Anda di halaman 1dari 14

BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKOPNEUMONIA

A. Pengertian
Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu
atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-
bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda
asing (Wijayaningsih, 2013).
Bronkopneumonia adalah cadangan pada parenkim paru yang
meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi
pada jaringan paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran
pernapasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus. (Riyadi dan
Sukarmin, 2009).
B. Etiologi
Secara umum bronkopneumonia diakibatkan penurunan
mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen.
Orang normal dan sehat memiliki mekanisme pertahanan tubuh
terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk,
adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar
dari organ dan sekresi humoral setempat. Timbulnya bronkopneumonia
disebabkan oleh bakteri virus dan jamur, antara lain :
1. Bakteri :Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella
2. Virus :Legionella Pneumoniae
3. Jamur :Aspergillus Spesies, Candida Albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung kedalam
paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama (Nurarif dan Kusuma,
2015).
C. Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia berdasarkan letak anatomi
1. Pneumonia lobaris Pneumonia lobaris melibatkan seluruh atau satu
bagian besar dari satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru
terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau “ganda”.
2. Pneumonia lobularis (bronkopneumonia) Bronkopneumonia terjadi
pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat
mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus
yang berada didekatnyaPneumonia interstisial Proses implamasi yang
terjadi di dalam dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial
serta interlobular ( Nurarif dan Kusuma, 2013)
D. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah
mikroorganisme (jamur, bakteri, virus) awalnya mikroorganisme
masuk melalui percikan ludah (droplet) invasi ini dapat masuk
kesaluran pernafasan atas dan menimbulkan reaksi imonologis dari
tubuh. reaksi ini menyebabkan peradangan, dimana ketika terjadi
peradangan ini tubuh menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam
pada penderita.
Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan sekret, semakin lama
sekret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi
semakin sempit dan pasien dapat merasa sesak. Tidak hanya terkumpul
dibronkus lama- kelamaan sekret dapat sampai ke alveolus paru dan
mengganggu sistem pertukaran gas di paru.
Tidak hanya menginfeksi saluran nafas, bakteri ini juga dapat
menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini
dapat membuat flora normal dalam usus menjadi agen patogen
sehingga timbul masalah GI.
Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme. keadaan ini disebabkan adanya mekanisme
pertahanan paru. terdapatnya bakteri didalam paru menunjukkan
adanya gangguan daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat
berkembang biak dan mengakibatkan timbulnya infeksi penyakit.
masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat
melalui berbagai cara, antara lain inhalasi langsung dari udara, aspirasi
dari bahan- bahan yang ada dinasofaring dan orofaring serta perluasan
langsung dari tempat-tempat lain, penyebaran secara hematogen
( Nurarif dan Kusuma, 2013)
Phatway
E. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis yang muncul pada penderita bronkopneumonia


menurut ( Nurarif dan Kusuma, 2013), ialah :
1. Biasanya didahului infeksi traktus respiratori bagian atas
2. Demam (39 -40 derajat celcius) kadang-kadang disertai kejang
karena demam yang tinggi.
3. Anak sangat gelisah, dan adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-
tusuk, yang dicetuskan saat bernafas dan batuk.
4. Pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung
dan sianosis sekitar hidung dan mulut.
5. Kadang-kadang disertai muntah dan diare.
6. Adanya bunyi tambahan pernafasan seperti ronchi, wheezing.
7. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila
infeksinya serius.
8. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mokus
yang menyebabkan atelectasis absorbsi.
F. Komplikasi
1. Obstruksi Jalan nafas
2. Gagal napas – pleura effusion
3. Empiema
4. Otitis media akut
5. Atelectasis
6. Emfisema
7. Meningitis ( Nurarif dan Kusuma, 2013)
G. Penatalaksanaan
Ada dua jenis penatalaksanaan pada pasien bronkopneumonia yaitu
secara asuhan keperawatan dan medis (Nugroho, 2015) :
1. Asuhan keperawatan
a. Melakukan fisioterapi dada atau mengajarkan batuk efektif
pada anak yang mengalami gangguan bersihan jalan nafas
b. Mengatur posisi semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi
c. Memberikan kompres untuk menurunkan demam Pantau input
dan output untuk memonitor balance cairan
d. Bantu pasien memenuhi kebutuhan ADLs
e. Monitor tanda-tanda vital
f. Kolaborasi pemberian O2
g. Memonitor status nutrisi dan berkolaborasi dengan ahli gizi
2. Medis
a. Farmakologi
Pemberian antibiotik misalnya penisilin G, streptomisin,
ampicillin, dan gentamicin. Pemberian antibiotik ini
berdasarkan usia, keaadan penderita, dan kuman penyebab.
b. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan radiologi yaitu foto thoraks, terdapat
konsolidasi satu atau beberapa lobus yang bebercak-bercak.
2) Pemeriksaan laboratorium biasanya terjadi peningkatan
leukosit.
3) Pemeriksaan AGD untuk mengetahui status
kaardiopulmuner yang berhubungan dengan oksigen.
4) Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : untuk
mengetahui mikroorganisme penyebab dan obat yang
cocok diberikan.
H. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologi yaitu foto thoraks, terdapat konsolidasi satu
atau beberapa lobus yang bebercak-bercak.
2. Pemeriksaan laboratorium biasanya terjadi peningkatan leukosit.
3. Pemeriksaan AGD untuk mengetahui status kaardiopulmuner yang
berhubungan dengan oksigen.
4. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : untuk
mengetahui mikroorganisme penyebab dan obat yang
cocok diberikan. (Nugroho, 2015)
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Menurut Dermawan (2012) pengkajian adalah pemikiran dasar
yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien,
agar dapat mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan
kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial, dan
lingkungan. Pengkajian pada anak menurut Nursalam (2008) antara
lain:
1. Usia : Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus
terbanyak terjadi pada anak berusia di bawah 3 tahun.
2. Keluhan utama : Saat dikaji biasanya penderita bronkopneumonia
mengeluh sesak nafas.
3. Riwayat penyakit sekarang : Pada penderita bronkopneumonia
biasanya merasakan sulit untuk bernafas, dan disertai dengan batuk
berdahak, terlihat otot bantu pernafasan, adanya suara nafas
tambahan, penderita biasanya juga lemah dan tidak nafsu makan,
kadang disertai diare.
4. Riwayat penyakit dahulu : Anak sering menderita penyakit saluran
pernafasan bagian atas, memiliki riwayat penyakit campak atau
pertussis serta memiliki faktor pemicu bronkopneumonia misalnya
riwayat terpapar asap rokok, debu atau polusi dalam jangka
panjang.
5. Pemeriksaan fisik :
a. Inspeksi. Perlu diperhatikannya adanya sianosis, dispneu,
pernafasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula non
produktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada saat menarik
nafas. Batasan takipnea pada anak 2 bulan – 12 bulan adalah 50
kali/menit atau lebih, sementara untuk anak berusia 12 bulan – 5
tahun 12 adalah 40 kali/menit atau lebih. Perlu diperhatikan
adanya tarikan dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada
pneumonia berat, tarikan dinding dada ke dalam akan tampak
jelas.
b. Palpasi Fremitus biasanya terdengar lemah pada bagian yang
terdapat cairan atau secret, getaran hanya teraba pada sisi yang
tidak terdapat secret.
c. Perkusi Normalnya perkusi ppada paru adalah sonor, namun
untuk kasus bronkopneumonia biasanya saat diperkusi terdengar
bunyi redup.
d. Auskultasi Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara
mendekatkan telinga ke hidung atau mulut bayi. Pada anak
pneumonia akan terdengar stridor, ronkhi atau wheezing.
Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara nafas akan
berkurang, ronkhi halus pada posisi yang sakit, dan ronkhi
basah pada masa resolusi. Pernafasan bronkial, egotomi,
bronkoponi, kadang-kadang terdengar bising gesek pleura.
6. Penegakan diagnosis : Pemeriksaan laboratorium : Leukosit
meningkat dan LED meningkat, X-foto dada : Terdapat bercak-
bercak infiltrate yang tersebar (bronkopneumonia) atau yang
meliputi satu atau sebagian besar lobus.
B. Diagnosa
Diagnosa Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis
mengenai respon pasien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialami baik secara aktual maupun potensial. Diagnosa
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons pasien terhadap
situasi yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2016).
Masalah keperawatan yang muncul menurut (SDKI , 2017):
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme
jalan nafas.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi,perubahan membrane alveolus-kapiler.
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, faktor psikologis (mis.
Stress, keengganan untuk makan)
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dengan kebutuhan oksigen, kelemahan.
5. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,
lingkungan yang asing, ketidaknyamanan.
6. Gangguan tumbuh kembang b.d terpisah dari orang tua,
keterbatasan lingkungan
7. Resiko ketidak seimbangan elektrolit berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan (mis. Dehidrasi intoksikasi air), diare.
C. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
diharapkan (SIKI DPP PPNI 2018) (SLKI DPP PPNI 2019).
No Diagnosa Standar luaran Intervensi Rasional
keperawatan keperawatan Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan Manajemen pola - Untuk
tidak efektif tindakan nafas mengetahui
berhubungan keperawatan … Observasi status pola
dengan spasme x… jam nafas - Monitor pola nafas nafas
jalan nafas kembali efektif - Monitor bunyi - Apakah ada
dengan kriteria nafas tambahan bunyi nafas
hasil : - Monitor sputum tambahan
1. Pola napas Terapeutik - Untuk
membaik - Pertahankan mengetahui
2. Jalan nafas kepatenan pola adanya
menjadi bersih nafas produksi
3. Mampu - Posisi semifowler sputum
mengidentifikasi - Berikan minuman - Untuk
dan mencegah hangat kenyaman
faktor yang dapat Edukasi - Agar jalan
menghambat jalan - Anjurkan asupan nafas tidak
cairan yang tepat tertutup
nafas.
Kolaborasi - Untuk

- Kolaborasi mengencerkan
pemberian bronkodilator dahak
- untuk
memastikan
asupan cairan
perhari
Untuk
mengisap lendir

2. Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan - Untuk


pertukaran gas tindakan …x… jam respirasi mengetahui
berhubungan dengan pertukaran gas Observasi karakteristik
ketidakseimbanga n membaik dengan - Monitor frekuensi nafas
ventilasi- kriteria hasil : nafas, kedalaman, - Untuk
perfusi,perubahan 1. Dispnea upaya nafas mengetahui
membrane alveolus- menurun - Monitor pola nafaa pola nafas
kapiler. 2. Takikardi - Monitor adanya pasien
membaik produksi sputum - Untuk
3. Pola nafas Terapeutik mengetahui
membaik - Atur interval adanya
pemantauan produksi
respirasi sesuai sputum
kondisi pasien - Untuk
- Dokmentasi hasil mengetahui
pemantauan status respirasi
Edukasi pasien
- Jelaskan tujuan - Sebagai
pemantauan catatan
- Agar keluarga
- Informasikan
paham dengan
hasil
tindakan
pementauan
- Untuk
mengetahui
hasil pantau
jalan
nafas
3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi - Untuk
Observasi
berhubungan tindakan mengetahui
- Identifikasi status
dengan kurangnya keperawatan … status nutrisi
nutrisi
asupan makanan, x… jam Anoreksia pasien
- Identifikasi alergi
ketidakmampuan dan kebutuhan - Untuk
dan intoleransi
mencerna nutrisi dapat menentukan
makanan
makanan, faktor teratasi dengan intervensi
- Identifikasi
psikologis (mis. kriteria hasil: selanjutnya
makanan yang
Stress, keengganan 1. Porsi makanan - Mengetahui
disukai
untuk makan) yang dihabiskan - Monitor asupan adanya
meningkat makan penurunan BB
2. Frekuensi yang berarti
- Monitor berat
makan membaik badan - Menjadi
3. Nafsu makan - Monitor hasil pedoman
membaik pemeriksaan dalam

laboratorium - melakukan

Terapeutik intervensi
- Berikan makanan keperawatan
tinggi serat untuk - Makanan yang
mencegah menarik dan
konstipasi
suhu yang
- Berikan makanan
sesuai dapat
tinggi kalori dan
meningkatkan
tinggi protein
nafsu makan
- Berikan suplemen - Untuk
makanan, jika mencukupi
perlu kebutuhan
Edukasi kalori dan
- Anjurkan posisi protein pasien
duduk - Pemberian
Kolaborasi medikasi
untuk
- Kolaborasi
meningkatkan
pemberian
nafsu makan
medikasi sebelum
makan
- Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah & jenis
nutrisi yang
Dibutuhkan
D. Implementasi
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan
intervensi keperawatan. Implementasi merupakan langkah keempat dari
proses keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk
dikerjakan dalam rangka membantu klien untuk mencegah,
mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respons yang
ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan (Ali 2016).
E. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil
menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran
dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari
setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan,tindakandanevaluasi(Ali2016)
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan (2012) Proses Keperawatan Penerapan Konsep Dan Kerangka


Kerja.Yogyakarta: Gosyen Publishing
Nugroho, T (2015) Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah dan Penyakit
Dalam Yogyakarta:
Nuha Medika Nursalam (2008) Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan Jakarta: Salemba Medika
Nurarif, A. Huda dan Hardhi Kusuma (2015) Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC jilid 1 Yogjakarta:
Mediaction
Riyadi dan Sukarmin (2009) Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi pertama
Yogyakarta: Graha Ilmu
SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta.
SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Wijayaningsih, Kartika Sari (2013) Asuhan Keperawatan Anak Jakarta : CV
Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai