PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
a. Tujuan umum
Mengetahui dan memahami konsep dari hidrosefalus dan asuhan keperawatan
yang sesuai dengan kasus hidrosefalus.
1
b. Tujuan khusus
1) Mengetahui dan memahami definisi hidrosefalus
2) Mengetahui etiologi hidrosefalus
3) Mengetahui manifestasi klinis hidrosefalus
4) Mengetahui patofisiologi dari hidrosefalus
5) Mengetahui klasifikasi hidrosefalus
6) Mengetahui komplikasi dari hidrosefalus
7) Mengetahui pemeriksaan diagnostik hidrosefalus
8) Mengetahui penatalaksanaan yang sesui dengan hidrosefalus
9) Mengetahui asuhan keperawatan pada anak hidrosefalus
1.3 Manfaat
a. Bagi RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
Sebagai acuan kepada petugas kesehatan di RSUD Arifin Achmad Provinsi
Riau khususnya perawat dalam meningkatkan peran serta dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien dengan hidrosefalus.
b. Bagi STIKes Hang Tuah Pekanbaru
Sebagai acuan bagi mahasiswa dalam upaya meningkatkan pengetahuan
mengenai hidrosefalus dan pengaplikasian asuhan keperawatan pada pasien
dengan hidrosefalus.
c. Bagi Penulis
Diperuntukkan sebagai data, informasi dasar, dan evidence based, untuk
mamperdalam pemikidan dan menambah wawasan mengenai hidrosefalus serta
asuhan keperawatan pasien dengan hidrosefalus.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
membentuk dasar dan bagian sisi dari kranium; osetmoid yang merupakan
struktur penyangga penting dari rongga nasal dan berperan dalam pembentukan
orbita matadan ossfenoid yang membentuk dasar anterior cranium (Moore &
Agur, 2002).
- Aspek Anterior
Pada aspek anterior tengkorak dapatdikenali os frontale, os zygomaticum,
orbita, nasal, maxilladan mandibula (Moore & Agur, 2002).
- Aspek Lateral
4
merupakan batas atas tengkuk, meluas ke lateral dari protuberentia occipitalis
externa tersebut; lineanuchalis inferior tidak begitu jelas (Moore & Agur,
2002)
- Aspek Superior
Aspek superior dibentuk oleh os frontale di sebelah anterior, kedua os
parietale dextra dan sinistradan os occipitale di sebelah posterior. Sutura
coronalis memisahkan os frontale dari os parietale; sutura sagitalis
memisahkan kedua tulang ubun-ubun satu dari yang lain; dan sutura
lamboideamemisahkan os parietale dan os temporale dari os occipitale. Titik
bregma adalah titik temu antara sutura sagitalis dan sutura coronalis. Titik
vertex merupakan titik teratas pada tengkorak yang terletak pada sutura
sagitalisdi dekat titik tengahnya. Titik lambda merujuk kepada titik temu
antara sutura lamboidea dan sutura sagitalis (Moore & Agur, 2002).
- Aspek Inferiordan Aspek Dalam Dasar Tengkorak
Aspek inferior tengkorak setelah mandibula diangkat memperlihatkan
processus palatinus maxilla dan os palatinum, os sphenoidale, vomer, os
temporaledan os occipitale. Permukaan dalam dasar tengkorak
memperlihatkan tiga cekungan yakni fossa cranii anterior, fossa cranii media
dan fossa cranii posterior yang membentuk dasar cavitas cranii. Fossa cranii
anterior dibentuk oleh os frontale di sebelah anterior, os ethmoidale di tengah
dan corpus ossis sphenoidalis serta ala minor ossis sphneoidalis di sebelah
posterior. Fossa cranii media dibentuk oleh kedua ala major ossis
sphneoidalis, squama temporalis di sebelah lateraldan bagian-bagian pars
petrosa kedua os temporale di sebelah posterior. Fossa cranii posterior
dibentuk oleh os occipitale, os sphenoidale dan os temporale (Moore & Agur,
2002).
5
2.1.2 Anatomi otak dan saraf
a. Otak
Otak adalah bagian dari sistem saraf pusat yang terletak di basis cranii lalu
melewati foramen magnum berlanjut menjadi medulla spinalis. Otak
dibagimenjadi beberapa bagian yaitu serebrum, serebelum, dan batang otak.
Serebrum merupakan bagian terbesar otak manusia, dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu hemisfer sebebrum kiri dan kanan yang keduanya saling berhubungan
melalui korpus kalosum. Tiap-tiap hemisfer terdiri dari satu lapisan tipis
substansia grisea di sebelah luar yang menutupi bagian tengah substansia alba
yang tebal (Sherwood, 2016).
Otak terdiri dari serebrum, serebelum, dan batang otakyang dibentuk oleh
mesensefalon, pons, dan medulla oblongata. Bila kalvaria dan dura mater
disingkirkan, di bawah lapisan arachnoid mater kranialis dan pia mater kranialis
terlihat gyrus, sulkus, dan fisura korteks serebri. Sulkusdan fisura korteks serebri
membagi hemisfer serebri menjadi daerah lebih kecil yang disebut lobus
(Moore& Argur,2007).
1) Serebrum (Otak Besar)
Serebrum adalah bagian terbesar dari otak yang terdiri dari dua hemisfer.
Hemisfer kanan berfungsiuntuk mengontrol bagian tubuh sebelah kiri dan
hemisfer kiri berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh sebelah kanan.
Masing-masing hemisfer terdiri dari empatlobus. Bagian lobus yang menonjol
6
disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulkus.
Keempat lobus tersebut masing-masing adalah lobus frontal, lobus parietal,
lobus oksipitaldan lobus temporal(CDC, 2004).
- Lobus parietal merupakan lobus yang berada di bagian tengah serebrum.
Lobus parietal bagian depan dibatasi oleh sulkus sentralis dan bagian
belakang oleh garis yang ditarik dari sulkus parieto-oksipital ke ujung
posterior sulkus lateralis (Sylvian). Daerah ini berfungsi untuk menerima
impuls dari serabut saraf sensorik thalamus yang berkaitan dengan segala
bentuk sensasi dan mengenali segala jenis rangsangan somatik (Ellis,
2006).
- Lobus frontal merupakan bagian lobus yang ada dibagian paling depan dari
serebrum. Lobus ini mencakup semua korteks anterior sulkus sentral dari
Rolando. Pada daerah ini terdapat area motorik untuk mengontrol gerakan
otot-otot, gerakan bola mata; area broca sebagai pusat bicara; dan area
prefrontal (area asosiasi) yang mengontrol aktivitas intelektual (Ellis,
2006).
- Lobus temporal berada di bagian bawah dan dipisahkan dari lobus oksipital
oleh garis yang ditarik secara vertikal ke bawah dari ujung atas sulkus
lateral. Lobus temporal berperan penting dalam kemampuan pendengaran,
pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara (Ellis, 2006).
- Lobus oksipital berada dibelakang lobus parietal dan lobus temporal.Lobus
ini berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia
mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina
mata(Ellis, 2006)
2) Serebelum (Otak Kecil)
Serebelumatau otak kecil adalah komponen terbesar kedua otak.
Serebelum terletak di bagian bawah belakang kepala, berada dibelakang
batang otak dan dibawah lobus oksipital, dekat dengan ujung leher bagian
atas. Serebelum adalah pusat tubuh dalam mengontrol kualitas gerakan.
Serebelum juga mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya:
7
mengatur sikap atau posisi tubuh, mengontrol keseimbangan, koordinasi otot
dan gerakan tubuh. Selain itu, serebelum berfungsi menyimpan dan
melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan
mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan
sebagainya (Clark,2005)
3) Batang Otak
Batang otak berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian
dasar dan memanjang sampai medullaspinalis. Batang otak bertugas untuk
mengontrol tekanandarah, denyut jantung, pernafasan, kesadaran, serta pola
makan dan tidur. Bila terdapat massa pada batang otak maka gejala yang
sering timbul berupa muntah, kelemahan otat wajah baik satu maupun dua
sisi, kesulitan menelan, diplopia, dan sakit kepala ketika bangun (CDC, 2004).
Batang otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
- Mesensefalon atau otak tengah (disebut juga mid brain) adalah bagian
teratas dari batang otak yangmenghubungkan serebrumdan serebelum.
Saraf kranial III dan IV diasosiasikan dengan otak tengah. Otak tengah
berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata,
pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran (Moore
& Argur, 2007).
- Pons merupakan bagian dari batang otak yang berada diantara midbrain
dan medullaoblongata. Pons terletak di fossa kranial posterior. Saraf
Kranial (CN) V diasosiasikan dengan pons(Moore & Argur, 2007).
- Medulla oblongata adalah bagian paling bawah belakang dari batang otak
yang akan berlanjut menjadi medullaspinalis. Medullaoblongata terletak
juga di fossa kranial posterior.CN IX, X, dan XII disosiasikan dengan
medulla, sedangkan CN VI dan VIII berada pada perhubungan dari pons
dan medulla(Moore & Argur, 2007).
b. Fungsi otak
Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan
fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan
8
cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak manusia bertanggung jawab terhadap
pengaturan seluruh badan dan pemikiran manusia. Oleh karena itu terdapat kaitan
erat antara otak dan pemikiran. Otak dan sel saraf didalamnya dipercayai dapat
memengaruhi kognisi manusia. Pengetahuan mengenai otak memengaruhi
perkembangan psikologi kognitif. Otak juga bertanggung jawab atas fungsi
seperti pengenalan, emosi. ingatan, pembelajaran motorik dan segala bentuk
pembelajaran lainnya.
Otak terbentuk dari dua jenis sel: glia dan neuron. Glia berfungsi untuk
menunjang dan melindungi neuron, sedangkan neuron membawa informasi dalam
bentuk pulsa listrik yang di kenal sebagai potensi aksi. Mereka berkomunikasi
dengan neuron yang lain dan keseluruh tubuh dengan mengirimkan berbagai
macam bahan kimia yang disebut neurotransmiter. Neurotransmiter ini
dikirimkan pada celah yang dikenal sebagai sinapsis. Avertebrata seperti serangga
mungkin mempunyai jutaan neuron pada otaknya, vertebrata besar bisa
mempunyai hingga seratus miliar neuron.
Neuron otak mengandung dua jenis asam lemak PUFA (bahasa Inggris:
polyunsaturated fatty acids), yaitu asam arakidonat (AA) dan asam
dokosaheksaenoat (DHA) yang terletak pada posisi sn2 dari molekul
fosfogliserida dalam membran sel neuron. PUFA dapat terlepas dari
fosfogliserida oleh stimulasi fosfolipase PLA-2. Molekul AA yang terlepas akan
diproses oleh enzim siklo oksigenase menjadi prostaglandin dan tromboksana,
atau diproses oleh enzim 5-lipo oksigenase menjadi lipoksin. Baik AA maupun
DHA dapat diproses oleh enzim lipo oksigenase guna membentuk senyawa
turunan hidroksi dan leukotriena.
9
2.2 Hidrosefalus
2.2.1 Defenisi
Hidrosefalus diambil dari kata “Hydro” yang berarti air atau cairan, sedangkan
“Cephalus” yang artinya kepala (Rizvi dan Anjum, 2005). Hidrocephalus adalah:
suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal
(CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra kranial yang meninggi sehingga
terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS (Ngastiyah,2005). Hidrocepalus
adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel cerebral, ruang subarachnoid,
atau ruang subdural (Suriadi,2006)
10
membuat cairan bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak
disekitarnya, khususya pusat-pusat saraf yang vital (Irianto, 2015).
2.2.2 Etiologi
Penyebab hidrosefalus pada anak ini secara garis besar dapat dibagi menjadi dua,
yaitu penyebab prenatal dan postnatal:
a. Prenatal
Menurut Satyanegara (2010), sebagaian anak dengan hidrosefalus telah
mengalami ini sejak lahir. Beberapa penyabab utamanya ialah:
1) Stenosis Akuaduktus sylvi, terjadi pada 10% kasus pada bayi baru lahir
dengan insiden 0,5 – 1 kasus/1000 kelahiran.
2) Malforasi Dandy Walker, terjadi pada 2 – 4% bayi yang baru lahir yang
disebabkan oleh hubungan antara ruang subaraknoid dan dilatasi ventrikel 4
menjadi tidak adekuat.
3) Malforasi Arnold Chiari (tipe II), kondisi ini menyebabkan herniasi vermis
cereblum, batang otak dan ventrikel 4 disertai dengan anomaly intracranial
lainnya.
4) Yang paling sering dijumpai pada kasus hidrosefalus ialah Myelomeningokel
meskipun tidak berkembang menjadi hidrosefalus dengan 80% kasus.
b. Postnatal
Hidrosefalus yang terjadi pada postnatal disebabkan oleh lesi massa yang
menyababkan sekitar 20% kasus hidrosefalus, kista araknoid, dan kista
neuroepitelial merupakan terbanyak kedua yang mengganggu aliran liquor.
Pendarahan, meningitis, dan gangguan aliran vena juga merupakan penyebab
yang sering terjadi (Fazl, Rowel, Laxton, Panu, dan Tawadors, 2006).
11
serebrospinal (Darsono, 2005). Tanda gejala pada hidrosefalus dibagi menjadi dua
yaitu:
a. Hidrosefalus yang terjadi pada masa neonatus
- Pembesaran kepala yang abnormal, dan lingkar kepala pada neonatus biasanya
35-40 cm, serta pertumbuhan ukuran lingkar kepala pada satu tahun
kehidupan.
- Cranium terdistensi ke semua arah, terutama pada frontal.
- Dorsum nasal lebih besar dari biasanya.
- Frontanela terbukan dan tegang, sutura masih terbuka bebas. Normal
penyatuan sutura ialah 6 – 12 bulan.
- Tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis.
- Vena-vena di kepala tampak melebar dan berkelok serta menonjol.
- Bayi tidak dapat melihat ke atas.
- Strabismus, nystagmus, atrofi optic, bayi sulit mengangkat dan menahan
kepala ke atas.
- Kepala semakin membesar dan terlihat pada usia 3 tahun.
- Peningkatan TIK yang ditandai dengan mual, muntah, dan menangis.
- Peningkatan sistol pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan
pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil, letargi, dan stupor.
- Peningkatan tonus otot ekstremitas.
- Dahi menonjol dan mengkilat, serta pebuluh darah terlihat jelas.
- Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga terlihat sclera berada diatas iris.
- Fontanel lebih depan lebih menonjol.
b. Hidrosefalus yang terjadi pada masa anak-anak
- Fontanel anterior yang sagat tegang.
- Sutura kranium tampaka atau teraba lemebar.
- Kulit kepala licin, tampak mengkilat dan terdapat penonjolan pada vena.
12
2.2.4 Patofisiologi
Cairan serebrospinal dibuat di dalam otak dan biasanya beredar ke seluruh bagian
otak, selaput otak serta kanalis spinalis, kemudian diserap ke dalam sistem peredaran
darah. Jika terjadi gangguan pada peredaran maupun penyerapan cairan serebrospinal,
atau jika cairan yang dibentuk terlalu banyak, maka volume cairan di dalam otak
menjadi lebih tinggi dari normal. Penimbunan cairan menyebabkan penekanan pada
otak sehingga memaksa otak untuk mendorong tulang tengkorak atau merusak
jaringan otak. CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus khoroidalis
kembali ke dalam peredaran darah melalui kapiler dalam piameter dan arakhnoid
yang meliputi seluruh susuna saraf pusat (SSP). Cairan likuor serebrospinalis terdapat
dalam suatu sistem, yakni sistem internal dan sistem eksternal.
Pada orang dewasa normal jumlah CSS 90-150 ml, anak umur 8-10 tahun 100-
140 ml, bayi 40-60 ml, neonatus 20-30 ml dan prematur kecil 10-20 ml. Cairan yang
tertimbun dalam ventrikel 500-1500 ml. Aliran CSS yang normal ialah dari ventrikel
lateralis melalui foramen monroe ke ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang
sempit Aquaduktus Sylvii ke ventrikel IV dan melalui foramen Luscha dan Magendie
ke dalam ruang subarakhnoid melalui sisterna magna. Penutupan sisterna basalis
menyebabkan gangguan kecepatan reabsorbsi CSS oleh sistem kapiler.
Hidrosepalus secara teoritis tejadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu
produksi likuor yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran likuor, serta
peningkatan tekanan sinus venosa. Konsekuensi tiga mekanisme tersebut, adalah
peningkatan tekanan intrakranial sebagai upaya mempertahankan keseimbangan
sekresi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel cukup rumit dan
berlangsung berbeda-beda tiap saat selama perkembangan hidrosepalus. Dilatasi ini
terjadi sebagai akibat dari beberapa hal, yakni kompresi sistem serebrovaskuler,
redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler, perubahan mekanis
dari otak, serta pembesaran volume tengkorak karena regangan abnormal sutura
kranial.
Produksi likuor yang berlebiha disebabkan tumor pleksus khoroid. Gangguan
aliran likuor merupakan awal dari kebanyakan kasus hidrosepalus. Peningkatan
13
resistensi yang disebabkan gangguan aliran akan meningkatkan tekanan likuor secara
proporsional dalam upaya mempertahankan reabsorbsi yang seimbang. Peningkatan
tekanan sinus vena mempunyai dua konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan vena
kortikal sehingga menyebabkan volume vaskuler intrakranial bertambah dan
peningkatan tekanan intrakranial sampai batas yang dibutuhkan untuk
mempertahankan aliran likuor terhadap tekanan sinus vena yang relatif tinggi.
Konsekuensi klinis dari hipertensi vana ini tergantung dari komplians tengkorak
(Muslihatun, Wati Nur, 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Fitramaya:
Yogyakarta).
2.2.5 Pathway
Tindakan
Akumulasi CSS di dalam ventrikel
pembedahan
Peningkatan
Peningkatan TIK ukuran kepala
2.2.7 Komplikasi
Menurut mayer (2011), komplikasi yang dapat terjadi pada kasus hidrosefalus
ialah sebagai berikut:
a. Pembesaran kepala.
b. Kerusakan otak.
c. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen.
d. Kelemahan pada ekstremitas, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun.
15
e. Infeksi.
f. Malfungsi.
g. Retradasi mental.
h. Gangguan fungsi motoric.
i. Kehilangan penglihatan.
j. Herniasi otak.
k. Kematian akibat dari peningkatan TIK.
l. Septicemia (sesudah pemasangan shunt).
m. Kerusakan jaringan saraf.
n. Proses aliran darah terganggu.
o. Ileus paralitik, adhesi, peritornitis, dan perforasi usus (sesudah pemasangan shunt).
16
e. Ultrasonografi (USG)
USG dilakukan pada fontanel anterior yang masih terbuka. Pemeriksaan ini
diharapkan dapat memperlihatkan system ventrikel yang melebar.
f. CT-Scan Kepala
Pemeriksaan CT- Scan pada hidrosepalus obstruktif dapat menunjukkan
adanya pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi diatas
ventrikel yang lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar. Sedangkan
pada hidrosefalus comunikans gambaran CT-Scan menunjukkan dilatasi ringan dari
semua system ventrikel termasuk ruang subaraknoid di proksimal dari daerah
sumbatan.
g. MRI
MRI digunakan untuk mengetahuai kondisi patologis otak dan medulla spinalis
dengan menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat
bayangan seluruh tubuh.
h. Pungsi lumbal
Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya peningkatan tekanan cairan
serebrospinalis pada hidrosefalus komunikans.
i. Angiografi
Angiografi digunakan untuk mengetahui apakah adanya kelainan pembuluh
darah yang disebabkan oleh peregangan.
2.2.9 Penatalaksanaan
a. Keperawatan
- Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman.
- Timbang berat badan jika memungkinkan.
- Beri penjelasan kepada keluarga tentang makan yang baik dikonsumsi oleh
anak.
- Mengukur lingkar kepala secara rutin.
17
b. Medis
Penanganan hidrosepalus juga dapat dibagi menjadi tiga, yaitu penanganan
alternatif (selain shunting), serta operasi pemasangan ‘pintas’ (shunting).
Penanganan sementara ditempuh melalui pemberian terapi konservatif
medikamentosa. Pemberian terapi ini ditujukan untuk membatasi evolusi
hidrosepalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau
upaya meningkatkan reabsorbsinya.
Penanganan alternatif (selain shunting), misalnya pengontrolan kasus yang
mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi radikal lesi massa yang mengganggu
aliran likuor atau perbaikan suatu malformasi. Saat ini cara terbaik untuk
melakukan perforasi dasar ventrikel III adalah dengan teknik bedah endoskopik.
Operasi pemasangan ‘pintas’ (shunting), bertujuan membuat saluran baru
antara aliran likuor dengan kavitas drainase. Pada anak-anak lokasi drainase yang
terpilih adalah rongga peritoneum. Biasanya cairan serebrospinalis didrainase dari
ventrikel, namun kadang pada hidrosepalus komunikans ada yang di drain ke
rongga subarakhnoid lumbar. Ada dua hal yang perlu diperhatikan pada periode
pasca operasi, yaitu pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi infeksi dan
pemantauan kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang. Infeksi pada shunt
meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan
kematian
18
2.3.2 Kebutuhan dasar
a. Kebutuhan fisik-biomedis (Asih)
- Kebutuhan pangan dan gizi
- Kebutuhan perawatan kesehatan
- Kebutuhan temapat tinggal yang layak
- Sanitasi
- Sandang serta kesegaran jasmani atau rekreasi
b. Kebutuhan emosi atau kasih sayang (Asih)
- Pentingnya peranan serta kehadiran orang tua terutama ibu dalam menjalin
rasa aman bagi bayinya. Diwujudkan dengan kontak fisik (mata dan kulit) dan
psikis sedini mungkin. Kasi saying orang tua akan menciptakan ikatan yang
erat (bonding) dan kepercayaan dasar.
c. Kebutuhan anak akan stimulasi mental (Asah)
- Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan
pelatihan) pada anak. Seperti kecerdasan, keterampilan, kemandirian, agama,
kreativitas, moral-etika, produktivitas.
19
BAB III
KASUS
B. Keluhan Utama
- Seorang anak mengalami hidrosefalus sejak usia 2 bulan setengah, anak sudah
menjalani operasi VP-Shunt hari ke 3, pasien juga dalam konsumsi ASI
ekslusif, terkadang anak menangis, pada luka post operasi tidak terlihat tanda-
tanda inflamasi, luka baik dan bersih.
MK: Gangguan rasa nyaman : Nyeri
20
D. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
- Ibu pasien mengalami pendarahan pada usia kehamilan 3 bulan.
G. Riwayat alergi
- Tidak ada
H. Riwayat operasi
- Pasien post operasi VP-Shunt hari ke 3
I. Keadaan Umum
Kesadaran : CM
GCS 15: E4M5V6
Tanda-tanda vital
- Tekanan Darah :-
- RR : 26 x/menit
- Suhu : 36,3 0C
- Nadi : 132 x/menit
- BB : 6,3
- TB : 57 cm
21
- Tekstur rambut : pasien belum tumbuh rambut
- Ketebalan rambut : pasien belum tumbuh rambut
- Kondisi kulit kepala : Bersih, pasien post op VP-
Shunt di kepala sebelah kanan.
- Nodule-massa kulit kepala : tidak ada
- Bentuk dan ukuran tulang cranium : terdapat penonjolan pada
tulang kepala dikarenakan pasien mengalami hidrosefalus, namun sudah
menjalani operasi VP-Shunt.
- Bentuk wajah : tidak simetris, tulang kepala
menonjol diakibatkan oleh hidrosefalus.
- Ukuran kepala : 46 cm
- Luka oprasi : Luka oprasi di kepala bagian
kiri, tampak baik dan tidak terdapat tanda-tanda terjadinya infeksi
MK: Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
b. Mata
- Distribusi alis dan bulu mata : Merata
- Kondisi tulang orbital : Utuh
- Kesimetrisan mata : mata pasien tidak imetris
dikarenakan kulit di daerah bagian mata tertarik ke arah depan atas efek
dari hidrosefalus
- Kondisi kornea : Tidak normal
- Reflex kornea : tidak normal
c. Telinga
- Kondisi aurikula : Normal
- Tulang mastoid : Utuh
- Kebersihan tulang Orbital : Bersih
22
d. Hidung
- Kesimetrisan bentuk dan ukuran hidung : Simetris dan utuh
- Patensi lubang hidung : tidak terdapat hambatan
dalam bernafas
- Kebersihan tulang hidung : Bersih
- Kondisi sinus : Normal
- Daya penciuman : Baik
e. Mulut
- Kesimetrisan tekstur bibir : Simetris
- Warna bibir dan rongga mulut : normal dan terlihat kering
- Kebersihan rongga mulut dan lidah : Bersih
- Kondisi bukal-gusi : Normal
- Kelengkapan gigi : pasien belum memiliki gigi
- Pergerakan lidah : Normal
- Kondisi orofaring dan tonsil : Baik
2) Leher
a. Kondisi otot leher dan tiroid : Normal
b. Kondisi nodul limfatikus : Normal
3) Dada
a. Paru-paru
- Pada inspeksi tidak ada retraksi dinding dada dan pembengkakan pada
organ di daerah dada.
- Pada saat di parpasi, tidak terdapat nyeri tekan pada daerah dada.
- Pada auskultasi tidak ada bunyi tambahan “Vesikuler”
b. Jantung
- Tidak ada kelainan pada organ jantung baik itu pada saat inspeksi,
palpasi dan aukultasi.
23
4) Tangan
a. Kesimetrisan bentuk dan ukuran tangan : Simetris
b. Warna kulit tangan : kuning langsat
c. Tekstur kulit tangan : lembut
d. Turgor kulit tangan : elastis
e. Kelembaban kulit tangan : Kulit pasien lembab
f. Suhu akral : hangat dalam batas normal
5) Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk abdomen simetris kiri dan kanan
- Tidak terdapat luka ataupun lesi
b. Palpasi
- Tidak terdapat nyeri tekan di bagian abdomen
c. Perkusi
- Tidak ada tanda-tanda pembesaran organ
d. Auskultasi
- Bising usus normal
6) Kaki
a. Kesimetrisan bentuk dan ukuran kaki : Simetris
b. Warna kulit kaki : kuning langsat
c. Turgor kulit kaki : elastis
d. Tekstur kulit kaki : Lembut
e. Kelembaban kulit kaki : Lembab
f. Suhu akral : hangat dalam batas normal
g. Kekuatan otot : Baik
h. Rentang gerak sendi : Baik
i. Kesimetrisan kekuatan nadi : Simetris
j. Kemampuan berjalan : Pasien belum bisa berjalan
24
K. Pola Istirahat Dan Tidur
Ibu pasien mengatakan pasien tidur nyenyak dan hanya bangun bila terasa lapar
dan haus.
M. Pemeriksaan Laboraturium
Pemeriksaan Keterangan Hasil Nilai Normal
Trombosit H 534 150 – 450
Eritrosit H 4.42 3.10 – 4.30
MCH L 24.4 27.0 – 31.0
MCHC L 30.2 33.0 – 37.0
RDW-CV H 15.3 11.5 – 14.5
P-LCR H 27.0 15.0 – 25.0
Eosinophil H 6.1 1.0 – 3.0
Neutrophil L 36.2 40.0 – 70.0
Limfosit H 48.2 20.0 – 40.0
Monosit H 9.2 2.0 – 8.0
T H 14.7 11.6 – 14.5
CL H 108 97 -107
25
N. Analisa data
Data Etiologi Masalah
Ds: Pendarahan Gangguan rasa nyaman
- Terkadang anak nyeri
menangis Obstruksi aliran CSS
- Anak post op VP-
Shunt hari ke 3 Akumulasi cairan CSS di
Ds: dalam ventrikel
- BB : 3 Kg
- LK : 46 cm Tindakan pembedahan
- Lila :16 cm
- Pada saat usia Gangguan rasa nyaman
kandungan 2 bulan ibu nyeri
pasien mengalami
pendarahan.
O. Diagnosa
- Gangguan rasa nyaman ntyeri b.d efek samping terkait terapi
- Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan TIK
26
P. Intervensi
27
BAB IV
PEMBAHASAN
Diagnose yang muncul pada kasus ini ialah gangguan rasa nyaman nyeri b.d efek samping
terkait terapi. Pengambilan diagnose ini didasari oleh data yang mendukung karena pasien
post op VP-Shunt hari 3 dan tampak sesekali menangis, oleh karena itu tidakan yang harus
dilakukan ialah mengatur lingkungan senyaman mungkin, serta menginformasikan kepada
keluarga untuk selalu berada di sekitar pasien agar dapat meminimalisir rasa nyeri dan
cemas yang dialami pasien pasca operasi.
28
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hidrosefalus diartikan sebagai suatu gangguan pembentukan, aliran, maupun
penyerapan dari cairan serebrospinal sehingga terjadi kelebihan cariran
serebrospinal pada susunan saraf pusat. Kondisi ini dapat juga diartikan sebagai
gangguan hidrodinamik cairan serebrospinal (Satyanegara, 2010). Tanda gejala
yang muncul pada kasus hodrosefalus ialah fontanel anterior yang sagat tegang,
sutura kranium tampaka atau teraba melebar, kulit kepala licin, tampak mengkilat
dan terdapat penonjolan pada vena, peningkatan tekana intrakranial, dll.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan ialah rontgen kepala, MRI, CT-Scan,
transimulasi, USG, dan pengukuran lingkar kepala. Diagnosa keparawatan yang
muncul pada kasus pasien ini ialah gangguan rasa nyaman nyeri b.d efek samping
terkait penyakit.
29
DAFTAR PUSTAKA
Satyanegara. (2010). Buku ajar bedah saraf edisi IV. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
30