Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN KESEHATAN

TENTANG GANGGUAN SISTEM PERSEPSI SENSORI

(IRIGASI TELINGA)
Guna Memenuhi Tugas Laborat Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II

Di Susun Oleh Kelompok 19


Kelas 3C/S1 Keperawatan
Nama Kelompok
1. Daimatun Ni’mah
2. Eka Bella Agustina
3. Endah Yuli P
4. Eka Nihayatur Rohmah
5. Faradhiba Maulina U.N
6. Fifi Alafinda Y.U

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AJARAN 2017/2018


Jl. Ganesha 1 Purwosari Kudus Telp. 0291-4372
SATUAN ACARA PENYULUHAN

TENTANG GANGGUAN SISTEM PERSEPSI SENSORI (IRIGASI


TELINGA)
Pokok Bahasan : Gangguan Sistem Persepsi Sensori

Sub Pokok Bahasan : Irigasi Telinga

Sasaran : Masyarakat Desa Purwosari Rt 01/Rw 05

Hari/Tanggal :

Tempat : Balai Desa Purwosari

Jam Pelaksanaan : 09.00 – 09.35 WIB

Waktu : 35 Menit

Penyuluh : Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kudus

A. LATAR BELAKANG
Irigasi telinga adalah suatu tindakan medis yang bertujuan untukmembersihkan
liang telinga luar dari nanah, serumen, dan benda – benda asing. Irigasi telinga adalah
suatu usaha untuk memasukkan cairan (air hangat kuku) ke dalam telinga. Tujuan:
Untuk membersihkan atau mengeluarkan benda asing dari dalam telinga.
Irigasi mata adalah suatu cara untuk membersihkan dan atau mengeluarkan benda
asing dari mata. Irigasi mata diberikan untuk mengaluarkan sekret atau kotoran dan
benda asing dan zat kimia dari mata. Larutan garam fisiologis atau RL biasa
dipergunakan karena merupakan larutan isotonik yang tidak merubah komposisi
elektrolit yang diperlukan mata. Bila hanya memerlukan sedikit cairan, kapas steril
dapat dipergunakan untuk meneteskan cairan kedalam mata.
B. TUJUAN
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 35 menit masyarakat memahami dan dapat
melakukan usaha peningkatan kesehatan pada telinga, melakukan pertolongan
pertama bila ada benda asing yang masuk ke telinga, mengenal tanda-tanda atau
bahaya kerusakan telinga.
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah diberikani penyuluhan diharapkan masyarakat dapat :
a. Mengetahui dan memahami tentang pengertian dari irigasi telinga
b. Mengetahui dan memahai tujuan dari irigasi telinga
c. Mengetahui dan memahai indikasi dari irigasi telinga
d. Mengetahui dan memahai kontraindikasi irigasi telinga
e. Mengetahui dan memahai cara kerja irigasi telinga
C. SASARAN
Masyarakat Desa Purwosari Rt 01/ Rw 05
D. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawa
E. MEDIA
1. Leafled
2. Lembar Balik
3. PPT
F. POKOK MATERI
(terlampir)
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN

No Tahap Waktu Kegiatan penyuluh Kegiatan peserta Media


1. Menyampaikan 1. Memperhatikan
1. Pembukaan 5 menit Lisan
salam dan menjawab
salam
2. Menjelaskan tujuan 2. Memperhatikan
penyuluhan
3. Kontrak waktu 3. Memerhatikan
penyuluh
4. Tes awal/Apersepsi 4. Mendengarkan
dan menjawab
pertanyaan yang
diajukan

1. Mampu menjelaskan 1. Mendengarkan


2. Pelaksanaan 15 Lembar
pengertian dari penyuluh
menit Balik
irigasi telinga 2. Mendengarkan
2. Mampu menjelaskan penyuluh
tujuan dari irigasi 3. Mendengarkan
telinga penyuluh
3. Mampu menjelaskan 4. Mendengarkan
indikasi dari irigasi penyuluh
telinga 5. Mendengarkan
4. Mampu menjelaskan penyuluh
kontraindikasi irigasi
telinga
5. Mampu menjelaskan
cara kerja irigasi
telinga

1. Evaluasi 1. Memperhatiakan
3. Penutup 10 Lisan
penyuluh saat
menit
memaparkan materi
2. Menyimpulkan 2. Mendengarkan
materi kesimpulan
3. Memberi 3. Peserta memberikan
kesempatan untuk pertanyaan pada
bertanya penyuluh
4. Memberi salam 4. Mendengarkan
penutup penyuluh dan
menjawab salam

H. SETTING TEMPAT

PENYAJI

AUDIENT AUDIENT

I. EVALUASI
a. Evaluasi Struktur
1. Penyuluhan dimulai tepat waktu sesuai dengan kontrak waktu yang sudah di
tentukan dan berada di
2. Proposal Pendidikan kesehatan yang berisi Satuan Acara Penyuluhan telah siap
sebelum kegiatan dimulai
3. Tempat dan media telah siap sebelum kegiatan dimulai
4. Penyaji materi telah siap memberi penyuluhan atau pendidikan kesehatan
5. Waktu dan tempat sesuai yang telah ditentukan
6. Menyiapkan pertanyaan
b. Evaluasi Proses
1. Peserta penyuluhan sangat antusias terhadap materi penyuluhan
2. Media dapat digunakan secara efektif.
3. Penyuluh mampu melakukan evaluasi sesuai tujuan yang ingin di capai.
4. Masyarakat bisa mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan benar
c. Evaluasi Hasil
1. Menyebutkan kembali pengertian dari irigasi telinga dengan presentase 90%
2. Menyebutkan kembali dengan presentase 85%
3. Menyebutkan kembali dengan presentase 80%
4. Menyebutkan kembali dengan presentase 80%
5. Menyebutkan kembali dengan presentase 80%
LAMPIRAN MATERI

A. Definisi
Irigasi dari canalis auditorius eksterna umumnya dilakukan dengan tujuan untuk
membersihkan, walaupun pemberian cairan hangat dan antiseptik kadang-kadang
dilakukan. Irigasi biasanya dilakukan di RS. Menggunakan peralatan steril sehingga
mikroorganisme tidak akan masuk ke dalam telinga.
Normal saline pada suhu tubuh (37,00C atau 98,6 F) seringkali digunakan untuk
mengiritasi telinga. Perawat menggunakan termometer untuk menjamin bahwa telinga
jika membran tympani tidak rusak, dimana teknik steril digunakan. Posisi kanalis
auditorius eksterna bervariasi sesuai umur. Pada anak dui bawah 3 tahun, mengarah ke
atas, pada dewasa, canalis auditorius eksterna berbentuk 5 sekitar 2,5 cm (1 in)
panjangnya. Irigasi telinga adalah suatu usaha untuk memasukkan cairan dalam telinga.
(Suzanne C Smeltzer. 2010)

B. Tujuan
Untuk membersihkan atau mengeluarkan benda asing dari dalam telinga.
C. Indikasi :
a. Untuk mengeluarkan cairan, serumen, bahan-bahan asing dari kanal audiotory
eksternal.
b. Untuk mengirigasi kanal audiotory eksternal dengan lartutan antiseptic.
c. Untuk menghangatkan atau mendinginkan kanal audiotory eksternal.
d. Untuk mengangkat sekresi inflamasi.
(marwan, 2009)
D. Kontra Indikasi :
a. Perforasi membran timpani atau resiko tidak utuh (injurie sekunder, pembedahan,
miringitomi).
b. Terjadi komplikasi sebelum irigasi.
c. Temperatur yg ekstrim panas dapat menyebabkan pusing, mual dan muntah.
d. Bila ada benda penghisap air dalam telinga, seperti bahan sayuran (kacang), jangan
diirigasi karena bahan-bahan yang mengembang dan sulit dikeluarkan.
e. Klien dengan menggunakan pipa timpanotomi magnet dari logam dalm telinganya
f. Sesudah operasi telinga
g. Bila ada perdarahan telinga
h. Hipersensitivitas
(Donna L Wong. 2010)
Kemungkinan Komplikasi :
a. Ruptur (pecah) pada membran tympani.Kehilangan pendengaran.
b. Trauma/injury kanal teling dalam.
c. Vertigo, mual, nyeri selama dan setelah prosedur, stop segera bila terjadi, kemudian
ulangi lagi dan pastikan tekanan dan temperatur yang cocok untuk mencegah
berulangnya gejala.
Bahaya :
1. Infeksi Pecahnya gendang telinga.
2. Ruptur membran timpani.
3. Kehilangan pendengaran.
4. Trauma/injury kanal telinga dalam.
E. Obat Irigasi Telinga :
1. Diuretic
2. Obat kemoterapi
3. Antimalaria
4. Obat anti – imflamasi
5. Bahan kimia
6. Antibiotika Aminoglikosida
7. Antibiotika lain

F. Prinsip Kerja dan Cara Kerja


Prinsip Kerja
Irigasi telinga dapat dilakukan dengan menggunakan jarum suntik 50-60-cc (suntik
20-30-cc untuk anak-anak). Beberapa perawat memilih untuk melampirkan lubang yang
besar IV (intravena) kateter (dengan jarum dihapus) untuk jarum suntik untuk arah lebih
mudah fluida. Dengan menggunakan metode ini, cairan yang disedot ke dalam jarum
suntik dan disemprotkan ke dalam liang telinga. Metode lain menggunakan larutan IV
dan tubing, dengan konektor irigasi telinga pakai yang pas dan ke atas telinga luar. Bila
menggunakan metode ini, IV diaktifkan dan arus fluida oleh gravitasi ke telinga untuk
menciptakan irigasi. Bila menggunakan metode IV, tas harus sekitar 6 inci (15 cm) atau
kurang di atas kepala pasien untuk menciptakan tekanan fluida yang tepat.
Setelah posisi pasien, daun telinga dari telinga yang terkena dampak harus diadakan
kembali, dan sampai (belakang dan ke bawah untuk bayi). Ujung jarum suntik atau
kateter irigasi harus ditempatkan di pintu masuk ke telinga Jaringan telinga tidak boleh
disentuh. Saluran telinga tidak boleh tersumbat, atau solusi tidak akan dapat berlari
kembali keluar dari telinga Dengan lembut mengarahkan aliran larutan irigasi terhadap
aspek atas dari saluran telinga eksternal, perawat harus jarum suntik atau menjalankan
dalam cairan IV pada tingkat lambat, stabil, yang memungkinkan cairan untuk melarikan
diri keluar dari saluran telinga dan ke baskom. Jika menggunakan alat PIK gigi,
pengaturan terendah harus digunakan.. Mengerahkan terlalu banyak tekanan dapat
memaksa benda asing atau oklusi lilin lebih ke dalam liang telinga. Cairan kembali
kemudian harus diperiksa sebelum jarum suntik diisi ulang-atau setelah 100cc cairan
untuk dewasa, dan 30cc cairan bagi seorang anak. Perawat harus menyelidiki apakah
objek lilin atau asing telah mengguyur dari telinga. Bila oklusi telah dihapus, 500cc
cairan irigasi harus digunakan untuk-dewasa 100cc untuk anak, atau seperti yang
diperintahkan oleh dokter. Prosedur ini harus terputus jika pasien mengeluh sakit atau
pusing. (Kozier & Erb. 2009)
Cara Kerja
 Persiapan Alat
1. Bengkok
2. Kom kecil
3. Kapas
4. Kassa
5. Nacl
6. Spuit 10 cc
7. Baki
8. Perlak dan pengalas
9. Handuk
10. Lidi kapas/cotton bud
11. Sarung tangan
12. Otoskop
13. Tetes telinga (Chloramfenicol)
14. Lampu depan
 Prosedur Kerja
1. Pra Interaksi
a) Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
b) Menempatkan alat di dekat klien dengan benar
2. Tahap Orientasi
a. Memberikan salam, panggil klien dengan nama yang disenangi
b. Memperkenalkan nama perawat
c. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien dan keluarganya
d. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
e. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya
f. Mencuci tangan
3. Tahap Kerja
a. Menjaga privasi klien dengan menutup sampiran
b. Mendekatkan alat dekat klien
c. Memposisikan klien duduk
d. Memasang perlak dan pengalas dibawah kepala klien
e. Memasang handuk diatas perlak dan pengalas
f. Mendekatkan bengkok
g. Memakai sarung tangan
h. Memeriksa telinga dg otoskop sebelum melakukan irigasi
i. Membersihkan telinga luar dengan cotton bud atau kapas
j. Mengisi spuit irigasi
k. Meminta klien untuk memegang bengkok
l. Menyuruh klien untuk miring pada telinga yang akan dilakukan irigasi
m. Membersihkan telinga luar dengan cotton bud atau kapas
n. Mengisi spuit irigasi
o. Meminta klien untuk memegang bengkok
p. Menyuruh klien untuk miring pada telinga yang akan dilakukan irigasi
q. Menarik aurikel ke atas dan keluarà telinga superior dan posterior (dewasa),
tarik aurikel posterior dan inferior (anak di atas 3 tahun)
r. Melakukan irigasi dengan perlahan untuk mengurangi peningkatan tekanan
s. Melakukan irigasi secara bergantian pada kedua telinga
t. Setelah irigasi , inspeksi kanal telinga untuk melihat kemajuan dari tindakan
atau cek cairan irigasi yang keluar serumen atau benda-benda asing
u. Mengulangi irigasi sesuai kebutuhan, istirahatkan klien diantara irigasi.
v. Mengeringkan telingan dengan kapas, taruh kapas 5-10 menit untuk absorbsi
dari kemungkinan lembab
w. Meneteskan obat tetes telinga
x. Mengambil pengalas dan handuk
y. Merapikan klien
z. Membuka sarung tangan
4. Tahap Terminasi
a. Membereskan alat
b. Mencuci tangan
c. Melakukan evaluasi tindakan dan kontrak waktu
d. Berpamitan dengan klien
e. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
Tindak Lanjut:
a. Kaji keberhasilan irigasi telinga.
b. Kaji rasa nyaman pasien.
c. Bersihkan peralatan.
Dokumentasi:
a. Tanggal dan waktu prosedur.
b. Tipe dan jumlah cairan.
c. Toleransi pasien terhadap prosedur.
d. Karakter cairan yang keluar.
e. Intruksi-intruksi yang diperlukan oleh pasien atau keluarga.
5. Hal Yang Harus Diperhatikan
1. Kanal telinga anak-anak lebih kecil.
2. Tarik aurikel ke bawah dan kebelakang.
3. Anak-anak posisi supinasi bila perlu di resraint untuk menghindari
pergerkan.
4. Untuk mengurangi ansieas jelaskan prosedur dan izinkan anak-anak untuk
menyentuh air atau mendengarkan suara air.
DAFTAR PUSTAKA

Ignatavicius & Workman. (2010). Medical Surgical Nursing; Patient Centered Collaburative
care for Collaburative Care. 6ed. Missouri : Sounders Elseiver.

Smeltzer, Suzanne C. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :EGC

Wong, L Donna. 2010. Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik : Volume 1. Jakarta :
EGC
Kozier & Erb. 2009. Buku ajar praktik keperawatan klinis edisi 5. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai