari reaksi imunitas dan inflamasi pejamu. Selain itu, toksin
yang dikeluargkan bakteri dapat secara langsung merusak sel-sel sistem
pernapasan bawah, termasuk produksi surfaktan sel alveolar tipe II.
Menurut corwin (2009) dan Price & Wilson (2006) bronkopneumonia
memiliki empat fase atau stadium yaitu hipertermia, hepatisasi merah,
hepatisasi kelabu, dan resolusi.
Stadium satu, hipertermia (4-12 jam pertama) merupakan respon
inflamasi awal pada daerah paru yang terinfeksi yang disebabkan
pelepasan histamine dan prostaglandin serta mengaktifkan komplemen
(Price & Wilson, 2006). Ketiga komponen ini menyebabkan vasodilatasi
dan peningkatan aliran darah ke area cidera serta memicu terjadinya
perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisial yang kemudian
mengakibatkan edema antara kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan
diantara kapiler dan alveolus, menyebabkan penurunan oksigen
hemoglobin. Pada stadium ini, penyebaran infeksi ke jaringan sekitar
terjadi akibat dari peningkatan aliran darah dan rusaknya alveolus serta
membrane kapiler seiring dengan berlanjutnya proses inflamasi.
Stadium dua, hepatisasi merah (12-48 jam pertama) merupakan
konsisi ketika alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat, dan fibrin yang
dihasilkan pejamu sebagai bagian dari proses inflamasi. Stadium tiga,
hepatisasi kelabu (3-8 hari) terjadi ketika sel-sel datrah putih membuat
kolonisasi dibagian paru yang terinfeksi. Pada stadium ini endapan fibrin
terakumulasi disuluruh daerah yang cidera dan terjadi fagositosis sel
debris. Stadium empat, resolusi (8-11 hari) merupakan periode ketika
respon imun dan inflamasi mereda, sel fibrin, debris, dan bakteri telah
berhasil dicerna, makrofag dan sel pembersih pada reaksi inflamasi
mendominasi (price & Wilson, 2006).
Penderita bronkopneumonia biasanya mengalami gangguan pada
proses ventilasi yang disebabkan karena penurunan volume paru akibat
langsung dari kelainan parenkim paru. Untuk mengatasi gangguan
ventilasi akibat dari penurunan volume paru maka tubuh akan berusaha
mengkonpensasi dengan cara meningkatkan tidal volume dan frekuensi
naps sehingga sevara klinis terlihat takipnea dan dispnea dengan tanda
inspiratory effort (Nelson, 2009). Tubuh berusaha meningkatkan ventilasi
sehingga terjadi usaha napas ekstra dan pasien terlihat sesak. Selain itu
dengan berkurangnya volume paru secara fungsional karena proses
inflamasi maka akan mengganggu proses difusi dan menyebabkan
gangguan pertukaran gas yang dapat mengakibatkan terjadinnya hipoksia
dan bahkan gagal napas (Chang & Elliot, 2009).
Pathway
5. Pemeriksaan penunjang
a. Foto thorax, bercak-bercak infiltrate pada satu atau beberapa lobus
b. Laboratorium
1) Pada gambaran darah tepi : Leukositosis :15.000-40.000/mm3
2) Urine : warna lebih tua
3) Albuminemia (karena suhu naik dan sedikit thorax hialin)
4) Analisa gas darah arteri asidosis metabolic dengan atau tanpa
retensi CO2
6. Penatalaksanaan medis dan keperawatan
Untuk penatalaksanaan medis yaitu:
a. Penicillin 50.000 u/kgBB/hari + klorompenikol 50-70 mg/kg/BB atau
ampicilin (AB spectrum luas), terus sampai dengan demam 4-5 hari
b. Pemberian oksigen
c. Pemberian cairan intravena, glukosa 5% dan NaCl 0,9% 3:1 + KCl 10
meq/500 ml/botol infus jadi karena sebagian besar jatuh dalam
asidosis metabolic akibat kurang makan dan hipoksia
Sementara untuk penatalaksanaan Keperawatan, yaitu:
a. Menjaga kelancaran pernafasan (suchtion/ hisap sekret, oksigen 0,5
Lpm s/d 2 Lpm, ekstensi kepala, dan ubah posisi rutin)
b. Penuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
c. Mengontrol suhu tubuh. Suhu tubuh dikontrol secara rutin, jika panas
diberi kompres dingin dan obat penurun panas
d. Cegah komplikasi dengan gangguan rasa aman dan nyaman dengan
perubahan posisi tiap-tiap 2 jam. Postural drainase, fishioterapi dada,
bayi ditengkurapkan, isap lender 5-10 menit sekali dapat dilakukan
pada pagi dan sore hari.
e. Penyuluhan kesehatan pada orang tua rentang perawatan anak
f. Menjaga lingkungan yang bersih dan aman, jangan dibawa keluar
pada malam hari, jaga kebersihan anak
7. Komplikasi
a. Obstruksi jalan napas
b. Gagal napas – pleura effusion
c. Empiema
d. Otitis media akut
e. Atelektasis
f. Emfisema
g. Meningitis
B. Konsep asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Terdiri dari Nama, No.Rek.Medis, Umur , Agama, Jenis Kelamin
,Pekerjaan, Status perkawinan, Alamat, Tanggal masuk, Yang
mengirim, Cara masuk RS, dan Diagnosa medis dan nama Identitas
Penanggung Jawab meliputi : Nama, Umur, Hub dengan pasien,
Pekerjaan dan Alamat
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh pasien
sebelum masuk ke rumah sakit. Riwayat Kesehatan Sekarang
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
3) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya pasien mempunyai anggota keluarga yang pernah
menderita penyakit yang sama dengan pasien.
c. Pemeriksaan Fisik (dada Paru)
1) Inspeksi:
a) Amati bentuk thorax
b) Amati Frekuensi napas, irama, kedalamannya
c) Amati tipe pernapasan : Pursed lip breathing, pernapasan
diapragma, penggunaan otot Bantu pernapasan
d) Tanda tanda reteraksi intercostalis , retraksi suprastenal
e) Gerakan dada
f) Adakan tarikan didinding dada , cuping hidung, tachipnea
g) Apakah daa tanda tanda kesadaran meenurun
2) Palpasi
a) Gerakan pernapasan
b) Raba apakah dinding dada panas
c) Kaji vocal premitus
d) Penurunan ekspansi dada
3) Auskultasi
a) Adakah terdenganr stridor
b) Adakah terdengar wheezing
c) Evaluasi bunyi napas, prekuensi,kualitas, tipe dan suara
tambahan
4) Perkusi
1) Suara Sonor/Resonans merupakan karakteristik jaringan paru
normal
2) Hipersonor , adanya tahanan udara
3) Pekak/flatness, adanya cairan dalan rongga pleura
4) Redup/Dullnes, adanya jaringan padat
5) Tympani, terisi udara
d. Pola Kebutuhan
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya
Tanda : Takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
3) Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat
diabetes mellitus
Tanda : Kistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk,
penampilan kakeksia (malnutrisi)
4) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : Perusakan mental (bingung)
5) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk),
imralgia, artralgi
Tanda : Melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit
untuk membatasi gerakan)
6) Pernafasan
Gejala : Adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas),
dispnea.
Tanda : Sputum: merah muda, berkarat
perpusi: Pekak datar area yang konsolidasi
premikus: Taksil dan vocal bertahap meningkat dengan
konsolidasi
Bunyi nafas menurun : Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
7) Keamanan
Gejala : Riwayat gangguasn sistem imun misal: AIDS,
penggunaan steroid, demam.
Tanda : Berkeringat, menggigil berulang, gemetar (Wong, 2009
dalam Wara, 2018).
2. Diagnosis keperawatan
a. (D.0003) Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran
alveolus-kapiler.
b. (D.0001) Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang
tertahan.
c. (D.0005) Pola nafas tidak efektif b.d Hambatan upaya napas
(kelemahan otot pernapasan)
d. (D.0019) Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme.
e. (D.0056) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
f.
3. Intervensi keperawatan
4. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Kegiatan
evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah
implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam
perencanaan. Dalam dokumentasi dikenal 2 cara yaitu secara sumatif dan
formatif. Biasanya evaluasi menggunakan acuan SOAP atau SOAPIER
sebagai tolak ukur pencapaian implementasi.
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, 2015. Studi Kasus Pada An.A Umur 10 Bulan Dengan Masalah
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Diagnosa Medis Bronkopneumonia
di RS Muhammadiyah Kediri, Universitas Nusantara PGRI Kediri
Nuzul Mubarokah. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Klien Bronkopneumonia
Dengan Masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas. Diakses pada
tanggal 26 Januari 2021: http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/229/1/Nuzul
%20Mubarokah.pdf
Puspa Ramadhani. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Tn.B dengan pneumonia di
ruang rawat inap paru. Diakses pada tanggal 26 Januari 2021:
http://repo.stikesperintis.ac.id/135/1/13%20PUSPA%20RAMADHANI.pdf
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatam Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi I Cetakan III (Revisi).Jakarta: DPP
PNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatam Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Cetakan II.Jakarta: DPP PN
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatam Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan, Cetakan II.Jakarta: DPP PNI
Wara Kustini. 2018. Asuhan Keperawatan Bronkhopneumonia pada An.A
Diruang Anggrek RSUD Kota Yogyakarta. Diakses pada tanggal 26 Januari
2021: http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2082/
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM
PERNAPASAN: BRONKHOPNEUMONIA
I. BIODATA
Identitas pasien
Initial pasien : Tn.B
Pekerjaan : Pensiunan guru
Usia : 79 tahun
No. RM :
Jenis kelamin : Laki-laki
Tgl pengkajian : 6 Juni 2018
Agama : Islam
Status pernikahan: Belum menikah
Penanggung jawab
Initial : Tn.A
Usia : 41 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Hub dg pasien : Anak
Tanda (Objektif)
Pasien tampak mengalami kelemahan pada ekstermitas atas dan ekstermitas
bawah bagian kiri. Kekuatan Otot : 555 444.
555 444
konjungtiva anemis, sclera klien tampak berwaran putih, pupil klien tampak
isokor.
V. SIRKULASI
Gejala (Subjektif)
Anak klien mengatakan kaki klien bengkak
Tanda (Objektif)
Denyutan jantung teraba jelas, tidak teraba adanya pembengkakan, ichtus
cordis teraba. Perkusi terdengar bunyi pekak. Auskultasi terdengar bunyi
jantung 1 dan 2 (dup dan lup). CRT <2 detik. Tekanan Darah 120/70 mmHg,
Nadi 87 x / menit, ekstremitas bawah klien tampak odema.
INTEGRITAS EGO
Gejala (Subjektif)
Pasien mengatakan dirinya seorang laki-laki dan seorang ayah dan
mengatakan ingin cepat pulang. Pasien berusaha untuk sembuh dengan
mematuhi peraturan yang ada di Rumah Sakit seperti minum obat dengan
teratur dan memakan makanan yang di berikan oleh pihak rumah sakit.
Tanda (Obyektif)
Status emosional: pasien tampak tenang.
ELIMINASI
Gejala (Subjektif)
Sebelum mrs pasien BAB 1 x/hari, warna kuning, bau khas, konsitensi lunak.
BAK kurang lebih 4 x/hari, warna kuning, bau khas. Dibantu oleh keluarga.
Sesudah mrs pasien BAB terpasang pampers, warna kuning kecoklatan, bau
khas, konsitensi lembek. BAK pasien terpasang kateter urine, warna
kemerahan, bau khas. Dibantu oleh keluarga.
Tanda (Objektif)
Abdomen klien tampak simetris kiri dan kanan, perut klien tampak datar,
tidak tampak ada lesi, tidak ada pembengkakan pada abdomen, warna kulit
abdomen sama dengan kulit yang lain. Tampak terpasang kateter, urin klien
tampak berwarna kemerahan karna faktor pengeruh obat, jumalah urin klien
100 cc.
MAKANAN/ CAIRAN
Gejala (Subjektif)
Anak pasien mengatakan pasien tidak mau makan (nafsu makan menurun)
dan mual. Selama sakit pasien minum kurang lebih 3 gelas sehari.
Tanda (Objektif)
Porsi diet pasien tampak tidak habis hanya habis 3 sendok makan. BB sehat
50 kg, BB sakit 40 kg. Tinggi badan 158 cm. IMT 16,06 (tidak normal).
Mukosa bibir tampak kering. Bising usus 8 x/mnt. Turgor kulit pasien jelek.
HIGIENE
Gejala (Subjektif)
Aktivitas sehari-hari, mobilitas, makan, hygiene, toileting dibantu oleh
keluarga
Tanda (Objektif)
Gigi pasien tampak ada sisa-sisa makan, lidah pasien tampak kotor, mukosa
bibir tampak kering, kuku tangan pasien tampak kotor, tidak ada bau badan.
NEUROSENSORI
Gejala (Subjektif)
Anak pasien mengatakan pasien pernah jatuh ± 5 bulan yang lalu sejak saat
itu pendengaran pasien mulai terganggu dan anak pasien mengatakan pasien
bicaranya pelo.
Tanda (Objektif)
Status mental baik. Kesadaran compos mentis. Tidak menggunakan
kacamata. Pupil mengecil ketika diberikan reflek cahaya. Pasien bicara tidak
jelas/pelo, pasien tersedak saat minum, lidah klien deviasi ke kiri, fungsi
pendengaran klien mengalami gangguan sehingga menggunakan alat bantu
dengar
NYERI/ KETIDAKNYAMANAN
Gejala (Subjektif)
Tidak ada keluhan
Tanda (Objektif)
Pasien tampak terbaring ditempat tidur.
PERNAPASAN
Gejala (Subjektif)
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit pada penafasan. Pasien tidak
merokok.
Tanda (Objektif)
Dada pasien tampak simetris kiri dan kanan, pernafasan tampak dangkal, RR
16 x/menit (tachypnea), tidak terpasang O2, tidak menggunakan otot bantu
pernafasan, terdengar suara ronchi
KEAMANAN
Gejala (Subjektif)
Anak klien mengatakan klien tidak memiliki alergi terhadap makanan dan
obat-obatan.
Tanda (Objektif)
Suhu tubuh 36,5 ℃. Integritas kulit turgor kulit klien jelek. Punggung tidak
terdapat lesi ataupun luka dekubitus
INTERAKSI SOSIAL
Gejala (Subjektif)
Status perkawinan sudah menikah. Hidup dengan anaknya. Pasien
berkomunikasi kurang jelas karena pelo.
Tanda (Objektif)
Hubungan dengan keluarga selama di rumah sakit tampak baik, dan klien
dapat bersosisalisasi dengan baik dengan para petugas dirumah sakit.
Analisa Data
No. M.R. :
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien: An. A
O:
- Kaki pasien tampak oedem
- Semua aktivitas pasien tampak dibantu.
- Pasien tampak banyak tidur
- Pasien tampak dapat menggerakan jari-
jari tangan dan kaki
- Keluhan lelah sedang (3)
- Perasaan lemah sedang (3)