BRONKOPNEUMONIA
Disusun Oleh:
NIM: 116082
2019
I. KONSEP DASAR
A. Definisi
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu
peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya
mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering
terjadi pada anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam - macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus
pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah
penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih
sering merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang
melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang
biasanya kita jumpai pada anak - anak dan orang dewasa (Bennete, 2013).
B. Etiologi
Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah (Bradley et.al., 2011):
1. Faktor Infeksi
a. Pada neonatus:
1) Streptokokus group B, Respiratory Sincytial Virus (RSV)
b. Pada bayi :
1) Virus: Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV,
Cytomegalovirus.
2) Organisme atipikal: Chlamidia trachomatis, Pneumocytis
3) Bakteri: Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza, Mycobacterium
, tuberculosa, Bordetella pertusis
c. Pada anak - anak :
1) Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSV
2) Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia
3) Bakteri: Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosis
2. Faktor Non Infeksi.
Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi
a. Bronkopneumonia hidrokarbon
Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde
lambung (zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).
b. Bronkopneumonia lipoid
Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara
intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu
mekanisme menelan seperti palatoskizis,pemberian makanan dengan
posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan
pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung
pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang
mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya
seperti susu dan minyak ikan.
C. Klasifikasi
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan
pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli
telah membuktikan bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi
terbukti secara klinis dan memberikan terapi yang lebih relevan(Bradley et.al.,
2011).
1. Berdasarkan lokasi lesi di paru
a. Pneumonia lobaris : tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae
b. Pneumonia interstitialis : sekumpulan kelainan yang menyebabkan
pembentukan jaringan parut pada paru-paru. Penyakit paru interstitial
disebabkan oleh paparan dalam jangka waktu lama terhadap material
berbahaya atau bisa juga disebabkan oleh penyakit autoimun
seperti rheumatoid arthritis
c. Bronkopneumonia : peradangan alveoli atau pada parenchim paru yang
terjadi pada anak.
2. Berdasarkan asal infeksi
a. Pneumonia yang didapat dari masyarkat (community acquired
pneumonia = CAP)
b. Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (hospital-based pneumonia)
3. Berdasarkan mikroorganisme penyebab
a. Pneumonia bakteri
b. Pneumonia virus
c. Pneumonia mikoplasma : infeksi paru-paru yang disebabkan oleh
Mycoplasma pneumoniae. Ini adalah pneumonia atipikal karena memiliki
gejala yang berbeda dengan pneumonia yang disebabkan oleh virus
d. Pneumonia jamur
4. Berdasarkan karakteristik penyakit
a. Pneumonia atipikal : infeksi paru oleh organisme selain bakteri, virus, atau
jamur
5. Berdasarkan lama penyakit
a. Pneumonia akut
b. Pneumonia persisten
D. Pathway
E. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme (jamur,
bakter, virus) & sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (bensin,
minyak tanah, & sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke dalam
saluran napas). Awalnmya mikroorganisme dapat masuk melalui percikan ludah
( droplet) infasi ini dapat masuk ke saluran pernapasan atas & menimbulkan reaksi
imunologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, di mana ketika
terjadi peradangan ini tubuh dapat menyesuaikan diri maka timbulah gejala
demam pada penderita.Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan secret. Semakin
lama secret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin
sempit & pasien dapat merasa sesak. Tidak Hanya terkumpul di bronkus, lama
kelamaan secret dapat sampai ke alveolus paru & mengganggu sistem pertukaran
gas di paru.Tidak Hanya menginfeksi saluran napas, bakteri ini dapat juga
menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat
flora normal dalam usus menjadi agen pathogen sehingga timbul masalah GI tract.
F. Manifestasi Klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran
pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal,
penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti
menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif,hidung kemerahan, saat
bernafas menggunakan otot aksesoris dan bisa timbul sianosis(Barbara C. long,
1996). Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengarketika
terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat).Tanda gejala yang
muncul pada bronkopneumonia adalah:
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasana
a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki
c. Gerakan dada tidak simetris
3. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
4. Diafoesis
5. Anoreksia
6. Malaise
7. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi
kemerahanatau berkarat
8. Gelisah
9. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
10. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati (Martin tucker,
Susan.2000).
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sinar X : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan
abses luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus).
Pneumonia mikoplasma sinar X dada mungkin bersih. Gambaran radiologis
mempunyai bentuk difus bilateral dengan peningkatan corakan
bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang tersebar di pinggir
lapang paru. Bayangan bercak ini sering terlihat pada lobus bawah
2. GDA : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat
dan penyakit paru yang ada. Mungkin menunjukkan hipoksemia dan
hipokarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
3. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsy
jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan
paru untuk mengatasi organisme penyebab.
4. JDL : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi
pada infeksi virus, kondisi tekanan imun memungkinkan
berkembangnya pneumonia bakterial. Infeksi virus: leukosit normal atau
meningkat (tidak lebih dari 20.000/mm 3 dengan limfosit predominan) dan
infeksi bakteri; leukosit meningkat 15.000 - 40.000/mm3 dengan neutrofil
yang predominan.
5. Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
6. LED : meningkat
7. Pemeriksaan fungsi paru : volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps
alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun,
hipoksemia.
8. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
9. Bilirubin : mungkin meningkat
10. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka :menyatakan intranuklear
tipikal dan keterlibatan sitoplasmik(CMV) (Doenges, 2000)
H. Komplokasi
1. Atelektasis adalah pengembangan paru - paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
2. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruhrongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
4. Infeksi sitemik
5. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
6. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak
C. Intervensi
1. Diagnosa 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d peningkatan
produksi sputum
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (…x…) diharapkan
jalan nafas pasien efektif dengan
Kriteria Hasil : -jalan nafas paten, tidak ada bunyi nafas tambahan, tidak
sesak, RR normal (35-40x/menit), tidak ada penggunaan otot bantu nafas,
tidak ada pernafasan cuping hidung.
NIC : - Observasi TTV terutama respiratory rate
-. Auskultasi area dada atau paru, catat hasil pemeriksaan
- Latih pasien batuk efektif dan nafas dalam
- Lakukan suction sesuai indikasi
- Memberi posisi semifowler atau supinasi dengan elevasi kepala
- Anjurkan pasien minum air hangat
- Bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi nafas
lainnya.
- Berikan O2 lembab sesuai indikasi
2. Diagnosa 2 : Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolus
kapiler
Tujuan: setelah dilakukan asuhan (..x..) diharapkan ventilasi pasien tidak
terganggu dengan
Kriteria Hasil : GDA dalam rentang normal ( PO2 = 80 – 100 mmHg,
PCO2 = 35 – 45 mmHg, pH = 7,35 – 7,45, SaO2 = 95 – 99 %), tidak ada
sianosis, pasien tidak sesak dan rileks.
NIC : - Kaji frekuensi, kedalaman, kemudahan bernapas pasien.
- Observasi warna kulit, membran mukosa bibir.
- Berikan lingkungan sejuk, nyaman, ventilasi cukup.
- Tinggikan kepala, anjurkan napas dalam dan batuk efektif.
- Pertahankan istirahat tidur.
- Kolaborasikan pemberian oksigen dan pemeriksaan lab (GDA)
3. Diagnosa 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.d anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri
Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (...x...) diharapkan
kebutuhan nutrisi pasien adekuat dengan
Kriteria Hasil : nafsu makan pasien meningkat, BB pasien ideal, mual
muntal berkurang, turgor kulit elastis, pasien tidak lemas
NIC : - Kaji penyebab mual muntah pasien
- Berikan perawatan mulut
- Bantu pasien membuang atau mengeluarkan sputum sesering
mungkin
- Anjurkan untuk menyajikan makanan dalam keadaan hangat
- Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering
- Kolaborasikan untuk memilih makanan yang dapat memenuhi
kebutuhan gizi selama sakit
Bennete M.J. 2013. Pediatric Pneumonia. Diakses pada tanggal 21 Juli 2013
http://emedicine.medscape.com/article/967822-overview.
Bulechek GM, dkk. 2009. Nursing Interventions Classification (NIC) Fifth Edition.
Singapura : Elsevier.
Dahlan Z. 2006. Pneumonia, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Suyono S. (ed). Jakarta :
Balai Penerbit FKUI.
Doenges M. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakata : EGC
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Panduan Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta :Penerbit IDAI
Smeltzer, Suzanne.2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah.Vol 1.Jakarta : EGC