Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONCHO PNEUMONIA

OLEH :

SHEFIIA NOVERA ACHDIWATI HS

NIM 1814401105

TINGKAT II REGULER 3

JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK


KESEHATAN
TANJUNGKARANG
2020
BRONCHO PNEUMONIA

1. PENGERTIAN
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbecak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi didalam bronchi dan meluas di parenkim paru yang berdekatan
disekitarnya.
Bronchopneumoni disebut juga pneumonia lobularis, yaitu radang
paru- paru yang di sebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan lain- lain.
Bronchopneumonia/ pneumonia lobaris merupakan radang paru yang
menyebabkan bronkhioli terminal. Bronkhioli terminal tersumbat oleh
eksudat yang berbentuk bercak- bercak., kemudian menjadi bagian yang
terkonsulidasi atau membentuk gabungan dan meluas ke parenkim paru.
Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran
pernafasan atas, demam, infeksi yang spesifik dan penyakit yang
melemahkan daya tahan tubuh.

2. ETIOLOGI
Secara umum bronchopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme
pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang normal dan
sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernapasan
yang terdiri atas : refleks glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan
sillia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dari sekresi humoral
setempat.
Broncopneumonia dapat disebabkan oleh:
Bakteri= streptococcus, straphylococcus, influenmza
Virus= legionella pneumonia, virus influenza
Jamur= aspergilus, candida albicons
Aspirasi makanan, sekresi oropharing/isi lambung ke dalam paru
Kongesti paru kronik
Flora normal, hidrokarbon.

3. TANDA DAN GEJALA, KLASIFIKASI


1. Tanda dan Gejala
Pneumonia khususnya bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran
nafas bagian atas selama beberapa hari.
1. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 390-400C
2. Mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi.
3. Anak sangat gelisah, dispnu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan
cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut.
4. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk
setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian
menjadi produktif (Bennete, 2013).
Dalam pemeriksaan fisik penderita pneumonia khususnya bronkopneumonia
ditemukan hal-hal sebagai berikut (Bennete, 2013):
1. Pada inspeksi : terdapat retraksi otot epigastrik, interkostal, suprasternal, dan
pernapasan cuping hidung.
Tanda objektif yang merefleksikan adanya distres pernapasan adalah
 retraksi dinding dada
 penggunaan otot tambahan yang terlihat dan cuping hidung
 orthopnea
 pergerakan pernafasan yang berlawanan.
Tekanan intrapleura yang bertambah negatif selama inspirasi melawan
resistensi tinggi jalan nafas menyebabkan retraksi bagian-bagian yang mudah
terpengaruh pada dinding dada, yaitu jaringan ikat inter dan sub kostal, dan
fossae supraklavikula dan suprasternal. Kebalikannya, ruang interkostal yang
melenting dapat terlihat apabila tekanan intrapleura yang semakin positif.
Retraksi lebih mudah terlihat pada bayi baru lahir dimana jaringan ikat
interkostal lebih tipis dan lebih lemah dibandingkan anak yang lebih tua.
Kontraksi yang terlihat dari otot sternokleidomastoideus dan pergerakan
fossae supraklavikular selama inspirasi merupakan tanda yang paling dapat
dipercaya akan adanya sumbatan jalan nafas. Pada infant, kontraksi otot ini
terjadi akibat “head bobbing”, yang dapat diamati dengan jelas ketika anak
beristirahat dengan kepala disangga tegal lurus dengan area suboksipital.
Apabila tidak ada tanda distres pernapasan yang lain pada “head bobbing”,
adanya kerusakan sistem saraf pusat dapat dicurigai.
Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitif akan adanya distress
pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi memendek secara abnormal
(contohnya pada kondisi nyeri dada). Pengembangan hidung memperbesar
pasase hidung anterior dan menurunkan resistensi jalan napas atas dan
keseluruhan. Selain itu dapat juga menstabilkan jalan napas atas dengan
mencegah tekanan negatif faring selama inspirasi.    
2. Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris.
Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak menghilangkan
getaran fremitus selama jalan napas masih terbuka, namun bila terjadi
perluasan infeksi paru (kolaps paru/atelektasis) maka transmisi energi vibrasi
akan berkurang.
3. Pada perkusi tidak terdapat kelainan
4. Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring.
Crackles adalah bunyi non musikal, tidak kontinyu, interupsi pendek
dan berulang dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz. Bisa bernada
tinggi ataupun rendah (tergantung tinggi rendahnya frekuensi yang
mendominasi), keras atau lemah (tergantung dari amplitudo osilasi) jarang
atau banyak (tergantung jumlah crackles individual) halus atau kasar
(tergantung dari mekanisme terjadinya).Crackles dihasilkan oleh gelembung-
gelembung udara yang melalui sekret jalan napas/jalan napas kecil yang tiba-
tiba terbuka.
2. Klasifikasi
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan
pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli telah
membuktikan bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara
klinis dan memberikan terapi yang lebih relevan (Bradley et.al., 2011).
1. Berdasarkan lokasi lesi di paru
a) Pneumonia lobaris
b) Pneumonia interstitialis
c) Bronkopneumonia
2. Berdasarkan asal infeksi
a) Pneumonia yang didapat dari masyarkat (community acquired pneumonia)
b) Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (hospital-based pneumonia)
3. Berdasarkan mikroorganisme penyebab
a) Pneumonia bakteri
b) Pneumonia virus
c) Pneumonia mikoplasma
d) Pneumonia jamur
4. Berdasarkan karakteristik penyakit
a) Pneumonia tipikal
b) Pneumonia atipikal
5. Berdasarkan lama penyakit
a) Pneumonia akut
b) Pneumonia persisten

4. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar penyebab bronkopneumonia adalah mikroorganisme
(jamur, bakter, virus) dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti
hidrokarbon (minyak tanah, bensin dan sejenisnya). Serta aspirasi
( masuknya isi lambung ke dalam saluran napas). Awalnmya
mikroorganisme akan masuk melalui percikan ludah ( droplet) infasi ini
akan masuk ke saluran pernapasan atas dan menimbulkan reaksi imunologis
dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, dimana saat terjadi 
peradangan ini tubuh akan menyesuaikan diri sehingga timbulah gejala
demam pada penderita.
Reaksi peradangan ini akan menimbulkan secret. Semakin lama secret
semakin menumpuk di bronkus sehingga aliran bronkus menjadi semakin
sempit dan pasien akan merasa sesak. Selain terkumpul di bronkus, lama
kelamaan secret akan sampai ke alveolus paru dan mengganggu system
pertukaran gas di paru.
Selain menginfeksi saluran napas, bakteri ini juga dapat menginfeksi
saluran cerna saat ia terbawa oleh darah. Bakteri ini akan membuat flora
normal dalam usus menjadi agen pathogen sehingga timbulmasalahGItract.
PATHWAY :
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A.Pemeriksaan Laboratorium
1) Leukosit meningkat 15.000-40.000/mm3
2) Laju endap darah meningkat 100mm
3) ASTO meningkat pada infeksi streptococcus.
4) GDA menunjukkan hipoksemia tanpa hiperkapnea atau retensi  CO2
5) Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albumin urin
ringan karena peningkatan suhu tubuh.
B.     Pemeriksaan Radiologi
1) Terlihat bercak- bercak pada bronkus hingga lobus.

6. PENATALAKSANAAN
a.       Antibiotic seperti ; penisilin, eritromicin, kindomisin, dan sefalosforin.
b.      Terapi oksigen (O2)
c.      Nebulizer, untuk mengencerkandahak yang kental dan pemberian
bronkodilator.
d.      Istirahat yang cukup
e.      Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan eritromicin
4x 500 mg/ hari atau tetrasiklin 3-4 x 500mg/ hari.

7. KOMPLIKASI
a.       Atelektasis        :Pengembangan paru yang tidak sempurna.
b.      Emfisema          : Terdapatnya pus pada rongga pleura.
c.      Abses paru      :pengumpulan pus pada jaringan paru yang meradang.
d.      Infeksi sistomik
e.       Endokarditis     :peradangan pada endokardium.
f.       Meningitis         : Peradangan pada selaput otak.
8. PENCEGAHAN PADA ANAK
a.     Hindari anak dari paparan asap rokok, polusi dan tempat keramaian
yang berpotensi penularan.
b.     Hindari kontak anak dengan penderita ISPA
c.     Membiasakan pemberian ASI
9. d.     Segera berobat jika terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai
suara sesak dan sesak pada anak.
e.      Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.

10. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1.    PENGKAJIAN KEPERAWATAN.
1)      Identitas.
2)      Riwayat Keperawatan.
a.       Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal,
diserai pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung
dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja
berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
b.      Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran
pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat
naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang
karena demam yang tinggi.
c.       Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun
menurun.
d.      Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran
pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang
lainnya.
e.       Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi
pada musim hujan dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan
ksehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga bisa
menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau
banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota
keluarga perokok.
f.       Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi
untuk mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau
bawah karena system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat
untuk melawan infeksi sekunder.
g.      Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
h.      Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein =
MEP).
3)      Pemeriksaan persistem.
a.       Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
b.      Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas,
pernapasan cuping hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau
non produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler,
kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi,
ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan anaknya yang
bertambah sesak dan pilek.
c.       Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun,
lemah. Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin
belum memahami tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan
personde.
d.      Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin
belum memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi
(ringan sampai berat).
e.       Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus
pada anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
f.       Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
g.      Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
h.      Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral
hangat, kulit kering, .
i.        Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan.
4) Pemeriksaan diagnostik dan hasil.
Secara laboratorik ditemukan lekositosis, biasanya 15.000 -
40.000 / m3 dengan pergeseran ke kiri. LED meninggi. Pengambilan
sekret secara broncoskopi dan fungsi paru-paru untuk preparat
langsung; biakan dan test resistensi dapat menentukan/mencari
etiologinya.
Tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar. Pada punksi
misalnya dapat terjadi salah tusuk dan memasukkan kuman dari luar. Foto
roentgen (chest x ray) dilakukan untuk melihat :  
a. Komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, pleuritis, dan
OMA.
b. Luas daerah paru yang terkena.
c. Evaluasi pengobata
d. Pada bronchopnemonia bercak-bercak infiltrat ditemukan pada salah satu
atau beberapa lobur.
e. Pada pemeriksaan ABGs ditemukan PaO2< 0 mmHg.

2.       DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum ditandai dengan adanya ronchi, dan
ketidakefektifan batuk.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada
jaringan paru (perubahan membrane alveoli) ditandai dengan sianosis,
PaO2 menurun, sesak nafas.
c. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran
nafas ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil, akral teraba
panas.
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
metabolisme sekunder terhadap demam dan proses infeksi ditandai
dengan nafsu makan menurun, BB turun, mual dan muntah, turgor
kulit tidak elastis.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai O2 dengan kebutuhan oksigen ditandai dengan tidak mampu
berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari sesuai kemampuan tanpa
bantuan.
f. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan suhu tubuh,kehilangan cairan karena berkeringat banyak,
muntah atau diare.
g. Resiko infeksi berhubungan dengan resiko terpajan bakteri patogen

3.      INTERVENSI

Diagnosa 1
Tujuan dan criteria hasil : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (…
x…) diharapkan jalan nafas pasien efektif dengan criteria hasil : jalan nafas
paten, tidak ada bunyi nafas tambahan, tidak sesak, RR normal (35-
40x/menit), tidak ada penggunaan otot bantu nafas, tidak ada pernafasan
cuping hidung
INTERVENSI RASIONAL
-          Observasi TTV terutama-          Member informasi tentang pola
respiratory rate pernafasan pasien, tekanan darah,
nadi, suhu pasien.
-          Auskultasi area dada atau paru,-          Crekcels, ronkhi dan mengi dapat
catat hasil pemeriksaan terdengar saat inspirasi dan ekspirasi
pada tempat konsolidasi sputum
-          Latih pasien batuk efektif dan-          Memudahkan bersihan jalan nafas
nafas dalam dan ekspansi maksimum paru

-          Lakukan suction sesuai indikasi -          Mengeluarkan sputum pada


pasien tidak sadar atau tidak mampu
batuk efektif
-          Memberi posisi semifowler atau
supinasi dengan elevasi kepala -          Meningkatkan ekspansi paru

-          Anjurkan pasien minum air hangat-          Air hangat dapat memudahkan
Kolaborasi : pengeluaran secret
-          Bantu mengawasi efek
-          Memudahkan pengenceran dan
pengobatan nebulizer dan fisioterapi pembuangan secret
nafas lainnya
-          Berikan obat sesuai indikasi,
-          Proses medikamentosa dan
seperti mukolitik, ekspektoran, membantu mengurangi bronkospasme
bronkodilator, analgesic
-          Berikan O2 lembab sesuai indikasi-          Mengurangi distress respirasi

Diagnosa 2
Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan (..x..) diharapkan ventilasi
pasien tidak terganggu dengan KH : GDA dalam rentang normal ( PO2 =
80 – 100 mmHg, PCO2 = 35 – 45 mmHg, pH = 7,35 – 7,45, SaO2 = 95 –
99 %), tidak ada sianosis, pasien tidak sesak dan rileks.
Intervensi Rasional
-          Kaji frekuensi, kedalaman,-       Memberi informasi tentang
kemudahan bernapas pasien. pernapasan pasien.
-          Observasi warna kulit,-       Kebiruan menunjukkan sianosis.
membran mukosa bibir.

-          Berikan lingkungan sejuk,-       Untuk membuat pasien lebih


nyaman, ventilasi cukup. nyaman.

-          Tinggikan kepala, anjurkan


napas dalam dan batuk efektif. -       Meningkatkan inspirasi dan
pengeluaran sekret.
-          Pertahankan istirahat tidur.
-       Mencegah terlalu letih.
-          Kolaborasikan pemberian
oksigen dan pemeriksaan lab-       Mengevaluasi proses penyakit
(GDA) dan mengurangi distres respirasi.

Diagnosa 3
Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (...x...)
diharapkan suhu pasien turun atau normal (36,5 – 37,5°C) dengan KH:
pasien tidak gelisah, pasien tidak menggigil, akral teraba hangat, warna
kulit tidak ada kemerahan.
Intervensi Rasional
-          Kaji suhu tubuh pasien -    Data untuk menentukan intervensi

-          Pertahankan lingkungan tetap -    Menurunkan suhu tubuh secara


sejuk radiasi

-          Berikan kompres hangat basah


pada ketiak, lipatan paha, kening -    Menurunkan suhu tubuh secara
(untuk sugesti) konduksi

-          Anjurkan pasien untuk banyak


minum -    Peningkatan suhu tubuh
mengakibatkan penguapan cairan
tubuh meningkat, sehingga
diimbangi dengan intake cairan yang
-          Anjurkan mengenakan pakaian banyak
yang minimal atau tipis Pakaian yang tipis mengurangi
-          Berikan antipiretik sesuai penguapan cairan tubuh
indikasi -    Antipiretik efektif untuk
        Berikan antimikroba jika menurunkan demam
disarankan -    Mengobati organisme penyebab

Diagnosa 4
Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (...x...)
diharapkan kebutuhan nutrisi pasien adekuat dengan KH: nafsu makan
pasien meningkat, BB pasien ideal, mual muntal berkurang, turgor kulit
elastis, pasien tidak lemas
Intervensi Rasional
-          Kaji penyebab mual muntah-          Untuk menentukan intervensi
pasien selanjutnya
-          Mulut yang bersih
-          Berikan perawatan mulut meningkatkan nafsu makan
-          Sputum dapat menyebabkan bau
-          Bantu pasien membuang atau mulut yang nantinya dapat
mengeluarkan sputum sesering menurunkan nafsu makan
mungkin
-          Membantu meningkatkan nafsu
-          Anjurkan untuk menyajikan makan
makanan dalam keadaan hangat

-          Anjurkan pasien makan sedikit


-          Meningkatkan intake makanan
tapi sering

-          Memenuhi gizi dan nutrisi


-          Kolaborasikan untuk memilih sesuai dengan keadaan pasien
makanan yang dapat memenuhi
kebutuhan gizi selama sakit

Diagnosa 5:
Tujuan dan K.H : setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…x…)
diharapkan toleransi pasien terhadap aktifitas meningkat dengan KH : pasien
mampu berpartisipasi dalam kegiatan sehari – hari sesuai kemampuan tanpa
bantuan, pasien mampu mempraktekkan teknik, penghematan energy, TTV
stabil (S = 36,5°C – 37,5°C, N = 75 – 100x/menit, RR = 35 -40 x/ menit)

Intervensi Rasional
-          Evaluasi tingkat kelemahan dan -    Sebagai informsdi dalam menentukan
toleransi pasien dalam melakukan intervensi selanjutnya
kegiatan

-          Berikan lingkungan yang tenang -    Menghemat energy untuk aktifitas
dan periode istirahat tanpa ganguan dan penyembuhan
-          Bantu pasien dalam melakukan -    Oksigen yang meningkat akibat
aktifitas sesuai dengan kebutuhannya aktifitas

Kolaborasi :
-          Berikan oksigen tambahan -    Mengadekuatkan persediaan oksigen

Diagnosa 6
Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (…x…)
diharapkan volume cairan tubuh pasien seimbang dengan KH : membrane
mukosa pasien lembab, turgor kulit baik, pengisian capiler cepat / < 3detik,
input dan output seimbang, pasien tidak muntah. Pasien tidak diare, TTV
normal (S = 36,5°C – 37,5°C, N = 75 – 100x/menit, RR = 35 -40 x/ menit)
Intervensi Rasioanl
-       Observasi TTV @ 2- 4 jam, kaji-      Peningkatan suhu menunjukkan
turgor kulit. peningkatan metabolic

-       Pantau intake dan output cairan -      Mengidentifikasi kekurangan


volume cairan

-       Anjurkan pasien minum air yang-      Menurunkan resiko dehidrasi


banyak

Kolaborasi : -      Melengkapi kebutuhan cairan pasien


-       Berikan terapi intravena seperti
infuse sesuai indikasi
-      Membantu memenuhi cairan bila
-       Pasang NGT sesuai indikasi untuk tidak bias dilakukan secara oral
pemasukan cairan

Diagnosa 7
Tujuan dan KH : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam
diharapkan infeksi tidak terjadi dengan KH: klien bebas dari tanda dan gejala
infeksi, menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi, jumlah
leukosit dalam batas normal, menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi Rasioanl
-          Kaji suhu badan 8 jam -          Mendeteksi adanya tanda dari
-          Monitor tanda dan gejala infeksi infeksi
sistemik dan lokal -          Mempermudah untuk penanganan
-          Inspeksi kulit dan membran jika infeksi terjadi
mukosa terhadap kemerahan, panas -          Panas, kemerahan merupakan
-          Ajarkan pasien dan keluarga tanda dari infeksi
tanda dan gejala infeksi -          Dengan melibatkan keluarga tanda
Kolaborasi infeksi lebih cepat diketahui
-          Berikan terapi antibiotik
-          Antibiotik efektif untuk mencegah
penyebaran bakteri

4.      IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah di
buat sebelumnya.

5.      EVALUASI
Evaluasi tentang semua tindakan atau terapi yang telah
dilakukan oleh perawat kepada pasien, apakah pasien mengalami
kemajuan tentang kesehatannya atau justru mengalami kemunduran.
Selain iu evaluasi juga diperlukan untuk mengetahui rencana
keperawatan selanjutnnya.

6. DOKUMENTASI
Semua tindakan keperawatan dariproses keperawatan semua
didokumentasikan, dicatat didokumentasikan sebagai bukti untuk
untuk pasien dan tanggung jawab sebagai perawat.

DAFTAR PUSTAKA

Meck. 2015. LP BRONKOPNEUMONIA. ( online ).


http://dokumen.tips/documents/lp-bronkopneumonia-55bd18c4ed6a1.html.
Diakses tanggal 3 november 2016

Febrianto,lukman.2013. laporan pendahuluan bronchopneumonia.


(online).http://lukmanfebriantonurse.blogspot.co.id/2013/04/laporan-pendahuluan-
asuhan-keperawatan_3741.html. diakses tgl 3 november 2016
Putra, Juniarta semara. 2012.laporan pendahuluan bronchopneumonia
(online).https://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/11/08/laporan-
pendahuluan-bronkopneumonia/. Diakses tanggal 3 november 2016

Agus, setiawan. 2014. Laporan pendahuluan bronchopneumonia.


(online).http://www.academia.edu/9555933/LAPORAN_PENDAHULUAN_BRO
NKOPNEUMONIA. Diakses tanggal 3 november 2016

Anda mungkin juga menyukai