Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian
Bronchopneumonia merupakan salah satu jenis pneumonia yang
memiliki pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokaliasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang
berdekatan di sekitarnya, (Smeltzer, 2018).
Bronchopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda
asing, (Ngastiyah, 2017).
Bronchopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas
sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada
jaringan paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan
atau melalui hematogen sampai ke bronkus, (Riyadi sujono,2019).
2. Klasifikasi
Berikut merupakan klasifikasi pneumonia :
a) Community Acquired Pneumonia dimulai juga sebagai penyakit
pernafasan umum dan dapat berkembang menjadi sebuah pneumonia.
Pneumonia streptococcal ialah salah satu organism penyebab umum.
Tipe pneumonia ini umumnya menimpa kalangan anak-anak dan
kalangan orang lanjut usia.
b) Hospital Acquired Pneumonia dikenal juga sebagai pneumonia
nosokomial. Organism seperti ini ialah suatu aeruginisa pseudomonas.
Klibseila/aerus stapilococcus, ialah bakteri umum penyebab hospital
Acquired Pneumonia.
c) Lobat & Bronchopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi
infeksi. Saat ini pneumonia diklasifikasikan berdasarkan organism,
bukan Cuma menurut lokasi anatominya.
d) Pneumonia viral, bakteri dan fungsi dikategorikan berdasarkan dari
agen penyebabnya, kultur ensifitas dilakukan untuk dapat
mengidentifikasikan organism perusak, (Reeves, 2019).
3. Etiologi
Umumnya individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan karena
adanya penurunan mekanisme pertahanan daya tahan tubuh terhadap
virulensi organism pathogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai
mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas :
reflek glottis,& batuk, adanya lapisan mucus, gerakan silia yang
menggerakan kuman kea rah keluar organ, & sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia biasanya disebabkan oleh virus, jamur,
protozoa, bakteri, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia, (Sandra M, 2019)
antara lain:
a) Virus : Legionella pneumonia
b) Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
c) Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella
d) Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-
paru
e) Terjadi karena kongesti paru yang lama.
4. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab bronchipneumia ialah mikroorganisme
(jamur,bakteri, virus) dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti
hidrokarbon (bensin, minyak tanah, dan sejenisnya), serta aspirasi
(masuknya isi lambung ke dalam saluran napas). Awalnya mikroorganisme
dapat masuk melalui percikan ludah (droplet) infasi ini dapat masuk ke
saluran pernapasan atas dan menimbulkan reaksi ini menyebutkan
imunologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, di mana
ketika terjadi peradangan ini tumbuh dapat menyesuaikan diri maka
timbulah gejala demam pada penderita. Reaksi peradangan ini dapat
menimbulkan secret. Semakin lama secret semakin menumpuk di bronkus
maka aliran bronkus menjadi semakin sempit dan pasien dapat merasa
sesak. Tidak hanya terkumpul di bronkus, lama kelamaan secret dapat
sampai ke alveolus paru dan mengganggu sistem pertukaran gas di paru.
Tidak hanya menginfeksi saluran napas, bakteri ini dapat juga menginfeksi
saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora
normal dalam usus menjadi agen pathogen sehinnga timbul masalah GI
tract.
5. Manifestasi klinik
Bronchopneumonia biasanya di dahului oleh infeksi traktusrespiratoris
bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak
sampai 39-40 derajat Celsius dan kadang disertai kejang karena demam
yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea pernafasan cepat dan dangkal
disertai pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut,
kadang juga disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan
pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa hari mula-mula kering
kemudian menjadi produktif. Pada stadium permulaan sukar dibuat
diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya nafas dangkal
dan cepat, pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut
dapat diduga adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung luas
daerah auskultasi yang terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan
kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah
nyaring halus dan sedang, (Ngastiyah, 2020).
a) Pneumonia bakteri
Gejala : anoreksi, rintis ringan, gelisah, napas cepat dan dangkal,
demam, malaise(yidak nyaman), ekspirasi berbunyi, leukositosis, foto
thorak pneumonia lebar, kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan,
lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan.
b) Pneumonia virus
Gejala : rhinitis, batuk, ronkhi basah, emfisema obstruktif, demam
ringan, batuk ringan dan malaise sampai demam tinggi batuk hebat dan
lesu.
c) Pneumonia mikroplasma
Gejala : anoreksia, menggigil, sakit kepala, demam, rhinitis alergi,
sakit tenggorakan batuk kering berdarah, area konsolidasi pada
penatalaksanaan pemeriksaan thorak.
6. Pemeriksaan penunjang
Untuk dapat menegakan diagnose keperawatan dapat digunakan cara :
a. Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi
leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil)
b) Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam.
Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta
tes sensifitas untuk mendektis agen infeksius.
c) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status
asam basa.
d) Kultur darah untuk mendeksi bakterimia
e) Sampel darah, sputum, dan urin untu tes imnologi untuk
mendeteksi antigen mikroba.
b. Pemeriksaan radiologi
a) Rontgenogram thoraks
Menunjukan konsalidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiela. Infiltrate multiple seringkali
dijumpai pada infeksi stafilokokus dan heamofilus.
b) Laringoskopi/bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat.
7. Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
a) Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek
batuk hilang.
b) Empyema adalah sauatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
c) Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang
meradang
d) Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
e) Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
8. Penatalaksanaan
a. Oksigen 1-2 liter/menit
b. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip
c. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk transport muskuslier
d. Koreksi gangguan keseimbangan asam saba elektrolit.
Pencegahan pada Anak
a. Hindari anak dari adanya paparan asap rokok, polusi dan tempat
keramaian yang berpotensi terjadinya penularan
b. Hindari kontak langsung anak dengan penderita ISPA
c. Membiasakan melakukan pemberian ASI
d. Segera berobat apabila terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih dahulu
disertai suara sesak dan sesak pada anak.
e. Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadap hameophilus influenza.
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Demografi meliputi : nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan
b. Keluhan utama : saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia
akan mengeluh sesak nafas, disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
c. Riwayat penyakit sekarang : penyakit bronchitis mulai dirasaka saat
penderita mengalami batuk menetap dengan produksi sputum setiap
hari terutama pada saat bangun pagi selama minimum 3 bulan berturut-
turut tiap tahun sedikit 2 tahun produksi sputum (hijau,putih/kuning)
dan banyak sekali. Penderita biasanya menggunakan otot bantu
pernafasan, dada terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP,
bunyi nafas krekels, warna kuliat pucat dengan sianosis bibir, dasar
kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu : biasanya penderita
bronchopneumoniasebelumnya belum penah menderita kasus yang
sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang dapat memicu
terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi
kima dalam jangka panjang misalnya debu/asap.
e. Riwayat penyakit keluarga : biasanya penyakit bronchopneumonia
dalam keluarga bukan merupakan faktor keturunan tetapi kebiasaan
atau pola hidup yang tidak sehat seperti merokok.
f. Pola pengkajian :
a) Pernafasan
Gejala : nafas pendek timbulnya tersembunyi dengan batuk
menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat
bangun) tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (hijau,
putih/kuning) dan banyak sekali riwayat pneumonia berulang,
biasanya terpajan pada polusi kimia/iritan pernafasan dalam
jangka panjang (misalnya rokok sigaret), debu/asap. Penggunaan
oksigen pada malam hari atau terus-menerus.
Tanda : lebih memilih posisi tiga titik (tripot) untuk bernafas,
penggunaan otot bantu pernafsan (misalnya : meninggikan bahu,
retraksi supra klatikula, melebarkan hidung).
Dada : dapat terlihat hiperinfalasi dengan penggian diameter AP
(bentuk barel), gerakan diafragma minimal.
Bunyi nafas : krekels lembab, kasar.
Warna : pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu-abu
keseluruhan.
b) Sirkulasi
Gejala : pembengkakan ektermitas bawah.
Tanda : peningkatan tekanan darah , peningkatan frekuensi
jantung.takikardi berat, disritmia, distensi vena leher (penyakit
berat) edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit
jantung. Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan
peningkatan diameter AP dada).
Warna kulit/membaran mukosa : normal atau bau-abu /sianosi
perifer. Pucat dapat menunjukan anemia.
c) Makanan/cairan
Gejala : mual muntah, nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema).
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.
Tanda : turgor kulit buruk. Berkeringat. Palpitasi abdominal dapat
menyebabkan hepatomegali.
d) Aktivitas/istirahat
Gejala : keletihan, malaise, ketidampuan melakukan aktifitas
sehari-hari karena sulit bernafas. Ketidakmampuan untuk tidur,
perlu tidur dalam posisiduduk tinggi. Dispnea pada saat istirahat
atau respon terhadap aktifitas atau istirahat.
Tanda : keletihan. Gelisah umum/kehilangan masa otot.
e) Integritas ego
Gejala : peningkatan faktor resiko.
Tanda : perubahan pola hidup, ansietas, ketakutan, peka
rangsangan.
f) Hygiene
Gejala : penurunan kemampuan /peningkatan kebutuhan
melakukan aktifitas sehari-hari.
Tanda : kebersihan buruk, bau badan.
g) Keamanan
Gejala : riwayat alergi atau sensitive terhadap zat/faktor
lingkungan. Adanya infeksi berulang.
2. Penyimpangan KDM
Virus, bakteri, jamur
(penyebab)

Invasi saluran napas atas

Kuman berlebih di bronkus Infeksi saluran


napas bawah

Proses peradangan

Dilatasi Peradangan
Akumulasi secret di bronkus pembuluh darah

Peningkatan
Eksudat masuk suhu tubuh
Bersihan Jalan Mucus di bronkus alveoli
Napas Tidak meningkat
Efektif
Hipertermi
Gangguan difusi
gas
Bau mulut tak sedap

Suplai O2 dalam
darah menurun
Anoreksia Gangguan
Pertukaran Gas

Intake menurun Hipoksia

Deficit Nutrisi Fatique

Intoleransi
Aktivitas
3. Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas d.d batuk
tidak efektif atau tidak mampu batuk.
b. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d
dispnea.
c. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d penggunaan otot
bantu pernapasan.
d. Deficit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan d.d berat badan
menurun minimal 10% dibawah rentang ideal.
e. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d mengeluh lelah
4. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Luaran Intervensi


Keperawatan Keperawatan Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas
efektif b.d spasme jalan napas keperawatan selama 3 x 24  Observasi
d.d batuk tidak efektif atau tidak jam diharapkan bersihan 1. Monitor pola napas (frekuensi,
mampu batuk. jalan napas meningkat, kedalaman, usaha napas)
dengan kriteria hasil : 2. Monitor bunyi napas tambahan
1. Batuk feketif (mis. Gurgling, mengi,
(meningkat) wheezing, ronkhi kering)
2. Produksi sputum 3. Monitor sputum (jumlah, warna,
(menurun) aroma)
3. Mengi (menurun)  Terapeutik
4. Wheezing 4. Posisikan semi fowler atau
(menurun) fowler
5. Dispnea (menurun) 5. Berikan minuman hangat
6. Ortopnea (menurun) 6. Lakukan fisioterapi dada, jika
7. Sulit bicara perlu
(menurun) 7. Lakukan penghisapan lendir
8. Sianosi (menurun) kurang 15 detik
9. Gelisah (menurun) 8. Lakukan hiperoksigenasi
10. Frekuensi napas sebelum penghisapan
(menurun) endotrakeal
11. Pola napas 9. Keluarkan sumbatan benda padat
(membaik) dengan forsep McGill
10. Berikan oksigen, jika perlu
 Edukasi
11. Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak kontra indikasi
12. Ajarkan teknik batuk efektif
2. Gangguan pertukaran gas b.d Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi
ketidakseimbangan ventilasi- keperawatan selama 3 x 24  Observasi
perfusi d.d dispnea. jam diharapkan pertukaran 1. Monitor frekuensi, irama,
gas meningkat, dengan kedalam, dan upaya napas
kriteria hasil: 2. Monitor pola napas (seperti
1. Dispena menurun bradipnea, takipnea,
2. Bunyi napas hiperventilasi, kusmaul
tambahan menurun 3. Chyne-stokes, biot ataksik)
3. PCO2 membaik 4. Monitor kemampuan batuk
4. PO2 membaik efektif
5. Monitor adanya produksi sputum
6. Monitor adanya sumbatan jalan
napas
7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai AGD
 Terapeutik
10. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
11. Dokumentasikan hasil
pemantauan
 Edukasi
12. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
13. Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
3. Pola nafas tidak efektif b.d Setelah dilakukan tindakan Terapi oksigen
hambatan upaya napas d.d keperawatan selama 3 x 24  Observasi
penggunaan otot bantu jam diharapkan pola napas 1. Monitor kecepatan aliran oksigen
pernapasan. membaik, dengan kriteria 2. Monitor posisi alat terapi oksigen
hasil : 3. Monitor aliran oksigen secara
1. Dispnea menurun periodic dan pastikan fraksi yang
2. Penggunaan otot diberikan cukup
bantu napas 4. Monitor efektivitas terapi
menurun oksigen(mis. Oksimetri, analisa
3. Pemanjangan fase gas darah), jika perlu
ekspirasi 5. Monitor kemampuan melepaskan
oksigen saat makan
6. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
7. Monitor tanda dan gejala toksikasi
oksigen dan atelektasis
8. Monitor integritas mukosa hidung
akibat pemasangan oksigen
 Terapeutik
9. Bersihkan secret pada mulut,
hidung dan trakea, jika perlu
10. Pertahankan kepatenan jalan napas
11. Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
12. Berikan oksigen tambahan, jika
perlu
13. Tetap berikan oksigen saat pasien
ditransportasi
14. Gunakan perangkat oksigen yang
sesuai dengan tingkat mobilitas
pasien
 Edukasi
15. Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen diruma
 Kolaborasi
16. Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
17. Kolaborasi penggunaan saat
aktivitas.

4. Deficit nutrisi b.d kurangnya Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi


asupan makanan di tandai keperawatan selama 3 x 24  Observasi
dengan jam maka status nutrisi 1. Identifikasi kebutuhan kalori dan
Gejala dan tanda mayor, membaik, dengan kriteria jenis nutrient
subjektif: hasil: 2. Identifikasi perlunya penggunaan
1. Berat badan menurun 1. Porsi makan yang selang nasogastrik
dihabiskan 3. Monitor asupan makanan
minimal 10 dibawah
meningkat 4. Monitor berat badan
rentang ideal 2. Verbalisasi  Terapeutik
keinginan untuk 5. Lakukan oral hygiene sebelum
meningkatkan nutrisi makan, jika perlu
meningkat 6. Fasilitasi menentukan pedoman
3. Berat badan diet (mis.piramida makanan)
membaik 7. Sajikan makanan secaramenarik
4. Indeks masa tubuh dan suhu yang sesuai
membaik 8. Berikan makanan tinggi serat
5. Frekuensi makan atau mencegah konstipasi
membaik 9. Berikan makanan tinggi kalori
6. Nafsu makan dan tinggi protein
membaik 10. Berikan suplemen mkanan, jika
7. Bising usus perlu
membaik  Edukasi
11. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
12. Ajarkan diet yang di
programkan
 Kolaborasi
13. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis.pereda
nyeri, antimetik), jika perlu
14. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu

5. Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan tindakan Manajeman energy


kelemahan di tandai dengan : keperawatan selama 3 x 24  Observasi
Data subjektif : jam diharapkan intoleransi 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
1. Mengeluh lelah aktivitas meningkat dengan yang mengakibatkan kelelahan
2. Dispneu saat/setelah kriteria hasil: 2. Monitor kelelahan fisik dan
beraktivitas 1. kemudahan emosional
3. Merasa tidak nyaman melakukan aktivitas 3. Monitor pola dan jam tidur
beraktivitas sehari-hari 4. Monitor lokasi dan
4. Merasa lemah meningkat ketidaknyamanan selama
Data objektif: 2. kecepatan berjalan melakukan aktivitas
1. Frekuensi jantung meningkat  Terapeutik
meningkat > 20% dari 3. jarak berjalan 5. Sediakan lingkungan nyaman dan
kondisi istirahat meningkat rendah stimulus (mis.cahaya,
2. Tekanan darah berunah 4. kekuatan tubuh suara, kunjungan)
>20 dari kondisi istirahat bagian atas 6. Lakukan latihan rentang gerak
meningkat pasif dan/atau aktif
3. Gambaran EKG
5. toleransi menaiki 7. Berikan aktivitas distraksi yang
menunjukan aritmia tangga meningkat menengangkan
6. keluhan lelah 8. Pasilitasi duduk disisi tempat
saat/setelah beraktivitas
menurun tidur, jika tidak dapat berpindah
4. Gambaran ekg 7. dispnea saat atau berjalan
beraktivias menurun  Edukasi
menunjukan iskemia
8. dispenu setelah 9. Anjurkan tirah baring
5. sianosis aktivitas menurun 10. Anjurkan melakukan aktivitas
9. perasaan lemah secara bertahap
menurun 11. Anjurkan menghubungi perawat
10. frekuensi nadi jika tanda dan gejala kelelahan
membaik tidak berkurang
11. warna kulit membaik 12. Ajarkan strategi koping untuk
12. tekanan darah mengurangi kelelahan
membaik  Kolaborasi
13. saturasi oksigen 13. Kolaborasi dengan ahli gizi
membaik tentang cara meningkatkan asupan
14. frekuensi napas makanan
membaik
15. EKG iskemia
membaik

Anda mungkin juga menyukai