Anda di halaman 1dari 18

Nama : Nikmatul Husna Stase : KGD

NIM : 19.09.1.018 Ruangan : IGD 2

ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA

1.1 Defenisi Pneumonia


Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian besar
disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh hal
lain (aspirasi, radiasi, dan lain-lain). Pada pneumonia yang disebabkan oleh kuman,
menjadi pertanyaan penting adalah penyebab dari Pneumonia (virus atau bakteri).
Pneumonia sering kali dipercaya diawali oleh infeksi virus yang kemudian mengalami
komplikasi infeksi bakteri. Secara klinis pada anak sulit membedakan pneumonia
bakteri dengan pneumonia viral. Demikian pula pemeriksaan radiologis dan
laboratorium tidak menunjukkan perbedaan nyata. Namun sebagai pedoman dapat
disebutkan bahwa pneumonia bakterial awitannya cepat, batuk produktif, pasien tampak
toksik, leukositosis, dan perubahan nyata pada pemeriksaan radiologis. (Said M, 2008)

Pneumonia adalah suatu radang paru yang di sebabkan oleh bermacam-macam


etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. (Hasan R, dkk 2007) Pneumonia,
inflamasi parenkim paru, merupakan penyakit yang sering terjadi pada masa kanak-
kanak namun lebih sering terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak awal. (Wong,
2009)

1.2 Etiologi Pneumonia


Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada perbedaan
dan kekhasan pneumonia pada anak, terutama dalam spektrum etiologi, gambaran
klinis, dan strategi pengobatan. Spektrum mikroorganisme penyebab pada neonatus dan
bayi kecil berbeda dengan anak yang lebih besar. Etiologi pneumonia pada neonatus
dan bayi kecil meliputi Streptococcus group B dan bakteri Gram negatif seperti E. Colli,
Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar dan anak balita,
pneumonia sering disebabkan oleh infeksi Streptococcus pneumoniae, Haemophillus
influenzae tipe B, dan Straphylococcus aureus, sedang pada anak yang lebih besar dan
remaja, selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan infeksi Mycoplasma pneumoniae.
Secara klinis, umumnya pneumonia bakteri sulit dibedakan dengan pneumonia
virus. Demikian juga dengan pemeriksan radiologis dan laboratorium, biasanya tidak
dapat menentukan etiologi. (Rahajoe N, dkk , 2008 )
a. Pneumonia Bakteri
Dapat terjadi pada semua usia dan penyebab utamanya adalah bakteri
Pneumokokus. Pneumonia jenis ini bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga
lanjut usia. Biasanya karena system kekebalan tubuh yang menurun dan malnutrisi
sehingga bakteri pneumonia cepat berkembang dan merusak paru. Jika terjadi
infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan
sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-
paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat
menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah.
Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka,
misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca
infeksi influenza. Gambaran rontgen : terdapat bayangan kesuraman yang homogen
pada satu lobus atau lebih.
b. Pneumonia Virus
Lebih sering terjadi dibandingkan pneumonia bacterial, terlihat pada anak dari
semua kelompok umur. Sering dikaitkan dengan ISPA virus. Penyebab utama
pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan dengan bakteri hemofilus
influenza yang bukan penyebab penyakit influenza)
c. Pneumonia jamur
Sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan
daya tahan lemah. Contoh jamur: candida albicans, histoplasmosis, aspergifosis,
coccidioido mycosis, ryptococosis, pneumocytis carini.
d. Pneumonia atipikal
Agen etiologinya adalah mycoplasma, legionella, dan chalamydia. Biasa terjadi
di lingkungan dengan tempat hidup padat
e. Pneumonia aspirasi
Terjadi karena aspirasi cairan, muntahan, makanan, cairan amniotic dan debris
(selama proses kelahiran). Bisa menyebabkan iritasi membrane mukosa sehingga
menjadi area untuk infeksi bakteri sekunder.

Gambaran rontgen : menunjukkan infiltrasi kasar di kedua paru disertai dengan


bagian yang mengalami emfisema.

1.3 Manifestasi Klinis Pneumonia


Menurut Said (2015), gambaran klinis pneumonia bergantung pada berat ringannya
infeksi, namun secara umum dapat dijumpai seperti berikut ini:
a. Gejala infeksi umum
Gejala yang muncul yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan
nafsu makan. Keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah, diare, terkadang
ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.
b. Gejala gangguan respiratori

Tanda gejala yang muncul ialah batuk, sesak nafas, retraksi dada, takipnea,
nafas cuping hidung, air hunger, merintih, dan juga sianosis.

1.4 Patofisiologi Pneumonia


Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui
saluran respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah
proliferasi dan pengebaran kuman kejaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena
mengalami konsolodasi, yaitu terjadi serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema,
dan di temukannya kuman di alveoli. Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah.
Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di
alveoli dan terjadi fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium hepatisasi kelabu.
Selanjutnya, jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan mengalami degenerasi,
fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini di sebut stadium resolusi.
Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal. (Said M,
2008)

Menurut Ardiansyah (2012) saat bakteri masuk kedalam tubuh, tubuh mengalami
peradangan, mengakibatkan metabolisme meningkat. Eritrosit dan leukosit masuk
kedalam alveoli memfagosit bakteri sehingga menimbulkan eksudat di alveoli. Cairan
eksudat yang semakin menumpuk di alveoli mengakibatkan kemampuan pertukaran gas
di dalam alveoli berkurang. Hal ini menyebabkan tubuh kekurangan oksigen
mengakibatkan tubuh menjadi lemas sehingga intoleransi aktivitas berkurang.
Peningkatan laju metabolisme mengakibatkan suhu tubuh meningkat pula. Alveoli yang
penuh cairan membuat tubuh ingin mengeluarkannya dengan cara batuk, sehingga
tingkat kenyamanan istirahat akan terganggu dan nafsu makan akan berkurang

1.5 Klasifikasi Pneumonia


Klasifikasi berdasarkan morfologi, bentuk klinis, dan agens etiologi menurut Wong
(2009), ialah sebagai berikut:
A. Pneumonia lobaris
Pneumonia yang melibatkan semua atau segmen yang luas dari satu lobus
paru atau lebih. Jika kedua paru terkenal disebut pneumonia bilateral atau
pneumonia ganda.
B. Bronkopneumonia
Bronkopneumonia dimulai pada bronkiolus terminal, yang tersumbat dengan
eksudat mukopurulen yang berbentuk bidang yang terkonsolidasi pada lobus-
lobus di dekatnya, disebut juga pneumonia lobularis
C. Pneumonia interstisial
Pneumonia interstisial merupakan proses inflamasi dengan batas-batas yang
lebih atau kurang dalam dinding alveolus (interstisium) dan jaringan peribronkial
dan interlobaris.
D. Pneumonia virus
Pneumonia virus lebih sering terjadi dari pada pneumonia bakteri dan terjadi
pada semua kelompok usia anak. Pneumonia ini sering dikaitkan dengan ISPA
virus, RSV yang berkontribusi terhadap persentase pneumonia terbesar pada bayi.
E. Pneumonia antipikal primer
Infeksi mycoplasma pneumoniae merupakan penyebab pneumonia yang
paling banyak terjadi pada anak-anak berusia antara 5 dan 12 tahun. Pneumonia
ini terjadi selama bulan-bulan musim gugur dan musim dingin serta lebih sering
lagi terjadi dilingkungan berpenghuni padat.

F. Pneumonia bakteri
Pneumonia bakteri bersifat tiba-tiba dan umumnya didahului dengan infeksi
virus yang mengganggu mekanisme pertahanan alami saluran pernafasan atas
sehingga jumlah bakteri patogenik yang secara normal berada disaluran napas atas
bertambah jumlahnya
1.6 Patway Pneumonia

Virus, Bakteri, dan Jamur

Gangguan system pembersih pada saluran nafas dalam

Radang bronkial

Inflamasi pada bronkus Dx. Hipertermi

Akumulasi mukus Peningkatan produksi Kontraksi berlebih


mukus

Adanya reaksi balik Hiperventilasi paru


Edema/pembengkakan
pada mukosa/sekret
Pengeluaran energy Atelektasis
berlebih
Dx. Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas Hiposemia
kelelahan

Peningkatan kompensasi
Anoreksia Dx. Intoleransi aktivitas
frekuensi nafas

Dx. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Dx. Ketidakefektifan
kebutuhan tubuh pola nafas

Sumber: Nurarif & Kusuma, 2013

1.7 Klasifikasi Pneumonia


Klasifikasi berdasarkan morfologi, bentuk klinis, dan agens etiologi menurut Wong
(2009), ialah sebagai berikut:
G. Pneumonia lobaris
Pneumonia yang melibatkan semua atau segmen yang luas dari satu lobus
paru atau lebih. Jika kedua paru terkenal disebut pneumonia bilateral atau
pneumonia ganda.
H. Bronkopneumonia
Bronkopneumonia dimulai pada bronkiolus terminal, yang tersumbat dengan
eksudat mukopurulen yang berbentuk bidang yang terkonsolidasi pada lobus-
lobus di dekatnya, disebut juga pneumonia lobularis
I. Pneumonia interstisial
Pneumonia interstisial merupakan proses inflamasi dengan batas-batas yang
lebih atau kurang dalam dinding alveolus (interstisium) dan jaringan peribronkial
dan interlobaris.
J. Pneumonia virus
Pneumonia virus lebih sering terjadi dari pada pneumonia bakteri dan terjadi
pada semua kelompok usia anak. Pneumonia ini sering dikaitkan dengan ISPA
virus, RSV yang berkontribusi terhadap persentase pneumonia terbesar pada bayi.
K. Pneumonia antipikal primer
Infeksi mycoplasma pneumoniae merupakan penyebab pneumonia yang
paling banyak terjadi pada anak-anak berusia antara 5 dan 12 tahun. Pneumonia
ini terjadi selama bulan-bulan musim gugur dan musim dingin serta lebih sering
lagi terjadi dilingkungan berpenghuni padat.
L. Pneumonia bakteri

Pneumonia bakteri bersifat tiba-tiba dan umumnya didahului dengan infeksi


virus yang mengganggu mekanisme pertahanan alami saluran pernafasan atas
sehingga jumlah bakteri patogenik yang secara normal berada disaluran napas atas
bertambah jumlahnya

1.8 Komplikasi Pneumonia

Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis purulenta,


pneumotoraks, atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis purulenta. Empiema
torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia bakteri.
Komplikasi yang lain adalah miokarditis (tekanan sistolik ventrikel kanan meningkat,
kreatinin kinase meningkat, dan gagal jantung) yang cukup tinggi pada seri pneumonia
anak berusia 2 – 24 bulan. Oleh karena miokkarditis merupakan keadaan yang fatal,
maka dianjurkan untuk melakukan deteksi dengan teknik noninvasive seperti EKG,
ekokardiografi, dan pemeriksaan enzim (Said M, 2008).

1.9 Pemeriksaan Penunjang Pneumonia


Menurut Said (2008), pemeriksaan yang dapat dilakukan pada kasus pneumonia
ialah sebagai berikut:
A. Darah perifer lengkap
B. C- Reactive protein (CRP): untuk menbedakan antara factor infeksi dan non
infeksi, infeksi virus dan bakteri, atau infeksi bakteri superfisialis dan profunda.
C. Uji serologis: untuk mendeteksi antigen dan atibodi pada infeksi bakteri tipik
mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang rendah.
D. Pemeriksaan mikrobiologis: pemeriksaan ini rutin dilakukan kecuali pada
pneumonia berat yang dirawat di RS. Untuk pemeriksaan mikrobiologis, specimen
dapat berasal dari asap tenggorok, sekret nasofaring, bilasan bronkus, darah, pungsi
pleura, atau aspirasi paru.
E. Pemeriksaan rontgen toraks: pada pneumoni ringan tidak rutin dilakukan, hanya
direkomendasikan pada pneumonia berat yang dirawat.

1.10 Penatalaksanaan Pneumonia


Menurut Arif (2001), penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan
pneumonia ialah sebagai berikut:
A. Oksigen 1-2 L / menit
B. IVFD (Intra Venous Fluid Drug)/ (pemberian obat melalui intra vena) dekstrose
10%: NaCl 0,9 % = 3 : 1, + KCL 10 mEq / 500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai
dengan berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
C. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan entral bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feding drip.
D. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transpormukosilier.
E. Koreksi gangguan keseimbangan asam - basa dan elektrolit.
F. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
a. Untuk kasus pneumonia komuniti base:
- Ampicilin 100 mg / kg BB / hari dalam 4 hari pemberian
- Kloramfenicol 75 mg / kg BB / hari dalam 4 hari pemberian
b. Untuk kasus pneumonia hospital base :
- Sevotaksim 100 mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian

- Amikasim 10 - 15 mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian.

1.11 Diagnosa kepewaratan yang mungkin muncul


Menurut Ralph dan Taylor (2011), masalah keperawatan yang munkin muncul pada
kasus pasien dengan pneumonia ialah sebagai berikut:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
b. Pola nafas tidak efektif
c. Gangguan pertukaran gas
d. Gangguan ventilasi spontan
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (cardiopulmonary)
f. Kekurangan volume cairan
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
h. Gangguan mobilitas fisik
i. Gangguan komunikasi verbal
j. Deficit perawatan diri
k. Resiko infeksi

l. Resiko aspirasi
1.12 Rencana intervensi

Nanda NOC NIC


Ketidakefektifa Status pernafasan: Kepatenan Manajemen jalan nafas
n bersihan jalan jalan nafas Aktivitas:
nafas b/d mukus Setelah dilakukan tindakan - Monitor status pernafasan dan
berlebihan keperawatan selama 3x24 jam respirasi sebagaimana mestinya
pasien dapat meningkatkan - Posisikan pasien semi fowler,
status pernafasan yang atau posisi fowler
adekuat meningkat dari skala - Observasi kecepatan, irama,
2 kedalaman dan kesulitan bernafas
(cukup) menjadi skala 4 - Auskultasi suara nafas
(ringan) dengan kriteria - lakukan fisioterapi dada
hasil : sebagaimana mestinya
- Frekuensi pernafasan - Kolaborasi pemberian O2 sesuai
normal (30-50x/menit) instruksi
- Irama pernafasan normal - Ajarkan melakukan batuk efektif
(teratur) - Ajarkan pasien dan keluarga
- Kemampuan untuk mengenai penggunaan perangkat
mengeluarkan secret (pasien oksigen yang memudahkan
dapat melakukan batuk mobilitas
efektif jika memungkinkan)
- Tidak ada suara nafas
tambahan (seperti
;Ronchi,wezing,mengi)
- Tidak ada penggunaan otot
bantu napas (tidak adanya
retraksi dinding dada)
- Tidak ada batuk
-
Ketidakefektifa 1. Status pernafasan 1. Manajamen Jalan nafas
n pola napas Setelah dilakukan tindakan - Posisikan pasien posisi semi
b/d keletihan keperawatan 3x24 jam status fowler, atau posisi fowler
otot pernafasan pernafasan yang adekuat 2. Manajemen pernafasan
meningkat dari skala 2 (berat) - Observasi kecepatan, irama,
menjadi 5 (ringan) dengan kedalaman dan kesulitan
kriteria hasil : bernafas
- frekuensi pernafasan - Observasi pergerakan dada,
normal (30-50x/menit) kesimetrisan dada,
- Irama pernafasan normal penggunaan otot bantu nafas,
(teratur) dan retraksi pada dinding
- suara auskultasi nafas dada
normal (vesikuler) - Auskultasi suara nafas
- Kepatenan jalan nafas 3. Terapi oksigen
- Tidak ada penggunaan otot - Kolaborasi pemberian O2
bantu nafas (tidak ada - Monitor aliran oksigen
retraksi dinding dada) - Ajarkan pasien dan keluarga
- Tidak ada pernafasan mengenai penggunaan
cuping hidung perangkat oksigen yang
memudahkan mobilitas
Gangguan 1. Status pernafasan: 1. Monitor pernafasan
pertukaran gas Pertukaran Gas - Monitor kecepatan, irama,
b/d perubahan Kriteria hasil: kedalaman, dan kesulitan
membrane - Tidak dispnea saat istirahat bernapas
alveolarkalpiler - Tidak dispneu saat 2. Terapi oksigen
aktifitas ringan - Pertahankan kepatenan jalan
- Tidak sianosis yaitu kulit napas
tampak normal atau tidak - Observasi adanya suara
kebiruan napas tambahan
- Kolaborasi pemberian O2
- Ajarkan pasien dan keluarga
mengenai penggunaan
perangkat oksigen yang
memudahkan mobilitas
1.13 Evidance Based

PENGARUH PEMBERIAN FISIOTERAPI DADA DAN PURSED LIPS BREATHING


(TIUPAN LIDAH) TERHADAP BERSIHAN JALAN NAFAS PADA ANAK BALITA
DENGAN PNEUMONIA

Titin Hidayatin
Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Indramayu
korespondensi : tienhidayatin85@gmail.com

ABSTRAK

Pneumonia adalah infeksi parenkim paru yang sering berdampak terhadap status oksigenasi terutama
bersihan jalan napas. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya pengaruh pemberian fisioterapi
dada dan pursed lips breathing terhadap bersihan jalan napas pada anak balita dengan pneumonia di
RSUD Kabupaten Indramayu. Penelitian ini menggunakan menggunakan quasy experimental dengan
rancangan non randomized without control group pretest-posttest dengan jumlah sampel yang akan
diambil sebanyak 30 responden yang dibagi dalam 3 kelompok intervensi. Teknik pengambilan data
adalah concecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan untuk kelompok fisioterapi dada serta
kelompok fisioterapi dada dan pursed lips breathing menunjukkan ada pengaruh yang signifikan
terhadap bersihan jalan napas dengan nilai P value 0,000, sedangkan untuk kelompok pursed lips
breathing tidak ada pengaruh terhadap bersihan jalan napas dengan nilai P value 0, 112. Hasil
penelitian ini dapat dijadikan landasan dalam memberikan asuhan keperawatan mandiri pada anak
balita yang mengalami pneumonia dengan bersihan jalan nafas.

Kata kunci : Pneumonia, balita, fisioterapi dada, pursed lips breathing.


pneumonia pada balita adalah 232 pasien dan
PENDAHULUAN data 2 bulan terakhir

Menurut WHO (2016) pneumonia merupakan


pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak
dibandingkan dengan penyakit AIDS, malaria
dan campak. Pneumonia disebut juga sebagai
“pandemic yang terlupakan” atau “the forgotten
pandemic”, karena tidak banyak perhatian
terhadap penyakit ini, sehingga pneumonia
disebut juga pembunuh balita yang terlupakan
atau “the forgotten killer of children”. Kemenkes
RI, (2016) menyebutkan bahwa hasil Sample
Registration System (SRS) di Indonesia tahun
2014 pneumonia merupakan penyebab kematian
nomor 3 pada balita, dengan angka cakupan
berkisar antara 20 – 30%, sedangkan pada tahun
2015 terjadi peningkatan menjadi 63,45%. Data
Kemenkes RI, (2016) menyatakan bahwa Jawa
Barat termasuk dalam 10 besar dengan jumlah
kasus pneumonia terbanyak yaitu 4,62%.
Berdasarkan data Rekam Medik dan Registrasi
pasien ruang perawatan anak RSUD Kabupaten
Indramayu, didapatkan data pada tahun 2016
sebanyak 3.687 anak, sedangkan kasus
yaitu bulan Januari dan Februari 2017 jumlah
kasus pneumonia pada anak balita adalah
sebanyak 45 kasus dengan rincian 20 kasus pada
bulan Januari dan 25 kasus pada bulan Februari
2017.
Masalah yang sering muncul pada balita dengan
pneumonia yang dirawat di rumah sakit adalah
distress pernafasan yang ditandai dengan nafas
cepas, retraksi interkostal, pernafasan cuping
hidung dan disertai dengan stridor (WHO, 2009).
Distress pernafasan merupakan kompensasi
tubuh terhadap kekurangan oksigen, karena
konsentrasi oksigen yang rendah, akan
menstimulus syaraf pusat untuk meningkatkan
frekuensi pernafasan. Penurunan konsentrasi
oksigen ke jaringan sering karena adanya
obstruksi atau hambatan suplai oksigen ke
jaringan. Pada umumnya faktor penyebab
obstruksi jalan nafas atas dan bawah pada balita
dengan pneumonia adalah karena peningkatan
sekret sebagai salah satu manifestasi klinis
adanya inflamasi pada saluran nafas (Wong,
2009).
Proses inflamasi dari penyakit pneumonia
mengakibatkan produksi sekret meningkat
sampai menimbulkan manifestasi klinis yang
ada, sehingga muncul masalah
Pengaruh Pemberian Fisioterapi Dada dan Pursed Lips Breathing (Tiupan Lidah) terhadap Bersihan Jalan
Nafas pada Anak Balita Dengan Pneumonia

ketidakefektifan bersihan jalan nafas. tentang pengaruh pemberian fisioterapi dada


Ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan dan pursed lips breathing (tiupan lidah)
keadaan dimana individu tidak mampu terhadap bersihan jalan napas pada anak balita
mengeluarkan sekret dari saluran nafas untuk dengan pneumonia di RSUD Kabupaten
mempetahankan jalan nafas dengan karakteristik Indramayu.
dari ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah
batuk, dispnea, gelisah, suara nafas abnormal METODE PENELITIAN
(ronchi), perubahan frekuensi nafas, penggunaan
otot bantu nafas, pernafasan cuping hidung dan Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
sputum dalam jumlah berlebihan (Herdman, dengan desain penelitian Quasy Experimental
2015). pre-post test. Rancangan penelitian yang
Beberapa tindakan yang efektif untuk mengatasi digunakan dalam penelitian ini adalah non
ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah equivalent without control group (non
dengan fisioterapi dada (chest randomized without control group
physiotherapy/CPT).. Terapi CPT termasuk pretest-posttest) dengan memberikan
postural drainage, perkusi dan vibrasi (Potter pengukuran bersihan jalan napas (frekuensi
a Perry, 2009). Fisioterapi dada sangat nafas, bunyi nafas, irama nafas, dan
berguna bagi balita dengan penyakit paru baik penggunaan otot bantu pernafasan) sebelum
yang bersifat akut maupun kronis, sangat dan sesudah dilakukan tindakan. Populasi
efektif dalam upaya mengeluarkan sekret. Jadi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tujuan pokok dari fisioterapi pada penyakit anak balita dengan pneumonia yang dirawat.
paru adalah mengembalikan dan memelihara Sampel yang digunakan sebanyak 30
fungsi otot – otot pernafasan dan membantu responden yang dibagi dalam 3 kelompok
membersihkan sekret dari bronkhus dan untuk intervensi. Teknik pengambilan sampel yang
mencegah penumpukan sekret. digunakan adalah purposive sampling.
Intervensi lain yang dapat digunakan untuk Penelitian ini dilaksanakan di ruang golek
mengatasi masalah ketidakefektifan bersihan RSUD Kabupaten Indramayu pada bulan Mei
jalan nafas selain CPT pada balita yaitu dengan – Juli 2017. Analisis data yang digunakan
teknik pursed lips breathing (PLB). PLB dapat adalah Cochran Post Hoc Mc Namer.
meningkatkan ekspansi alveolus pada setiap
lobus paru, sehingga tekanan alveolus meningkat HASIL PENELITIAN
dan dapat membantu mendorong sekret pada
jalan napas saat ekspirasi dan dapat menginduksi 1. Analisis Uji Univariat
pola napas menjadi normal (Brunner & Sudarth, Hasil analisis karakteristik responden pada
2002). penelitian ini menggambarkan usia responden
Berdasarkan hal tersebut diatas peneliti tertarik .
untuk melakukan penelitian

Tabel 1
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur (n=30)
Minimal –
Variabel Mean Median SD Maksimal
Umur Responden
1.Fisioterapi dada 2.50 2.00 1.269 1-5 tahun
2.PLB 2.60 2.50 1.174 1-4 tahun
3.Fisioterapi dada & 2.60 2.50 0.699 1.4 tahun
PLB

SURYA 16 Vol. 11, No. 01, April 2019


Pengaruh Pemberian Fisioterapi Dada dan Pursed Lips Breathing (Tiupan Lidah) terhadap Bersihan Jalan
Nafas pada Anak Balita Dengan Pneumonia

a) Analisis Uji Bivariat


1) Fisioterapi Dada
Tabel 2 Analisis Efektifitas Fisioterapi Dada Terhadap Bersihan Jalan Nafas pada Anak
Balita dengan Pneumonia
Pengukuran Bersihan Jalan Nafas Bersihan Jalan Nafas
P
No pada kelompok yang diberi
Fisiotherapi dada Tdk Bersih Bersih Value
1 Sebelum intervensi 1 pagi (hari 1) 10(100%) 0 (0%)
Sesudah intervensi 1 pagi (hari 1) 9(90%) 1 (10%)
2 Sebelum intervensi 2 sore (hari 1) 10(100%) 0 (0%)
Sesudah intervensi 2 sore (hari 1) 9(90%) 1 (10%)
3 Sebelum intervensi 1 pagi (hari 2) 10(100%) 0 (0%) 0,000*
Sesudah intervensi 1 pagi (hari 2) 4(40%) 6 (60%)
4 Sebelum intervensi 2 sore (hari 2) 3(30%) 7 (70%)
Sesudah intervensi 2 sore (hari 2) 1(10%) 9 (90%)
Ket: * Uji Cochran

Tabel 3 Analisis Efektifitas Fisiotherapi Dada terhadap Bersihan Jalan Nafas antara Fisioterapi
Dada Pre 1 dengan Post 2, 4, 6 dan 8 pada Anak Balita dengan Pneumonia
Bersihan Jalan Napas P
No Pengukuran
Tdk Bersih Bersih Value
1 Pengukuran sebelum intervensi hari pertama dan
sesudah intervensi hari pertama (pagi) 9 (90%) 1 (10%) 1,000*
g) Pengukuran pagi hari sebelum intervensi hari
pertama dan sesudah intervensi hari pertama 9 (90%) 1 (10%) 1.000*
(sore)
3 Pengukuran pagi hari sebelum intervensi dan 4 (40%) 6 (60%) 0,031*
sesudah intervensi hari kedua (pagi)
4 Pengukuran pagi hari sebelum intervensi dan 1 (10%) 9 (90%) 0,004*
sesudah intervensi hari kedua (sore)
Ket: * Uji Mc Nemar

2) Pursed Lips Breathing


Tabel 4 Analisis Efektifitas PLB terhadap Bersihan Jalan Nafas pada
Anak Balita dengan Pneumonia
Pengukuran Bersihan Bersihan Jalan Nafas
N Jalan Nafas pada
Tdk P Value
o kelompok yang diberi Bersih
PLB Bersih
1 Sebelum intervensi (hari 1) 10(100%) 0 (0,0)
2 Sesudah intervensi (hari 1) 10(100%) 0 (0,0)
3 Sebelum intervensi (hari 2) 8(80%) 2 (20%) 0,112*
4 Sesudah intervensi (hari 2) 8(80%) 2 (20%)
Ket: * Uji Cochran

Tabel 5 Analisis Efektifitas PLB terhadap Bersihan Jalan Nafas antara PLB Pre 1 dengan Post 2
dan 4 pada Anak Balita dengan Pneumonia
N Bersihan Jalan Napas P
Pengukuran
O Tidak Bersih Bersih Value
1 Pengukuran hari intervensi hari sebelum 10 (100%) 0 (0%) 1,000*

SURYA 17 Vol. 11, No. 01, April 2019


Pengaruh Pemberian Fisioterapi Dada dan Pursed Lips Breathing (Tiupan Lidah) terhadap Bersihan Jalan
Nafas pada Anak Balita Dengan Pneumonia

N Bersihan Jalan Napas P


Pengukuran
O Tidak Bersih Bersih Value
intervensi hari pertama dan sesudah intervensi
hari pertama
2 Pengukuran hari sebelum intervensi hari pertama 8 (80%) 2 (20%) 0,500*
dan sesudah kedua
Ket: * Uji Mc Nemar

1. Fisioterapi Dada dan PLB


Tabel 6 Analisis Efektifitas Fisiotherapi Dada dan PLB Terhadap Bersihan Jalan Nafas
pada Anak Balita dengan Pneumonia
Pengukuran Bersihan Jalan Nafas Bersihan Jalan Nafas P
N
pada kelompok yang diberi
o Fisiotherapi Dada & PLB Tdk Bersih Bersih Value
1 Sebelum intervensi 1 pagi (hari 1) 10 (10%) 0 (0%)
2 Sesudah intervensi 1 pagi (hari 1) 8(80%) 2(20%)
3 Sebelum intervensi 2 sore (hari 1) 10(100%) 0 (0%)
4 Sesudah intervensi 2 sore (hari 1) 7(70%) 3(30%)
5 Sebelum intervensi 1 pagi (hari 2) 7(70%) 3(30%) 0,000*
6 Sesudah intervensi 1 pagi (hari 2) 3(30%) 7(70%)
7 Sebelum intervensi 2 sore (hari 2) 2(20%) 8(80%)
8 Sesudah intervensi 2 sore (hari 2) 0 (0%) 10(100%)
Ket: * Uji Cochran

Tabel 7 Analisis Efektifitas Fisiotherapi Dada dan Pursed Lips Breathing terhadap Bersihan Jalan
Nafas antara Fisiotherapi Dada dan Pursed Lips Breathing Pre 1 dengan Post 2, 4, 6 dan 8 pada Anak
Balita dengan Pneumonia
Bersihan Jalan Napas P
No Pengukuran
Tidak Bersih Bersih Value
1 Pengukuran pagi hari sebelum intervensi hari 8 (80%) 2 (20%) 0,500
pertama dan sesudah intervensi hari pertama pagi
2 Pengukuran pagi hari sebelum intervensi hari 7 (70%) 3 (30%) 0.250
pertama dan sesudah intervensi hari pertama sore
3 Pengukuran pagi hari sebelum intervensi hari 3 (30%) 7 (70%) 0,016
kedua dan sesudah intervensi hari kedua pagi
4 Pengukuran pagi hari sebelum intervensi hari 0 (0%) 10 (100%) 0,002
kedua dan sesudah intervensi hari kedua sore
Ket: * Uji Mc Nemar

PEMBAHASAN bulan - < 60 bulan. Bayi dan balita memiliki


mekanisme pertahanan yang masih lemah
1. Karakteristik Responden dibanding orang dewasa, sehingga balita
Rata-rata usia anak pada kelompok fisioterapi termasuk ke dalam kelompok rawan terhadap
dada adalah 2.50 tahun dengan usia termuda infeksi influenza dan pneumonia. Anak yang
adalah 1 tahun dan usia tertua 5 tahun. Untuk berusia 0-24 bulan lebih rentan terhadap
kelompok PLB rata-rata usia anak adalah 2.60 penyakit pneumonia dibandingkan anak-anak
tahun dengan usia termuda 1 tahun dan usia yang berusia diatas 2 tahun. Hal ini
tertua 4 tahun. Sedangan untuk kelompok disebabkan oleh imunitas yang belum
fisioterapi dada dan PLB rata- rata 2.60 tahun sempurna dan saluran pernapasan yang relatif
dengan usia termuda 1 tahun dan usia tertua 4 sempit, sehingga bayi dan balita mudah sekali
tahun. terkena penyakit pneumonia (Depkes RI,
Penelitian ini didukung oleh Hartati (2011) yang 2004).
mengatakan bahwa insiden tertinggi terkena
pneumonia adalah usia > 12

SURYA 18 Vol. 11, No. 01, April 2019


Pengaruh Pemberian Fisioterapi Dada dan Pursed Lips Breathing (Tiupan Lidah) terhadap Bersihan Jalan
Nafas pada Anak Balita Dengan Pneumonia

RR Analisa Pengaruh Bersihan Jalan Penelitian lain yang dilakukan oleh Hussein
Nafas Sebelum dan Sesudah Pemberian (2011) di Cairo University yang bertujuan
Intervensi Fisioterapi Dada untuk mengetahui efek fisioterapi dada
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji terhadap bersihan jalan napas anak yang
Cochran didapatkan bahwa nilai Pvalue < ɑ mengalami pneumonia. Penelitian dilakukan
yang artinya ada perbedaan yang artinya ada pada dua kelompok yaitu kelompok kontrol
perbedaan yang bermakna antara bersihan jalan (30 responden) dan kelompok intervensi (30
nafas antara sebelum dan sesudah dilakukan responden). Hasil penelitian didapatkan
intervensi fisioterapi dada pada anak balita bahwa fisioterapi dada efekif dalam
dengan pneumonia. Dari hasil penelitian meningkatkan bersihan saluran udara dengan
didapatkan bahwa pada intervensi pertama belum anak yang mengalami pneumonia yang
terjadi perubahan terhadap bersihan jalan napas, dievaluasi dari penurunan kebutuhan oksigen
tetapi pada intervensi berikutnya terjadi dan frekuensi penyedotan (suction), hasil uji
perubahan terhadap bersihan jalan napas dan statistik penelitian ini menunjukkan ada
perubahan yang sangat signikan terjadi pada perbedaan bermakna degan P = 0,000 .
intervensi kedua (sore hari) hari kedua. Semakin Pada usia anak semua organ tubuh terus
lama intervensi yang dilakukan maka akan berkembang sampai mencapai fungsi yang
semakin terlihat perubahan terhadap bersihan sempurna, termasuk sistem pernapasan dan
jalan napas balita. sistem kardiovaskuler yang mempunyai
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa peranan penting dalam pengaturan status
fisioterapi dada berpengaruh terhadap bersihan oksigenasi. Alveoli berkembang baik ukuran,
jalan nafas antara sebelum dan sesudah dilakukan bentuk maupun jumlahnya sehingga saluran
intervensi pada balita dengan pneumonia. pernapasan menjadi sempurna, hal ini dapat
Fisioterapi dada mencakup 3 teknik yaitu dicapai pada anak usia 12 tahun. Permukaan
postural drainage, perkusi dada dan vibrasi (Asih alveolar yang bertambah luas berguna untuk
dan Efendy, 2004). Metode ini dapat digunakan pertukaran gas. Pertumbuhan anak
secara berurutan pada posisi drainage yang berhubunga erat dengan peningkatan
berbeda dan harus diawali dengan bronchodilator percabangan dari bronkiolus perifer dan
(jika diprogramkan), dan dilanjutkan dengan jumlah alveoli. Semakin anak bertambah
nafas dalam dan batuk (Smeltzer & Bare, 2002). tinggi, maka semakin besar dan luas
Fisioterapi dada sangat berguna bagi penderita permukaan paru-paru. Pada balita yang
penyakit respirasi baik yang bersifat akut mengalami gangguan bersihan jalan napas
maupun kronis. Fisioterapi dada adalah salah terjadi penumpukan sekret, sekret akan lepas
satu fisioterapi yang menggunakan teknik dari saluran pernapasan dan akhirnya dapat
postural drainage, perkusi dada dan vibrasi. keluar melalui mulut dengan adanya proses
Secara fisiologis Perkusi pada permukaan batuk pada saat dilakukan fisioterapi dada.
dinding akan mengirimkan gelombang berbagai Menurut Lubis (2005), fisioterapi dada sangat
amplitude dan frekuensi sehingga dapat efektif dalam mengeluarkan sekret dan
mengubah konsistensi dan lokasi sekret (Potter & memperbaiki ventilasi pada pasien dengan
Perry, 2005). Menurut Smeltzer & Bare (2002) fungsi paru yang terganggu. Tujuan pokok
vibrasi yang dilakukan setelah perkusi fisioterapi dada pada penyakit paru adalah
meningkatkan turbulensi udara ekspirasi mengembalikan dan memelihara fungsi otot-
sehingga dapat melepaskan mukus kental yang otot pernapasan dan membantu membersihkan
melekat pada bronkhus dan bronkiolus, sehingga sekret dari bronkhus dan mencegah
postural drainage merupakan salah satu penumpukan sekret.
intervensi untuk melepaskan sekresi dai berbagai
segmen paru – paru dengan menggunakan RR Analisa Pengaruh Bersihan Jalan
pengaruh gaya gravitasi. Postural drainage Napas Sebelum dan Sesuda eberian
menggunakan posisi khusus yang meningkatkan Intervensi
gaya gravitasi membantu mengeluarkan sekresi PLB
bronkhial. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji
Cochran didapatkan bahwa nilai Pvalue > ɑ
yang artinya ada perbedaan yang artinya
tidak ada perbedaan yang bermakna antara
bersihan jalan nafas antara sebelum dan sesudah

SURYA 19 Vol. 11, No. 01, April 2019


Pengaruh Pemberian Fisioterapi Dada dan Pursed Lips Breathing (Tiupan Lidah) terhadap Bersihan Jalan
Nafas pada Anak Balita Dengan Pneumonia

dilakukan intervensi pursed lips breathing pada asing atau secret keluar dari jalan napas
anak balita dengan pneumonia di RSUD sehingga pada akhirnya dapat memberikan
Kabupaten Indramayu. dampak positif terhadap perubahan status
Ketidaefektifan dalam penelitian ini kemungkinan oksigenasi (Sutini, 2011).
dikarenakan karena usia responden yang masih Penelitian lain yang dilakukan oleh Enright,
balita, kadar hemoglobin, suhu tubuh, kekuatan Chatam & Ionescu (2004) di Australia pada
meniup, tingkat dehidrasi, lama sakit. Seperti pasien PPOK yang tidak di rawat di rumah
penelitian yang dilakukan oleh Sutini, T (2011) sakit, menghasilkan pengingkatan fungsi faal
tentang pengaruh aktivitas bermain meniup tiupan paru rata-rata sebesar 60% setelah latihan
lidah terhadap status oksigenasi pada anak usia PLB dan latihan otot-otot pernapasan selama
prasekolah dengan pneumonia di RS Islam Jakarta 8 minggu, sedangkan pada pasien yang tidak
yang didapat hasil bahwa aktivitas bermain meniup dilakukan teknik ini rata-rata hanya
“tiupan lidah” berpengaruh terhadap status meningkat 10%.
oksigenasi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Division
of Physiotherapi (2003) di rumah sakit
PLB merupakan salah satu teknik termudah Karolinska University Swedia pada tahun
dalam mengurangi sesak napas. Teknik ini 2003 pada pasien PPOK berjumlah 32 pasien
merupakan cara mudah dalam memperlambat yang dirawat di rumah sakit. dihasilkan fungsi
frekuensi napas sehingga napas menjadi lebih faal paru rata-rata 90% setelah latihan PLB
efektif. Teknik ini dapat membantu untuk selama 1 minggu.
menghasilkan udara yang banyak ke dalam paru PLB menimbulkan obstruksi terhadap aliran
dan mengurangi energi yang dikeluarkan saat udara ekshalasi dan meningkatkan tekanan
bernapas. Selain itu juga, dapat meningkatkan udara, menurunkan gradient tekanan
tekanan alveolus pada setiap lobus paru sehingga transmural dan mempertahankan kepatenan
dapat meningkatkan aliran udara saat ekspirasi. jalan napas yang kolaps selama ekshalasi.
Peningkatan aliran udara pada saat ekspirasi Proses ini membantu menurunkan
akan mengevakuasi sekret keluar dari saluran pengeluaram udara yang terjebak, tidak secara
napas. tindakan ini sebagai salah satu upaya yang langsung menurunkan kapasitas fungsional
diduga mampu meningkatkan oksigenasi residu, tetapi perbaikan sesak napas
(Brunner & Sudath, 2010) karena memberikan merupakan akibat restorasi diafragma
efek yang baik terhadap pernapasan, diantaranya terhadap posisi thoraks yang mengalami
adalah (a) meningkatkan ventilasi, (b)
membebaskan udara yang terperangkap dalam b. Analisa Pengaruh Bersihan Jalan Nafas
paru–paru, (c) menjaga napas tetap terbuka lebih Sebelum dan Sesudah Pemberian
lama dan mengurangi kerja napas, (d) Intervensi Fisioterapi Dada dan PLB
memperpanjang Hasil uji statistik dengan menggunakan uji
waktu ekshalasi yang kemudian memperlambat Cochran didapatkan bahwa nilai Pvalue < ɑ
frekuensi napas, (e) yang artinya ada perbedaan yang artinya ada
meningkatkan pola napas dengan mengeluarkan perbedaan yang bermakna antara bersihan jalan
udara ‘lama” dan memasukkan udara ‘baru’ ke nafas antara sebelum dan sesudah dilakukan
dalam paru, (f) menghilangkan sesak napas dan intervensi fisioterapi dada dan PLB pada anak
(g) meningkat relaksasi. balita dengan pneumonia di RSUD Kabupaten
Menurut Brunner & Suddarth (2008) inspirasi yang Indramayu. Dari hasil penelitian didapatkan
adekuat dapat meningkatkan volume dan tekanan bahwa pada intervensi pertama belum terjadi
alveoli sehingga dapat meningkatkan tekanan aliran perubahan terhadap bersihan jalan napas, tetapi
udara saat inspirasi. Peningkatan tekanan aliran pada intervensi berikutnya terjadi perubahan
udara ekspirasi dapat menggerakan silia-silia terhadap bersihan jalan napas dan perubahan
saluran napas yang berguna untuk mengeluarkan yang sangat signifikan terjadi pada intervensi
benda asing yang ada didalamnya, termasuk secret. kedua (sore hari) hari kedua yaitu semua
Semakin kuat meniup semakin kuat pula silia responden (10 balita) mengalami perubahan
bergerak untuk mendorong benda terhadap bersihan jalan napas. Semakin lama
intervensi yang dilakukan maka akan semakin
terlihat perubahan terhadap bersihan jalan napas
balita. Hal ini

SURYA 20 Vol. 11, No. 01, April 2019


Pengaruh Pemberian Fisioterapi Dada dan Pursed Lips Breathing (Tiupan Lidah) terhadap Bersihan Jalan
Nafas pada Anak Balita Dengan Pneumonia

karena pada kelompok ini diberikan 2 intervensi saluran pernapasan akut (ISPA) untuk
yaitu fisioterapi dada dan PLB. penanggulangan pneumonia pada balita.
Perbedaan pada penelitian ini dengan peneltian Jakarta : Depkes RI.
sebelumnya yaitu pada penelitian ini
menggabungkan kedua intervensi yang diberikan Division Of Physioterapi. 2003. Patient
yaitu fisioterapi dada dan PLB terhadap bersihan information series chronic obtruvtive
jalan napas pada anak balita dengan pneumonia pulmonary disease (COPD). Karolinska
dan hasilnya sangat terbuki efektif jika dilakukan University Hospital, Sweden. Diunduh tanggal
secara bersama-sama untuk bersihan jalan napas 27 Juli 201.
pada anak balita dengan pneumonia.
Enright S, Chatam K & Ionescu AA. 2004.
PENUTUP Inspiratory Muscle Training Improves Lung
Function and Exercise Capacity in Adults
1. Kesimpulan With Cystic Fibrosis. Diunduh 27 Juli 2017
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut : Hartati, S. 2011. Analisis faktor risiko yang
c. Ada perbedaan antara bersihan jalan berhubungan dengan kejadian pneumonia
napas sebelum dan sesudah dilakukan pada anak balita di RSUD pasar rebo jakata.
intervensi fisioterapi dada pada anak Jakarta : Tesis.
balita dengan pneumonia dengan p Value
0,000 Herdman. T. Heather. 2015. Nanda
d. Tidak ada perbedaan antara bersihan international Inc. diagnosis keperawatan:
jalan napas sebelum dan sesudah definisi & klasifikasi 2015 – 2017/editor, T.
dilakukan intervensi pursed leps Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru : alih
breathing (tiupan lidah) pada anak balita bahasa Keliat B. A., et al. Jakarta : EGC.
dengan pneumonia dengan p Value 0,112
Hussein H, A & Gehan A. E. 2011. Effect of
e. Ada perbedaan antara bersihan jalan chest physiotherapy on improving chest
napas sebelum dan sesudah dilakukan airways among infant with pneumonia.
intervensi fisioterapi dada dan pursed Department of pediatric nursing, faculty of
lips breathing (tiupan lidah) pada anak nursing, cairo university. Diunduh 25
balita dengan pneumonia dengan p Value Februari 2017
0,000
Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan
DAFTAR PUSTAKA Indonesia . Jakarta : Depkes RI

Asih, N.G.Y., & Effendy, C., 2004. Lubis, H. 2005. Fisioterapi Pada Penyakit
Keperawatan Medikal Bedah : Klien dengan Paru Anak, e-USU Respiratory,
Gangguan Pernafasan, Cetakan Pertama. Jakarta Universitas Sumatera Utara.
: EGC.
Potter, P.A., & Perry, A. G. 2005. Buku ajar
Brunner & Suddarth. 2002. Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses &
keperawatan medical bedah. (Edisi 8). vol.1. praktik. (Edisi 4). Alih bahasa Renata, K., et
diterjemahkan oleh Ester. Jakarta : EGC. al. Jakarta :
EGC
Brunner & Suddarth. 2010. Buku ajar
keperawatan medical bedah. (Edisi 8). vol.1. Potter, P.A., & Perry, A. G. 2009.
diterjemahkan oleh Ester. Jakarta : EGC. Fundamental of nursing. (Edisi 7).
vol. 3 . Jakarta : Elsevier.
Depkes RI. 2004. Pedoman program
pemberantasan penyakit infeksi

SURYA 21 Vol. 11, No. 01, April 2019


Pengaruh Pemberian Fisioterapi Dada dan Pursed Lips Breathing (Tiupan Lidah) terhadap Bersihan Jalan
Nafas pada Anak Balita Dengan Pneumonia

Smeltzer, S.C., & Bare, B. G.,. 2002. Buku


ajar keperawatan medical bedah
Brunner & Suddarth (Edisi 8).
Volume 1 Alih bahasa Waluyo, A et
al. Jakarta : EGC.

Sutini, T. 2011. Pengaruh aktivitas bermain


meniup tiupan lidah terhadap status
oksigenasi pada anak usia prasekolah
dengan pneumonia di rumah sakit
islam jakatra. Tesis.

WHO. (2009). Global action plan for


prevention and control of pneumonia.
Diunduh 25 Februari 2017

WHO. 2016. Pneumonia. Diunduh 25


Februari 2017

Wong. D., et al. 2009. Buku ajar


keperawatan pediatric. (Edisi 6).
Volume 2. Jakarta : EGC
SURYA 22 Vol. 11, No. 01, April 2019

Anda mungkin juga menyukai