Anda di halaman 1dari 24

Askep Keluarga

Dengan Masalah Kesehatan


Yang Lazim Di Indonesia

Kelompok 3
DEFINISI

Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi


sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis
progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh (Masjoer
Arif, 2001). Artritis Reumatoid adalah gangguan autoimun
kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi
(Lemone & Burke, 2008).
ETIOLOGI

Penyebab utama penyakit reumatik masih


belum diketahui secara pasti, namun biasanya
merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan,
hormonal dan faktor sistem reproduksi. Factor
pencetus yang terbesar biasanya adalah bakteri,
mikroplasma dan virus (Lemone & Burke, 2008).
PATOFISIOLOGI
Pada artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama
terjadi pada jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan
enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan
memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi
membran sinovial, dan akhirnya membentuk panus. Panus
akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi
tulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan
mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena
serabut otot akan mengalami perubahan generatif dengan
menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot
(Lukman, 2009).
DIAGNOSA TEORITIS
Berdasarkan tanda dan gejala yang dialami oleh pasien
dengan artritis ditambah dengan adanya data dari pemeriksaan
diagnostik, maka diagnosa keperawatan yang sering muncul yaitu:
1. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan
penampilan tubuh, sendi, bengkok, deformitas.
2. Nyeri berhubungan dengan perubahan patologis oleh artritis
rhematoid.
3. Risiko cedera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot, rasa
nyeri.
4. Gangguan aktifitas sehari-hari berhubungan dengan terbatasnya
gerakan.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
6. gangguan mobilitas
KASUS
Ny. R berusia 50 tahun, dibawa ke rumah sakit oleh
keluarganya dengan keluhan pasien tidak nafsu makan dan bengkak
didaerah lutut. Pasien mengatakan lututnya terasa nyeri dengan skala 7,
nyeri bertambah saat pagi hari dan jika digerakkan. Pasien juga
mengatakan mual serta kebas pada kaki dan tidak kuat untuk berjalan
sendiri sejak seminggu yang lalu. Ibu dari Ny. R juga mempunyai
riwayat rematik dan telah meninggal 5 tahun yang lalu karna DM. Ny.
R mempunyai tiga orang anak dan berjenis kelamin laki-laki semua,
anak pertama meninggal usia 34 tahun karena asma, anak kedua
berusia 32 tahun dan anak ketiga berusia 27 tahun. Saat dilakukan
pemeriksaan paseien terlihat cemas dan gelisah, hasil pemeriksaan fisik
didapatkan kulit di daerah lutut yang bengkak terlihat memerah dan
teraba hangat, hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD: 110/90 mmHg,
N: 80x/menit, Rr: 18x/menit dan Suhu: 38 0C.
GENOGRAM
PENGKAJIAN
Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga


 Pada kasus pasien dengan tahapan ke VIII dengan keluarga
usia lanjut, dimana salah satu dari pasangan sudah
meninggal.
2. Riwayat kesehatan keluarga inti
 Suami Ny. R mempunyai riwayat dan meninggal karena asma
 Anak pertama Ny. R meninggal di usia 34 tahun dengan
asma
 Ny. R dulunya pernah diriwayatkan menderita RA
3. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
 Ibu dari Ny. R memiliki riwayat rematik dan meninggal DM
 Ayah dari suami Ny. R memiliki riwayat asma
Lingkungan
1. Katakteristik rumah
 Ny. R tinggal di daerah padat penduduk
 Tipe rumah 32
 Terdiri dari 3 ruangan (ruang tamu, ruang makan, dapur)
 Sumber air bersih menggunakan sumur bor
 Sumber air minum menggunakan air kemasan isi ulang
2. Karakteristik tetangga dan komunitas
 Lingkungan rumah Ny. R tidak bersih, got sekitaran rumah terlihat tidak
mengalir
 Warga sekitar rumah Ny. R tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada
3. Mobilitas geografis keluarga
 Ny. R barusaja pindak ke rumah ini, sebelumnya mengontrak di daerah
lain
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
 Ny. R dan keluarganya sering berkumpul dan bercerita tentang apa yang
dialaminya setiap hari, dan selalu bergaul dengan tetangga sekitaran
rumah.
Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
 Komunikasi pada keluarga Ny. R lancer tidak ada hambatan, semua
yang dialami pada har itu selalu diceritakan kepada anggota
keluarganya
2. Nilai dan norma budaya
 Keluarga Ny. R selalu menaati nilai dan norma budaya yang ada di
masyarakat sekitar tempat tinggalnya.

Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
 Anak dan menantu serta keluarga Ny. R selalu menghormati dan
menghargai apa saja yang terjadi di lingkungan sekitar tempat
tinggalnya.
2. Fungsi sosialaisasi
 Ny. R tidak pernah memberikan batasan kepada anggota keluarganya
untuk bersosialisasi kepada masyarakat dilingkungannya.

3. Fungsi perawatan keluarga


 Ny. R selalu mengajarkan cara hidup sehat, namun Ny. R masih sering
memasak dan makan makanan yang tinggi lemak dan garam.

4. Fungsi reproduksi
 Jumlah anak pada Ny. R ada tiga orang. Anak pertama berusia 34 tahun
meninggal disebabkan oleh penyakit asma, anak kedua berusia 32 tahun
sudah menikah dan tinggal bersama istrinya, dan anak ketiga berusia 27
tahun sudah menikah dan tinggal bersama Ny. R.
 Ny. R menggunakan KB setelah lahir anak ketiga.

2. Fungsi ekonomi
 Ekonomi Ny. R menengah ke bawah
 Kebutuhan sandang, pangan dan papan hanya pas-pasan saja itupun
dibantu oleh anak bungsunya yang tinggal serumah.
Stressor dan koping keluarga
1. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
 Stress jangka pendek
Ny. R risau dan cemas karena dia tidak bisa berjalan dan beraktivitas
seperti biasanya akibat lututnya sakit, nyeri dan bengkak.
 Stress jangka panjang
Ny. R takut akan merepotkan anaknya jika ia semakin tua dan banyak
penyakit.

2. Strategi koping
 Strategikoping yang digunakan adalah strategi adaptasi disfungsional

Harapan keluarga
1. Keluarga berharap agar Ny. R jangan terlalu banyak fikiran
2. Keluarga selalu menyemangati Ny. R agar tidak terlalu terpuruk dengan
kondisi sakitnya yang sekarang
Data pengkajian individu yang sakit
Penampilan umum
 Kesadaran : Composmentis
 Cara berpakaian : pasien terlihat rapi
 Kebersihan personal : Pasien terlihat rapi dan bersih
 Postur dan cara berjalan:
 Postur tubuh pasien terlihat gemuk dan sedikit
membungkuk
 Pasien tidak dapat berjalan sendiri karena
lututnya bengkak
 Bentuk dan ukuan tubuh:
 BB : 65 kg
 TB : 155 cm
 TTV dan pemeriksaan lain:
 TD : 110/90 mmHg
 Nadi : 80 x/menit
 RR : 18 x/menit
 Suhu : 38 0C
Status Mental Dan Cara Berbicara
 Status emosi : Labil (sering marah tanpa sebab)
 Orientasi : tidak ada hambatan dalam mengorientasikan sesuatu
yang dirasakanya
 Proses fikir : tidak ada hambatan dalam proses fikir
 Gaya berbicara : tidak ada hambatan dalam berbicara

Pemeriksaan Integument
 Kulit : Kulit pasien terlihat lembab, teraba dingin, dan kulit di sekitar lutut terlihat
memerah dan teraba hangat.
 Kuku : kuku tagan dan kaki pasien terlihat kotor dan pnjang.

Pemeriksaan Kepala
 Bentuk dan sensori : bentuk kepala Ny. R simetris
 Rambut : rambut Ny. R panjang dan beruban
 Mata : mata Ny. R sayu
 Hidung : hidung bersih tidak ada lesi atau pembengkakan
 Telinga : telinga bersih, tidak ada terpasang alat bantu
pendengaran
 Mulut : Mulut bersih, menggukan gigi palsu
 Leher : Tidak ada tanda-tanda pembesaran kelenjar getah bening
 Dada (pernafasan) : bentuk dada simetris, pernafasan normal
 Kardiovaskular : tidak ada tanda-tanda pembesaran jantung dan organ
lainnya, TD : 110/90 mmHg

Pemeriksaan Abdomen
 Bentuk abdomen Ny. R simetris tidak ada tenda-tanda asites.
 Pada abdomen tidak ada lesi atau lebam pada Ny. R

Pemeriksaan Genitalia Dan Anus


 Pola elliminasi Ny. R lancar, hanya terhambat pada pergerakan saja
 Tidak adanya lesi dan perubahan warna pada genitalia

Ekstremitas
 Ujung-ujung akral Ny. R teraba dingin dan berkeringat
ANALISA DATA
Data Masalah
Data subjektif: Nyeri akut pada Ny.
- Keluarga mengatakan kaki pasien bengkak daerah lutut R
- Pasien mengatakan nyeri di bagian lutut
- Pasien mengatakan nyeri bertambah dipagi hari dan saat digerakkan
- Pasien juga mengatakan merasakan kebas daerah kaki dan tidak dapat
bejalan sendri sejak seminggu yang lalu
Data objektif :
- Pasien terlihat cemas dan gelisah
- Skala nyeri 7
- Kulit daerah lutut yang bengkak memerah dan hangat
- TD : 110/90 mmHg
- N : 80 x/menit
- S : 38 0C
DIAGNOSA

Diagnosa yang dapat muncul pada Ny. R sesuai


dengan kasus diatas adalah sebagai berikut:
1. Nyeri akut pada Ny. R
2. Hambatan mobilitas fisik pada Ny. R
3. Risiko cedera pada Ny. R
4. Keletihan pada Ny. R
Noc nic
Nanda
Hasil Kode intervensi kode
00132 Keluarga mampu Keluarga mampu
mengenal nyeri mengenal nyeri
Nyeri
 Pengetahuan : 1843  Manajemen nyeri 1400
akut
Manajemen nyeri
pada Ny.
R Keluarga mampu Keluarga mampu
memutuskan memutuskan
 Kepuasan klien : 3016  Pemberian obat 3200
Manajemen nyeri  Manajemen 0224
pengobatan
 Keluarga mampu  Keluarga mampu
merawat merawat
 Tingkat nyeri 2102  Dukungan emosional 5270
 Integritas jaringan : 1101  Terapi latihan : 0224
kulit & membran pergerakan sendi
mukosa
NOC NIC
NANDA
Hasil Kode Intervensi kode
Keluarga mampu melakukan Keluarga mampu
modifikasi lingkungan melakukan modifikasi
 Kontrol nyeri 1605 lingkungan 6482
 Status kenyamanan 2008  Manajemen
 Tingkat kecemasan 1211 lingkungan : 4400
 Keparahan gejala 2103 Kenyamanan
 Terapi musik

Keluarga mampu Keluarga mampu


memanfaatkan fasillitas memanfaatkan fasilitas
kesehatan kesehatan
 Kepuasan keluarga: akses 3000  Kunsultasi 7910
menuju sumber  rujukan 8100
pelayanan kesehatan
PEMBAHASAN
Pada teori disebutakn bahwa rheumatoid artritis belum diketahui dan
belum pasti penyebabnya. Namun ada beberapa pakar menyebutkan bahwa
rheumatoid artritis disebabkan oleh gangguan autoimun yang menyebabkan
peradangan pada sendi. Tanda dan gejala yang ada pada rheumatoid artritis Sakit
persendian disertai dengan kaku terutama pada pagi hari dan gerakan terbatas,
kekakuan tidak lebih dari 30 menit dan dapat berlanjut sampai berjam-jam
dalam sehari.
Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan osteoarthritis yang biasanya
tidak berlangsung lama. Membengkak, panas dan memerah serta lemah. Poli
artritis simetris sendi perifer, sering terjadi pada sendi panggul, lutut,
pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Artritis erosif, peradangan sendi
yang kronik memnyebabkan erosi pada pinggir tulang dan ini dapat terlihat pada
sinar X. Deformitas, pergeseran ulnar, devisiasi jari-jari, subluksasi sendi
metakarpofalangea, deformitas boutonniere dan leher angsa. Sendi mungkin
mengalami angkilosis disertai dengan kehilangan kemampuan bergerak yang
total.
Diagnosa yang muncul pada askep teoritis pun berbeda dengann
kasus yang ada dimana diagnosanya tersebut adalah Gangguan body image
berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh, sendi, bengkok,
deformitas. Nyeri berhubungan dengan perubahan patologis oleh artritis
rhematoid. Risiko cedera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot,
rasa nyeri. Gangguan aktifitas sehari-hari berhubungan dengan terbatasnya
gerakan. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Gangguan mobilitas
Sedangkan pada kasus yang dibuat oleh kelompok tanda dan gejala
yang terdap pada kasus adalah pasien demam dengan suhu 380C, mual dan
tidak nafsu makan, nyeri dibagian lutut, nyeri bertambah pada saat pagi hari
dan saat digerakkan. Diagnosa yang muncul pada kasus menurut kelompok
adalah Nyeri akut pada Ny. R, Hambatan mobilitas fisik pada Ny. R, Risiko
cedera pada Ny. R, Keletihan pada Ny. R.
Pengangkatan diagnosa disesuaikan dengan tanda gejala yang ada
pada kasus dan yang dirasakan oleh pasien. Intervensi yang diambilpun
menyesuaikan dengan gejala yang ada.
KESIMPULAN
Artritis Reumatoid adalah gangguan autoimun kronik yang
menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2008).
Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara pasti,
namun biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik,
lingkungan, hormonal dan faktor sistem reproduksi. Factor pencetus
yang terbesar biasanya adalah bakteri, mikroplasma dan virus (Lemone
& Burke, 2008).
Diagnosa yang muncul pada kasus menurut kelompok adalah
Nyeri akut pada Ny. R, Hambatan mobilitas fisik pada Ny. R, Risiko
cedera pada Ny. R, Keletihan pada Ny. R. Pengangkatan diagnosa
disesuaikan dengan tanda gejala yang ada pada kasus dan yang
dirasakan oleh pasien. Intervensi yang diambilpun menyesuaikan
dengan gejala yang ada.

Anda mungkin juga menyukai